Anda di halaman 1dari 24

Nama : Asfin Haniyah

NIM : 1805115105
Kelas : PGSD D 2018
Mata Kuliah : Evaluasi Pendidikan

Rangkuman buku Evaluasi Pembelajaran di SD

MODUL 1
KONSEP DASAR PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN
1. KONSEP DASAR PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN

 Pengertian penilaian
a. Tes : yaitu alat ukur untuk memperoleh informasi hasil belajar siswa yang memerlukan
jawaban benar atau salah.
- Yang termasuk tes : tes objektif dan tes uraian.
- Yang termasuk bukan tes : pedoman pengamatan, skala rating, skala sikap, dan
pedoman wawancara.
b. Pengukuran : kegiatan penentuan angka dari suatu objek yang diukur.
c. Asesmen : kegiatan mengumpulkan informasi hasil belajar siswa yang diperoleh dari
berbagai jenis tagihan dan mengolah informasi tersebut untuk menilai hasil beajar dan
perkembangan belajar siswa.
d. Evaluasi : penilaian keseluruhan program pendidikan mulai perencanaan suatu program
substansi pendidikan termasuk kurikulum dan penilaian (asesmen) serta pelaksanaannya,
pengadaan dan peningkatan kemampuan guru, manajemen pendidikan , dan reformasi
pendidikan secara keseluruhan.

Kesimpulan :
Penilaian : kegiatan untuk memperoleh informasi pencapaian hasil belajar dan kemajua
belajar siswa serta mengefektifkan penggunaan informasi tersebut untuk mencapai tujuan
pendidikan.

 Prinsip – prinsip penilaian


1. Berorientasi pada pencapaian kompetensi
2. Valid
3. Adil
4. Objektif
5. Berkesinambungan
6. Menyeluruh
7. Terbuka
8. Bermakna
2. JENIS DAN FUNGSI PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN
a. Tes seleksi dan fungsinya
v Yaitu : tes untuk memilih calon yang dapat diterima untuk mengikuti suatu program.
v Fungsi : menghasilkan calon-calon teerpilih yang dapat diterima untuk mengikuti suatu
program.
b. Tes penempatan dan fungsinya
v Yaitu untuk menempatkan siswa sesuai dengan kemampuannya.
v Fungsi : mengelompokkan siswa dalam satu kelompokyang relatif homogen kemampuan
atau ketrampilannya.
c. Pre test – post test dan fungsinya
v Pre test yaitu untuk mengetahui sejauh mana siswa telah memahami materi pelajaran yang
akan disampaikan.
v Post test yaitu untuk menngetagui sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan program
setelah mereka mengikuti program tersebut.
v Fungsi : menilai efektivitas proses pembelajaran
d. Tes diagnostik dan fungsinya
v Yaitu untuk mengetahui kesulitan yang dialami siswa dalam memahami materi pelajaran.
v Fungsi : langkah awal untuk menentukan dan memperbaiki atau menghilangkan penyebab
kesulitan siswa dalam memahami suatu materi pelajaran.
e. Tes formatif dan fungsinya
v yaitu untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat menguasai tujuan pembelajaran yang
baru saja diajarkan.
v Fungsinya untuk memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan.
f. Tes sumatif dan fungsinya
v Yaitu untuk menilai keberhasilan siswa setelah mengikuti seluruh rangkaian proses
pembelajaran.
v Fungsinya menilai hasil belajar siswa.
g. Tes unjuk kerja yaitu untuk menilai performance siswa dalam menghayati atau
menghasilkan suatu karya atau hasil belajar.
MODUL 2
PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR
1. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN TES
A. Tes Objektif

