Anda di halaman 1dari 36

USULAN PENELITIAN

ANALISIS BUTIR SOAL MID SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN

2023/2024 PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA

KELAS TINGGI UPT SD NEGERI 89 PAREPARE

RATIH NOPITA SARI

200407550028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2023
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Evaluasi adalah penilaian keberhasilan pemenuhan sumber daya program,hasil

iuran,dan dampak dari upaya kesehatan yang dilakukan oleh seseorang,implementasi

(Permatasari & Sri Widodo,2021).Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tujuan

pendidikan tercapai (Ali Hamzah, 2014). Tujuan dilakukannya evaluasi pendidikan adalah

untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan peserta didik sehinggadapat diketahui tingkat

kecerdasannya. Evaluasi juga dapat membantu pihak guru dansekolah untuk mengetahui

apakah proses pembelajaran yang dilakukan berhasil dan proses pendidikan yang ada

disekolah baik.Tanpa evaluasi,maka tidak akan diketahui bagaimana kondisi objek tersebut

dalam rancangan,pelaksanan serta hasilnya.

Amelia, Halik & Mukhlisa (2021) Menyatakan bahwa pada evaluasi terdapat

kegiatan pengukuran dan penilaian.Pengukuran adalah membandingkan sesuatu yang

diukur dengan alat ukurnya dan kemudian menerangkan angka menurut sistem aturan

tertentu.Sedangkan penilaian merupakan bagian dari proses untuk menentukan pencapaian

kompetensi mahasiswa selama dan setelah mengikuti proses pembelajaran. Penilaian

dilakukan secara terpadu untuk mengungkapkan seluruh aspek kemampuan mahasiswa

baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikap/nilai.Untuk menilai hasil

belajar siswa, guru harus menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
media pembelajaran yang akan digunakan pada proses belajar mengajar. Dalam menilai

hasil belajar, guru harus melakukan evaluasi terhadap siswa untuk mengetahui sejauh mana

proses pembelajaran yang dilaksanakan telah berhasil.

Fauziana dan Andhita (2021) menyatakan assesmen memerlukan suatu alat untuk

mengukur kemampuan siswa. Salah satu alat yang digunakan adalah tes, agar tes yang

dilakukan dapat mengetahui kemampuan siswa yang sebenarnya, maka diperlukan

suatu perangkat tes. Perangkat tes yang baik memiliki tiga kriteria, yaitu; isi teks sesuai

dengan materi yang hendak diujikan (validitas isi), teks memiliki konstruk yang

baik (validitas konstruk), dan memiliki keajegan (realibilitas). Tes dikatakan reliabel jika

digunakan untuk mengukur beberapa kali, baik pada peserta yang sama atau berbeda,

hasilnya relatif sama.

Alat yang digunakan dalam proses evaluasi dapat berupa tes maupun non tes

(Purwanti, 2014). Tes adalah alat untuk mengukur hasil belajar siswa dengan memberikan

seperangkat pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau

dijawab oleh peserta didik (Tutut kurniawan, 2015). Tes merupakan alat ukur yang paling

sering digunakan guru untuk mengukur hasil belajar siswa. Tes yang biasa digunakan guru

untuk menguji hasil belajar siswa ada dua yaitu tes dalam bentuk soal esai dan soal pilihan

ganda. Tes dalam bentuk soal esai biasanya adalah soal ulangan harian, sedangkan dalam

bentuk soal pilihan ganda adalah soal ujian akhir semester atau ujian akhir sekolah.

Pada kenyataannya, banyak perangkat tes masih belum diketahui kualitas


soalnya, sehingga terjadi penilaian semu yang berdampak tidak terukurnya kemampuan

siswa yang sebenarnya. Hal ini dapat disebabkan oleh rendahnya kemampuan guru dalam

mengevaluasi dan menyusun perangkat tes sebagai sarana untuk mengevaluasi. Evaluasi

disini berfungsi untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan

mengetahui sejauh mana kualitas butir soal yang disusun.Analisis butir soal membantu

meningkatkan kualitas butir soal melalui revisi atau membuang soal yang tidak efektif,

selain itu dapat digunakan sebagai informasi diagnostik pada siswa, apakah mereka

sudah memahami materi yang telah diajarkan.

Retnawati (2014) menyebutkan bahwa analisis butir soal dalam pendidikan dapat

dilakukan melalui dua pendekatan yaitu pendekatan klasik dan modern. Analisis butir soal

secara klasik adalah proses penelaha butir soal melalui informasi dari jawaban peserta didik

guna meningkatkan mutu butir soal yang bersangkutan dengan menggunakan teori tes

Klasik. Selanjutnya analisis butir soal secara modern adalah penelaahan butir soal dengan

menggunakan Item Respon Theory (IRT) atau teori jawaban butir soal. Item Respon

Theory merupakan suatu teori yang menggunakan fungsi matematika untuk

menghubungkan antara peluang menjawab benar suatu soal dengan kemampuan siswa.

Pada pendidikan formal khususnya sekolah dasar,bentuk tes yang biasa digunakan

dalam ulangan tengah semester maupun ulanagn semester yaitu bentuk objektif dan

subjektif. Agar dapat mengukur kemampuan hasil belajar siswa secara tepat dan akurat
maka soal-soal tersebut harus memiliki kualitas yang baik. Untuk mengetahui kualitas dari

soal yang diberikan, maka harus dilakukan analisis butir soal. Analisis butir soal adalah

proses identifikasi butir soal yang memenuhi syarat maupun yang tidak memenuhi syarat

sebagai tes yang berkualitas. Analisis butir soal dapat dilakukan dengan uji validitas,

reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan efektivitas pengecoh.

