Anda di halaman 1dari 53

1

“Pengembangan Perangkat Tes Pengukuran Kemampuan Penalaran


Proporsional Siswa Kelas VIII MTSN 4 HSU Pada Materi Perbandingan”

OLEH

RAHMAT

170102040546

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
2022
2

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pembelajaran matematika terdapat banyak konsep yang mengharuskan


siswa untuk menggunakan penalaran proporsionalnya. Kebanyakan siswa
meremehkan pelajaran matematika, sehingga banyak siswa yang selalu mengeluh
dengan adanya soal matematika. Siswa belajar menyelesaikan soal matematika
tujuannya adalah agar pemikiran dan daya pikir siswa berkembang dengan baik dan
siswa menggunakan logikanya dengan benar. Pada dasarnya kemampuan penalaran
siswa berbeda dengan siswa yang lainnya, tetapi kemampuan penalaran siswa dalam
menyelesaikan soal matematika sangat penting dan dapat dilakukan dengan berbagai
cara penyelesaian.
Penalaran proporsional sangat penting dimiliki oleh masing-masing siswa
terutama pada masalah perbandingan. Penalaran proporsional digunakan untuk
mengukur pemikiran siswa pada masalah perbandingan.
Penalaran merupakan kegiatan, proses atau aktivitas berpikir untuk menarik
suatu kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru berdasar pada beberapa
pernyataan yang diketahui benar ataupun yang dianggap benar. Kemampuan
penalaran tersebut diperlukan saat memahami matematika dan mengembangkan ide-
ide, sehingga siswa memiliki kemampuan menggunakan penalaran pada pola dan
sifat, melakukan manipulasi matematis dalam membuat generalisasi, menyusun bukti
atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.1
Inhelder & Piaget (1958) mengidentifikasi beberapa penalaran dalam
tingkat operasional formal yaitu: penalaran konservasi, penalaran proporsional,
pengontrolan variabel ,penalaran korelasional, penalaran probabilistik, dan penalaran
kombinatorial. Dalam hal ini, penalaran proporsional merupakan salah satu penalaran
dasar yang diperlukan dalam mempelajari matematika. Sehingga kemampuan ini
memiliki peran penting untuk mengembangkan berpikir matematis dan juga sebagai
konsep dasar matematika yang sangat penting.

1
Hasratuddin, Mengapa Harus Belajar Matematika, (Medan: Perdana Publishing, 2015),
h. 55.
3

Berdasarkan standar kurikulum dan evaluasi National Council of Teachers


of Mathematics (NCTM), penalaran proporsional merupakan konsep penting yang
harus di pahami oleh siswa kelas menengah. Oleh sebab itu, sangat penting bagi guru
untuk memantau perkembangan siswa mengenai permasalahan proporsional di kelas
menengah.2
Mengingat pentingnya penalaran dalam belajar matematika,maka Pemerintah
melalui Permendikbud Nomor 65 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah Kurikulum 2013 mencantumkan penalaran sebagai salah satu aktivitas-
aktvitas dalam tiga ranah kompetensi yang dikembangkan dalam pelajaran
matematika (Kemendikbud, 2013) dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65
Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah (2013).
Namun, selama ini guru-guru masih belum pernah membuat tes yang terlalu
difokuskan untuk mengukur kemampuan penalaran matematis siswa. Pada umumnya
tes yang dilakukan oleh guru terutama di MTSN 4 HSU hanya bertujuan untuk
pemberian nilai pada siswa tanpa terlalu memperhatikan aspek-aspek domain
kognitif siswa, khususnya pada kemampuan penalaran matematis siswa. Tujuan
dilakukan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan penalaran matematis siswa
MTSN 4 HSU saat ini dengan memberikan instrumen tes untuk mengukur
kemampuan penalaran matematis siswa, serta untuk mengetahui kualitas instrumen
tes yang telah dikembangkan.
Dewasa ini, pengembangan instrument tes berpikir logis (bernalar) sudah
banyak dilakukan oleh para praktisi pendidikan. Instrumen tersebut diantaranya Tes
Group Assesment of Logical Thinking (GALT), Test of Logical Thinking (TOLT) dan
Classroom Test of Scientific Reasoning (CTSR).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti melakukan penelitian
tentang untuk mengembangkan soal-soal tes yang berkaitan dengan kemampuan
penalaran proporsional siswa SMP/MTS dengan judul “Pengembangan Perangkat
Tes Pengukuran Kemampuan Penalaran Proporsional Siswa Kelas VIII MTSN 4
HSU Pada Materi Perbandingan”.
2
Ojose, B. (2015). Proportional Reasoning and Related Concepts: Analysis of Gapsand
Understandings of Middle Grade Students.Universal Journal of EducationalResearch3, 104–112. doi:
10.13189/ujer.2015.030206
4

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses pengembangan Paket tes untuk mengukur kemampuan

penalaran Proporsional siswa VIII MTSN 4 HSU dalam menyelesaikan

soal Perbandingan ?

2. Bagaimana kualitas Paket tes untuk mengukur kemampuan penalaran

matematis siswa kelas VIII MTSN 4 HSU dalam menyelesaikan soal

Perbandingan ?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui prosedur pengembangan Paket tes untuk mengukur

kemampuan penalaran matematis siswa VIII MTSN 4 HSU dalam

menyelesaikan soal Perbandingan.

2. Mengetahui kualitas Paket tes untuk mengukur kemampuan penalaran

matematis siswa kelas VIII MTSN 4 HSU dalam menyelesaikan soal

Perbandingan.

D. Definisi Operasional dan Lingkup Bahasan

a. Tes

Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau

mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah

ditentukan. Sebagai alat pengukur yang mempunyai standar objektif sehingga dapat

dipergunakan secara meluas dan betul-betul dapat membandingkan keadaan fisiologi


5

dan keadaan psikologi individu. Sebagai prosedur yang sistematis untuk mengamati

atau mendeskripsikan satu atau lebih karakteristik seseorang dengan menggunakan

standar numerik atau sistem kategori. Tes dapat juga digunakan untuk mengukur

banyaknya pengetahuan yang diperoleh individu dari suatu bahan pelajaran yang

terbatas pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, tes merupakan alat ukur yang banyak

dipergunakan dalam dunia pendidikan. Hal ini karena orang masih memandang

bahwa indikator keberhasilan seseorang mengikuti pendidikan adalah dilihat dari

seberapa banyak orang menguasai materi yang telah dipelajari dalam suatu jenjang

pendidikan tertentu.3

b. Penalaran Proporsional

Penalaran merupakan suatu rangkaian proses untuk mencari keterangan dasar

yang merupakan kelanjutan dari keterangan lain yang diketahui lebih dulu. 4

Penalaran proporsional dapat diartikan sebagai berpikir secara logis dalam situasi

perbandingan.5

c. Soal Penalaran proporsional

Soal yang dimaksud adalah soal matematika yang memenuhi karakteristik

soal pemecahan masalah, karakteristik setiap level dalam penalaran proporsional dan

dikolaborasikan dengan tingkatan soal serta materi perbandingan yang senilai dan

berbalik nilai. Indikator dan karakteristik soal tersebut terdapat dalam Lampiran 2.

d. Kemampuan Penalaran Proporsional

3
Ali Hamzah, Evaluasi Pembelajaran Matematika (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2014),
hal 100.
4
Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2013), hal. 17
5
Nugraha, Y., Sujadi, I., and Pangadi, P. (2016). Penalaran Proporsional Siswa
KelasVII.Beta Jurnal Tadris Matematika9, 34–34. doi: 10.20414/betajtm.v9i1.2.
6

Kemampuan penalaran proporsional terdiri dari 5 level penalaran dari tingkat

rendah sampai tinggi yaitu penalaran kualitatif, penalaran aditif, penalaran pra

multiplikatif, penalaran multiplikatif implisit dan penalaran multiplikatif. Kriteria

kemampuan penalaran setiap level tersebut antara lain:

Level 1 (kualitatif) : Siswa dapat mengulang dan menyalin informasi yang

diperoleh sebelumnya, mengenali masalah, mendaftar ulang masalah, mengulang

informasi, menggambarkan masalah serta mampu menunjukkan hubungan operasi

kelipatan (bertambah atau berkurang) antara variabel yang diketahui.

Level 2 (aditif) : Siswa dapat menerapkan hubungan operasi penjumlahan dalam

masalah perbandingan yang melibatkan bilangan bulat.