KELEMAHAN
&
KEUNGGULAN
UPAYA UNTUK
MEMINIMALKANNY
A
1. Tepat digunakan untuk mengukur 1. Butir soal yang
proses berpikir rendah sampai dengan sedang (ingatan, ditulis cenderung
pemahaman, penerapan). mengukur proses berpikir
rendah.
2. Semua / sebagian besar materi yang
telah diajarkan dapat ditanyakan saat ujian sehingga semu Upaya : agar soal yang
a/ sebagian besar tujuan pembelajaran yang ditulis dapat mengukur
ditetapkan dalam RPP dapat diukur ketercapaiannya. tujuan pembelajaran yang
ditetapkan penulis harus
3. Pemberianskor pada berorintasi pada kisi-kisi
setiap siswa dapat dilakukan dengan cepat ,tepat, soal.
dan konsisten karena jawaban yang
benar untuk setiap butir soal sudah jelas dan pasti. 2. Membuat pertanyaan
tes objektif yang lebih
4. Memungkinkan untuk dilakukan analisis butir soal. baik lebih sukar sehingga
membutuhkan waktu
5. Tingkat kesukaran soal dapat dikendalikan.
lebih lama.
6. Informasi yang diperoleh lebih kaya.
Upaya : penulis sudah
terlatih d,engan baik
dalam menulis tes
objektif.
3. Kemampuan anak
dapat terganggu oleh
kemampuannya dalam
membaca dan menerka.
Upaya : menuliskan butir
soal dengan baik sesuai
kaidah penulisan butir
soal objektif yang telah
ditentukan.
4. Anak tidak dapat
mengorganisasian ,
menghubungkan, dan
menyatakan idenya
sendiri karena semua
alternatif jawaban untuk
setiap pertanyaan sudah
diberikan oleh penulis
soal.
Upaya: menggunakan tes
uraian

B. Tes Uraian
Keunggulan :
- Tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir tinggi
- Tepatdigunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks yang
tidak dapat diukur dengan tes objektif
- Waktu yang digunakan untukmenulis satu set tes uraian lebih cepat dari pada waktu
yang digunakan untuk menulis satu set tes objektif
- Menulis tes uraian yang baik relative lebih mudah dari pada menulis tes objektif.
v Kelemahan:
- Terbatasnya sampel materi yang ditanyakan
- Sukar memeriksa jawaban siswa
v pemberian skor yang
kurang objektif dan kurang konsisten dapat disebabkan karena beberapa hal yaitu :
- Adanya hallo effect
- Adanya efek bawaan ( carry over effect)
- Efek urutan pemeriksaan ( order effect)
- Pengaruh penggunaan bahasa
- Pengaruh tulisan tangan
v Upaya untuk meminimalkan kelemahan :
- Upaya untuk meningkatkan jumlah sampel materi yang
ditanyakan saat ujian adalah membuat tes uraianyangdapat dijawab dengan cepat oleh siswa
(tes uraian terbatas )
-
Upaya untuk mengurangi unsure subjektivitas pemeriksa adalah dengan memeriksa hasil ujia
n tanpa nama.
- Upaya untuk mengatasi kesulitan dalam memeriksa hasil tes siswa adalah :
ü Gunakan tes uraian terbatas
ü Gunakan 2 pemeriksa untuk memeriksa setiap hasil tes siswa
ü Sepakat tentang cara pemberian skor dengan pemeriksa kedua
ü Lakukan uji coba pemeriksaan
- Upaya untuk mengurangi hallo effect adalah dengan menghilangkan /
menutup nama peserta tes
- Upaya untuk menghindari carry over effect
adalah dengan cara memeriksa jawaban soal no 1
untuk keseluruhan siswa baru kemudian baru memeriksa soal no 2
juga untuk keseluruh siswa begitu seterusnya sampai butir soal terakhir
- Upaya menghindari order effect
adalah dengan berhenti memeriksa jika anda sudah merasa lelah dalam memeriksa.