Menurut Hery Susanto (2015) mengemukakan bahwa Analisis yang perlu dilakukan

pendidik adalah analisis butir soal. Kegiatan analisis butir soal merupakan kegiatan penting

dalam penyusunan soal agar diperoleh butir soal yang bermutu. Tujuan kegiatan analisis

butir soal ini adalah mengkaji dan menelaah setiap butir soal agar diperoleh soal yang

bermutu sebelum digunakan, meningkatkan kualitas butir tes melalui revisi atau membuang

soal yang tidak efektif, serta mengetahui informasi diagnostik pada siswa apakah mereka

telah memahami materi yang telah diajarkan. Soal yang bermutu adalah soal yang dapat

memberikan informasi setepattepatnya tentang siswa yang telah menguasai materi dan

siswa yang belum menguasai materi.

Analisis butir soal sangat penting, namun kenyataanya masih terdapat sekolah sekolah

yang hanya melakukan analisis butir soal hanya sampai pada tahap validitas isi saja. Banyak

sekolah tidak melakukan uji coba dan melakukan analisis butir soal yang dapat ditinjau dari

validitas kriteria, reliabilitas, tingkat kesukarannya pembedadan evektivitas pengoceh. Soal

yang baik akan memajukan pendidikan di Indonesia, sehingga langkah penyusunan soal

evaluasi harus diperhatikan.Menurut Kurniawan (2015) menyatakan bahwa UAS pada


mata pelajaran tertentu yang diujikan tanpa melalui tahapan analisis butir soal, sehingga

belum diketahui kualitas butir soal yang telah disusun. Begitupun penelitian yang di lakukan

oleh Agustin (2019) menyatakan bahwa guru belum pernah melakukan analisis butir soal.

Dalam menyusun soal, guru masih banyak mengambil dari buku, dan soal ulangan tahun

lalu yang belum diketahui kualitas soalnya. Guru beranggapan bahwa dengan hanya

membuat soal berdasarkan silabus dan bank soal yang guru miliki sudah memenuhi kriteria

soal ulangan yang baik.

Berdasarkan hasil observasi yang akan dilakukan di UPTD SD Negeri 89 Parepare,

soal yang digunakan pada soal matematika Ujian Tengah Semester dan Ujian Semester

diberikan kepada siswa tanpa melakukan analisis butir soal.Berdasarkan observasi tersebut

maka perlu di lakukan penelitian tentang “Analisis Butir Soal Mid Semester Ganjil Tahun

ajaran 2023/2024 Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas Tinggi UPTD SD Negeri 89

Parepare ".

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang,maka rumusan masalahnya adalah:

1. Bagaimanakah kualitas soal ulangan tengah semester pada mata pelajaran

matematika siswa kelas tinggi UPTD SD Negeri 89 Parepare ditinjau dari validasi isi?

2. Bagaimana kualitas soal ulangan Tengah semester pada mata Pelajaran matematika

siswa kelas tinggi UPTD SD Negeri 89 Parepare ditinjau dari validasi kriteria?
3. Bagaimanakah kualitas soal ulangan tengah semester pada mata pelajaran

matematikasiswa kelas tinggi UPTD SD Negeri 89 Parepare ditinjau dari reliabilitas?

4. Bagaimanakah kualitas soal ulangan tengah semester pada mata pelajaran

matematika siswa kelas tinggi UPTD SD Negeri 89 Parepare ditinjau dari tingkat

kesukaran?

5. Bagaimanakah kualitas soal ulangan tengah semester pada mata pelajaran

matematika siswa kelas tinggi UPTD SD Negeri 89 Parepare ditinjau dari daya

pembeda?

6. Bagaimanakah kualitas soal ulangan tengah semester pada mata pelajaran

matematikasiswa kelas tinggi UPTD SD Negeri 89 Parepare ditinjau dari efektivitas

pengecoh?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut,maka calon peneliti merumuskan tujuan

penelitian yaitu:

1. Untuk mengetahui kualitas soal ulangan tengah semester pada mata pelajaran

matematikasiswa kelas tinggi UPTD SD Negeri 89 Parepare ditinjau dari validasi isi.

2. Untuk mengetahui kualitas soal ulangan tengah semester pada mata pelajaran

matematikasiswa kelas tinggi UPTD SD Negeri 89 Parepare ditinjau dari validasi

kriteria.

3. Untuk mengetahui kualitas soal ulangan tengah semester pada mata pelajaran
matematikasiswa kelas tinggi UPTD SD Negeri 89 Parepare ditinjau dari reliabilitas.

4. Untuk mengetahui kualitas soal ulangan tengah semester pada mata pelajaran

matematikasiswa kelas tinggi UPTD SD Negeri 89 Parepare di tinjau dari tingkat

kesukaran.

5. Untuk mengetahui kualitas soal ulangan tengah semester pada mata pelajaran

matematika siswa kelas tinggi UPTD SD Negeri 89 Parepare di tinjau dari daya

pembeda

6. Untuk mengetahui kualitas soal ulangan tengah semester pada mata pelajaran

matematikasiswa kelas tinggi UPTD SD Negeri 89 Parepare di tinjau dari efektivitas

pengecoh.

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Memberikan kontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang

pendidikan. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan dari bahan

pertimbangan bagi peneliti selanjutnya.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui

kemampuan guru dalam mengembangkan perangkat tes, sehingga dapat

melaksanakan program-program pengembangan untuk memperbaiki kualitas sekolah.


2. Bagi guru,penelitian ini dapat menunjukkan kepada guru khususnya mengenai

analisis butir soal matematika sehingga dapat memberikan masukan kepada guru

untuk meningkatkan kualitas soal dengan melakukan analisis butir soal.

