200407550028
2023
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
(Permatasari & Sri Widodo,2021).Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tujuan
pendidikan tercapai (Ali Hamzah, 2014). Tujuan dilakukannya evaluasi pendidikan adalah
untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan peserta didik sehinggadapat diketahui tingkat
kecerdasannya. Evaluasi juga dapat membantu pihak guru dansekolah untuk mengetahui
apakah proses pembelajaran yang dilakukan berhasil dan proses pendidikan yang ada
disekolah baik.Tanpa evaluasi,maka tidak akan diketahui bagaimana kondisi objek tersebut
Amelia, Halik & Mukhlisa (2021) Menyatakan bahwa pada evaluasi terdapat
diukur dengan alat ukurnya dan kemudian menerangkan angka menurut sistem aturan
belajar siswa, guru harus menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
media pembelajaran yang akan digunakan pada proses belajar mengajar. Dalam menilai
hasil belajar, guru harus melakukan evaluasi terhadap siswa untuk mengetahui sejauh mana
Fauziana dan Andhita (2021) menyatakan assesmen memerlukan suatu alat untuk
mengukur kemampuan siswa. Salah satu alat yang digunakan adalah tes, agar tes yang
suatu perangkat tes. Perangkat tes yang baik memiliki tiga kriteria, yaitu; isi teks sesuai
dengan materi yang hendak diujikan (validitas isi), teks memiliki konstruk yang
baik (validitas konstruk), dan memiliki keajegan (realibilitas). Tes dikatakan reliabel jika
digunakan untuk mengukur beberapa kali, baik pada peserta yang sama atau berbeda,
Alat yang digunakan dalam proses evaluasi dapat berupa tes maupun non tes
(Purwanti, 2014). Tes adalah alat untuk mengukur hasil belajar siswa dengan memberikan
seperangkat pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau
dijawab oleh peserta didik (Tutut kurniawan, 2015). Tes merupakan alat ukur yang paling
sering digunakan guru untuk mengukur hasil belajar siswa. Tes yang biasa digunakan guru
untuk menguji hasil belajar siswa ada dua yaitu tes dalam bentuk soal esai dan soal pilihan
ganda. Tes dalam bentuk soal esai biasanya adalah soal ulangan harian, sedangkan dalam
bentuk soal pilihan ganda adalah soal ujian akhir semester atau ujian akhir sekolah.
siswa yang sebenarnya. Hal ini dapat disebabkan oleh rendahnya kemampuan guru dalam
mengevaluasi dan menyusun perangkat tes sebagai sarana untuk mengevaluasi. Evaluasi
disini berfungsi untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan
mengetahui sejauh mana kualitas butir soal yang disusun.Analisis butir soal membantu
meningkatkan kualitas butir soal melalui revisi atau membuang soal yang tidak efektif,
selain itu dapat digunakan sebagai informasi diagnostik pada siswa, apakah mereka
Retnawati (2014) menyebutkan bahwa analisis butir soal dalam pendidikan dapat
dilakukan melalui dua pendekatan yaitu pendekatan klasik dan modern. Analisis butir soal
secara klasik adalah proses penelaha butir soal melalui informasi dari jawaban peserta didik
guna meningkatkan mutu butir soal yang bersangkutan dengan menggunakan teori tes
Klasik. Selanjutnya analisis butir soal secara modern adalah penelaahan butir soal dengan
menggunakan Item Respon Theory (IRT) atau teori jawaban butir soal. Item Respon
menghubungkan antara peluang menjawab benar suatu soal dengan kemampuan siswa.
Pada pendidikan formal khususnya sekolah dasar,bentuk tes yang biasa digunakan
dalam ulangan tengah semester maupun ulanagn semester yaitu bentuk objektif dan
subjektif. Agar dapat mengukur kemampuan hasil belajar siswa secara tepat dan akurat
maka soal-soal tersebut harus memiliki kualitas yang baik. Untuk mengetahui kualitas dari
soal yang diberikan, maka harus dilakukan analisis butir soal. Analisis butir soal adalah
proses identifikasi butir soal yang memenuhi syarat maupun yang tidak memenuhi syarat
sebagai tes yang berkualitas. Analisis butir soal dapat dilakukan dengan uji validitas,
Menurut Hery Susanto (2015) mengemukakan bahwa Analisis yang perlu dilakukan
pendidik adalah analisis butir soal. Kegiatan analisis butir soal merupakan kegiatan penting
dalam penyusunan soal agar diperoleh butir soal yang bermutu. Tujuan kegiatan analisis
butir soal ini adalah mengkaji dan menelaah setiap butir soal agar diperoleh soal yang
bermutu sebelum digunakan, meningkatkan kualitas butir tes melalui revisi atau membuang
soal yang tidak efektif, serta mengetahui informasi diagnostik pada siswa apakah mereka
telah memahami materi yang telah diajarkan. Soal yang bermutu adalah soal yang dapat
memberikan informasi setepattepatnya tentang siswa yang telah menguasai materi dan
Analisis butir soal sangat penting, namun kenyataanya masih terdapat sekolah sekolah
yang hanya melakukan analisis butir soal hanya sampai pada tahap validitas isi saja. Banyak
sekolah tidak melakukan uji coba dan melakukan analisis butir soal yang dapat ditinjau dari
yang baik akan memajukan pendidikan di Indonesia, sehingga langkah penyusunan soal
belum diketahui kualitas butir soal yang telah disusun. Begitupun penelitian yang di lakukan
oleh Agustin (2019) menyatakan bahwa guru belum pernah melakukan analisis butir soal.