Level 3 (pra multiplikatif) : Siswa dapat menerapkan hubungan operasi penjumlahan

penjumlahan, pengurangan, perkalian atau pembagian dalam masalah perbandingan

yang melibatkan bilangan bulat. Siswa dapat menerapkan hubungan operasi

penjumlahan dalam masalah perbandingan yang melibatkan bilangan pecahan.

Level 4 (multiplikatif implisit) : Siswa dapat menerapkan beberapa hubungan

operasi penjumlahan penjumlahan, pengurangan, perkalian atau pembagian dalam

masalah perbandingan yang melibatkan bilangan bulat . Siswa dapat menerapkan

hubungan beberapa operasi penjumlahan penjumlahan, pengurangan, perkalian atau

pembagian dalam masalah perbandingan yang melibatkan bilangan pecahan

Level 5 (multiplikatif) : Siswa dapat menerapkan hubungan operasi penjumlahan

penjumlahan, pengurangan, perkalian atau pembagian dalam masalah perbandingan

yang melibatkan bilangan bulat dan pecahan.


7

E. Alasan Memilih Judul

Adapun alasan memilih judul proposal ini adalah:

1. Mengingat banyaknya peserta didik yang menganggap matematika

merupakan pelajaran yang sulit dipahami.

2. Pengembangan instrumen tes ini akan memacu siswa dalam

menyelesaikan soal yang melibatkan kemampuan penalaran

matematis siswa serta meningkatkan hasil belajar siswa.

F. Pembatasan Masalah

Agar proses penelitian dapat terarah, maka peneliti membatasi masalah

sebagai berikut:

1. Pengembangan Perangkat Tes Pengukuran hanya mengukur

Kemampuan Penalaran Proporsional.

G. Penelitian Terdahulu

1. Skripsi Rusdiana Hajidah UIN Syarif Hidayatullah yang berjudul


“ANALISIS KEMAMPUAN PENALARAN PROPORSIONAL
SISWA KELAS VIII PADA MATERI PERBANDINGAN.
2. Skripsi Diana Ulfa Fatmaningrum Universitas Muhammadiyah
Purworejo yang berjudul “ANALISIS KEMAMPUAN
PENALARAN PROPORSIONAL DALAM MENYELESAIKAN
SOAL MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP.
3. Penelitian Rahmah Johar (2005), pada penelitian ini meneliti tentang
“Pengembangan Level Penalaran Proporsional Siswa SMP”.
4. Indra Riswanto (2013) yang meneliti tentang “Pengembangan Soal
Tes Potensi Akademik Numerik Penerimaan Siswa Baru SMP
8

Berbantuan Media Berbasis Wireles Application Protocol Java 2


Micro Edition (J2ME)”.
H. Kegunaan penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat sebagai berikut:

1. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat membantu siswa berpikir kritis,

memiliki penalaran yang kuat pada soal-soal yang diberikan oleh guru.

2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat membantu guru mengevaluasi

peserta didik untuk mengukur kemampuan penalaran matematis dengan

menggunakan instrumen tes.

3. Bagi sekolah, diharapkan penelitian ini bermanfaat dalam upaya

peningkatan mutu hasil belajar siswa.

4. Bagi peneliti, sebagai bekal menjadi pendidik di masa mendatang,

menambah pengetahuan dan pengalaman.

I. Spesifikasi Produk

Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah paket tes

kemampuan penalaran proporsional untuk siswa MTSN 4 HSU. Untuk

membedakan paket tes kemampuan penalaran proporsional dengan paket

tes lain, digunakan spesifikasi yang sesuai antara lain :

a. Paket tes ini menggunakan Bahasa Indonesia

b. Pengembangan soal yang dilakukan mengacu pada materi

perbandingan MTS yaitu pada pokok bahasan perbandingan

senilai dan perbandingan berbalik nilai.


9

c. Paket tes penalaran proporsional berdasarkan teori penalaran

proporsional Johar yang terdiri dari 5 level penalaran dari level

rendah sampai tertinggi yaitu kualitatif, aditif, pramultiplikatif,

multiplikatif implisit dan multiplikatif.

d. Pengembangan soal pada 2 tipe yaitu tipe masalah missing value

problem (mencari satu nilai yang belum diketahui) dan tipe

numerical comparison (membandingkan rasio).

e. Paket tes berupa soal pilihan ganda.

f. Lembar jawaban pada paket tes ini, siswa menjawab dengan

memilih salah satu dari lima opsi jawaban yang dianggap benar

dengan disertai alasan logis untuk menguatkan jawaban yang telah

dipilih.

g. Paket tes terdiri dari 2 bagian yaitu paket tes 1 memuat 5 level

dalam penalaran proporsional dan paket tes 2 memuat tes pada

masing-masing level penalaran proporsional.

h. Berikut rincian soal pada paket tes yang dikembangkan.

Tabel 1.1 Rincian Jumlah Soal Pada Buku Paket Tes

No Bagian Tipe Materi Level Jumlah

soal

1. 1 Missing Value Perbandingan Senilai 1-5 10

Problem

Perbandingan Berbalik nilai 1-5 10

Numerical Perbandingan senilai dan 1-5 10


10

Comparison berbalik nilai

2. 2 Missing Value Perbandingan senilai dan 1 10

Problem berbalik nilai

2 10

3 10

4 10

5 10

Numerical Perbandingan senilai dan 1 5

Comparison berbalik nilai

2 5

3 5

4 5

5 5
11

LANDASAN TEORI

A. Hakikat Matematika

Matematika berasal dari bahasa latin mathenneim atau mathema yang berarti

belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam Bahasa Belanda disebut

“wiskunde” atau ilmu pasti yang keseluruhan berkaitan dengan penalaran.6 Menurut

para ahli pendidikan matematika, matematika adalah ilmu yang membahas pola atau

keteraturan (pattern) dan tingkat (order).7

Dengan mengetahui sasaran penelaahan matematika, kita dapat

mengetahui hakikat matematika.

1. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa

matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara

bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam

penyelesaian masalah mengenai bilangan.

2. Menurut James, matematika diartikan sebagai ilmu logika

mengenai bentuk, susunan, besaran, konsep-konsep yang saling

berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang terbagi

kedalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri.8

6
Tim, Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika, (Jakarta: Proyek Pengembangan Sistem
dan Pengendalian Program SLTP, 2004), h. 17.
7
Fadjar Shadiq, Pembelajaran Matematika Cara meningkatkan kemampuan Berpikir Siswa.
(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2014), h 2
8
Leonard Mangunsong, “Matematika dalam Kehidupan Nyata”, http/leorist.
Blogspot.Com/2009/01/Matematika-dalam-kehidupan-nyata.html ( 17 Desember 2019).
12

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa matematika

merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat abstrak, yang tersusun secara

bertingkatan dan penalaran deduktif, serta merupakan bahasa yang mengembangkan

serangkaian makna dan pernyataan yang ingin kita sampaikan.9

B. Tes

a. Pengertian Tes

Secara umum, tes diartikan sebagai alat yang dipergunakan untuk


mengukur pengetahuan atau penguasaan objek ukur terhadap seperangkat
materi tertentu. Menurut Sudijono, tes adalah alat atau prosedur yang
digunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian. Tes dapat juga diartikan
sebagai alat pengukur yang mempunyai standar objektif, sehingga dapat
dipergunakan secara meluas, serta dapat dipergunakan untuk mengukur dan
membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu. 10

b. Ciri-Ciri Tes yang Baik

Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus
memenuhi persyaratan tes menurut Suharsimi Arikunto, yaitu memiliki 1)
validitas, 2) reliabilitas, 3) objektivitas, 4) praktikabilitas dan 5) ekonomis.

c. Langkah-Langkah dalam Penyusunan Tes

9
Sutisna, “Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika pada
Siswa Kelas IV MI YAPIA- Parung-Bogor”, (Jakarta: Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah, 2016),
h. 27.
10
Ratnawulan, Elis & Rusdiana, “ Evaluasi Pembelajaran Pengantar Prof. Dr. H. Sutaryat
Trisnamansyah”, ( Bandung : CV PUSTAKA SETIA), h.192
13

