Anda di halaman 1dari 15

Nama : Tia Nuri Wijaya

Nim

: 14121610748

Kelas : Biologi C/6


Tugas : UTS Evaluasi

JAWABAN UTS EVALUASI


1. Hubungan antara Tes, pengukuran, penilaian dan evaluasi memiliki perbedaan arti dan fungsi,
Namun semuanya tidak dapat dipisahkan dalam dunia pendidikan karena semuanya memiliki
keterkaitan yang erat.
A. Tes
Tes merupakan salah satu bentuk instrumen yang terdiri atas sejumlah pertanyaan,
atau butir-butir soal yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi melalui
jawaban responden atau peserta tes. Dengan demikian, fungsi tes adalah sebagai alat ukur.
B. Pengukuran
Menurut Zainul dan Nasution (2001), bahwa pengukuran memiliki dua karakteristik
utama yaitu: penggunaan angka atau skala tertentu dan menurut suatu aturan atau formula
tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengukuran adalah suatu proses
pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk membandingkan antara alat ukur dan
objek yang ukur serta hasilnya bersifat kuantitatif (bentuk skor).
C. Penilaian
Menurut Sidin Ali dan Khaeruddin (2012), bahwa penilaian adalah proses penentuan
kualitas suatu objek dengan membandingkan antara hasil-hasil ukur dengan standar penilaian
tertentu.
D. Evaluasi
Evaluasi menurut Zainul dan Nasution (2001) menyatakan bahwa evaluasi dapat
dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi
yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes
maupun non tes.

Perbedaan antara tes, pengukuran dan penilaian terletak pada waktu dan fungsinya.
Tes digunakan sebagai alat atau media untuk memperoleh informasi tentang orang lain.
Pengukuran digunakan untuk memberi angka pada karakteristik tertentu yang dimiliki oleh
orang, hal, atau obyek yang diambil dari sebuah tes. Sedangkan penilaian digunakan untuk
mengambil keputusan berdasarkan data-data yang diperoleh berdasarkan pengukuran
sebelumnya.
Perbedaannya terletak pada ruang lingkup dan pelaksanaannya. Ruang lingkup
penilaian lebih sempit dan biasanya hanya terbatas pada salah satu komponen atau aspek
saja, seperti prestasi belajar. Pelaksanaan penilaian biasanya dilakukan dalam konteks
internal. Ruang lingkup evaluasi lebih luas, mencangkup semua komponen dalam suatu
sistem dan dapat dilakukan tidak hanya pihak internal tetapi juga pihak eksternal. Evaluasi
dan penilaian lebih bersifat komprehensif yang meliputi pengukuran, sedangkan tes
merupakan salah satu alat (instrument) pengukuran. Pengukuran lebih membatasi pada
gambaran yang bersifat kuantitatif (angka-angka) tentang kemajuan belajar peserta didik,
sedangkan evaluasi dan penilaian lebih bersifat kualitatif. Keputusan penilaian tidak hanya
didasarkan pada hasil pengukuran, tetapi dapat pula didasarkan hasil pengamatan dan
wawancara.
Rustaman (2003) mengungkapkan bahwa asesmen lebih ditekankan pada penilaian
proses. Sementara itu evaluasi lebih ditekankan pada hasil belajar. Apabila dilihat dari
keberpihakannya, menurut Stiggins (1993) asesmen lebih berpihak kepada kepentingan
siswa. Siswa dalam hal ini menggunakan hasil asesmen untuk merefleksikan kekuatan,
kelemahan, dan perbaikan belajar. Sementara itu evaluasi menurut Rustaman (2003) lebih
berpihak kepada kepentingan evaluator.
Yulaelawati (2004) mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan antara evaluasi
dengan asesmen. Evaluasi (evaluation) merupakan penilaian program pendidikan secara
menyeluruh. Evaluasi pendidikan lebih bersifat makro, meluas, dan menyeluruh. Evaluasi
program menelaah komponen-komponen yang saling berkaitan tentang perencanaan,
pelaksanaan, dan pemantauan. Sementara itu asesmen merupakan penilaian dalam scope
yang lebih sempit (lebih mikro) bila dibandingkan dengan evaluasi. Seperti dikemukakan
oleh Kumano (2001) asesmen hanya menyangkut kompetensi siswa dan perbaikan program
pembelajaran.