Dalam menyusun soal, guru masih banyak mengambil dari buku, dan soal ulangan tahun
lalu yang belum diketahui kualitas soalnya. Guru beranggapan bahwa dengan hanya
membuat soal berdasarkan silabus dan bank soal yang guru miliki sudah memenuhi kriteria
soal yang digunakan pada soal matematika Ujian Tengah Semester dan Ujian Semester
diberikan kepada siswa tanpa melakukan analisis butir soal.Berdasarkan observasi tersebut
maka perlu di lakukan penelitian tentang “Analisis Butir Soal Mid Semester Ganjil Tahun
ajaran 2023/2024 Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas Tinggi UPTD SD Negeri 89
Parepare ".
B. Rumusan Masalah
matematika siswa kelas tinggi UPTD SD Negeri 89 Parepare ditinjau dari validasi isi?
2. Bagaimana kualitas soal ulangan Tengah semester pada mata Pelajaran matematika
siswa kelas tinggi UPTD SD Negeri 89 Parepare ditinjau dari validasi kriteria?
3. Bagaimanakah kualitas soal ulangan tengah semester pada mata pelajaran
matematika siswa kelas tinggi UPTD SD Negeri 89 Parepare ditinjau dari tingkat
kesukaran?
matematika siswa kelas tinggi UPTD SD Negeri 89 Parepare ditinjau dari daya
pembeda?
pengecoh?
C. Tujuan Penelitian
penelitian yaitu:
1. Untuk mengetahui kualitas soal ulangan tengah semester pada mata pelajaran
matematikasiswa kelas tinggi UPTD SD Negeri 89 Parepare ditinjau dari validasi isi.
2. Untuk mengetahui kualitas soal ulangan tengah semester pada mata pelajaran
kriteria.
3. Untuk mengetahui kualitas soal ulangan tengah semester pada mata pelajaran
matematikasiswa kelas tinggi UPTD SD Negeri 89 Parepare ditinjau dari reliabilitas.
4. Untuk mengetahui kualitas soal ulangan tengah semester pada mata pelajaran
kesukaran.
5. Untuk mengetahui kualitas soal ulangan tengah semester pada mata pelajaran
matematika siswa kelas tinggi UPTD SD Negeri 89 Parepare di tinjau dari daya
pembeda
6. Untuk mengetahui kualitas soal ulangan tengah semester pada mata pelajaran
pengecoh.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
pendidikan. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan dari bahan
b. Manfaat Praktis
analisis butir soal matematika sehingga dapat memberikan masukan kepada guru
3. Bagi calon peneliti, penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh calon peneliti
sebagai bekal untuk menerapkan ilmu yang akan diperoleh apabila menjadi pendidik
A. Kajian teori
a. Tes
Tes adalah salah satu bentuk alat ukur yang mempunyai nilai benara atau salah yang
digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif atau pengetahuan siswa dalam berbagai
mata pelajaran yang diajarkan. Menurut Nuryadi & Khuzaini (2016) bahwa tes merupakan
salah satu cara yang dilakukan dalam rangka pengukuran dan penilaian yang berbentuk
suatu tugas yang harus dikerjakan oleh siswa sehingga menghasilkan nilai hasil
belajar.Yusrizal (2016) menyatakan bahwa tes terdiri dari tes subjektif dan tes objektif.