Urutan langkah yang dilakukan dalam penyusunan tes adalah sebagai berikut:
1) Menentukan tujuan mengadakan tes.
2) Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan dijadikan tes.
3) Merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bagian bahan.
4) Menderetkan semua indikator dalam tabel persiapan yang memuat pula
aspek tingkah laku terkandung dalam indikator itu. Tabel ini digunakan untuk
mengadakan identifikasi terhadap tingkah laku yang dikehendaki, agar tidak
terlewati.
5) Menyusun tabel spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berpikir
yang diukur beserta imbangan antara kedua hal tersebut. Uraian secara terinci
tentang tabel spesifikasi, akan disajikan pada bab berikutnya.
6) Menuliskan butir-butir soal, didasarkan atas indikator-indikator yang sudah
dituliskan pada tabel indikator dan aspek tingkah laku yang dicakup.11

d. Tujuan Tes
Tujuan tes yang penting adalah untuk 1) mengetahui tingkat
kemampuan peserta didik, 2) mengukur pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik, 3) mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik, 4) mengetahui
hasil pengajaran, 5) mengetahui hasil belajar, 6) mengetahui pencapaian
kurikulum, 7) mendorong peserta didik belajar, dan mendorong pendidik
mengajar yang lebih baik dan peserta didik belajar lebih baik. Seringkali tes
digunakan untuk beberapa tujuan, namun tidak akan memiliki keefektifan
yang sama untuk semua tujuan.12

C. Kemampuan Penalaran Matematis

Penalaran dapat dikatakan sebagai suatu proses berpikir dalam menarik suatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan. Kemampuan penalaran berarti kemampuan

11
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), h. 57.
12
Djemari Mardapi, Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes, h. 68.
14

menarik konklusi atau kesimpulan yang tepat dari bukti-bukti yang ada dan menurut
aturan-aturan tertentu. Sebagai kegiatan berpikir, maka penalaran mempunyai ciri-
ciri tertentu, yaitu pertama, adanya suatu pola berpikir logis yang merupakan
kegiatan berpikir menurut pola, alur dan kerangka tertentu (frame of logic) dan
kedua, adanya proses berpikir analitik yang merupakan konsekuensi dari adanya pola
berpikir analisis-sintesis berdasarkan langkah-langkah tertentu. Terdapat dua macam
penalaran, yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif. Penalaran deduktif
merupakan cara berpikir dimana dari pernyataan umum ditarik kesimpulan yang
bersifat khusus, penarikan kesimpulan menggunakan silogisme (konstruksi
penalaran). Silogisme terdiri atas kalimat kalimat pernyataan yang dalam
logika/penalaran disebut proposisi. Proposisi yang menjadi dasar penyimpulan
disebut premis, sedangkan kesimpulannya disebut konklusi. Silogisme berfungsi
sebagai proses pembuktian benar-salahnya suatu pendapat, tesis atau hipotesis
tentang masalah tertentu. Deduksi berpangkal dari suatu pendapat umum berupa
teori, hukum atau kaedah dalam menyusun suatu penjelasan tentang suatu kejadian
khusus atau dalam menarik kesimpulan.13

D. Penalaran Proporsional
Lamon memberikan pendapat bahwa penalaran proporsional adalah
kemampuan untuk mengenal, menjelaskan, memikirkan, membuat dugaan, membuat
grafik, mengubah, membandingkan, membuat penilaian, mewakili atau
melambangkan hubungan dari dua jenis perbandingan baik perbandingan senilai dan
perbandingan berbalik nilai. Penalaran proporsional adalah penalaran yang
melibatkan penggunaan hubungan perkalian untuk membandingkan suatu kuantitas
dan memprediksi suatu nilai dari suatu nilai yang telah diketahui.14

13
Widayanti Nurma Sa’adah, “Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Kelas
VIII SMP Negeri 3 Banguntapan dalam Pembelajaran Matematika melalui Pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI)”, skripsi, ( Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta,
Indonesia, 2010) h. 14.
14
Ratna Eka Iswahyuni, Skripsi, “Penalaran Proporsional Siswa Kelas VII SMP Negeri II
Beji Pasuruan Berdasarkan Tingkat Kemampuan Matematika”, (Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya, 2012), 14-15.
15

Penalaran proporsional merupakan landasan berpijak (cornerstone) untuk


sukses dalam level matematika yang lebih tinggi dan puncak (capstone) dari
matematika dasar (National Research Council (NRC), 2001 ; Lesh, Post & Behr,
1988). Penalaran proporsional adalah bentuk penalaran matematis yang menyediakan
penggunaan hubungan multiplikatif untuk membandingkan kuantitas dan bekerja
dengan konteks yang terkait dengannya (McIntosh, 2013; Bright, Joyner, & Wallis,
2003; Lesh et al., 1988).
Setidaknya terdapat empat komponen yang menjadi prasyarat penting dalam
penalaran proporsional, diantaranya : (1) Siswa harus dapat mengenali perbedaan
antara hubungan aditif dan multiplikatif, (2) pentingnya mengenali situasi
penggunaan rasio yang masuk akal atau tepat, (3) memahami bahwa dua bentuk rasio
yang berbeda belum tentu memiliki nilai berbeda, dan (4) membangun unitizing yang
semakin kompleks (Langrall & Swafford, 2000). Disisi lain, mengembangkan
penalaran proporsinal dapat dimulai dengan membangun fondasi tentang pemahaman
terhadap pecahan, desimal, persen, rasio, dan menghubungkannya satu sama lain
maupun dengan konteks terkait.15
Berdasarkan hasil penelitian Johar (2005) terdapat 5 level dalam penalaran
proporsional :
Level 1. Penalaran kualitatif
Penalaran siswa hanya didasarkan pada hubungan kualitatif, seperti “menjadi
bertambah/berkurang”, tanpa menjelaskan berapa atau bagaimana “penambahan”/
”pengurangannya”. Untuk menentukan kuantitas yang ditanyakan pada masalah
mencari satu nilai yang belum diketahui dalam perbandingan, ciri-ciri siswa dalam
menjawab biasanya:
a) Menggunakan strategi “hitungan tidak berpola”.
b) Menggunakan algoritma tanpa dasar konseptual.
Untuk menyelesaikan masalah membandingkan rasio, siswa biasanya
menjawab dengan ciri-ciri: 1) Menggunakan penalaran kualitatif. 2) Menggunakan
hubungan kualitatif dan hubungan aditif.

15
Purnomo, Wahyu Yoppy. Pembelajaran Matematika Untuk PGSD Bagaimana Guru
Mengembangkan Penalaran Proporsional Siswa. Jakarta : PT Erlangga, 2015) h.2
16

Sehingga karakteristik penalaran kualitatif dapat dikatakan sebagai berikut,


yaitu ; Penalaran yang diungkapkan melalui kata-kata seperti” menjadi bertambah
atau berkurang” dan Konsep dalam penalaran ini tidak dijelaskan.
Contoh: Jika 1 meter pita dapat dipotong menjadi 4 bagian. Maka 3 meter pita
dapat dipotong menjadi 12 bagian.
Level 2. Penalaran aditif
Penalaran siswa didasarkan pada hubungan aditif (untuk penjumlahan bulat
dan pecahan), baik untuk menyelesaikan masalah mencari satu nilai yang belum
diketahui, maupun untuk menyelesaikan masalah membandingkan rasio. Sehingga
karakteristik penalaran ini adalah penalaran yang menggunakan hubungan aditif
(penjumlahan).
Contoh:
Siska ingin membuat roti. Untuk 165 gram tepung terigu Siska mencampur
50 gram mentega. Jika Siska ingin menggunakan 660 gram tepung terigu pada resep
yang sama, berapa gram mentega yang dibutuhkan Siska?
165 menjadi 660-165 = 495
50 menjadi x; x = 50 + 495 = 550
Level 3. Penalaran pra-multiplikatif
Penalaran siswa didasarkan pada hubungan multiplikatif, namun terbatas pada
masalah yang melibatkan “bilangan pengali” bulat. Sedangkan jika “bilangan
pengali” pecahan siswa menggunakan hubungan aditif atau membandingkan sisa
pembagian (rasio sama jika sisa pembagian sama), baik untuk menyelesaikan
masalah mencari satu nilai yang belum diketahui, maupun untuk menyelesaikan
masalah membandingkan rasio.
Contoh:
Pak Joko mempunyai 3 hektar sawah yang ditanami padi. Untuk memupuk lahan
tersebut dia membutuhkan 3 ton pupuk. Jika Pak joko hanya memupuk lahan sawah

2 hektar saja. Berapa pupuk yang dibutuhkan Pak Joko?


