Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Evaluasi Proses Hasil Belajar Matematika


Analisis Uji Coba Instrumen Penelitian Dengan Materi Lingkaran
Pada Kelas VIII E SMP NEGERI 1 KOTA JAMBI

Disusun Oleh:
DENTY APRILLIA
RSA1C214002
Dosen Pengampu:
Dr. Syaiful, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis,
berkelanjutan dan menyeluruh dalam rangka pengendalian, penjaminan dan
penetapan kualitas (nilai atau arti) berbagai komponen pembelajaran dengan
menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur
untuk memperoleh suatu kesimpulan sebagai bentuk pertanggungjawaban guru
dalam melaksanakan pembelajaran. Proses ini juga merupakan langkah strategis
dalam upaya meningkatkan kualitas output pembelajaran yang lebih terukur dan
kompetitif. Oleh karena itu, evaluasi pembelajaran merupakan bagian integral
yang wajib dilakukan guna mengukur tingkat capaian yang telah dihasilkan.
Melalui evaluasi, kita akan mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi,
bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa atau peserta
didik serta keberhasilan sebuah program.
Evaluasi dapat dilakukan dengan adanya instrumen penilaian. Instrumen
penilaian adalah suatu alat evaluasi yang dapat digunakan untuk mengetahui
kemampuan penguasaan siswa terhadap suatu materi atau pokok bahasan.
Instrumen ini dikatakan baik apabila memenuhi kriteria tertentu, antara lain :
validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas. Seperti yang
tercantum dalam buku Pelaksanaan Penilaian (2001), istilah instrumen penilaian
disebut dengan istilah teknik penilaian yang berupa teknik tes dan non tes. Dalam
hal ini penulis memilih tes objektif pilihan ganda untuk melakukan evaluasi
terhadap hasil belajar siswa karena pilihan ganda dapat mengukur kemampuan
siswa sesuai dengan domain yang dikehendaki sesuai dengan tingkat
kesukarannya, Mudah dibuat karena sejajar dengan indikator yang hendak dinilai,
Mencakup banyak materi pelajaran serta mudah untuk mengetahui apakah peserta
didik sudah memahami materi yang diajarkan atau belum.
Sebagai calon pendidik, mahasiswa harus mengetahui bagaimana cara
menyusun instrumen yang baik dan benar, sehingga dapat menghasilkan informasi
hasil tes yang akurat. Maka dari itu, pengetahuan tentang pengembangan

instrumen harus dimiliki oleh setiap calon pendidik agar dapat berlatih sehingga
nantinya kesalahan dan kecerobohan dalam pembuatan soal tes dapat
diminimalisir. Oleh karena itu, dilakukanlah uji coba instrumen penelitian pada
siswa kelas VIII E SMP NEGERI 1 KOTA JAMBI dengan materi Lingkaran guna
mengetahui dan menganalisis apakah instrumen yang dibuat sudah memenuhi
kriteria atau belum.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa rumusan masalah dalam uji
coba instrumen ini yaitu:
1. Bagaimana validitas butir-butir soal matematika yang diuji cobakan pada
siswa kelas VIII E SMP NEGERI 1 KOTA JAMBI?
2. Bagaimana daya pembeda butir-butir soal uji coba matematika yang diuji
cobakan pada siswa kelas VIII E SMP NEGERI 1 KOTA JAMBI?
3. Bagaimana tingkat kesukaran butir-butir soal uji coba matematika yang
diuji cobakan pada siswa kelas VIII E SMP NEGERI 1 KOTA JAMBI?
4. Bagaimana reabilitas butir-butir soal uji coba matematika yang diuji
cobakan pada siswa kelas VIII E SMP NEGERI 1 KOTA JAMBI?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka uji coba
instrumen ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui validitas butir-butir soal matematika yang diuji cobakan pada
siswa kelas VIII E SMP NEGERI 1 KOTA JAMBI.
2. Mengetahui daya pembeda butir-butir soal uji coba matematika yang
diuji cobakan pada siswa VIII E SMP NEGERI 1 KOTA JAMBI.
3. Mengetahui tingkat kesukaran butir-butir soal uji coba matematika yang
diuji cobakan pada siswa kelas VIII E SMP NEGERI 1 KOTA JAMBI.
4. Mengetahui reliabilitas butir-butir soal uji coba matematika yang diuji
cobakan pada siswa kelas VIII E SMP NEGERI 1 KOTA JAMBI.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari kegiatan uji coba instrumen, yaitu:
1