MENGEMBANGKAN TES
A. Tes Objektif
1) Tes benar salah / true false item
- Fungsi :
ü Mengukur kemampuan siswa untuk mengidentifikasi kebenaran suatu pernyataan
mengenai fakta, definisi, prinsip, teori, hukum, dan sebagainya.
ü Mengukur kemampuan siswa unuk membedakan antara fakta dengan pendapat atau opini.
ü Mengukur hasil belajar yang lebih tinggi dari sekedar ingatan.
- Keunggulan : mudah dikonstruksikan, dapat mennanyakan banyak sampel materi,
mudah penskoran, tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir sederhana.
- Kelemahan : probabilitas siswa dalam menebak jawaban sangat tinggi yaitu 50%,
sebagian besar soal benar salah hanya digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa yang
sederhana yaitu aspek ingatan.
2) Tes menjodohkan / matching exercise
- Yaitu tes objektif yang ditulis dalam dua kolom. Kolom pertama adalah pokok
soal/premis dan kolom kedua adalah jawaban / respon.
- Keunggulan : mudah dibuat, mudah penskorannya, dapat menguji banyak materi yang
telah diajarkan pada siswa.
- Kelemahan : butir soal yang dibuat cenderung mengukur hasil belajar yang sederhana.
3) Tes pilihan ganda / multiple choice
- Ragam tes pilihan ganda :
a. Melengkapi pilihan ( ragam A)
Tersusun atas pokok soal dengan empat / lima alternatif jawaban.
b. Hubungan antarhal (ragam B)
Tersusun atas pokok soal terdiri dari dua pernyataan yang independen dipisahkan dengan kata
sebab.
c. Analisi kasus (ragam C)
d. Ganda kompleks (ragam D)
e. Membaca diagram , tabel, atau grafik ( ragam E )
MODUL 3
PENGEMBANGAN ASESMEN ALTERNATIF Kegiatan Belajar 1 Konsep Dasar
Asesmen Alternatif

Menyadari kelemahan yang ada pada tes, beberapa ahli pendidikan


berupaya untuk mengintegrasikan penilaian dalam keseluruhan proses
pembelajaran melalui proses penilaian yang dikenal dengan asesmen alternatif.
Grant P. Wiggins (1998) membedakan antara antara asesmen tradisional dan
asesmen alternatif, yaitu :
a. Asesmen tradisional (tes)
1. Penilaian dilakukan untukmenilai kemampuan siswa dalam memberikan jawaban
yang benar.
2. Tes yang diberikan tidak berhubungan dengan realitas kehidupan siswa
3. Tes terpisah dari pembelajaran yang dilakukan siswa
4. Dapat diskor dengan realibilitas tinggi
5. Hasil tes diberikan dalam bentuk skor
b. Asesmen Alternatif
1. Penilaian dilakukan untuk menilai kualitas produk dan unjuk kerja siswa.
2. Tugas yang diberikan berhubungan dengan relitas kehidupan siswa
3. Ada integrasi antara pengetahuan dengan kinerja atau produk yang dihasilkan
4. Sulit diskor dengan reabilitas tinggi
5. Hasil asesmen alternatif diberikan dengan bukti kinerja

Kegiatan Belajar 2
Bentuk Asesmen Kinerja
Bentuk utama dari asesmen kinerja terdiri dari dua yaitu tugas (Task) dan
criteria penskoran (rubric).
A. Tugas (Task)
Jenis-jenis tagihan tentang keberhasilan siswa dalam unjuk kerja yaitu :
1. Computer adaptive testing
Computer adaptive testing adalah tes berbatuan computer untuk menilai hasil
belajar siswa.
2. Tes pilhan ganda yang diperluas
Tes pilihan ganda yang diperluas adalah tes pilihan ganda dalam pengerjaan
siswa untuk memilih salah satu jawaban yang paling tepat dan memberikan
alasan.
3. Tes uraian terbuka (open ended question)
Tes uraian dugunakan untuk pemberian tugas dalam asesmen kinerja dengan
menilai kemampuan siswa dalam penalaran, logika, menuangkan ide dalam
bentuk tulisan.
4. Tugas individu
Tugas individu adalah tugas yang harus dikerjakan guru untuk menilai kinerja
anak selama mengerjakan tugas dan menilai produk.
5. Tugas kelompok
Tugas kelompok adalah tugas yang harus dikerjakan secara berkelompok,
tugas guru adalah melakukan pengamatan terhadap kinerja kelompok.
6. Proyek
Tugas yang diberikan guru (secara individu atau kelompok) untuk
menyelesaikan tugas-tugas yang kompleks dalam waktu tertentu.
7. Interview
Tugas yang diberikan guru kepada siswa baik secara individu atau kelompok
dengan membuat laporan hasil wawancara.
8. Pengamatan
Pengamatan adalah tugas yang diberikan kepada siswa baik secara individu
atau kelompom untuk melakukan pengamatan terhadap sesuatu yang
ditugaskan.