Harlen (1982) mengungkapkan perbedaan antara asesmen dan evaluasi dalam hal
metode. Evaluasi dinyatakan menggunakan kriteria dan metode yang bervariasi. Asesmen
dalam hal ini hanya merupakan salah satu dari metode yang dipilih untuk evaluasi tersebut.
Selain dari itu, subyek untuk asesmen hanya siswa, sementara itu subyek evaluasi lebih luas
dan beragam seperti siswa, guru, materi, organisasi, dll.
Yulaelawati (2004) menekankan kembali bahwa scope asesmen hanya mencakup
kompetensi lulusan dan perbaikan cara belajar siswa. Jadi hubungannya lebih pada peserta
didik. Ruang lingkup evaluasi yang lebih luas ditunjukkan dengan cakupannya yang meliputi
isi atau substansi, proses pelaksanaan program pendidikan, kompetensi lulusan, pengadaan
dan peningkatan tenaga kependidikan, manajemen pendidikan, sarana dan prasarana, dan
pembiayaan.
2. A. Taksonomi Bloom Revisi
Berdasarkan Taksonomi Bloom menjadi sesuatu yang penting dan mempunyai
pengaruh yang luas dalam waktu yang lama. Namun salah seorang murid Bloom yang
bernama Lorin W Anderson beserta rekannya merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990.
Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi
Bloom dalam bentuk sebuah buku yang berjudul A Taxonomy for Learning, Teaching, and
Assesing: A Revision of Blooms Taxonomy of Educatioanl Objectives yang disusun oleh
Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl.
Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, Masing-masing kategori masih
diurutkan secara hirarki dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah kognitif
kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi analisis saja. Dari jumlah
enam kategori pada konsep terdahulu tidak berubah jumlahnya karena Lorin memasukan
kategori baru yaitu creating yang sebelumnya tidak ada.
Taksonomi Hasil revisi Anderson pada Ranah Kognitif adalah:
1. Mengingat, kata-kata operasional
menjelaskan,

mengidentifikasi,

yang digunakan adalah mengurutkan,


menamai,

menempatkan,

mengulangi,

menemukan kembali.
2. Memahami,

kata-kata

operasional

yang digunakan adalah menafsirkan,

meringkas, mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan, membeberkan.

3. Menerapkan, kata-kata opersional yang digunakan adalah melaksanakan,


menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekan, memilih, menyusun,
memulai, menyelesaikan, mendeteksi.
4. Menganalisis, kata-kata operasional yang digunakan adalah menguraikan,
membandingkan,
mengkerangkakan,

mengorganisir,
menyusun

menyusun
outline,

ulang,

mengubah

mengintegrasikan,

struktur,

membedakan,

menyamankan, membandingkan.
5. Mengevaluasi, kata-kata operasional yang digunakan adalah menyusun hipotesi,
mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, membenarkan, menyalahkan.
6. Berkreasi, Kata-kata operasional yang digunakan adalah merancang, membangun,
merencanakan, memproduksi,

menemukan,

membaharui,

menyempurnakan,

memperkuat, memperindah, menggubah.

Dari penjelasan diatas maka dapat di simpulkan keterkaitan taksonomi bloom


dengan taksonomi bloom revisi, yaitu :
1) Tingkatan tingkah laku pada taksonomi bloom yang lama menggunakan kata sifat
sedangkan Anderson mengubahnya dengan menggunakan kata kerja.
2) Tingkatan terendah (C1) Pengetahuan diganti dengan Mengingat.
3) Tingkatan C5 Sintesa dan tingkatan C6 Evaluasi dilebur menjadi Mengevaluasi yang
berkedudukan pada tingkatan C5.
4) Tingkatan C6 digantikan menjadi Berkreasi.