Bagi guru

Dapat mengetahui siswa manakah yang menguasai dan siswa


manakah yang belum menguasai materi pelajaran matematika

materi lingkaran.
Dapat mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan dari pembelajaran

yang telah dilaksanakan.


Dapat mengetahui ketepatan metode yang digunakan dalam

menyampaikan pelajaran tersebut.


Memberikan pengetahuan bagi guru bagaimana hubungan antara
penilaian, pengukuran dan evaluasi pembelajaran.

Bagi siswa

Siswa dapat mengetahui pencapaian hasil belajar, memuaskan

atau tidak memuaskan.


Tidak terjadi kekeliruan yang dilakukan oleh guru dalam
melaksanakan penilaian, pengukuran, dan evaluasi pelajaran.
Dengan kata lain penilaian dilakukan secara objektif.

Bagi mahasiswa

Sebagai laporan pelaksanaan tugas penelitian uji coba instrumen


di lapangan sekolah pada mata kuliah Evaluasi Proses dan Hasil

Belajar Matematika.
Memberikan pengalaman dan pengetahuan guna persiapan
penelitian pada masa yang akan datang.

BAB II
PEMBAHASAN

Dalam kegiatan uji coba instrumen ini yang menjadi subjek penelitian
adalah siswa kelas VIII E SMP NEGERI 1 KOTA JAMBI yang terdiri dari 34
siswa. Untuk mengungkapkan data hasil belajar matematika siswa maka
digunakan tes hasil belajar (Tes Prestasi). Penyusunannya berdasarkan materi
yang telah diajarkan pada semester genap pada siswa kelas VIII E. Data akan
diperoleh dari soal-soal tes pengetahuan pada materi lingkaran yang terdiri dari 30
soal.
Tes yang disusun adalah tes objektif yang berbentuk soal pilihan ganda
dengan empat option. Tipe tes ini dipilih karena menurut Arikunto (2003:164) tes
formatif ini mencakup materi secara menyeluruh, dapat dihindari campur
tangannya unsur-unsur subjektif serta lebih mudah dan cepat cara memeriksanya.
Adapun skor hasil belajar siswa diperoleh dengan cara setiap item yang dijawab
betul diberi skor 1 dan salah diberi skor 0.
Instrumen ini dikatakan baik apabila memenuhi kriteria: validitas, daya
pembeda, reliabilitas dan taraf kesukaran butir-butir soal.
a. Analisis Validitas Butir Soal
Agar tes yang digunakan berkualitas, soal tes diuji coba terlebih dahulu.
Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang dihendak
diukur.
Sebuah tes memiliki validitas isi, validitas ini dilakukan bertujuan untuk
menentukan kesesuaian antara soal dengan materi ajar dengan tujuan yang ingin
diukur atau dengan kisi-kisi yang kita buat. Validitas ini dilakukan dengan
meminta pertimbangan para ahli(pakar) dalam bidang evaluasi atau ahli dalam
bidang yang sedang diuji. Untuk menetukan suatu tes dikatakan valid atau tidak
maka harus melewati beberapa tahap:

2.1 Validitas Kriteria

Setelah melewati validitas ahli, selanjutnya dilakukan validitas dengan


menggunakan rumus korelasi Produck Momen (Arikunto, 2008,72).
xi
m

N
i=1

yi
m

N
i=1

N y i2
i=1

x i2
m

N
i=1

N xi yi
r xy =

i=1

Keterangan:

xi

= Skor butir soal

y i=

skor total butir soal

r xy = koefesial validitas soal


N= banyaknya jumlah peserta tes
m = Banyaknya data
Koofisien korelasi hasil perhitungan, kemudian diinterpretasikan, dengan
klasifikasi menurut Arikunto (2002:75) adalah sebagai berikut:
0,00 rxy 0,20

validitas sangat rendah (SR)

0,20 < rxy 0,40

validitas rendah (RD)

0,40 < rxy 0,60

validitas sedang (SD)

0,60 < rxy 0,80

validitas tinggi (TG)

0,80 < rxy 1,00

validitas sangat tinggi (ST)

rxy negatif = tidak valid


Menurut Arikunto (2008:75) semua soal dengan koofisien korelasi poditif
digunakan, sedangkan semua soal dengan koofisien korelasi negatif tidak
digunakan (dibuang). Dari kreateria validitas diatas maka soal tes yang akan
digunakan adalah yang memiliki interval 0,20 rxy 1,00.
Dari hasil uji coba yang dilakukan terhadap 34 siswa kelas VIII E di SMPN 1
Kota Jambi didapatkan soal-soal yang memenuhi kriteria, hasil perhitungan
dengan menggunakan rumus Product Momen dapat dilihat pada lampiran tabel 1:
Validitas dan Interprestasi. Untuk lebih jelas dapat dilihat pengelompokkan nomor
soal berdasarkan kriteria berikut:

Tabel I: Pengelompokan nomor soal


N
o
1
2
3
4
5

Kriteria

Nomor Soal

Validitas Tinggi
8, 17, 20
Validitas Sedang
5, 9, 11, 12, 15, 16, 18, 19
Validitas Rendah
4, 10
Validitas Sangat Rendah
3, 7, 14
Tidak Valid
1, 2, 6, 13
Dari tabel I diatas dapat disimpulkan bahwa ada 4 soal yang tidak valid

dan 3 soal yang memiliki validitas yang sangat rendah berdasarkan interval yang
digunakan maka soal-soal yang memiliki interval 0,00 <

rxy 0,20 tidak

digunakan lagi (dibuang). Dengan demikian, ada 13 soal yang masuk pada
kreteria yang diinginkan dan dapat digunakan yaitu soal nomor 4, 5, 8, 9, 10, 11,
12, 15, 16, 17, 18, 19, dan 20
2.2 Daya Pembeda Butir-Butir Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat
membedakan antara warga belajar/siswa yang telah menguasai materi yang
ditanyakan dan warga belajar/siswa yang tidak/kurang/belum menguasai materi
yang ditanyakan. Angka yang menunjukkan daya pembeda disebut Indeks
Diskriminasi (D). Sebuah soal dikatakan memiliki daya pembeda yang baik bila

memang siswa yang pandai dapat mengerjakan dengan baik, dan siswa yang
kurang tidak dapat mengerjakan dengan baik.
Daya Beda soal dapat dihitung dengan rumus:
D=

B A BB
=P A PB
J A JB

Keterangan:
D = Daya Beda
B A = Banyaknya peserta Kelompok Atas yang menjawab soal benar
B B = Banyaknya peserta Kelompok Bawah yang menjawab soal benar
J A = Banyaknya peserta kelompok Atas
J B = Banyaknya peserta kelompok Bawah
P A = Proporsi kelompok atas yang mnjawab benar
PB = Proporsi kelompok bawah yang mnjawab benar
Hasil perhitungan daya pembeda, kemudian diinterpretasikan dengan
klasifikasi yang dikemukan oleh Suherman dan Sukjaya (1990:202) sebagai
berikut:
D 0,00 Jelek sekali (dibuang)
0,00 < D 0,20 Jelek
0,20 < D 0,40 cukup
0,40 < D 0,70 baik
0,70 < D 1,00 sangat baik
Soal yang digunakan yaitu soal dengan kriteria daya beda sebagai berikut:
0,20 < D 0,40 cukup
0,40 < D 0,70 baik
0,70 < D 1,00 sangat baik