3. Bagi calon peneliti, penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh calon peneliti

sebagai bekal untuk menerapkan ilmu yang akan diperoleh apabila menjadi pendidik

dimasa yang mendatang.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian teori

1. Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran

a. Tes

Tes adalah salah satu bentuk alat ukur yang mempunyai nilai benara atau salah yang

digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif atau pengetahuan siswa dalam berbagai

mata pelajaran yang diajarkan. Menurut Nuryadi & Khuzaini (2016) bahwa tes merupakan

salah satu cara yang dilakukan dalam rangka pengukuran dan penilaian yang berbentuk

suatu tugas yang harus dikerjakan oleh siswa sehingga menghasilkan nilai hasil

belajar.Yusrizal (2016) menyatakan bahwa tes terdiri dari tes subjektif dan tes objektif.
1) Tes Subjektif

Menurut Haryanto (2020) bahwa tes subjektif adalah salah satu bentuk soal yang

penulisan jawabannya menuntut siswa untuk mengingat hal-hal yang telah dipelajarinya

dengan cara mengemukakannya dalam bentuk uraian tertulis.Tes uraian memiliki kelebihan

yaitu dapat mengukur proses berfikir tingkat tinggi, untuk mengukur hasil belajar yang

kompleks, waktu dalam menulis soal lebih cepat dan relatif lebih mudah. Sedangkan

kekurangannya yaitu terbatasnya sampel materi yang ditanyakan, sulit memeriksa jawaban

siswa, hasil pemeriksaannya cenderung tidaktetap, dan hasil kemampuan siswa dapat

terganggu oleh kemampuan menulisnya(Widiyanto, 2018).

2) Tes Objektif

Asrul, Ananda, & Rosnita (2014) menyatakan bahwa tes objektif dikenal dengan

istilah tes jawaban pendek, dan salah satu tes yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat

dijawab oleh tester dengan jalan memilih salah satu jawaban diantara beberapa

kemungkinan jawaban yang telah disediakan atau dengan jalan menuliskan jawabannya

berupa katakata atau simbol-simbol tertentu pada tempat-tempat yang disediakan untuk

masing-masing butir yang bersangkutan.

Arifin (2009) menyatakan bahwa macam-macam tes objektif adalah benar salah,

pilihan ganda,menjodohkan, isian singkat, dan uraian. Widiyanto (2018) menyatakan

bahwa tes objektif memiliki kelebihan yaitu jumlah materi yang dapat ditanyakan relatif

tidak terbatas, dapat mengukur berbagai jenjang kognitif, penskorannya mudah dan cepat,
cocok untuk ujjan yang pesertanya banyak, dan reliabilitasnya relatif lebih tinggi. Adapun

kelemahannya yaitu kurang bisa digunakan untuk kemampuan verbal, siswa tidak

mempunyai keleluasaan dalam menulis dan mengekspresikan gagasannya, tidak dapat

digunakan mengukur problem solving, dan sangat sukar menentukan alternatif jawaban

yang benar-benar berfungsi.

b. Pengukuran

Pengukuran adalah pemberian angka terhadap hasil tes yang telah dilakukan. Asrul,

Ananda, & Rosnita (2014) menyatakan bahwa pengukuran adalah proses untuk menentukan

kuantitas daripada sesuatu atau membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Kegiatan

pengukuran bersifat kuantitatif, dimana dalam bidang pendidikan, psikologi, maupun

variabel-variabel sosial lainnya, biasanya menggunakan tes sebagai alat ukur.

Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap

suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas padakuantitas fisik,

tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan,

seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen. Yang dimaksud dengan

pengukuran (measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan

empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan.

Dalam hal ini pendidik menaksir prestasi peserta didik dengan membaca atau mengamati

apa saja yang dilakukan peserta didik, mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang
mereka katakan, dan menggunakan indera mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh,

mencium, dan merasakan.

c. Penilaian

Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian

untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau

ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab

pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil

penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam katakata) dan nilai

kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau

penentuan nilai kuantitatif tersebut. Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah

mempermasalahkan, bagaimana pendidik (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang

telah dilakukan. Pendidik harus mengetahui sejauh mana peserta didik (learner) telah

mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan

pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan

instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan

dengan nilai.
d. Evaluasi

Abdul Qodir (2017) menyatakan bahwa lstilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris

yaitu Evaluation yang artinya penilaian. Evaluasi memiliki banyak arti yang berbeda,

menurut llang dan Brown dalam buku yang berjudul Essentials of Educational Evaluation,

dikatakan bahwa "Evaluation rekr to the act or process to determining the yalue of

something", artinya "evaluasi adalah suatu Tindakan atau suatu proses untuk menentukan

nilai dari pada sesuatu". Sesuai dengan pendapat tersebut maka evaluasi pendidikan dapat

diartikan sebagai tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam

dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia

pandidikan.Evaluasi merupakan sub sistem yang sangat penting dan sangat di butuhkan

dalam setiap sistem pendidiftan, karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh

perkembangan atau kemajuan hasil pendidikan. Dengan evaluasi, maka maju dan

mundumya kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita dapat

mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih

baik ke depan.

e. Hubungan Evaluasi, Penilaian,Penguuran dan Tes

Nur Fitriani Zainal (dalam Suherman dan Sukjaya 2020) mengatakan bahwa istilah

evaluasi, penilaian, dan pengukuran dapat dibedakan. Pengukuran(measurement) menunjuk

pada segi kuantitas (how much) penilaian menunjuk pada segi kualitas (what value) dan
evaluasi berkenaan dengan keduanya, yaitu pengukuran dan penilaian. Antara evaluasi,

penilaian, dan pengukuran terdapat hubungan yang erat yang tidak dapat dipisahkan.

melukiskan hubungan ketiganya, yaitu evaluasi adalah deskripsi kuantitatif siswa yang

ditetapkan dengan penentuan nilai, dan evaluasi adalah deskripsi kualitatif siswa yang

ditetapkan dengan penentuan nilai.

2. Analisis Butir Soal

a. Pengertian Analisis Butir Soal

Analisis butir soal sangat penting dilakukan dalam dunia pendidikan. Nuryadi&

Khuzaini (2016) menyatakan bahwa dalam bidang pendidikan, tes dilakukan dalamrangka

pengukuran dan penilaian. Untuk memperoleh hasil pengukuran yang baik maka alat

ukurnya pun harus bijak. Alat ukur dalam hal ini tes perlu dianalisis untuk mengetahui

kualitasnya. Analisis butir soal adalah proses pengkajian terhadap butir- butir soal sehingga

soal yang disusun memiliki kualitas yang memadai dalam mengukur hasil belajar siswa.