17

Level 4. Penalaran multiplikatif implisit


Penalaran siswa didasarkan pada hubungan multiplikatif secara bertahap,
karena didasarkan pada replikasi dan pola (sering dikenal dengan strategi building
up), baik jika “bilangan pengali” bulat maupun pecahan. Dengan demikian siswa
menggunakan hubungan multiplikatif tidak secara sadar (implisit), baik untuk
menyelesaikan masalah mencari satu nilai yang belum diketahui, maupun untuk
menyelesaikan masalah membandingkan rasio.
Contoh:
Pak Wahyu berkendara sepeda motor dari kota Jember ke Malang. Jika
kecepatan sepeda motor Pak Wahyu 60 km/jam, maka ia membutuhkan waktu 2

jam. Jika ia menambah kecepatan menjadi 80 km/jam, berapa waktu yang diperlukan
untuk menempuh jarak kota Jember ?
Level 5. Penalaran multiplikatif
Penalaran siswa didasarkan pada hubungan multiplikatif, baik untuk
menyelesaikan masalah mencari satu nilai yang belum diketahui, maupun untuk
menyelesaikan masalah membandingkan rasio.
Contoh:
Neni dan Kiki ingin membuat sirup. Jika Neni mencampur 3 gelas air putih
dengan 2 gelas sirup lemon dan Kiki mencampur 5 gelas air putih dengan 4 gelas
sirup lemon. Minuman siapakah yang paling terasa lemon?

E. Perbandingan
Perbandingan adalah istilah matematika untuk membandingkan dua

obyek atau lebih. Perbandingan merupakan bentuk paling sederhana dari

pecahan. Perbandingan dua bilangan dapat ditulis dengan α : b atau α√

dengan b ≠ 0. Notasi α rasio bilangan pertama dan notasi b bilangan

kedua.” Dua buah perbandingan yang ekuivalen (mempunyai nilai yang


18

sama) membentuk sebuah proporsi (perimbangan) perbandingan sering

muncul dalam kehidupan sehari-hari.

Perbandingan dapat disederhanakan jika memiliki satuan yang sama.


Untuk perbandingan dengan jenis satuan yang berbeda harus diubah
dahulu ke jenis satuan terkecil.
Ada dua jenis perbandingan yaitu perbandingan senilai dan berbalik
nilai.
- Perbandingan senilai
Perbandingan senilai apabila dua pembanding berbanding lurus.
Misalkan terdapat dua besaran A = {a 1, a2, a3... an} B ={b1, b2, b3, ...,
bn} yang berkorespondensi satu-satu maka A dan B disebut
berbanding senilai. Jika untuk ukuran A semakin besar maka ukuran B
semakin besar pula.
Berikut contoh perbandingan senilai :
A B
a1 b1
a2 b2
a3 b3
... ...
an bn

- Perbandingan Berbalik Nilai


Misal terdapat dua besaran A = { a1, a2, a3... an} B ={b1, b2, b3, ..., bn}
yang berkorespondensi satu-satu maka A dan B disebut berbalik nilai jika
untuk ukuran A semakin besar tetapi B semakin kecil.
Contoh hubungan antara kecepatan dan waktu tempuh. Jika kecepatan
semakin turun (kecil), maka waktu yang ditempuh semakin naik (lama)
Cara menyelesaikan perbandingan berbalik nilai sebagai berikut :
19

(a) Hasil kali silang : a1 x b1 = a2 x b2

(b) Perbandingan : a1 =
20

METODE PENELITIAN

Penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data

yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

Pengumpulan dan analisis data menggunakan metode-metode ilmiah, baik yang

bersifat kuantitatif maupun kualitatif, eksperimental maupun noneksperimental,

interaktif atau noninteraktif.16

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.17

A. Jenis dan Pendekatan

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

pengembangan (Research and Development). Metode penelitian dan

pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya Research and Development

adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk

tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.18

Dalam Penelitian ini yang dikembangkan berupa soal pemecahan

masalah yang diperlukan untuk mengukur kemampuan penalaran

proporsional siswa. Penelitian pengembangan ini menggunakan model

Plomp.

16
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2013), cet ke-9, h. 5.
17
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2013), cet. Ke-18, h. 3
18
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D,
(Bandung : Alfabeta), h.407
21

Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran yang mendalam tentang

bagaimana penalaran Proporsional siswa kelas VIII dalam menyelesaikan

masalah Matematika ditinjau dari kemampuan matematika siswa di MTSN 4

HSU Kemudian dideskripsikan dan dipadukan dengan konsepsi teori - teori

yang ada.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Menurut Harinaldi, populasi adalah kumpulan dari keseluruhan pengukuran

objek, atau individu yang sedang dikaji. Pengertian populasi dalam statistik tidak

terbatas pada sekelompok/kumpulan orang-orang, namun mengacu pada keseluruhan

ukuran atau kualitas yang menjadi fokus penelitian suatu kejadian. 19 Sedangkan

populasi dalam penelitian ini adalah Siswa KELAS VIII MTSN 4 HSU.

2. Subyek Penelitian

Subjek penelitian adalah subjek yang menjadi sasaran yang dituju oleh

peneliti (Suharsimi Arikunto, 2006: 145). Subjek penelitian ini adalah siswa Sekolah

MTSN 4 HSU Kecamatan Sungai Pandan, Kabupaten Hulu Sungai Utara. Peneliti

akan mengambil ruang sampel salah satu kelas yang mewakili. Jenjang yang dipilih

adalah siswa kelas VIII sebagai subyek penelitian. Peneliti memilih siswa sekolah

19
Harinaldi, Prinsip Statistik untuk Teknik dan Sains, (Jakarta: Erlangga, 2005), h. 2.
22

tersebut dan khususnya kelas VIII dikarenakan perlunya mengadakan penelitian

untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

C. Rancangan Penelitian

Rancangan pada penelitian ini menggunakan model Plomp yang telah

dikembangkan. Prosedur pengembangan terdapat 5 fase pengembangan yaitu:

(1) Investigasi Awal (Preliminary Investigation)

Pada tahap dilakukan analisis permasalahan dalam pembelajaran matematika. Salah

satunya rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika. Pada tahun 2012,

dalam PISA, Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara dengan skor rata-

rata 375, padahal skor rata-rata OECD sebesar 494. Hasil PISA yang rendah salah

satunya disebabkan karena siswa Indonesia kurang terlatih dalam menyelesaikan

soal-soal yang menuntut kemampuan penalaran dalam matematika.

Pada tahap ini juga dilakukan analisis teori tentang kemampuan penalaran.

Kemampuan penalaran formal siswa SMP yang paling mendasar adalah penalaran

proporsional. Setelah menganalisis materi, topik perbandingan senilai dan berbalik

nilai erat kaitannya dengan penalaran proporsional. Sehingga ruang lingkup kegiatan

pengembangan pada penelitian ini adalah pengembangan soal pemecahan masalah

untuk mengukur kemampuan penalaran proporsional siswa SMP.

(2) Fase II: Desain (Design)

Pada tahap ini dilakukan penyusunan tes, pemilihan media, penyusunan

format dan desain awal soal tes yang akan dikembangkan. Uraian tahap tersebut

sebagai berikut:
23

(a) Menyusun tes

Pada tahap ini disusun rumusan butir-butir soal yang akan dikembangkan pada

kemampuan pemecahan masalah. Bentuk soal disesuaikan dengan kriteria setiap

level penalaran proporsional. Pada tahap ini terdapat beberapa instrumen yang

disusun, yaitu:

- Tujuan Tes

Tujuan tes pada pengembangan soal pemecahan masalah ini yaitu

mengukur kemampuan penalaran proporsional siswa SMP pada setiap

level yang meliputi level penalaran kualitatif, aditif, pra multiplikatif,

multiplikatif implisit dan multiplikatif.