1) Tes Subjektif
Menurut Haryanto (2020) bahwa tes subjektif adalah salah satu bentuk soal yang
penulisan jawabannya menuntut siswa untuk mengingat hal-hal yang telah dipelajarinya
dengan cara mengemukakannya dalam bentuk uraian tertulis.Tes uraian memiliki kelebihan
yaitu dapat mengukur proses berfikir tingkat tinggi, untuk mengukur hasil belajar yang
kompleks, waktu dalam menulis soal lebih cepat dan relatif lebih mudah. Sedangkan
kekurangannya yaitu terbatasnya sampel materi yang ditanyakan, sulit memeriksa jawaban
siswa, hasil pemeriksaannya cenderung tidaktetap, dan hasil kemampuan siswa dapat
2) Tes Objektif
Asrul, Ananda, & Rosnita (2014) menyatakan bahwa tes objektif dikenal dengan
istilah tes jawaban pendek, dan salah satu tes yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat
dijawab oleh tester dengan jalan memilih salah satu jawaban diantara beberapa
kemungkinan jawaban yang telah disediakan atau dengan jalan menuliskan jawabannya
berupa katakata atau simbol-simbol tertentu pada tempat-tempat yang disediakan untuk
Arifin (2009) menyatakan bahwa macam-macam tes objektif adalah benar salah,
bahwa tes objektif memiliki kelebihan yaitu jumlah materi yang dapat ditanyakan relatif
tidak terbatas, dapat mengukur berbagai jenjang kognitif, penskorannya mudah dan cepat,
cocok untuk ujjan yang pesertanya banyak, dan reliabilitasnya relatif lebih tinggi. Adapun
kelemahannya yaitu kurang bisa digunakan untuk kemampuan verbal, siswa tidak
digunakan mengukur problem solving, dan sangat sukar menentukan alternatif jawaban
b. Pengukuran
Pengukuran adalah pemberian angka terhadap hasil tes yang telah dilakukan. Asrul,
Ananda, & Rosnita (2014) menyatakan bahwa pengukuran adalah proses untuk menentukan
kuantitas daripada sesuatu atau membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Kegiatan
suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas padakuantitas fisik,
tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan,
empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan.
Dalam hal ini pendidik menaksir prestasi peserta didik dengan membaca atau mengamati
apa saja yang dilakukan peserta didik, mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang
mereka katakan, dan menggunakan indera mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh,
c. Penilaian
Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian
untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau
pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil
penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam katakata) dan nilai
penentuan nilai kuantitatif tersebut. Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah
telah dilakukan. Pendidik harus mengetahui sejauh mana peserta didik (learner) telah
mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan
pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan
instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan
dengan nilai.
d. Evaluasi
Abdul Qodir (2017) menyatakan bahwa lstilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris
yaitu Evaluation yang artinya penilaian. Evaluasi memiliki banyak arti yang berbeda,
menurut llang dan Brown dalam buku yang berjudul Essentials of Educational Evaluation,
dikatakan bahwa "Evaluation rekr to the act or process to determining the yalue of
something", artinya "evaluasi adalah suatu Tindakan atau suatu proses untuk menentukan
nilai dari pada sesuatu". Sesuai dengan pendapat tersebut maka evaluasi pendidikan dapat
diartikan sebagai tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam
dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia
pandidikan.Evaluasi merupakan sub sistem yang sangat penting dan sangat di butuhkan
dalam setiap sistem pendidiftan, karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh
perkembangan atau kemajuan hasil pendidikan. Dengan evaluasi, maka maju dan
mundumya kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita dapat
mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih
baik ke depan.
Nur Fitriani Zainal (dalam Suherman dan Sukjaya 2020) mengatakan bahwa istilah
pada segi kuantitas (how much) penilaian menunjuk pada segi kualitas (what value) dan
evaluasi berkenaan dengan keduanya, yaitu pengukuran dan penilaian. Antara evaluasi,
penilaian, dan pengukuran terdapat hubungan yang erat yang tidak dapat dipisahkan.
melukiskan hubungan ketiganya, yaitu evaluasi adalah deskripsi kuantitatif siswa yang
ditetapkan dengan penentuan nilai, dan evaluasi adalah deskripsi kualitatif siswa yang
Analisis butir soal sangat penting dilakukan dalam dunia pendidikan. Nuryadi&
Khuzaini (2016) menyatakan bahwa dalam bidang pendidikan, tes dilakukan dalamrangka
pengukuran dan penilaian. Untuk memperoleh hasil pengukuran yang baik maka alat
ukurnya pun harus bijak. Alat ukur dalam hal ini tes perlu dianalisis untuk mengetahui
kualitasnya. Analisis butir soal adalah proses pengkajian terhadap butir- butir soal sehingga
soal yang disusun memiliki kualitas yang memadai dalam mengukur hasil belajar siswa.
Analisis butir soal dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis butir soal
secara kualitatif dilakukan dengan menelaah setiap butir soal oleh teman sejawat.