Hasil penghitungan daya pembeda dengan menggunakan rumus dapat dilihat


pada lampiran tabel 2: Daya Pembeda. Dari perhitungan daya pembeda butir soal
dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
Tabel II: Klasifikasi DP berdasarkan kriteria
No
1
2
3
4
5

Kriteria
Jelek Sekali
Jelek
Cukup
Baik
Sangat Baik

Nomor Soal
1, 2, 6, 13
3, 4, 7, 10, 11, 14
5, 8, 12, 20
9, 15, 16, 17, 18, 19
-

Dari tabel diatas terlihat bahwa soal yang dapat digunakan yaitu ada 10
soal dengan kriteria cukup, baik dan sangat baik. Untuk kreteria Jelek sekali dan
jelek ada 10 soal dimana 10 soal ini yang tidak dipakai/ dibuang. Sehingga dari 20
soal yang dibuat setelah melakukan analisis validasi dan analisis daya pembeda
maka soal yang tersisa yaitu ada 10 soal yaitu nomor 5, 8, 9, 12, 15, 16, 17, 18,
19, dan 20
2.3 Tingkat Kesukaran Butir-Butir Soal
Bermutu atau tidak butir-butir item pada instrument dapat diketahui dari
derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir item
tersebut. Menurut Sudijono (2001:370) butir-butir item tes hasil belajar dapat
dinyatakan sebagai butir-butir item yang baik, apabila butir-butir item tersebut
tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah dengan kata lain derajat kesukaran
item itu adalah sedang atau cukup. Rumus untuk mencari tingkat kesukaran butir
soal yaitu:
P=

B
Js

Keterangan: P= Indeks Kesukaran


B = Jumlah siswa yang menjawab benar
Js= Jumlah Seluruh siswa peserta tes
Hasil

perhitungan

tingkat

kesukaran

diinterpretasikan

menggunakan kriteria indeks kesukaran butir soal yang


Suherman dan Sukjaya (1990:213) yaitu:

dengan

dikemukakan oleh

P = 0,00

terlalu sukar (TS)

0,00 < P 0,30 sukar (SK)


0,30 < P 0,70 sedang (SD)
0,70 < P < 1,00 mudah (MD)
P= 1,00 terlalu mudah (TM)
Soal yang baik adalah soal-soal dengan kriteria sedang, tetapi perlu diketahui
bahwa tidak berarti soal-soal yang terlalu mudah atau sukar tidak boleh
digunakan. Jadi soal yang digunakan adalah soal yang memiliki tingkat kesukaran
sebagai berikut:
0,00 < P 0,30 sukar (SK)
0,30 < P 0,70 sedang (SD)
0,70 < P < 1,00 mudah (MD)
Hasil penghitungan tingkat kesukaran dengan menggunakan rumus dapat
dilihat pada lampiran tabel 3: Tingkat Kesukaran. Dari perhitungannya dapat
diklasifikasikan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
Tabel III: Klasifikasi tingkat Kesukaran
No Kriteria
Nomor Soal
1
Sukar
4, 8, 11, 12, 20
2
Sedang
5, 9, 10, 15, 16, 17, 18, 19
3
Mudah
1, 2, 3, 6, 7, 13, 14
Dari tabel diatas terlihat bahwa berdasarkan tingkat kesukarannya maka ada 7
nomor soal yang mudah, 8 nomor soal sedang dan 5 nomor soal kriteria sukar.
2.4 Reliabilitas Butir-Butir Soal
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes
dikatakan memiliki taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap (Arikunto, 2008: 86). Suatu mungkin reliabel tetapi
tidak valid, sebaliknya suatu tes valid tetapi tidak reliabel. Untuk mengetahui