Analisis butir soal dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis butir soal

secara kualitatif dilakukan dengan menelaah setiap butir soal oleh teman sejawat.

Penelaahan perangkat penilaian difokuskan pada pemenuhan aspek materi, konstruksi, dan

bahasa yang dilakukan sebelum melaksanakan tes. Sedangkan analisis butir soal secara

kuantitatif terdiri dari analisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan

pengecoh yang dilakukan setelah melaksanakan uji coba (Farida, 2017).


b. Tujuan Analisis Butir Soal

Ina Magdalena (dalam Kusaeri 2021) analisis butir soal bertujuan memperoleh soal

yang bermutu. Soal bermutu adalah soal yang dapat memberikan informasi setepat-

tepatnya tentang kemampuan siswa. Kegiatan dalam analisis butir soal meliputi menelaah

setiap soal agar diperoleh soal yang bermutu sebelum digunakan, meningkatkan kualitas

butir soal melalui kegiatan revisi soal, dan membuang soal yang tidak efektif.

Tujuan Analisis Butir Soal Rukajat (2018) menyatakan bahwa tujuan analisis butir

soal sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui apakah butir soal yang digunakan untuk mengevaluasi sudah

mampu mengukur apa yang sebenarnya ingin diukur.

2) Untuk mengetahui sejauh mana data yang dihasilkan butir soal dapatdiandalkan.

3) Untuk mengetahui sejauh mana data yang dihasilkan dapat berguna bagi proses

pembelajaran.

c. Teknik Analisis Butir Soal

1) Validasi

Validitas adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur. Validitas

alat ukur tidak terganggu. Validitas tampilan lebihberhubungan dengan bagaimana tanggapan dari

pihak awam mengenai alat ukur tersebut. Bila kita mengacu ke konsep validitas yang telah dibahas

sebelumnya, validitas tipe ini kurang tepat dikategorikan ke dalam tipe validitas karena makna dari
validitas tampilan tidak terkait dengan kemampuan mengukur dari suatu alat ukur.

Menurut Syamsurizal (2020) mendefinisikan validitas dalam bidang Pendidikan

artinya kesalihan. Validitas pada umumny adalah “sejauh mana tes itu mengukur apa yang

dimaksudkan untuk diukur”. Artinya validitas adalah alat ukur yang memenuhi standar untuk

mengukur apa yang ingin di ukur. Validitas tes di bagi menjadi 3 yaitu validasi isi,validasi

konstruk dan validasi kriteria.Valisitas isi atau validitas kurikulum adalah alat ukur yang

dapat dilihat valid apabila sesuai denga nisi kurikulum yang hendak di ukur. Validitas isi

ditentukan dengan melihat soal-soal yang telah sesuai dengan atribut yang akan di ukur.

Validitas isi tes menunjuk kesalihan tes, yang merupakan seperangkat soal-soal, dilihat dari

isinya memang mengukur sesuatu yang dimaksudkan untuk diukur. Ukuran kedalaman ini

ditentukan berdasar derajat representatif isi tes itu bagi isi hal yang diukur validitas isi

tergantung dari tes itu sendiri dan proses dalam menjawab tersebut.Validitas Konstruk

(construct validiyt), validitas ini merupakan validitas yang berhubungan dengan fenomena,

objek, gejala yang terjadi yang dapat di amati dan di ukur seperti aspek-aspek ingatan,

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Validitas Konstruk dapat juga di artikan

sebagai suatu alat ukur yang valid apabila sesuai dengan kontruksi teoritik di mana tes itu

dibuat. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila soal-soalnya mengukur

setiap aspek berpikir seperti yang diuraikan dalam standar kompetensi, kompetensi dasar,

maupun indikator yang terdapat dalam kurikulum. Validitas kriteria (Criterion-related)

adalah validitas alat ukur yang dilihat dari besarnya hasil pengukuran dengan alat yang

dipersoalkan itu sama atau mirip dengan hasil pengukuran alat lain yang dijadikan kriteria.
Kriteria ini pada umumnya adalah alat yang sama dengan alat ukur lain yang digunakan,

validitas kriteria dibagai menjadi 2 berdasarkan waktu validitas kriteria tersebut digunakan

yaitu jika validitas kriteria itu digunakan dalam waktu dekat maka disebut validitas sama saat

(concurrent validity) dan jika validitas kriteria tersebut digunakan baru beberapa waktu maka

disebut validitas prediktif (predictive validity).

2) Rebialitas

Farida (2021) menjelaskan bahwa reliabilitas berasal dari kata reliability berarti sejauh

mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Suatu hasil pengukuran dapat dipercaya

apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama,

diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek

memang belum berubah. eliabilitas merupakan koefesien yang menunjukkn sejauh mana

suatu instrumen/ alat pengukur dapat dipercaya, artinya apabila suatu instrumen digunakan

berulang-ulang untuk mengukur sesuatu yang sama, maka hasilnya relatif stabil atau

konsisten. Secara empiris tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh suatu angka yang

disebut koefesien reliabilitas, besarnya koefesien reliabilitas berkisar antara 0 sampai dengan

1, dimana semakin tinggi angka reliabilitas berarti semakin konsisten hasil pengukuran, akan

tetapi secara empiris koefesien reliabilitas yang mencapai angka 1 jarang dijumpai.

3) Tingkat Kesukaran

Nani Hanifat (dalam Saifudin Azwar 2014) mengatakan bahwa tingkat kesukaran butir

soal adalah proporsi antara banyaknya peserta tes yang menjawab butir soal dengan benar
dengan banyaknya peserta tes. Hal ini berarti makin banyak peserta tes yang menjawab butir

soal dengan benar maka makin besar indeks tingkat kesukaran, yang berarti makin mudah

butir soal itu. Sebaliknya makin sedikit peserta tes yang menjawab butir soal dengan benar

maka soal tersebut makin sukar.