Penelaahan perangkat penilaian difokuskan pada pemenuhan aspek materi, konstruksi, dan
bahasa yang dilakukan sebelum melaksanakan tes. Sedangkan analisis butir soal secara
kuantitatif terdiri dari analisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan
Ina Magdalena (dalam Kusaeri 2021) analisis butir soal bertujuan memperoleh soal
yang bermutu. Soal bermutu adalah soal yang dapat memberikan informasi setepat-
tepatnya tentang kemampuan siswa. Kegiatan dalam analisis butir soal meliputi menelaah
setiap soal agar diperoleh soal yang bermutu sebelum digunakan, meningkatkan kualitas
butir soal melalui kegiatan revisi soal, dan membuang soal yang tidak efektif.
Tujuan Analisis Butir Soal Rukajat (2018) menyatakan bahwa tujuan analisis butir
1) Untuk mengetahui apakah butir soal yang digunakan untuk mengevaluasi sudah
2) Untuk mengetahui sejauh mana data yang dihasilkan butir soal dapatdiandalkan.
3) Untuk mengetahui sejauh mana data yang dihasilkan dapat berguna bagi proses
pembelajaran.
1) Validasi
Validitas adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur. Validitas
alat ukur tidak terganggu. Validitas tampilan lebihberhubungan dengan bagaimana tanggapan dari
pihak awam mengenai alat ukur tersebut. Bila kita mengacu ke konsep validitas yang telah dibahas
sebelumnya, validitas tipe ini kurang tepat dikategorikan ke dalam tipe validitas karena makna dari
validitas tampilan tidak terkait dengan kemampuan mengukur dari suatu alat ukur.
artinya kesalihan. Validitas pada umumny adalah “sejauh mana tes itu mengukur apa yang
dimaksudkan untuk diukur”. Artinya validitas adalah alat ukur yang memenuhi standar untuk
mengukur apa yang ingin di ukur. Validitas tes di bagi menjadi 3 yaitu validasi isi,validasi
konstruk dan validasi kriteria.Valisitas isi atau validitas kurikulum adalah alat ukur yang
dapat dilihat valid apabila sesuai denga nisi kurikulum yang hendak di ukur. Validitas isi
ditentukan dengan melihat soal-soal yang telah sesuai dengan atribut yang akan di ukur.
Validitas isi tes menunjuk kesalihan tes, yang merupakan seperangkat soal-soal, dilihat dari
isinya memang mengukur sesuatu yang dimaksudkan untuk diukur. Ukuran kedalaman ini
ditentukan berdasar derajat representatif isi tes itu bagi isi hal yang diukur validitas isi
tergantung dari tes itu sendiri dan proses dalam menjawab tersebut.Validitas Konstruk
(construct validiyt), validitas ini merupakan validitas yang berhubungan dengan fenomena,
objek, gejala yang terjadi yang dapat di amati dan di ukur seperti aspek-aspek ingatan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Validitas Konstruk dapat juga di artikan
sebagai suatu alat ukur yang valid apabila sesuai dengan kontruksi teoritik di mana tes itu
dibuat. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila soal-soalnya mengukur
setiap aspek berpikir seperti yang diuraikan dalam standar kompetensi, kompetensi dasar,
adalah validitas alat ukur yang dilihat dari besarnya hasil pengukuran dengan alat yang
dipersoalkan itu sama atau mirip dengan hasil pengukuran alat lain yang dijadikan kriteria.
Kriteria ini pada umumnya adalah alat yang sama dengan alat ukur lain yang digunakan,
validitas kriteria dibagai menjadi 2 berdasarkan waktu validitas kriteria tersebut digunakan
yaitu jika validitas kriteria itu digunakan dalam waktu dekat maka disebut validitas sama saat
(concurrent validity) dan jika validitas kriteria tersebut digunakan baru beberapa waktu maka
2) Rebialitas
Farida (2021) menjelaskan bahwa reliabilitas berasal dari kata reliability berarti sejauh
mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Suatu hasil pengukuran dapat dipercaya
apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama,
diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek
memang belum berubah. eliabilitas merupakan koefesien yang menunjukkn sejauh mana
suatu instrumen/ alat pengukur dapat dipercaya, artinya apabila suatu instrumen digunakan
berulang-ulang untuk mengukur sesuatu yang sama, maka hasilnya relatif stabil atau
konsisten. Secara empiris tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh suatu angka yang
disebut koefesien reliabilitas, besarnya koefesien reliabilitas berkisar antara 0 sampai dengan
1, dimana semakin tinggi angka reliabilitas berarti semakin konsisten hasil pengukuran, akan
tetapi secara empiris koefesien reliabilitas yang mencapai angka 1 jarang dijumpai.