B. Taksonomi Marzano
Robert Marzano (2001) menstruktur dan mengkonsep kembali hirarki Bloom menjadi 6
kategori yang berbeda. Taksonomi Bloom dikembangkan sebagai hirarki dari dasar
pemikiran atau dasar proses akademik, sedangkan Marzano menggabungkan dasar-dasar itu
dari tingkat berfikir pada proses kognitif dan proses metakognitif, sebagaimana konsepkonsep tadi berhubungan dengan manfaatnya, motivasinya, serta emosi sebagai pendukung.
Berikut enam level yang dikemukakan oleh Robert Marzano.

Sistem
Kognitif

Level
1. Retrieval

Deskripsi
Proses dari prosedur pengetahuan,
mengingat kembali atau melakukan,
tanpa pemahaman.

2.Comprehension

Proses dari urutan atau struktur


pengetahuan,

sintesis/lamgkah-

langkah dan gambarannya secara


mendasar untuk pemahaman dasar
atau pemahaman awal.
3. Analisis

Proses

mengakses

dan

menguji

pengetahuan mengenai persamaan


dan perbedaan, hubungan pangkat
atas

dan

pangkat

bawah,

mendiagnosa kesalahan, atau logika


yang konsekuen, atau prinsip yang
dapat diduga.
4. Utilization

Proses

dalam

penggunaan

pengetahuan darimana masalah bisa


disikapi atau dipecahkan, investigasi
dapat direncanakan, keputusan dan
aplikasi dapat diperoleh.
Metakognitif

5. Metakognisi

Proses untuk memonitor apa dan


bagaimana pengetahuan yang baik
bisa

dimengerti,

pengujian

yang

secara sadar terhadap proses-proses


kognitif

untuk

melihat

apakah

proses-proses tersebut mempengaruhi


tujuan-tujuan yang akan dicapai.

Self-system

6. Self

Proses

mengidentifikasi

respon/

rangsangan emosi, melatih persepsi,


motivasi,

dan

manfaatnya

pada

kepercayaan terhadap pengetahuan


awal.

Enam tingkatan atau level tersebut juga berinteraksi dengan apa yang disebut
Marzano tiga pengetahuan awal, yaitu:
1.Informasi, mencakup: kosakata, isi secara lengkap atau prinsip.
2.Prosedur mental, mencakup: recalling, mengklasifikasikan secara umum, memonitor
metakognitif, dan sebagainya.
3.Presedur psikomotor, mencakup: keahlian dan kecakapan atau penampilan.

C. Perbedaan Taksonomi Bloom dan Taksoonomi Marzano


Secara umum Marzano membagi urutan taksonomi pada ranah kognitif sebagai
berikut :

Penarikan Kembali : mengingat kembali eksekusi

Pemahaman : sintesa keterwakilan

Analisis : kecocokan pengklasifikasian, analisis kesalahan, generalisasi, spesifikasi

Pemanfaatan Pengetahuan : pengambilan keputusan, pemecahan masalah, pertanyaan


percobaan, penyelidikan.
Sedangkan menurut Bloom membagi urutan taksonomi pada ranah kognitif
sebagai berikut:

Remembering ( mengingat )

Understanding ( memahami )

Applying ( mengaplikasikan )

Analyzing ( menganalisis )

Evaluating ( mengevaluasi )

Creating (menghasilkan)

3. Tabel Kisi-kisi Soal


Jenis Sekolah

: SMA

Alokasi Waktu

: 1 Jam

Mata Pelajaran

: Biologi

Jumlah Soal

: 10 soal

Kurikulum

: KTSP

Penulis

: Tia

SK

KD

Indikator

Aspek Bloom
C1

1. Mengidentifikasi

C2

C3

1, 2

C4

C5

C6

Jawaban

Jumlah

Soal

Soal

C,C,D,B

A, B,A

struktur dan fungsi sistem


reproduksi laki-laki dan
wanita.
2. Menjelaskan proses
pembentukan sperma dan
sel telur.
3. Menjelaskan proses
ovulasi.
4. Menjelaskan peristiwa
menstruasi pada wanita
dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.