- Kisi-kisi dan karakteristik soal tes

Kisi-kisi dan karakteristik soal tes pada penelitian ini merupakan

acuan atau patokan dalam pengembangan butir soal tes kemampuan

pemecahan masalah. Penjelasan kisi-kisi dan karakteristik soal pada

buku paket tes terdapat pada Lampiran 2. Secara umum kisi-kisi dan

karakteristik dalam soal tes terdapat pada Tabel 3.1 dan tabel 3.2

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Paket Tes Penalaran Proporsional Bagian 1

Tipe Level Karakteristik Soal No Sub Topik Kompeten

soal Tes soal si

Tes

Tipe A 1.kualitatif - Soal penalaran yang 1-2 Perbandinga Memecah

Missing diungkapkan melalui n senilai kan


24

Value kata-kata seperti dan masalah

problem “menjadi bertambah perbandinga sehari-

(mencar atau berkurang” n berbalik hari

i satu nilai dengan

Nilai 2. Aditif - menggunakan 3-4 Konsep

yang hubungan aditif perbandin

belum (penjumlahan) pada gan

diketah bilangan bulat. senilai

ui dan 3. - menggunakan 5-6 dan

Tipe B Pramultipl hubungan perbandin

Numeric ikatif multiplikatif pada gan

al bilangan bulat. berbalik

compari - menggunakan nilai

son hubungan aditif pada

(memba bilangan pecahan

ndingka 4. - menggunakan 7-8

n rasio) Multiplika hubungan

tif multiplikatif secara

implisit bertahap pada

bilangan pecahan

5. - Menggunakan 9-10

Multiplika hubungan

tif multiplikatif pada


25

bilangan bulat

- menggunakan

hubungan

multiplikatif pada

bilangan pecahan.

Tabel 3.2 Karakteristik Soal Penalaran Dalam setiap levelnya

No Level Karakteristik Indikator Kemampuan Penalaran

Soal

1 1. - Soal Penalaran - Siswa - Siswa dapat mengulang

Kualitatif yang diungkapkan membuat dan menyalin informasi

melalui kata-kata hubungan yang diperoleh sebelumnya

seperti “ menjadi sederhana pada - mengenali masalah

bertambah atau persoalan - mendaftar ulang masalah

berkurang” perbandingan - mengulang informasi

dengan - menggambarkan masalah

menggunakan - ,menunjukkan hubungan

operasi operasi kelipatan

kelipatan (bertambah atau berkurang)

bilangan antara variabel yang

(menambah diketahui.

atau

mengurangi
26

terhadap

masalah yang

diberikan.

2. Aditif - Menggunakan - siswa - menerapkan hubungan

hubungan aditif membuat operasi penjumlahan dalam

(penjumlahan) hubungan masalah perbandingan yang

pada bilangan penjumlahan melibatkan bilangan bulat.

bulat. pada bilangan

bulat.

3. Pra - menggunakan - siswa - menerapkan hubungan

multiplikat hubungan membuat operasi penjumlahan

if multiplikatif pada hubungan pengurangan, perkalian,

bilangan bulat. penjumlahan, atau pembagian dalam

- menggunakan pengurangan, masalah perbandingan yang

hubungan aditif perkalian atau melibatkan bilangan bulat.

pada bilangan pembagian - menerapkan hubungan

pecahan. pada bilangan operasi penjumlahan

bulat. pengurangan, perkalian,

- Siswa atau pembagian dalam

membuat masalah perbandingan yang

hubungan melibatkan bilangan

penjumlahan pecahan

pada bilangan
27

pecahan.

4. - Menggunakan - siswa - menerapkan hubungan

Multiplika hubungan membuat operasi penjumlahan

tif implisit multiplikatif hubungan pengurangan, perkalian,

secara bertahap penjumlahan, atau pembagian dalam

pada bilangan pengurangan, masalah perbandingan yang

bulat. perkalian atau melibatkan bilangan bulat.

- Menggunakan pembagian - menerapkan hubungan

hubungan pada bilangan operasi penjumlahan

multiplikatif bulat. pengurangan, perkalian,

secara bertahap - siswa atau pembagian dalam

pada bilangan membuat masalah perbandingan yang

pecahan. hubungan melibatkan bilangan

penjumlahan, pecahan

pengurangan,

perkalian atau

pembagian

pada bilangan

pecahan.

5. - menggunakan - siswa - menerapkan hubungan

Multiplika hubungan membuat operasi penjumlahan,

tif multiplikatif pada hubungan pengurangan, perkalian


28

bilangan bulat antara atau pembagian dalam

dan bilangan penjumlahan, masalah perbandingan yang

pecahan. pengurangan, melibatkan bilangan bulat

perkalian dan dan pecahan.

pembagian

pada bilangan

bulat dan

pecahan.

- Bentuk tes

Bentuk tes pada paket tes dan pada paket soal tes masing-masing level

merupakan tes pilihan ganda biasa ( multiple choice) dengan 4(empat)

buah jawaban alternatif (options), terdiri dari 3 (tiga) buah pengecoh

(distractor) dan 1(satu) buah kunci jawaban.

- Jumlah Soal Tes

Jumlah soal tes pemecahan masalah yang dikembangkan pada

awalnya sebanyak 105 soal yang terdiri dari 2 tipe yaitu tipe A

berkaitan dengan “masalah mencari satu nilai yang belum diketahui

(bentuk a:b = c: ?)” dan tipe B berkaitan dengan “masalah

membandingkan rasio (bentuk a: b = c:d) ”.

Soal tes tersebut akan dianalisis tentang kelayakan soal dalam setiap

levelnya sehingga menghasilkan 75 soal yang baik, selanjutnya dari

beberapa soal dalam tes tersebut diambil dan dibuat sebuat paket tes
29

mengenai penalaran proprosional yang memuat level 1 sampai level 5.

Berikut Tabel rincian jumlah soal dalam paket tes yang

dikembangkan.

Tabel 3.3 Rincian jumlah soal pada paket tes

No. Jenis Tipe Materi Level Jumlah

Paket tes soal

1 Paket tes Missing value Perbandingan senilai 1-5 10

bagian 1 Problem

Perbandingan 1-5 10

berbalik nilai

Numerical Perbandingan senilai 1-5 10

Comparison dan berbalik nilai

2 Paket tes Missing value Perbandingan senilai 1 10

Bagian 2 Problem dan berbalik nilai 2 10

3 10

4 10

5 10

Numerical Perbandingan senilai 1 10

Comparison Dan berbalik nilai 2 10

3 10

4 10

5 10
30

- Penilaian Tes (scoring)

Penilaian terhadap hasil tes penalaran proporsional dalam setiap level

menggunakan rumus :

Skor = ( )

Keterangan :

B = Jumlah jawaban Benar

N = Banyaknya Butir Soal

aKategori nilai tes penalaran proporsional adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4 Kategori Nilai Tes Penalaran Proporsional

No Level Jenis Tes Skor Kriteria Penilaian

1. Tes - Siswa dapat mengulang dan menyalin informasi

bagian 1 yang diperoleh sebelumnya, mengenali masalah,

1 Tes mendaftar ulang masalah, mengulang informasi,

bagian 2 menggambarkan masalah serta mampu

menunjukkan hubungan operasi kelipatan

(bertambah atau berkurang) antara variabel yang

diketahui.

2. Tes - siswa dapat menerapkan hubungan operasi

bagian 1 penjumlahan dalam masalah perbandingan yang

2 Tes melibatkan bilangan bulat

bagian 2

3 Tes - Siswa dapat menerapkan hubungan operasi


31

bagian 1 penjumlahan pengurangan, perkalian, atau

3 Tes pembagian dalam masalah perbandingan yang

bagian 2 melibatkan bilangan bulat.

- Siswa dapat menerapkan hubungan operasi

penjumlahan pengurangan, perkalian, atau

pembagian dalam masalah perbandingan yang

melibatkan bilangan pecahan.

4 Tes - Siswa dapat menerapkan hubungan operasi

bagian 1 penjumlahan pengurangan, perkalian, atau

4 Tes pembagian dalam masalah perbandingan yang

bagian 2 melibatkan bilangan bulat.

- Siswa dapat menerapkan hubungan operasi

penjumlahan pengurangan, perkalian, atau

pembagian dalam masalah perbandingan yang

melibatkan bilangan pecahan.

5 Tes - Siswa dapat menerapkan hubungan operasi

bagian 1 penjumlahan, pengurangan, perkalian atau

5 Tes pembagian dalam masalah perbandingan yang

bagian 2 melibatkan bilangan bulat dan pecahan.

Di dalam paket soal terdapat saran rekomendasi terhadap hasil tes. Saran

rekomendasi digunakan untuk menindaklanjuti hasil tes penalaran yang dilakukan

sehingga level kemampuan penalaran proporsional siswa dapat lebih baik.


32

Pemilihan media dalam penelitian ini dilakukan dengan berdasarkan pada

kebutuhan yang berkenaan dengan penyajian masalah proporsional yang akan

ditampilkan. Media yang digunakan dalam pengembangan paket tes ini adalah

media non elektronik berupa buku yang berisi paket soal tes.