3) Tingkat Kesukaran
Nani Hanifat (dalam Saifudin Azwar 2014) mengatakan bahwa tingkat kesukaran butir
soal adalah proporsi antara banyaknya peserta tes yang menjawab butir soal dengan benar
dengan banyaknya peserta tes. Hal ini berarti makin banyak peserta tes yang menjawab butir
soal dengan benar maka makin besar indeks tingkat kesukaran, yang berarti makin mudah
butir soal itu. Sebaliknya makin sedikit peserta tes yang menjawab butir soal dengan benar
4) Daya Pembeda
Menurut Mujianto Solichin (2017) menyatakan daya pembeda soal adalah kemampuan
sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi dengan
siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda
disebut indeks diskriminasi (D). Indeks diskriminasi berkisar antara 0,00 sampai 1,00,
berbeda dengan indeks kesukaran tidak mengenal tanda negatif (-), tetapi pada indeks
diskriminasi ada tanda negatif. Tanda negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika
Butir soal tes yang baik juga harus dapat menunjukan daya pembedanya. Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Arikunto, “Daya beda adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang
(berkemampuan rendah).” Soal dapat dikatakan mempunyai daya pembeda jika soal tersebut
dapat dijawab oleh siswa berkemampuan tinggi dan tidak dapat dijawab oleh siswa
berkemampuan rendah. Jika suatu soal dapat dijawab oleh siswa pintar maupun kurang,
berarti soal tersebut tidak mempunyai daya beda, demikian juga jika soal tersebut tidak dapat
dijawab oleh siswa pintar dan siswa kurang, berarti soal tersebut tidak baik sebab tidak
mempunyai daya pembeda.
5) Pengecoh
Rahmatika Rahayu (2016) menyatakan bahwa sebuah pengecoh dikatakan telah dapat
menjalankan fungsinya dengan baik apabila pengecoh tersebut mempunyai daya tarik
sedemikian rupa sehingga siswa yang kurang menguasai konsep merasa bimbang dan pada
akhirnya mereka terkecoh untuk memilih pengecoh sebagai jawaban benar. Efektivitas
Menurut Komaruddin (2017) pengecoh dalam soal adalah distribudi tastee dalam
menentukan pilihan jawaban seperti a,b,c,dan d pada soal dalam bentuk pilihan ganda. Dari
pola pilihan jawaban tersebut dapat ditentukan apakah pengecoh (distributor) soal berfungsi
dengan baik atau tidak. pengecoh (distributor) dapat dikatakan baik apabila pengecoh
tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi yang mengerjakan tes tersebut.
a. Pengertian Matematika
Mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting yang
diajarkan mulai dari pendidikan dasar. Menurut Zainal & Maryam (2020) bahwa pentingnya mata
pelajaran matematika pada pendidikan dasar untuk dipelajari oleh siswa disebabkan karena
matematika sebagai sarana untuk mengembangkan pemahaman siswa mengenai bagaimana cara
memahami dan memecahkan permasalahan dalam kehidupan seharihari.Menurut Passinggi & Zainal
(2018) bahwa hal-hal yang perlu dipahami untuk mempersiapkan pembelajaran matematika yaitu
berkenaan dengan konsep dasar matematika, analisis substansi materi matematika dalam kurikulum
dan proses pembelajarannya. Konsep dasar matematika pada sekolah dasar sederhana dan mudah,
namun tidak boleh dipandang sepele. Diperlukan kecermatan dalam menyajikan konsep-konsep
tersebut, agar siswamampu memahaminya secara benar, karena pembelajaran yang diterima siswa di
Wati susilawati (dalam Johnson dan Rising 2020) dalam bukunya mengatakan bahwa
matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan
cermat, jelas, dan akurat refresentasinya dengan simbol, berupa bahasa simbol. Kemudian
Kline dalam bukunya mengatakan pula, bahwa matematika itu bukanlah pengetahuan yang
menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu
terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial,
Rora Rizki Wandin (dalam BSNP 2019) tujuan pelajaran matematika adalah
pemecahan masalah.
pernyataan matematika.