5. Mengidentifikasi proses

D,B,B

fertilisasi, gestasi dan


persalinan.
6. Mendeskripsikan alat
kontrasepsi pada pria dan
wanita.
Jumlah Soal
Keterangan :

C2 = Memahami

C3 = Menerapkan

C4 = Menganalisis

C5 = Mengevaluasi

C6 = Mencipta
Kunci Jawaban Soal

10

4. A. Soal Tipe C2 :
1. Sistem reproduksi manusia pada hewan dan manusia yang berfungsi untuk
menghasilkan sel-sel kelamin adalah ?
A. Penis dan Testis
B. Penis dan Epididimis
C. Testis dan Ovarium
D. Ovarium dan Uterus
E. Ovarium dan Penis
2. Pada proses spermatogenesis, spermatisit sekunder memiliki sifat..?
A. Haploid tanpa Kromatid
B. Haploid dengan kromatid tunggal
C. Haploid dengan kromatid ganda
D. Diploid dengan kromatid tunggal
E. Diploid dengan kromatid ganda
3. Cairan ketuban yang berfungsi untuk menjaga embrio tetap basah dan tahan terhadap
guncangan dihasilkan oleh ..?
A. Korion
B. Plasenta
C. Alantois
D. Amnion
E. Yolk

B. Soal Tipe C3
1. Pada siklus menstruasi, folikel yang telah melepaskan ovum berubah menjadi korpus
luteum, penghasil hormone progesterone. Apakah pengaruh hormone tersebut apabila
ovum tidak dibuahi oleh sperma..?
A. Endomentrium luruh, merangsang perkembangan folikel baru.

B. Mengaktifkan sekresi lender kelenjar-kelenjar endomentrium


C. Menstimulus pertumbuhan folikel, sehingga cepat membesar.
D. Meningkatkan produksi LH dan FSH oleh kelenjar hipofisis.
E. Mempertahankan endomentrium sehingga siap saat implantasi.
2. selama kehamilan, ovarium tidak akan membentuk folikel graaf yang baru, karena..?
A. FSH mencegah pembentukan progesterone
B. Progesterone mencegah pembentukan FSH
C. FSH mencegah pembentukan esterogen
D. Esterogen mencegah pembentukan FSH
E. Esterogen mencegah pembentukan progesterone

C. Soal Tipe C4
1. Pertanyaan-pertanyaan berikut ini mengenai sistem reproduksi manusia pada wanita..?
1) Esterogen dan progesterone sangat penting saat ovulasi terjadi.
2) Esterogen cenderung menghambat produksi FSH oleh kelenjar pituitary anterior.
3) Fertilisasi ovum oleh spermatozoa biasanya terjadi di uterus.
4) Hormone LH sangat besar peranannya dalam produksi progesterone
5) Jumlah esterogen dan progesterone selalu berflukturasi di dalam darah.
Dari pertanyaan yang diatas yang benar adalah..?
A. 1,2,3
B. 2,3,4
C. 1,3,4
D. 1,2,5
E. 3,4,5
2. ciri-ciri puberitas dialami pria , antara lain..?
A. Perubahan pada alat kelamin
B. Mendapatkan mimpi basah
C. Pertumbuhan rambut pada sekitar alat kelamin
D. Tumbuhnya rambut diketiak
E. Perubahan suara yang menjadi tinggi.
D. Soal Tipe C5

1. Urutan jalannya sperma saat di keluarkan dari tubuh adalah..?


A. Testis-epididimis-saluran ejakulasi-vas deferens-uretra-penis
B. Testis- epididimis -vas deferens- saluran ejakulasi- uretra-penis
C. Testis- uretra- saluran ejakulasi- vas deferens- epididimis- penis
D. Testis- saluran ejakulasi- uretra- vas deferens- epididimis- penis
E. Testis- vas deferens- epididymis- saluran ejakulasi- uretra-penis
2. Pada fertilisasi, embrio hasil fertilisasi akan diletakan di..?
A. Testis
B. Uterus
C. Oviduk
D. Uretra
E. Labiya Mayor