4) Daya Pembeda

Menurut Mujianto Solichin (2017) menyatakan daya pembeda soal adalah kemampuan

sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi dengan

siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda

disebut indeks diskriminasi (D). Indeks diskriminasi berkisar antara 0,00 sampai 1,00,

berbeda dengan indeks kesukaran tidak mengenal tanda negatif (-), tetapi pada indeks

diskriminasi ada tanda negatif. Tanda negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika

sesuatu soal “terbalik” menunjukkan kualitas testee.

Butir soal tes yang baik juga harus dapat menunjukan daya pembedanya. Sebagaimana

yang dikemukakan oleh Arikunto, “Daya beda adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang

(berkemampuan rendah).” Soal dapat dikatakan mempunyai daya pembeda jika soal tersebut

dapat dijawab oleh siswa berkemampuan tinggi dan tidak dapat dijawab oleh siswa

berkemampuan rendah. Jika suatu soal dapat dijawab oleh siswa pintar maupun kurang,

berarti soal tersebut tidak mempunyai daya beda, demikian juga jika soal tersebut tidak dapat

dijawab oleh siswa pintar dan siswa kurang, berarti soal tersebut tidak baik sebab tidak
mempunyai daya pembeda.

5) Pengecoh

Rahmatika Rahayu (2016) menyatakan bahwa sebuah pengecoh dikatakan telah dapat

menjalankan fungsinya dengan baik apabila pengecoh tersebut mempunyai daya tarik

sedemikian rupa sehingga siswa yang kurang menguasai konsep merasa bimbang dan pada

akhirnya mereka terkecoh untuk memilih pengecoh sebagai jawaban benar. Efektivitas

Pengecoh dapat dilihat dengan menghitung indeks pengecoh.

Menurut Komaruddin (2017) pengecoh dalam soal adalah distribudi tastee dalam

menentukan pilihan jawaban seperti a,b,c,dan d pada soal dalam bentuk pilihan ganda. Dari

pola pilihan jawaban tersebut dapat ditentukan apakah pengecoh (distributor) soal berfungsi

dengan baik atau tidak. pengecoh (distributor) dapat dikatakan baik apabila pengecoh

tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi yang mengerjakan tes tersebut.

3. Mata Pelajaran Matematika

a. Pengertian Matematika

Mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting yang

diajarkan mulai dari pendidikan dasar. Menurut Zainal & Maryam (2020) bahwa pentingnya mata

pelajaran matematika pada pendidikan dasar untuk dipelajari oleh siswa disebabkan karena

matematika sebagai sarana untuk mengembangkan pemahaman siswa mengenai bagaimana cara

memahami dan memecahkan permasalahan dalam kehidupan seharihari.Menurut Passinggi & Zainal

(2018) bahwa hal-hal yang perlu dipahami untuk mempersiapkan pembelajaran matematika yaitu
berkenaan dengan konsep dasar matematika, analisis substansi materi matematika dalam kurikulum

dan proses pembelajarannya. Konsep dasar matematika pada sekolah dasar sederhana dan mudah,

namun tidak boleh dipandang sepele. Diperlukan kecermatan dalam menyajikan konsep-konsep

tersebut, agar siswamampu memahaminya secara benar, karena pembelajaran yang diterima siswa di

sekolah dasar dapat terus terbawa pada masa selanjutnya.

Wati susilawati (dalam Johnson dan Rising 2020) dalam bukunya mengatakan bahwa

matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis,

matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan

cermat, jelas, dan akurat refresentasinya dengan simbol, berupa bahasa simbol. Kemudian

Kline dalam bukunya mengatakan pula, bahwa matematika itu bukanlah pengetahuan yang

menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu

terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial,

ekonomi dan alam.

Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

matematika merupakan kegiatan belajar matematika yang memiliki rencana terstuktur

dengan melibatkan fikiran, aktifitas dalam pengembangan kemampuan pemecahan masalah

serta penyampaian informasi gagasan.

b. Tujuan Pembelajaran Matematika

Rora Rizki Wandin (dalam BSNP 2019) tujuan pelajaran matematika adalah

siswamemiliki kemampuan sebagai berikut:


1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien,dantepat, dalam

pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika

dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan

pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang

model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkansolusi yang diperoleh

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk

memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki

rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet

dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

c. Mata Pelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Karso (2014) menyatakan bahwa pembelajaran matematika di SD merupakan salah

satu kajian yang selalu menarik untuk dikemukakan karena adanya perbedaan karakteristik

khususnya antara hakikat anak dan hakikat matematika. Untuk itu diperlukan adanya

jembatan yang dapat menetralisir perbedaan atau pertentangan tersebut. Anak usia SD

sedang mengalami perkembangan pada tingkat berpikirnya. Ini karena tahap berpikir
mereka masih belum formal, malahan para siswa SD di kelas-kelas rendah bukan tidak

mungkin sebagian dari mereka berpikirnya masih berada pada tahapan (pra konkret).

Anesa Surya (2018) menyetakan keberhasilan pembelajaran matematika SD tentu

tidak lepas dari peran guru dalam merancang desain pembelajaran. Suatu proses

pembelajaran yang ideal tidak bisa dipisahkan dengan proses perencanaan dan desain

pembelajaran Desain pembelajaran tersebut berupa silabus, rencana pelaksanaan

pembelajaran, bahan dan penilaian. Dahar (2011) menyatakan hendaknya perencanaan

tersebut dibuat secara tertulis. Pemendikbud No. 22 Tahun 2016 menjelaskan tentang

komponen dalam desain pembelajaran secara rinci.

B. Kerangka Pikir

Evaluasi pembelajaran adalah proses penilaian yang tidak dapat dipisahkan dari

kegiatan pembelajaran untuk mengetahui hasil dari tujuan pendidikan (Tutut kurniawan,

2015). Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tujuan endidikan tercapai (Ali

Hamzah, 2014). Tujuan dilakukannya evaluasi pendidikan adalah untuk mengetahui sejauh

mana pengetahuan peserta didik sehingga dapatdiketahui tingkat kecerdasannya. Evaluasi

juga dapat membantu pihak guru dan sekolah untuk mengetahui apakah proses

pembelajaran yang dilakukan berhasil dan proses pendidikan yang ada disekolah baik.