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet
satu kajian yang selalu menarik untuk dikemukakan karena adanya perbedaan karakteristik
khususnya antara hakikat anak dan hakikat matematika. Untuk itu diperlukan adanya
jembatan yang dapat menetralisir perbedaan atau pertentangan tersebut. Anak usia SD
sedang mengalami perkembangan pada tingkat berpikirnya. Ini karena tahap berpikir
mereka masih belum formal, malahan para siswa SD di kelas-kelas rendah bukan tidak
mungkin sebagian dari mereka berpikirnya masih berada pada tahapan (pra konkret).
tidak lepas dari peran guru dalam merancang desain pembelajaran. Suatu proses
pembelajaran yang ideal tidak bisa dipisahkan dengan proses perencanaan dan desain
tersebut dibuat secara tertulis. Pemendikbud No. 22 Tahun 2016 menjelaskan tentang
B. Kerangka Pikir
Evaluasi pembelajaran adalah proses penilaian yang tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan pembelajaran untuk mengetahui hasil dari tujuan pendidikan (Tutut kurniawan,
2015). Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tujuan endidikan tercapai (Ali
Hamzah, 2014). Tujuan dilakukannya evaluasi pendidikan adalah untuk mengetahui sejauh
juga dapat membantu pihak guru dan sekolah untuk mengetahui apakah proses
pembelajaran yang dilakukan berhasil dan proses pendidikan yang ada disekolah baik.
Berdasarkan latar belakang yang mendasari penelitian deskriprif kuantitatif ini maka
calon peneliti memandang perlu melakukan analisis soal secara kuantitatif terhadap butir soal
matematika pada ulangan MID semester ganjil pada kelas tinggi di UPT SD Negeri 89
Parepare untuk mengetahui kualitas soal. Gambar karangka pikir pada penelitian ini yaitu
sebagai berikut.
Analisi butir soal MID semester ganjil tahun ajaran 2023/2024 pada mata pelajaran
matematika siswa kelas tinggi UPT SD Negeri 89 Parepare
kuantitatif
1. Pendekatan Penelitian
kuantitatif dapat diartikan sebagai metode yang digunakan untuk meneliti pada populasi
atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan intrumen penelitian, analisis data
bersifat statistic, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Tujuan
penelitian kuantitatif diarahkan untuk menunjukkan hubungan antar variabel, variasi teori,
prediksi dan generalisasi. Pendekatan yang di lakukan pada penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif karena data yang diperoleh dalam bentuk angka dan di analisis untuk kemudian
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
dipelajari apa adanya, dan menarik kesimpulan dari fenomena yang dapat diamati dengan
kunci. Jenis penelitian deskriptif ini bertujuan untuk melukisakan secara sistematis fakta
populasi yang ada di lapangan secara factual dan cermat.Penelitian ini berupa analisis butir
soal MID semester ganjil tahun ajaran 2023/2024 pada mata pelajaran matematika di kelas
B. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian analisis butir soal MID semester ganjil tahun ajaran
2023/2024 pada mata pelajaran matematika di kelas tinggi UPT SD Negeri 228 Pinrang
adalah analisis butir soal matematika, validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas Subjek penelitian adalah sumber data
yang mana peneliti memanfaatkannya untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Sumber
data dalam penulisan adalah subjek ketika data itu diperoleh. (Noor 2011). Subjek dalam
penelitian ini yaitu siswa kelas kelas IV, V dan VI UPT SD Negeri 89 Parepare tahun ajaran
2023/2024
Tabel 3.1 Subjek Penelitian
penelitian. Diperlukan suatu teknik atau metode untuk mengumpulkan data, agar
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Motode pengumpulan data
dalam penelitian ini yaitu domuentasi, dimana dokuemntasi merupakan cara mengumpulkan
data dengan mengambil dan mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi responden
sumer dokumen dan rekaman. Dokumentasi digunakan dengan alasan karena sumber ini
selalu tersedia dan murah, kaya secara kontekstual, relevan serta mendasar dalam
konteksnya. Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan dokumen berupa soal
MID semester ganjil tahun ajaran 2023/2024 pada mata pelajaran matematika di kelas tinggi
Analisis data merupakan salah satu proses penelitian yang dilakukan setelah semua
data yang diperlukan guna memecahkan permasalahan yang diteliti sudah diperoleh secara
lengkap. Analisis data dilakukan dengan menafsirkan hasiI pengolahan data untuk
mengetahui hubungan antar variabel yang diteliti sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan
dari hasil penelitian tersebut (Soegiarto, 2018). Dalam penelitian ini yang menggunakan
teknik analisis data deskriptif kuantitatif, untuk mencari validitas isi, validitas kriteria,
reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan efektivitas pengecoh soal MID semester
ganjil tahun ajaran 2023/2024 pada mata pelajaran matematika di kelas tinggi UPT SD
1. Validitas isi
Menurut Matondang (2009) validitas isi suatu tes mempermasalahkan seberapa jauh
suatu tes mengukur tingkat penguasaan terhadap isi atau konten atau materi tertentu yang
seharusnya dikuasai sesuai dengan tujuan pengajaran. Dengan kata lain tes yang mempunyai
validitas isi yang baik ialah tes yang benar-benar mengukur penguasaan materi yang
seharusnya dikuasai sesuai dengan konten pengajaran yang tercantum dalam garis-garis
Besar Program Pengajaran (GBPP). Menurut Retnawati (Dalam Amelia 2021) bahwa Dalam
menghitung validitas isi, peneliti dapat meminta ahli mengisi lembar penelitian validitas.