Kegiatan Belajar 3
Asesmen Portofolio

 Pengertian dan Tujuan Portofolio


Portofolio adalah kumpulan hasil karya siswa yang disusun secara sistematis
yang menunjukkan upaya, proses, hasil dan kemajuan belajar yang dilakukan siswa
dari waktu ke waktu.
 Ada beberapa komponen penting yang harus diperhatikan dalam
menggunakan portofolio sebagai asesmen :
1. Portofolio hendaknya memiliki criteria penilaian yna gjelas, spesifik dan
berorientasi pada research based criteria.
2. Untukmenilai kemampuan dan keterampilan siswa dapat digunakan berbagai
sumber informasi yang mengenal dengan baik kemampuan dan keterampilan
siswa.
3. Untuk mendesain portofolio perlu diperhatikan berbagai cara yang digunakan
untuk mengumpulkan bukti-bukti yang dikontribusi terhadap portofolio.
4. Portofolio dapat terdiri dari berbagai bentuk informasi.
5. Kualitas portofolio harus ditingkatkan dari waktu ke waktu.
6. Setiap mata pelajaran mungkin mempunyai bentuk portofolio yang berbeda.
7. Portofolio harus dapat diakses secara langsung.

Modul 4
Kegiatan belajar 1
MENGUMPULKAN DAN MENGOLAH INFORMAI HASIL BELAJAR
 Tujuan utama dari kegiatan penilaian adalah untuk mengetahui komepetensi dasar
yang telah ditetakan sudah dapat dicapai oleh siswa atau belum.
 Kisi – kisi pengukuran dari ketercapaian siswa antara lain berisi ;
a) Aspek yang akan diukur : kognitif, afektif atau psikomotor.
b) Jenis alat ukur yang digunakan : tes atau non tes.
c) Teknik atau pengukurannya : tertulis, lisan atau perbuatan.
d) Cara penskoran serta pengolahan.
 Informasi hasil belajar siswa dalam upaya mencapai kompetensi yang telah ditetapkan
dapat dikumpulkan denganmenggunakan berbagai bentuk penilaian, misalnya dari tes
tertulis ( paper and pencil test) serta penilaian dari unjuk kerja (perfomance).

Memeriksa hasil tes objektif


 Untuk menskor hasil tes objektif dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
1) Diperiksa secara manual.
2) Diperiksa dengan menggunakan mesin scanner untuk kemudian diolah dengan
menggunakan fasilitas komputer.
 Penggunaan tes objektif mempunyai kelemahan diantaranya adanya kemungkinan
siswa hanya menjawab denganmenebak. Jika ingin meminimalkan kemungkinan
siswa menebak jawaban maka dapat menggunakan formula penebakan (guessing
formula) sebagai berikut :
Skor = B –

B = jumlah jawaban benar


S = jumlah jawaban salah
n = banyaknya alternatif jawaban

jika diberlakukan formula tersebut maka siswa akan berhati-hati dalam menjawab
salah, maka akan berakibat pada penurunan skor yang diperoleh. Penskoran dengan
memberi skr 1 untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah.

Memeriksa hasil tes uraian


 untuk memberi skor pada tes uraian hanya dapat dilakukan secara manual. Setiap
lembar jawaban siswa diperiksa minimal oleh dua orang pemeriksa.
 Menurut Hopkins dan kawan-kawan (1990) terdapat lima faktor yang menjadi
permasaalahan pada saat memeriksa hasil tes uraian yaitu ketidaktetapan pemeriksa
dalam memberikan skor, adanya hallo effect, carry over effect, order effect dana
adanya efefk penggunaan bahasa serta tulisan siswa.
 Cara meminimalkan permasalahan-permasalahan dalam memeriksa hasil tes uraian
yaitu :
1) Untuk menjaga ketetapan hasil pemeriksaan ( reliabilitas), sebaiknya setiap
lembar jawaban siswa minimal diperiksa oleh dua orangpemeriksa.
2) Sebelim mulai memeriksa jawaban siswa, kedua pemeriksa harus duduk
bersama menyamakan persepsi untuk mencari kesepakatan-kesepakatan
tentang bagaimana cara memeriksa jawaban siswa. Langkah peratamma yang
harus dilakukan adalah melihat kesesuaian antara pertanyaan dengan jawaban
yang ada pada pedoman penskoran. Jika ada sesuatu yang belum sesuai maka
kedua pemeriksa tersebut dapat mengubahnya.