Pemilihan format dalam penelitian ini mencangkup pemilihan format untuk

merancang isi dari buku paket soal tes penalaran proporsional. Karena paket soal tes

ditujukan untuk mengukur kemampuan penalaran proporsional sehingga format yang

digunakan dalam hal ini berdasarkan tipe dan level dalam penalaran proporsional.

Untuk desain awal soal tes kegiatan pada tahap ini adalah penulisan paket tes

penalaran proporsional. Hasil rancangan tersebut pada tahap ini dinamakan Draft 1.

(3). Realisasi/ Konstruksi (Realization/Construction)

Pada tahap ini dilakukan penilaian oleh para ahli terhadap hasil konstruksi

pengembangan paket soal tes. Pada tahapan ini, rumusan soal-soal sebagai draft

pertama divalidasi untuk diuji coba. Terdapat 3 validator yaitu satu orang dosen, satu

orang guru bidang matematika di MTSN 4 HSU. Kriteria penilaian validasi

menggunakan lembar instrumen validasi dengan indikator penilaian didasarkan pada

kriteria soal yang baik. Indikator penilaian validasi terdapat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Indikator Penilaian Validasi Paket Tes

No Aspek yang diamati skor

A Materi 1 2 3 4 5

1. Kesesuaian butir soal dengan kisi-kisi

soal
33

2. Kesesuaian butir soal dengan

karakteristik soal pada setiap level

penalaran proporsional

3. Kunci jawaban pada butir soal telah

benar

4. Penyusun pengecoh telah memenuhi

kelayakan pengecoh yang baik

5. Setiap butir soal memiliki satu jawaban

yang benar

B. Konstruk

1 Kalimat pada butir soal dimengerti

2 Kalimat pada butir soal tidak

memberikan interpretasi ganda

3. Kalimat pada butir soal tidak memberi

petunjuk ke arah jawaban yang benar

4. Pilihan jawaban homogen dan logis

ditinjau dari segi materi

C. Bahasa dan Budaya

1 Bahasa yang digunakan komunikatif

dan mudah dimengerti

2 Tidak menggunakan bahasa yang

berlaku setempat

3 Butir soal menggunakan bahasa


34

Indonesia yang baik dan benar

4 Kesesuaian penggunaan ejaan dan tanda

baca

Keterangan : 1 = tidak baik, 2 = kurang baik, 3 = cukup baik, 4 = baik, 5 = sangat

baik.

Soal dikatakan valid, berdasarkan kategori interval tingkat kevalidan. Apabila

interpretasi besarnya koefisien validitas > 6. Apabila pada tahapan ini soal tes belum

memenuhi kriteria yang ditetapkan , maka dilakukan revisi hingga memenuhi kriteria

untuk dilakukan uji coba.

(4) Tes, Evaluasi dan Revisi (Test, Evaluatin, and Revision)

Pada tahapan ini, soal-soal tes pemecahan masalah yang telah divalidasi diuji

cobakan terhadap 5 orang siswa SMP. Dari 105 buah soal akan dipilih sesuai dengan

kriteria soal yang baik sehingga menghasilkan 100 soal penalaran proporsional yang

sesuai dengan level soal tersebut. Pada analisis kuantitatif ini terdapat beberapa

indikator yang diuji, yaitu validitas butir soal, daya beda, tingkat kesukaran soal, dan

reliabilitas soal. Tingkat kesukaran soal digunakan untuk menjadi acuan penilaian

karakteristik soal tersebut mudah, sedang atau sukar. Sehingga akan diketahui

kelayakan soal-soal penalaran proporsional pada setiap levelnya. Soal tersebut juga

harus menjadi soal tes yang reliabel dan digunakan sebagai media tes standar. Dari

beberapa indikator soal tersebut, apabila masih belum memenuhi kriteria yang telah
35

ditentukan, maka akan dilakukan revisi dan kembali melalui uji analisis kuantitatif

sebelum diuji cobakan kembali.

Setelah soal valid kemudian dilakukan analisis tentang kualitas model praktis

dan efektif. Kepraktisan adalah suatu kualitas yang menunjukkan kemungkinan dapat

dijalankannya suatu kegunaan umum dari suatu teknik penilaian, dengan

mendasarkan pada biaya, waktu yang diperlukan untuk menyusun, kemudahan

penyusunan, mudahnya penskoran dan mudahnya menginterprestasikan

hasilhasilnya. Sedangkan keefektifan adalah tingkat ketercapaian tujuan

pengembangan paket soal.

Pengujian kepraktisan dan kefektifan dalam penelitian ini dilakukan setelah

instrumen divalidasi dan dinyatakan valid. Kepraktisan diukur berdasarkan hasil

penilaian guru matematika dan mengacu pada lembar kepraktisan dan keefektifan

soal pada setiap tes. Indikator penilaian kepraktisan dan keefektifan terdapat pada

Tabel 3.6 dan Tabel 3.7.

Tabel 3.6 Indikator Penilaian Kepraktisan Paket Soal

No Aspek yang diamati skor

A Teknik Penilaian 1 2 3 4 5

1. Kejelasan teknis penilaian

2. Tingkat kekonsistenan aturan penilaian

3. Tingkat Kekonsistenan karakteristik

instrumen penilaian

4. Kemudahan dalam melakukan

penskoran
36

5. Kemudahan menginterpretasikan hasil

penskoran.

B. Alokasi waktu penilaian

1 Waktu dalam melakukan penilaian

C. Instrumen Penilaian

1 Penggunaan biaya dalam melakukan

penilaian

Tabel 3.7 Indikator Penilaian Kefektifan Paket Soal

No Aspek yang diamati skor

A Hasil Penilaian Kerja Siswa 1 2 3 4 5

1. Tingkat Kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah

2. Tingkat kemampuan penalaran

proporsional siswa

B. Respon siswa dan guru terhadap

hasil pengembangan paket soal

1 Kesempatan siswa dalam

mengembangkan kemampuan

pemecahan masalah .

2 Kesempatan siswa dalam

mengembangkan kemampuan penalaran

proporsional.
37

Kepraktisan dan keefektifan diukur berdasarkan hasil penilaian guru

matematika terhadap beberapa indikator yang berupa komponen-

komponen yang menjadi tujuan pengembangan paket soal dalam

mengukur penalaran proporsional.

Paket soal dikatakan praktis apabila interpretasi besarnya koefisien

derajat kepraktisan minimal berkategori tinggi dengan koefisien derajat

(IP) 4. Paket soal dikatakan efektif apabila interpretasi besarnya

koefisien derajat kefektifan minimal berkategori tinggi dengan koefisien

derajat (IE) 4. Jika tingkat pencapaian IP dan IE di bawah kategori

tinggi, maka akan dilakukan revisi berdasarkan masukan para ahli dan

praktisi.

(5) Implementasi (Implementation)

Pada tahap ini dilakukan kegiatan menerapkan paket soal yang digunakan

dalam skala yang lebih luas. Tahapan ini bertujuan menguji efektivitas penggunaan

paket soal dalam mengukur kemampuan penalaran proporsional siswa MTSN 4

HSU. Rancangan penelitian pengembangan paket soal ini secara ringkas dapat dilihat

pada gambar 3.1 berikut :


38

Menyusun spesifikasi tes - Tujuan tes


- Kisi-kisi,
- Karakteristik
tes
Menyusun Soal tes - Bentuk tes
- Jumlah soal
tes

Prototipe 1i
i = 1,2, ... n

Validasi uji
Revisi
coba

Prototipe 1 + j
j = 1,2, ... n

Uji coba tes ke- j + 1


- Validitas butir soal
- Tingkat kesukaran
- Daya beda
Analisis Kuantitatif - Reliabilitas

Apakah model
Revisi
praktis

Prototipe Final : Hasil kegiatan

: Proses kegiatan

: Urutan

: siklus jika
39

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk memperoleh data

adalah menggunakan lembar validasi ahli dan angket respon Siswa. Lembar validasi

digunakan untuk memperoleh data tentang kevalidan Instrumen Tes.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Instrumen tes

Instrumen tes kemampuan penalaran matematis dalam penelitian ini

menggunakan soal materi perbandingan kelas VIII MTsN 4 HSU.