Setelah lembar validitas disi, maka selanjutnya menghitung indeks kesepatan ahli atau
Keterangan:
Vi = Validitas kontruk
2. Validitas Kriteria
Validitas empiris sama dengan validitas kriteria yang berarti bahwa validitas
ditentukan berdasarkan kriteria, baik kriteria internal maupun kriteria eksternal. Validitas
empiris diperoleh melalui hasil uji coba tes kepada responden yang setara dengan responden
yang akan dievaluasi atau diteliti (Baso Intang Sappaile 2007). Analisis butir dilakukan
dengan cara mengkorelasikan skor-skor item dengan skor total. Korelasi dilakukan dengan
teknik korelasi product moment. Jika terdapat korelasi positif dan signifikan antara skor item
dengan skor total berarti item tersebut dianggap valid (Asrul 2014). Rumus koefisien
Keterangan:
Menurut Idrus (2012) bahwa uji validitas untuk butir soal Skala kontinum (Uraian dan
Non-Tes), sekor butir instrumen atau soal tes kontinum (misalnya bentuk soal Uraian dan
skala sikap dengan sekor butir 0 – 10 atau 1- 5) dan diberi symbol xi dan sekor total
instrument atau tes diberi symbol xt, maka rumus yang digunakan untuk menghitung
koefisien korelasi antara sekor butir instrumen atau soal dengan sekor total instrumen atau
sekor total tes pada soal uraian adalah rumus Product Moment:
𝑁𝛴𝑋𝑌 − (𝛴𝑋)(𝛴𝑌)
𝑟=
√ {(1𝑣 𝛴𝑋 2 ) − (𝛴𝑋)2 }{(𝑁𝛴𝑦 2 ) − (𝛴𝑌)2 }
Keterangan :
r :Koefisien korelasi
N :Jumlah siswa
Menurut Asrul (2015) dalam analisis butir soal menggunakan rumus KR 21. Rumus
benar-salah dan pemberian skor = 1 dan 0. Contoh penggunaan rumus KR 21. Adapun rumus
𝑘 𝑀(𝐾 − 𝑀)
𝑟𝑖 = (1 − )
(𝑘 − 1) 𝐾. 𝑆𝑡 2
Keterangan:
Menentukan tingkat reliabilitas tes dengan rumus Alpa, Rumus Alpa digunakan untuk
mencari reliabilitas instrumen yang skornya merupakan rentangan 0 - 10, 0 - 100 atau
Keterangan:
𝑆_𝑡^2:Varian total
Menurut Hariyanto (dalam Meita Fitrianawati 2017) mengayatakn apabila perhitungan
reliabilitas berada diantara koefisien 0,00 - 0,19 maka termasuk dalam realibilitas dalam
kategori sangat rendah. Hasil perhitungan reliabilitas berada diantara koefisien 0,20 - 0,39
maka termasuk dalam realibilitas dalam kategori rendah. perhitungan reliabilitas berada
diantara koefisien 0,40 - 0,69 maka termasuk dalam realibilitas dalam kategori cukup.
perhitungan reliabilitas berada diantara koefisien 0,70 -0,89 maka termasuk dalam realibilitas
4. Tingkat Kesukaran
menjawab benar suatu soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu sukar atau terlalu
mudah. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk meningkatkan usaha dalam
memecahkan soal sedangkan soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa putus asa
karena pemecahan soal itu diluar kemampuannya kemudian tidak lagi bersemangat untuk
tingkat kesukarannya dengan menghitung indeks kesukaran soal pilihan ganda menggunakan
rumus:
𝐵
𝑝=
𝑗𝑠
Keterangan
Laela Umi Fatimah (2019) Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal uraian
𝑚𝑒𝑎𝑛 = (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑠 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢)
kesukaran soal itu. Klasifikasi tingkat kesukaran soal dapat dicontohkan seperti berikut:
5. Daya Pembeda
Mujianto Solichin (2017) menyetakan daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal
untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang
pintar (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkanbesarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi, disingkat (d besar). Indeks diskriminasi berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Hanya
bedanya,indeks kesukaran tidakmengenal tanda negatif (-), tetapi pada indeks diskriminasi ada tanda
negatif. Tanda negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika sesuatu soal “terbalik” menunjukkan
kualitas testee.