E. Soal Tipe C6
1. Menstruasi dapat ditunda bila wanita subur diberikan suntikan hormone..?
A. Esterogen dan progesterone
B. Esterogen dan FSH
C. Esterogen dan LH
D. FSH dan LH
E. Progesteron dan FSH

5. Soal Esay
6.
7. 1. Teori Tes Klasik
Teori tes klasik merupakan sebuah teori yang mudah dalam penerapannya serta
model yang cukup berguna dalam mendeskripsikan bagaimana kesalahan dalam
pengukuran dapat mempengaruhi skor pengamatan. Inti teori klasik adalah asumsi-asumsi
yang dirumuskan secara sistematis serta dalam jangka waktu yang lama. Dari asumsiasumsi tersebut kemudian dijabarkan dalam beberapa kesimpulan.

Ada tujuh macam asumsi yang ada dalam teori tes klasik ini. Allen & Yen
menguraikan asumsi-asumsi teori klasik sebagai berikut:
1. Asumsi pertama teori tes klasik adalah bahwa terdapat hubungan antara skor tampak
(observed score) yang dilambangkan dengan huruf X, skor murni (true score) yang
dilambangkan dengan T dan skor kasalahan (error) yang dilambangkan dengan E.
Menurut Saifuddin Azwar (2001:30) yang dimaksud kesalahan pada pengukuran dalam
teori klasik adalah penyimpangan tampak dari skor harapan teoritik yang terjadi secara
random. Hubungan itu adalah bahwa besarnya skor tampak ditentukan oleh skor murni
dan kesalahan pengukuran. Dalam bahasa matematika dapat dilambangkan dengan X =
T + E.
2. Asumsi kedua adalah bahwa skor murni (T) merupakan nilai harapan (X). Dengan
demikian skor murni adalah nilai rata-rata skor perolehan teoretis sekiranya dilakukan
pengukuran berulang-ulang (sampai tak terhingga) terhadap seseorang dengan
menggunakan alat ukur.
3. Asumsi ketiga teori tes klasik menyatakan bahwa tidak terdapat korelasi antara skor
murni dan skor pengukuran pada suatu tes yang dilaksanakan (et = 0). Implikasi dari
asumsi adalah bahwa skor murni yang tinggi tidak akan mempunyai error yang selalu
positif ataupun selalu negatif.
4. Asumsi keempat meyatakan bahwa korelasi antara kesalahan pada pengukuran pertama
dan nol (e1e2 = 0). Artinya bahwa skor-skor kesalahan pada dua tes untuk mengukur
hal yang sama tidak memiliki korelasi (hubungan). Dengan kesalahan pada pengukuran
kedua adalah nol (demikian besarnya kesalahan pada suatu tes tidak bergantung
kesalahan pada tes lain.
5. Asumsi kelima menyatakan bahwa jika terdapat dua tes untuk mengukur atribut yang
sama maka skor kesalahan pada tes pertama tidak berkorelasi dengan skor murni pada
tes kedua (elt2). Asumsi ini akan gugur jika salah satu tes tersebut ternyata mengukur
aspek yang berpengaruh terhadap teradinya kesalahan pada pengukuran yang lain.