Tes adalah suatu teknik pengukuran yang didalamnya terdapat

berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus

dikerjakan atau dijawab oleh responden.20

Secara konseptual para ahli di bidang psikologi maupun pendidikan

sependapat dengan apa yang di maksud dengan tes itu sendiri, walaupun

diformulasikan dengan cara yang berbeda-beda. Menurut Brown : “a test

as a systematic procedure for a measuring a sample of behavior.” Ia

menjelaskan bahwa pada prinsipnya suatu tes merupakan suatu prosedur

sistematis untuk mengukur sampel tingkah laku seseorang.

20
Arifin, Zainal, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung : PT REMAJA
ROSDAKARYA, 2012), h. 226
40

Tes yang baik harus mampu mengukur apa yang diukur (aspek

validitas) dan konsisten atau stabil dalam mengukur apa yang diukur

(aspek reliabilitas). 21

b. Lembar Validasi Instrumen Tes

Sehubungan dengan penelitian ini validasi yang dilakukan adalah

validasi isi yang bertujuan untuk melihat kesesuaian isi tes yang disusun

dengan aspek kemampuan penalaran matematis yang hendak

dikembangkan. Untuk keperluan ini lembar tes telah divalidasikan

kepada dosen pembimbing pendidikan matematika dan guru matematika

di sekolah. Berdasarkan pertimbangan dan rekomendasi dari validator

selanjutnya dilakukan revisi.

c. Angket

Angket adalah instrumen penelitian yang berisi serangkaian

pertanyaan atau pernyataan untuk menjaring data atau informasi yang

harus dijawab responden secara bebas sesuai dengan pendapatnya. 22

Angket digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang respons

siswa terhadap paket tes kemampuan penalaran matematis siswa. Pada

tahap one-to-one dan small group angket dibagikan kepada siswa setelah

melakukan tes atau mengerjakan instrumen tes tersebut. Responss siswa

pada angket ini dijadikan salah satu acuan ketercapaian instrumen tes

21
Yusuf, Muri, Asesmen dan Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT Fajar Interpratama Mandiri),
h. 93
22
Arifin, Zainal, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung : PT
REMAJA ROSDAKARYA, 2012), h. 228
41

kemampuan penalaran matematis yang mudah dipahami dan dimengerti

dari segi bahasa, tampilan atau format yang menarik serta tingkat

kesulitannya sesuai dengan kemampuan anak MTsN 4 HSU. Siswa

diminta mengisi angket sesuai pendapat atau komentar mereka mengenai

soal-soal yang telah mereka kerjakan.

H. Teknik Analisis Data

1. Analisis Validitas Isi Soal

Analisis validasi isi soal menggunakan metode Content Validity Ratio (CVR).

Menurut Lawshe, CVR merupakan sebuah pendekatan validitas isi untuk mengetahui

kesesuaian item dengan domain yang diukur berdasarkan pertimbangan para ahli.

Validasi melibatkan Satu dosen dan satu guru yang ahli dalam bidang matematika di

MTsN 4 HSU. Untuk mengukur Content Validity Ratio (CVR), sejumlah ahli (panel)

diminta untuk memeriksa setiap komponen pada instrumen pengukuran. Masukan

para ahli ini kemudian digunakan untuk menghitung Content

Validity Ratio (CVR) untuk setiap komponen. Hasil validasi dari seluruh validator

dianalisis dengan cara:23

a. Kriteria Penilaian Tanggapan Validator

Pemberian skor pada tanggapan validator memiliki kriteria sebagai

berikut:

Tabel 3.1: Kriteria Penilaian Angket Tanggapan

23
Lawshe, C.H, “A Quantitative Approach to Content Validity”, Personnel Psychology,
Purdue University 28, (1975), h. 563-575.
42

Kriteria Skor

Ya 1

Tidak 0

b. Pemberian Skor pada Jawaban Item Diolah dengan Menggunakan CVR.

Setelah semua item mendapat skor, kemudian skor tersebut diolah.

1. Menghitung nilai CVR

( )

= umlah responsden yang menyatakan ya

total respons

a. Saat kurang ½ total responsden yang menyatakan Ya maka nilai

CVR = -.

b. Saat ½ dari total responsden yang menyatakan Ya maka nilai CVR

=0

c. Saat seluruh responsden menyatakan Ya maka nilai CVR = 1 (hal

ini diatur menjadi 0.99 disesuaikan dengan jumlah responsden)

d. Saat jumlah responsden yang menyatakan Ya lebih dari ½ total

responsden maka nilai CVR = 0 – 0,99.

2. Menghitung nilai CVI (Indeks Validitas Konten)

Setelah mengidentifikasi setiap soal yang diterima pada instrumen tes

dengan menggunakan CVR, CVI digunakan untuk menghitung


43

keseluruhan jumlah sub pertanyaan. Secara sederhana CVI merupakan

rata-rata dari nilai CVR.

Hasil perhitungan CVI adalah berupa rasio angka 0-1. Angka tersebut

dapat dikategorikan sebagai berikut:

Tabel 3.2. Kategori Hasil Perhitungan CVI

Rentang Kategori

0-0,33 Tidak sesuai

0,34-0,67 Sesuai

0,68-1 Sangat sesuai

2. Analisis Respons Siswa

Dalam Abdul Majid data respons siswa diperoleh melalui instrumen angkat

respons siswa, dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a) Menghitung banyak siswa yang memberi respons positif terhadap

pernyataan dari setiap aspek, dengan kategori “negatif” yaitu kriteria 1 dan 2 dan

kategori “positif” yaitu kriteria 3 dan 4.

b) Menentukan kategori untuk respons positif dengan cara mencocokkan hasil

persentase dengan kriteria yang ditetapkan. Jika hasil analisis menunjukkan bahwa

respons siswa belum positif, maka dilakukan revisi terhadap instrumen tes terkait

dengan aspek-aspek yang nilainya kurang.


44

c) Jika hasil analisis menunjukkan bahwa respons siswa belum positif, maka

dilakukan revisi terhadap perangkat yang dikembangkan.24

3. Uji Reliabilitas Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Matematis

Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen. 25

Dengan demikian reliabilitas dapat diartikan sebagai sebagai keterpercayaan.

Keterpercayaan berhubungan dengan ketetapan dan konsistensi.26


( )( )
( )

Keterangan :

reliabilitas yang dicari

∑ = jumlah varians skor tiap-tiap item

= varians total.

Perhitungan varians skor tiap soal digunakan rumus:

(∑ )
(∑ )

Keterangan :

= varians total

= jumlah peserta tes

X = skor total

24
Abdul Majid, “Pengembangan Modul Matematika pada Materi Garis dan Sudut Setting
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) untuk Siswa Kelas VII SMP”, Tesis tidak di
publikasikan (Makassar : UNM, 2014), h.81.
25
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Cet.V; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h.
258.
26
Purwanto, Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan (Cet.III; Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2012), h. 160.
45

Tabel 3.4: Kategori interval Tingkat Reliabilitas

Nilai siswa Tingkat Kemampuan Penalaran

Matematis Siswa

0,00 < r11 ≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah

0,020 < r11 ≤ 0,40 Reliabilitas rendah

0,40 < nilai ≤ 0,60 Reliabilitas sedang

0,60 < r11 ≤ 0,80 Reliabilitas tinggi

0,80 < r11 ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

4. Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Kemampuan penalaran matematis

Butir-butir soal tes hasil belajar dapat dikatakan sebagai butir item

yang baik apabila butir-butir tes tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula

terlalu mudah. Dengan kata lain derajat kesukaran tes tersebut adalah

sedang atau cukup. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya

suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Semakin tinggi

indeks kesukaran soal maka semakin mudah soal tersebut. Soal yang baik

adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit.27

5. Daya Pembeda Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Matematis

Siswa

Daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk

mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang

27
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Cet.XIII; Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 137.
46

tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong

kurang atau lemah prestasinya.28

6. Analisa Data Hasil Kemampuan Penalaran Matematis Siswa

Data hasil tes untuk mengukur keterampilan penalaran

matematis siswa dilihat dari skor yang diperoleh siswa dalam

mengerjakan soal tes kemampuan penalaran matematis. Skor yang

diperoleh siswa, kemudian dihitung persentasenya untuk mengukur

keterampilan penalaran matematis.

Skor kemampuan penalaran matematis siswa adalah jumlah

skor yang diperoleh siswa pada saat menyelesaikan soal tes

kemampuan penalaran matematis.