Menurut Suharsimi Arikunto (dalam Wika Sevi Oktanin 2015) rumus yang digunakan
untuk menghitung daya pembeda pada soal pilihan ganda adalah sebagai berikut.
𝐵𝐴 𝐵𝐵
𝐷= − = 𝑃𝐴 − 𝑃𝐵
𝐽𝐴 𝐽𝐵
Keterangan:
BA :Banyaknya siswa kelompok bawah atas yang menjawab soal dengan benar
BB :Banyaknya siswa kelompok bawah bawah yang menjawab soal dengan benar
Suharsimi Arikunt (dalam Wika Sevi Oktanin 2015) menyatakan dalam melakukan
intepretasi terhadap hasil perhitungan daya pembeda dapat digunakan kriteria sebagai
berikut.
D :negatif, semuanya tidak baik. Jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif
6. Pengecoh
Ahmad Suryadi (2020) menyatakan pada soal pilihan ganda ada alternatif jawaban
(opsi) yang merupakan pengecoh. Butir soal yang baik, pengecohnya akan dipilih secara
merata oleh peserta yang akan menjawab salah. Sebaliknya, butir soal yang kurang baik
pengecohnya akan di ilih secara merata. Pengecoh di anggap baik apabila jumlah peserta
didik yang memilih pengecoh itu sama atau mendekati jumlah ideal. Indeks pengecoh
𝐼𝑃 = (𝑃/(𝑁 − 𝐵) × 100)/(𝑛 − 1)
Keterangan:
IP :Indeks pengecoh
pengecoh pada suatu butir soal dapat menggunakan kriteria sebagai berikut.
Amalia Nurul Rezki, Abdul Halik dan Nurul Mukhlisa. (2021). Analisis Butir Soal
Matematika Siswa Sekolah Dasar. Pinisi Journal Of Education. Vol.1 No.1
Elviana. (2020). Analisis Butir Soal Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Menggunakan Program Anates. Jurnal Mudarrisuna. Vol. 10 No. 2.
Fatimah Laela Umi, Khairuddin Alfath. (2019). Analisis Kesukaran Soal, Daya Pembeda dan
Fungsi Distraktor. Al Manar Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam.
Farida, Anna Musyarofah. (2021). Validitas Dan Reliabilitas Dalam Analisis Butir Soal. Al-
Mu’arrib: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Vol. I, No. 1.
Fitrianawati Meita. (2017). Peran Analisis Butir Soal Guna Meningkatkan Kualitas Butir
Soal, Kompetensi Guru dan Hasil Belajar Peserta Didik. Jurnal Seminar Nasional
Pendidikan PGSD UMS.
Halik Andi Surahma, Sitti Mania dan Fitriani Nur. (2019). Analisis ButirSoal Ujian Akhir
Sekolah (UAS) Mata Pelajaran Matematika Pada Tahun Ajaran 2015/2016 SMP
NEGERI 36 MAKASSAR. Al-Asma: Journal of Islamic Education Vol. 1, No. 1.
Hamzah Ali. (2014). Evaluasi Pembelajaran Matematika (I). Jakarta: rajawali pers.
Hanifah Nani. (2014). Perbandingan Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda, Butir Soal Dan
Reliabilitas Tes Bentuk Pilihan Ganda Biasa dan Pilihan Ganda Asosiasi Mata
Pelajaran Ekonomi. Junal SOSIO e-KONS Vol.6 No.1.
Innara, Rahmatullah dan Muhammad Hasan. (2021). Evaluasi Pembelajaran: Teori dan
Praktek. Makassar: Tahta Media Group.
Ismail Muhammad ilyas. (2020). Evaluasi Pembelajaran: Konsep Dasar, Prinsip, Teknik
dan Prosedur. Depok: Pt RajaGrafindo Persada.
Ismail Ilyas. (2020). Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran. Makassar: Cendekia Publisher.
Kurniawan Andri, Aurora Nandia Febrianti, Tuti Hardianti, Ichsan, Desy, Rahmad Risan,
Dina Merris Maya Sari, Joni Wilson Sitopu, Ratna Sari Dewi, Desi Sianipar, Lina
Arifah Fitriyah, Zulkarnaini, Novita Maulidya Jalal, Hasriani danFuad Hasyim. (2020).
Evaluasi Pembelajaran. Sumatera Barat: PT. Global Eksekutif Teknologi.
kurniawan Tutut. (2015). Analisis Butir Soal Ulangan Akhir Semester Gasal Mata Pelajaran
Ips Sekolah Dasar. Journal of Elementary Education.