Berdasarkan latar belakang yang mendasari penelitian deskriprif kuantitatif ini maka

calon peneliti memandang perlu melakukan analisis soal secara kuantitatif terhadap butir soal
matematika pada ulangan MID semester ganjil pada kelas tinggi di UPT SD Negeri 89

Parepare untuk mengetahui kualitas soal. Gambar karangka pikir pada penelitian ini yaitu

sebagai berikut.

Analisi butir soal MID semester ganjil tahun ajaran 2023/2024 pada mata pelajaran
matematika siswa kelas tinggi UPT SD Negeri 89 Parepare

kuantitatif

Validitas Reliabilitas Tingkat Daya Efektivitas


as kesukaran pembeda pengecoh

Gambar 2.1 Karangka Pikir


III. METODE PENELITIAN

A. Pedekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Metode dalam penelitian

kuantitatif dapat diartikan sebagai metode yang digunakan untuk meneliti pada populasi

atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan intrumen penelitian, analisis data

bersifat statistic, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Tujuan

penelitian kuantitatif diarahkan untuk menunjukkan hubungan antar variabel, variasi teori,

prediksi dan generalisasi. Pendekatan yang di lakukan pada penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif karena data yang diperoleh dalam bentuk angka dan di analisis untuk kemudian

ditarik kesimpula dengan menggunakan aplikasi Microsoft excel.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif

dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Listiani (2017) menyatakan bahwa penelitian

deskriptif kuantitatif adalah mendeskripsikan, meneliti, dan menjelaskan sesuatu yang

dipelajari apa adanya, dan menarik kesimpulan dari fenomena yang dapat diamati dengan

menggunakan angka-angka.Menurut Hardani (2020) menyatakan bahwa penelitian

kuantitatif adalah penelitian untuk mengungkapkangejala secara holistic-kontekstual melalui


pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrument

kunci. Jenis penelitian deskriptif ini bertujuan untuk melukisakan secara sistematis fakta

populasi yang ada di lapangan secara factual dan cermat.Penelitian ini berupa analisis butir

soal MID semester ganjil tahun ajaran 2023/2024 pada mata pelajaran matematika di kelas

tinggi UPT SD Negeri 89 Parepare.

B. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian analisis butir soal MID semester ganjil tahun ajaran

2023/2024 pada mata pelajaran matematika di kelas tinggi UPT SD Negeri 228 Pinrang

adalah analisis butir soal matematika, validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya

pembeda dan efektivitas pengecoh.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas Subjek penelitian adalah sumber data

yang mana peneliti memanfaatkannya untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Sumber

data dalam penulisan adalah subjek ketika data itu diperoleh. (Noor 2011). Subjek dalam

penelitian ini yaitu siswa kelas kelas IV, V dan VI UPT SD Negeri 89 Parepare tahun ajaran

2023/2024
Tabel 3.1 Subjek Penelitian

No. Kelas Jumlah siswa


1. Kelas IV 16 orang
2. Kelas V 14 orang
3. Kelas VI 12 orang

D. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur penelitian adalah langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pelaksanaan

penelitian. Diperlukan suatu teknik atau metode untuk mengumpulkan data, agar

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Motode pengumpulan data

dalam penelitian ini yaitu domuentasi, dimana dokuemntasi merupakan cara mengumpulkan

data dengan mengambil dan mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi responden

(Sudaryono 2013). Penggunaan dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data dari

sumer dokumen dan rekaman. Dokumentasi digunakan dengan alasan karena sumber ini

selalu tersedia dan murah, kaya secara kontekstual, relevan serta mendasar dalam

konteksnya. Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan dokumen berupa soal

MID semester ganjil tahun ajaran 2023/2024 pada mata pelajaran matematika di kelas tinggi

UPT SD Negeri 89 Parepare


E. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan salah satu proses penelitian yang dilakukan setelah semua

data yang diperlukan guna memecahkan permasalahan yang diteliti sudah diperoleh secara

lengkap. Analisis data dilakukan dengan menafsirkan hasiI pengolahan data untuk

mengetahui hubungan antar variabel yang diteliti sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan

dari hasil penelitian tersebut (Soegiarto, 2018). Dalam penelitian ini yang menggunakan

teknik analisis data deskriptif kuantitatif, untuk mencari validitas isi, validitas kriteria,

reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan efektivitas pengecoh soal MID semester

ganjil tahun ajaran 2023/2024 pada mata pelajaran matematika di kelas tinggi UPT SD

Negeri 228 Pinrang menggunakan aplikasi komputer microsoft excel.

1. Validitas isi

Menurut Matondang (2009) validitas isi suatu tes mempermasalahkan seberapa jauh

suatu tes mengukur tingkat penguasaan terhadap isi atau konten atau materi tertentu yang

seharusnya dikuasai sesuai dengan tujuan pengajaran. Dengan kata lain tes yang mempunyai

validitas isi yang baik ialah tes yang benar-benar mengukur penguasaan materi yang

seharusnya dikuasai sesuai dengan konten pengajaran yang tercantum dalam garis-garis

Besar Program Pengajaran (GBPP). Menurut Retnawati (Dalam Amelia 2021) bahwa Dalam

menghitung validitas isi, peneliti dapat meminta ahli mengisi lembar penelitian validitas.

Setelah lembar validitas disi, maka selanjutnya menghitung indeks kesepatan ahli atau

kesepakatan validator dengan menggunakan indeks Gregory.