Nilai akhir yang diperoleh siswa adalah:

Data hasil tes kemampuan dianalisis untuk menentukan kategori

tingkat kemampuan penalaran matematis siswa. Kategori kemampuan

penalaran matematis siswa tersebut ditentukan seperti pada tabel

berikut:29

Tabel 3.7: Kategori Tingkat Kemampuan penalaran matematis

Nilai siswa Tingkat Kemampuan

Penalaran

28
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, h. 141.
29
Intan Saputri, dkk. “Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Menggunakan Pendekatan
Metaphorical Thinking pada Materi Perbandingan Kelas VIII di SMPN 1 Indralaya Utara” Jurnal
Elemen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Sriwijaya. vol. 3, no. 1, (Januari
2017), 15-24.
47

Matematis Siswa

80 < nilai ≤ 100 Sangat baik

60 < nilai ≤ 80 Baik

40 < nilai ≤ 60 Cukup

20 < nilai ≤ 40 Kurang

0 ≤ nilai ≤ 20 Sangat Kurang

7. Kriteria Kualitas Instrumen Tes


Pada pengembangan instrumen tes ini diperlukan suatu kriteria
untuk menentukan kualitas instrumen tes yang telah dikembangkan itu
baik atau tidak. Kriteria tersebut diperlukan sebagai patokan untuk
menentukan sejauh mana proses pengembangan dilakukan. Pada
penelitian ini untuk mengukur kevalidan, kereliabelan, tingkat
kesukaran, dan daya pembeda instrumen tes maka disusun dan
dikembangkan kriteria instrumen tes yang telah dikembangkan di
antara lain:
a) Kriteria isi soal dikatakan baik apabila instrumen tes
memiliki hasil perhitungan CVR dan CVI ( );
b) Kriteria reliabilitas dikatakan baik apabila instrumen tes
memiliki derajat reliabilitas tinggi (lebih dari 0,60).
c) Kriteria tingkat kesukaran dikatakan baik apabila instrumen
tes memiliki tingkat kesukaran 0,31–0,70.
d) Kriteria daya pembeda dikatakan baik apabila instrumen tes
memiliki daya pembeda minimal cukup atau (≥0,2).
48

Matrix Penelitian
Judul Permasalahan Variabel Indikator Sumber data
Pengembanga 1.Bagaimana 1. Proses 1. Tingkat 1. buku
n Paket Tes proses pengembangan kevalidan pustaka/Literat
Pengukuran pengembangan Paket tes soal: Daya ur
Kemampuan Paket tes untuk terdiri atas 5 beda soa,
Penalaran mengukur fase : tingkat 2. validator : 1
Proporsional kemampuan Investigasi kesukaran, dosen
Siswa Kelas penalaran awal, Desain, validitas matematika, 1
VIII MTSN 4 Proporsional Realisasi/konst soal, guru bidang
HSU Pada siswa VIII MTSN ruksi, Tes, realibilitas matematika
Materi 4 HSU dalam evaluasi dan soal. mtsn 4 HSU
Perbandingan menyelesaikan revisi,
soal Perbandingan Implementasi. 2. Tingkat 3. Subyek
? kepraktisan penelitian :
2. Kualitas soal. siswa MTSN 4
2.Bagaimana pengembangan HSU
kualitas Paket tes paket tes 3. Tingkat
untuk mengukur meliputi kefektifan
kemampuan tingkat soal.
penalaran kevalidan,
matematis siswa kepraktisan,
kelas VIII MTSN dan kefektifan.
4 HSU dalam
menyelesaikan
soal Perbandingan
?
49

Sistematika Pembahasan

Hasil dari penelitian ini yang berjudul “Pengembangan Perangkat Tes Pengukuran

Kemampuan Penalaran Proporsional Siswa Kelas VIII MTSN 4 HSU Pada Materi

Perbandingan”, untuk memudahkan pemahaman pada penelitian ini, maka

sistematika penelitian

tersusun sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

BAB ini berisi tentang latar belakang masalah, definisi operasional, rumusan

masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta penelitian terdahulu.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB ini memuat uraian tentang Hakikat matematika, uraian tentang instrument tes,

Kemampuan Penalaran Matematis.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB ini memuat secara rinci metode penelitian yang berisi jenis penelitian

dan pendekatan, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, teknik

pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data.

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB ini memuat hasil Gambaran Umum Lokasi Penelitian, hasil penelitian

dan pengembangan, pembahasan, dan keterbatasan penelitian.

BAB V PENUTUP

BAB ini memuat penutup yang berisi simpulan dan saran

10. Kerangka Skripsi (Sementara)


50

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

2. Definisi Operasional

3. Rumusan Masalah

4. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

5. Penelitian Terdahulu

BAB II LANDASAN TEORI

1. Hakikat Matematika

2. Instrumen Tes

3. Penalaran Matematis

BAB III METODE PENELITIAN

1. Pendekatan Penelitian

2. Jenis Penelitian

3. Populasi dan Sampel

4. Variabel Penelitian

5. Teknik Pengumpulan Data

6. Teknik Analisis Data


51

DAFTAR PUSTAKA

Agustina,Tiara “ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN


MISKONSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA MATERI
GERAK BERDASARKAN HASIL THREE-TIER TEST”, Skripsi; fakultas
pendidikan matematika dan ilmu pengetahun alam, Universitas Pendidikan Indonesia
2014

Majid, Abdul, “Pengembangan Modul Matematika pada Materi Garis dan Sudut
Setting Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) untuk Siswa Kelas VII
SMP”, Tesis Makassar : UNM, 2014

Hamzah, Ali , Evaluasi Pembelajaran Matematika .Jakarta: PT Rajagrafindo


Persada, 2014.

Kusumayanti, Andi & Dhoriva Urwatul Wutsqa, “Keefektifan Model Kolb-Knisley


ditinjau dari Prestasi belajar, Kemampuan Penalaran, dan Self-Esteem Siswa.”
MaPan: Jurnal Matematika dan Pembelajaran, vol. 4, no. 1, (2016).

As’ari dkk. Matematika SMP/MTS Kelas VIII Semester 1. Jakarta : Pusat Kurikulum
dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud, 2017

Narbuko, Cholid dan H. Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Bumi


Aksara, 2013

Shadiq, Fadjar, Pembelajaran Matematika Cara meningkatkan kemampuan Berpikir


Siswa. (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2014

Ina V.S. Mullis, Michael O. Martin, dkk. TIMSS (The Trends in International
Mathematics and Science Study) 2011 International Results in Mathematics (Boston
College Chestnut Hill, MA,USA: TIMSS & PIRLS International Study Center,
Lynch School of Education, and International Association for the Evaluation of
Educational Achievement (IEA) IEA Secretariat Amsterdam, the Netherlands.

Intan Saputri, dkk. “Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Menggunakan


Pendekatan Metaphorical Thinking pada Materi Perbandingan Kelas VIII di SMPN 1
Indralaya Utara” Jurnal Elemen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP
Universitas Sriwijaya. vol. 3, no. 1, (April 2021).

Jurnaidi, J., & Zulkardi, Z. (2015). “Pengembangan Soal Model Pisa pada Konten
Change and Relationship untuk Mengetahui Kemampuan Penalaran Matematis
Siswa Sekolah Menengah Pertama”. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 8, No. 1,
2015.
52

Karnita, nia dan nova yuniarti. Bank Soal Superlengkap matematika SMA kelas 1,2,
dan 3. Jakarta : Cmedia, 2014.

Lawshe, C.H, “A Quantitative Approach to Content Validity”, Personnel


Psychology, Purdue University 28, 1975.

Leonard Mangunsong, “Matematika dalam Kehidupan Nyata”, http/leorist.


Blogspot.Com/2009/01/Matematika-dalam-kehidupan-nyata.html ( 17 April 2022).
Lyn English, Mathematical and Analogical Reasoning of Young Learners (London:
Lawrence Erlbaum Associates, Publishers, 2004

Syaodih Sukmadinata, Nana , Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja:


2018

Purwanto, Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, 2012

Amri, Sofan, Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013.


Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2013

Arikunto, Suharsimi , Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).Jakarta


Bumi: Aksara, 2013

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta


:Bumi Aksara, 2018.

Sutisna, “Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika


pada Siswa Kelas IV MI YAPIA- Parung-Bogor”, Jakarta: Perpustakaan UIN Syarif
Hidayatullah, 2016.

Ibnu Badar al-Tabany, Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif,


dan Kontekstual, Jakarta: Prenamedia Group, 2015.

Arifin, Zainal, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013


53

Anda mungkin juga menyukai