6. Asumsi keenam teori tes klasik adalah menyajikan tentang pengertian tes yang pararel.
Dua perangkat tes dapat dikatakan sebagai tes-tes yang pararel jika skor-skor populasi
yang menempuh kedua tes tersebut mendapat skor murni yang sama (T = T' ) dan varian
skor-skor kesalahannya sama (se 2=se'2). Dalam prakteknya, asumsi keenam teori ini
sulit terpenuhi.
7. Asumsi terakhir dari teori tes klasik menyatakan tentang definisi tes yang setara
(essentially t equivalent). Jika dua perangkat tes mempunyai skor-skor perolehan dan
Xt1 dan Xt2 yang memenuhi asumsi 1 sampai 5dan apabila untuk setiap populasi subyek
X1 =X2 + C12, dimana C12 adalah bilangan konstanta, maka kedua tes disebut tes yang
pararel.
Asumsi-asumsi teori klasik di atas memungkinkan untuk dikembangkan dalam
rangka pengembangan berbagai formula yang berguna dalam melakukan pengukuran
psikologis. Daya beda, indeks kesukaran, efektifitas distraktor, reliabilitas dan validitas
adalah formula penting yang disarikan dari teori tes klasik.
2. Teori Tes Modern
Teori tes modern adalah teori tentang cara mengukur tes. tes ini adalah tes baru yang
ada. belum banyak yang mengetahui tentang teori tes modern. Teori tes modern sering juga
disebut Latent Trait Theory yaitu performance subjek dalam suatu tes yang dapat diprediksi
dari kemampuannya yang bersifat laten. Atau lebih dikenal dengan Item Response Theory
(IRT) yaitu respon subjek terhadap item yang menunjukkan kognitifnya. Kelebihan kinerja
subjek dapat dilihat dengan Item Characteristic Curve (ICC). Artinya semakin baik
performance subjek akan semakin banyak respon (jawaban pada aitem tes) yang benar.
Unsur teori dalam tes modern meliputi:

Butir (item tes)

Subjek (responnya)

Isi respon subjek

Asumsi-asumsi dalam tes modern:


1. Parameter butir soal dan kemampuan adalah (Invariant). Artinya soal yang dibuat
memiliki korelasi positif dengan kemampuan yang diukur.
2. Unidimensionality, artinya 1 item mengukur satu kemampuan. Asumsi ini kurang
terbukti karena pada dasarnya antara item 1 dengan lainnya saling melengkapi.
3.

Local independence, artinya respon terhadap suatu item tidak akan berpengaruh
terhadap item lainnya.
Parameter butir soal pada IRT yaitu Ukuran atau aturan-aturan yang digunakan untuk

mengetahui mana soal yang valid (bisa dipakai) dan mana soal yang tidak valid (tidak bisa
dipakai). Aturannya ada 3:
1. Daya pembeda soal, Artinya item soal bisa dianggap baik kalau item soal tersebut dapat
digunakan untuk membedakan antara subjek yang berkemampuan tinggi dari subjek
yang berkemampuan rendah.
2. Taraf kesukaran soal, Artinya item soal bisa dianggap baik kalau item soal tersebut tidak
terlalu sulit dan tidak terlalu mudah.
3. Kebetulan menjawab benar. Artinya item soal bisa mendeteksi subjek yang menjawab
asal-asalan dan kebetulan benar.
Penggunaan parameter tersebut tergantung pada penyusun alat tes, boleh menggunakan
ketiganya atau hanya menggunakan dua saja. Ada tiga pilihan yang bisa digunakan:
1. Logistik 1 Parameter. Jika menggunakan logistik 1 parameter, item-item yang akan
digunakan hanya diuji taraf kesukaran soalnya saja. Contoh saya membuat 50 item soal,
setelah saya uji cobakan kepada N=100. Langkah selanjutnya saya hanya harus
menyeleksi mana item-item yang memiliki taraf kesukaran sedang (item yang sedang
ialah item yang bisa dijawab oleh 60% subjek). Langkah terakhir item-item yang
diketahui taraf kesukarannya sedang langsung bisa digunakan untuk tes.
2. Logistik 2 Parameter. Jika menggunakan logistik 2 parameter, item-item yang akan
digunakan harus diuji taraf kesukaran soalnya dan juga daya beda soalnya. Jelasnya itemitem yang tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah serta bisa membedakan antara siswa

yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah, itu yang bisa
dipakai sebagai item soal tes.
3. Logistik 3 Parameter. Jika menggunakan logistik 3 parameter, item-item yang akan
digunakan harus diuji taraf kesukaran soalnya, diuji daya beda soalnya, dan diuji
kemungkinan kebetulan menjawab benar.

Anda mungkin juga menyukai