𝐷
𝑉𝑖 =
𝐴+𝐵+𝐶+𝐷

Keterangan:

Vi = Validitas kontruk

A = Kedua retur tidak setuju

B = Retur 1 setuju, ur 2 tidak setuju

C = Retur 1 tidak setuju, retur 2 setuju

D = Kedua retur setuju

2. Validitas Kriteria

Validitas empiris sama dengan validitas kriteria yang berarti bahwa validitas

ditentukan berdasarkan kriteria, baik kriteria internal maupun kriteria eksternal. Validitas

empiris diperoleh melalui hasil uji coba tes kepada responden yang setara dengan responden

yang akan dievaluasi atau diteliti (Baso Intang Sappaile 2007). Analisis butir dilakukan

dengan cara mengkorelasikan skor-skor item dengan skor total. Korelasi dilakukan dengan

teknik korelasi product moment. Jika terdapat korelasi positif dan signifikan antara skor item

dengan skor total berarti item tersebut dianggap valid (Asrul 2014). Rumus koefisien

korelasi biseral pada soal pilihan ganda yaitu sebagai berikut:

𝑦_(𝑝_𝑏𝑖 ) = (𝑀_𝑝 − 𝑀_𝑡)/𝑆_𝑡 √(𝑝/𝑞)

Keterangan:

ypbi: Koefisien korelasi biserial


Mp :rata skor dari subyek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya

Mt: rerata skor total.

St: Standar deviasi dari skor total

P: proporsi peserta didik yang menjawab benar

p: banyak siswa yang benar/ banyak siswa yang salah

q: proporsi peserta didik yang menjawab salah (q=1-p)

Menurut Idrus (2012) bahwa uji validitas untuk butir soal Skala kontinum (Uraian dan

Non-Tes), sekor butir instrumen atau soal tes kontinum (misalnya bentuk soal Uraian dan

skala sikap dengan sekor butir 0 – 10 atau 1- 5) dan diberi symbol xi dan sekor total

instrument atau tes diberi symbol xt, maka rumus yang digunakan untuk menghitung

koefisien korelasi antara sekor butir instrumen atau soal dengan sekor total instrumen atau

sekor total tes pada soal uraian adalah rumus Product Moment:

𝑁𝛴𝑋𝑌 − (𝛴𝑋)(𝛴𝑌)
𝑟=
√ {(1𝑣 𝛴𝑋 2 ) − (𝛴𝑋)2 }{(𝑁𝛴𝑦 2 ) − (𝛴𝑌)2 }

Keterangan :

r :Koefisien korelasi

x :Jumlah skor item nomor

Y :Jumlah skor total

N :Jumlah siswa

ƩXY :Hasil perkalian anatar x dan y


3. Reliabilitas

Menurut Asrul (2015) dalam analisis butir soal menggunakan rumus KR 21. Rumus

KR 21 digunakan apabila alternatif jawaban pada instrumen bersifat dikotomi, misalnya

benar-salah dan pemberian skor = 1 dan 0. Contoh penggunaan rumus KR 21. Adapun rumus

KR 21 adalah sebagai berikut.

𝑘 𝑀(𝐾 − 𝑀)
𝑟𝑖 = (1 − )
(𝑘 − 1) 𝐾. 𝑆𝑡 2

Keterangan:

K: jumlah item dalam instrument

M: mean skor total

St2: Varian total

Menentukan tingkat reliabilitas tes dengan rumus Alpa, Rumus Alpa digunakan untuk

mencari reliabilitas instrumen yang skornya merupakan rentangan 0 - 10, 0 - 100 atau

berbentuk skala 1 - 3, 1 - 5 atau 1 - 10. Rumus alpha yaitu sebagai berikut.

𝑟_11 = [𝑘/(𝑘 − 1)][(∑𝑆_𝑏^2)/(𝑆_𝑡^2 )]

Keterangan:

r11 :Reliabilitas instrument

n :Banyaknya butir soal

Ʃ𝑆_𝑏^2:Jumlah Varians Soal

𝑆_𝑡^2:Varian total
Menurut Hariyanto (dalam Meita Fitrianawati 2017) mengayatakn apabila perhitungan

reliabilitas berada diantara koefisien 0,00 - 0,19 maka termasuk dalam realibilitas dalam

kategori sangat rendah. Hasil perhitungan reliabilitas berada diantara koefisien 0,20 - 0,39

maka termasuk dalam realibilitas dalam kategori rendah. perhitungan reliabilitas berada

diantara koefisien 0,40 - 0,69 maka termasuk dalam realibilitas dalam kategori cukup.

perhitungan reliabilitas berada diantara koefisien 0,70 -0,89 maka termasuk dalam realibilitas

dalam kategori tinggi.

4. Tingkat Kesukaran

Menurut Halik (2019) menyetakan bahwa Tingkat kesukaran adalah peluang

menjawab benar suatu soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu sukar atau terlalu

mudah. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk meningkatkan usaha dalam

memecahkan soal sedangkan soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa putus asa

karena pemecahan soal itu diluar kemampuannya kemudian tidak lagi bersemangat untuk

menyelesaikannya. Menurut Syamsuddin (Dalam Halik 2019) soal dapat diinterpretasikan

tingkat kesukarannya dengan menghitung indeks kesukaran soal pilihan ganda menggunakan

rumus:

𝐵
𝑝=
𝑗𝑠
Keterangan

P : Indek kesukaran soal

B : Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar

Js :jumlah seluruh peserta tes

Laela Umi Fatimah (2019) Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal uraian

digunakan rumus sebagai berikut.

𝑚𝑒𝑎𝑛 = (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑠 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢)

/(𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑖𝑘𝑢𝑡𝑖 𝑡𝑒𝑠)

Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus diatas menggambarkan tingkat

kesukaran soal itu. Klasifikasi tingkat kesukaran soal dapat dicontohkan seperti berikut:

0,00 – 0,30 : Soal tergolong sukar

0,31 – 0,70 : Soal tergolong sedang

0,71 – 1,00 : Soal tergolong muda

5. Daya Pembeda
Mujianto Solichin (2017) menyetakan daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal

untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang

pintar (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkanbesarnya daya pembeda disebut indeks

diskriminasi, disingkat (d besar). Indeks diskriminasi berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Hanya

bedanya,indeks kesukaran tidakmengenal tanda negatif (-), tetapi pada indeks diskriminasi ada tanda

negatif. Tanda negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika sesuatu soal “terbalik” menunjukkan
kualitas testee.