koefisien reliabilitas tes soal bentuk pilihan ganda digunakan rumus Kuder
Richadson 20 (KR-20) seperti berikut ini.
KR20=

pi (1 pi )

k
1 i=1
k1
SD 2

Ket: k= Jumlah Butir soal


pi
= Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
SD= Standar Deviasi
Sebagai tolak ukur untuk menafsirkan koofisien reliabilitas yang diperoleh
digunakan interprestasi koofisien sebagai berikut:
r 0,20

sangat rendah (SR)

0,20 < r 0,40

rendah (RD)

0,40 < r 0,60

sedang (SD)

0,60 < r 0,80

tinggi (TG)

0,80 < r 1,00

sangat tinggi (ST)

Dari hasil perhitungan data dengan menggunakan rumus KR-20 (dapat dilihat
pada lampiran tabel 4: Reliabilitas) didapatkan reliabilitas dari soal adalah
0,621812811. Sehingga dapat disimpulkan bahwa soal yang diuji cobakan
memiliki reliabilitas tinggi.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji coba instrumen penelitian pada 34 siswa kelas VIII E di
SMPN 1 Kota Jambi dapat disimpulkan bahwa:
1. Dalam analisis validitas soal terdapat 5 klasifikasi yaitu validitas tinggi,
validitas sedang, validitas rendah, sangat rendah, dan tidak valid. Dimana
terdapat 3 butir soal dengan validitas butir soal tinggi. Terdapat 8 butir soal
dengan validitas butir sedang. Terdapat 2 butir soal dengan validitas soal
rendah. Terdapat 3 butir soal dengan validitas soal sangat rendah. Terdapat
4 butir soal dengan validitas butir soal tidak valid.
2. Untuk analisis daya pembeda terlihat bahwa soal yang dapat digunakan
yaitu ada 12 soal dengan kriteria cukup, baik dan sangat baik. Untuk
kreteria Jelek sekali dan jelek ada 10 soal dimana 10 soal ini yang tidak
dipakai/ dibuang. Sehingga dari 20 soal yang dibuat setelah melakukan
analisis validasi dan analisis daya pembeda maka soal yang tersisa yaitu
ada 10 soal yaitu nomor 5, 8, 9, 12, 15, 16, 17, 18, 19, 20.
3. Dari perhitungan tingkat kesukaran tes terlihat bahwa berdasarkan tingkat
kesukarannya maka ada 7 Nomor soal yang mudah, 8 nomor soal sedang
dan 5 nomor soal kriteria sukar.
4. Untuk realibilitas soal, dari hasil perhitungan data dengan menggunakan
rumus KR-20 (dapat dilihat pada lampiran tabel 4: Reliabilitas) didapatkan

reliabilitas dari soal adalah 0,621812811. Sehingga dapat disimpulkan


bahwa soal yang diuji cobakan memiliki reliabilitas tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S (2002). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta:
Bumi Aksara.
Jihad, A dan Haris, A (2012) Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo.
Sudijono, A (2001). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Sugiyono (2002).Statistik untuk Penelitian.Bandung: CV. Alfabeta.
Suherman, E. dan Sukjaya K, Y (1990).Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan
Evaluasi Pendidikan Matematika.Bandung: Wijayakusumah
http://khairul-anas.blogspot.com/2012/03/pengertian-validitas-danreliabilitas.html (diakses tanggal 8 maret 2016)
http://p4mristkippgrisda.wordpress.com/2011/05/10/uji-validitas-dan-reliabilitas/
(diakses tanggal 8 maret 2016)

http://binham.wordpress.com/2012/01/07/validitas-reliabilitas-instrumen-evaluasi/
(diakses tanggal 8 maret 2016)

Anda mungkin juga menyukai