Menurut Suharsimi Arikunto (dalam Wika Sevi Oktanin 2015) rumus yang digunakan

untuk menghitung daya pembeda pada soal pilihan ganda adalah sebagai berikut.

𝐵𝐴 𝐵𝐵
𝐷= − = 𝑃𝐴 − 𝑃𝐵
𝐽𝐴 𝐽𝐵

Keterangan:

JA:Jumlah siswa kelompok atas

𝐽𝐵 :Jumlah siswa kelompok bawah

BA :Banyaknya siswa kelompok bawah atas yang menjawab soal dengan benar

BB :Banyaknya siswa kelompok bawah bawah yang menjawab soal dengan benar

PA : Proporsi siswa kelompok atas yang menjawab benar

Suharsimi Arikunt (dalam Wika Sevi Oktanin 2015) menyatakan dalam melakukan

intepretasi terhadap hasil perhitungan daya pembeda dapat digunakan kriteria sebagai

berikut.

D : 0,00 – 0,20 : jelek (poor)

D : 0,21 – 0,40 : cukup (satisfactory)

D : 0,41 – 0,70 : baik (good)

D : 0,71 – 1,00 : baik sekali (excellent)

D :negatif, semuanya tidak baik. Jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif

sebaiknya dibuang saja.

6. Pengecoh
Ahmad Suryadi (2020) menyatakan pada soal pilihan ganda ada alternatif jawaban

(opsi) yang merupakan pengecoh. Butir soal yang baik, pengecohnya akan dipilih secara

merata oleh peserta yang akan menjawab salah. Sebaliknya, butir soal yang kurang baik

pengecohnya akan di ilih secara merata. Pengecoh di anggap baik apabila jumlah peserta

didik yang memilih pengecoh itu sama atau mendekati jumlah ideal. Indeks pengecoh

dihitung dengan rumus:

𝐼𝑃 = (𝑃/(𝑁 − 𝐵) × 100)/(𝑛 − 1)

Keterangan:

IP :Indeks pengecoh

P :Jumlah siswa yang memilih pengecoh

N :Jumlah siswa yang ikut tes

B :Jumlah siswa yang menjawab benar

n :Jumlah alternatif jawaban

Zainal Arifin menyatakan dalam menginterpretasikan hasil perhitungan setiap

pengecoh pada suatu butir soal dapat menggunakan kriteria sebagai berikut.

Sangat baik IP = 76% - 125%

Baik IP = 51% - 75% atau 126% - 150%

Kurang Baik IP = 26% - 50% atau 151% - 175%

Jelek IP = 0% - 25% atau 176% - 200%

Sangat Jelek IP = lebih dari 200%


DAFTAR PUSTAKA

Amalia Nurul Rezki, Abdul Halik dan Nurul Mukhlisa. (2021). Analisis Butir Soal
Matematika Siswa Sekolah Dasar. Pinisi Journal Of Education. Vol.1 No.1

Asrul, Ananda R, dan Rosinta. (2014). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Citapustaka


Media.

Elviana. (2020). Analisis Butir Soal Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Menggunakan Program Anates. Jurnal Mudarrisuna. Vol. 10 No. 2.

Fatimah Laela Umi, Khairuddin Alfath. (2019). Analisis Kesukaran Soal, Daya Pembeda dan
Fungsi Distraktor. Al Manar Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam.

Febriana Rina. (2019). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta Timur: PT Bumi Aksara.

Farida, Anna Musyarofah. (2021). Validitas Dan Reliabilitas Dalam Analisis Butir Soal. Al-
Mu’arrib: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Vol. I, No. 1.

Fitrianawati Meita. (2017). Peran Analisis Butir Soal Guna Meningkatkan Kualitas Butir
Soal, Kompetensi Guru dan Hasil Belajar Peserta Didik. Jurnal Seminar Nasional
Pendidikan PGSD UMS.

Halik Andi Surahma, Sitti Mania dan Fitriani Nur. (2019). Analisis ButirSoal Ujian Akhir
Sekolah (UAS) Mata Pelajaran Matematika Pada Tahun Ajaran 2015/2016 SMP
NEGERI 36 MAKASSAR. Al-Asma: Journal of Islamic Education Vol. 1, No. 1.

Hamzah Ali. (2014). Evaluasi Pembelajaran Matematika (I). Jakarta: rajawali pers.

Hanifah Nani. (2014). Perbandingan Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda, Butir Soal Dan
Reliabilitas Tes Bentuk Pilihan Ganda Biasa dan Pilihan Ganda Asosiasi Mata
Pelajaran Ekonomi. Junal SOSIO e-KONS Vol.6 No.1.

Innara, Rahmatullah dan Muhammad Hasan. (2021). Evaluasi Pembelajaran: Teori dan
Praktek. Makassar: Tahta Media Group.

Ismail Muhammad ilyas. (2020). Evaluasi Pembelajaran: Konsep Dasar, Prinsip, Teknik
dan Prosedur. Depok: Pt RajaGrafindo Persada.

Ismail Ilyas. (2020). Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran. Makassar: Cendekia Publisher.

Kurniawan Andri, Aurora Nandia Febrianti, Tuti Hardianti, Ichsan, Desy, Rahmad Risan,
Dina Merris Maya Sari, Joni Wilson Sitopu, Ratna Sari Dewi, Desi Sianipar, Lina
Arifah Fitriyah, Zulkarnaini, Novita Maulidya Jalal, Hasriani danFuad Hasyim. (2020).
Evaluasi Pembelajaran. Sumatera Barat: PT. Global Eksekutif Teknologi.

kurniawan Tutut. (2015). Analisis Butir Soal Ulangan Akhir Semester Gasal Mata Pelajaran
Ips Sekolah Dasar. Journal of Elementary Education.

Komaruddin, Sarkadi. (2017). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: RisQita Publishing &


Printing

Anda mungkin juga menyukai