Mengolah data hasil tes


 Agar skor mentah yang diperoleh dari hasil pengukuran dapat dengan mudah
dipahami oleh orang lain maka skor tersebut perlu diolah lebih dulu antara lain diubah
dalam bentuk presentase.
 Cara yang paling mudah dan paling umum digunakan untuk mengolah hasil tes adalah
dalam bentuk presemtase sebagai berikut :
1) Untuk tes objektif (tanpa formula penebakan)
Presentase penguasaan = jumlah jawaban benar
----------------------------- x 100
Jumlah butir soal
2) Untuk tes uraian
Presentase penguasaan = jumlah skor yang diperoleh siswa
----------------------------- --------------x 100
Jumlah skor maksimal
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN INFORMASI HASIL BELAJAR DARI
UNJUK KERJA SISWA
 Informasi hasil belajar yang diperoleh dari unjuk kerja siswa dikumpulkan dari tugas-
tugas yang telah dikerjakan siswa, baik yang berupa unjuk kerja langsung yang
diamai guru, pembuatan laporan, pengumpulan hasil karya, pengumpulan portofolio
dan ain sebagainya.
 Jika menggunakan skala ratingatau skala sikap dari Likert untuk mengukur suatu
keterampilan atau kecenderungan sikap maka pengolahan datanya dapat dilakukan
sebagai berikut :
a) Hitung jumlah skor minimal dan maksimal yang mungkin diperoleh siswa
untuk semua indikator.
b) Jumlahkan skor yang diperleh setiap siswa.
c) Tentukan tingkat keterampilan siswa dengan cara membandingkan jumlah
skor yang diperoleh setiap siswa dengan jumlah skor maksimal 100%.
Kemudian bandingkan skor tersebut dengan standar yang telah ditentukan.
d) Untuk menentukan kecenderungan sikap seseorang dapat dilakukan dengan
cara membandingkan skor yang diperoleh siswa dengan standar yang telah
ditentukan.

Kegiatan belajar 2

PENDEKATAN DALAM PEMBERIAN NILAI


PENGORGANISASIAN INFORMASI HASIL BELAJAR SISWA
 Informasi belajar siswa dapat dikumpulkan dengan menggunakan berbagai jenis
tagihan seperti kuis, uangan harian, ujian akhir semester, pemberian tugas, laporan
kerja praktek dan sebagainya. Setiap jenis tagihan tersebut dikumpulkan dengan
berbagai jenis alat tagihan seperti tes, pedoman pengamatan, skala rating atau skala
sikap.

 Informasi hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes masih berupa skor mentah (raw
score) yang berupa data terserak (belum tertata). Data hasil belajar siswa tersebut
perlu ditata agar lebih mudah dipahami. Selanjutnya data tersebut diolah dan
diinterpretasikan untuk kemudian diambil keputusan tentang bagaimana hasil belajar
siswa.

PENDEKATAN DALAM PENILAIAN


 Ada dua pendekatan yang sering digunakan untuk mengiterpretasikan data hasil
pengukuran yaitu :
1. Penilaian Acuan Norma (PAN)
2. Penilaian Acuan Kriteria (PAK)
1. PENILAIAN ACUAN NORMA (PAN)
 Peilaian Acuan Norma (PAN) adalah suatu pendekatan untuk
menginterpretasikan hasil beajar siswa dimana hasil belajar yang diperoleh
seorang siswa dibandingkan dengan hasil belajar yang diperoleh
kelompoknya. Artinya pemberian nilai mengacu pada perolehan nilai di
kelompo itu.
 Penilaian Acuan Norma (PAN) tidak mencerminkan pencapaian setiap siswa
terhadap tujuan pembelajaran tetapi lebih mencerminkan pencapaian
kelompok siswa terhadap tujuan pembelajaran.
 Jika jumlah siswa banyak maka pengolahan data dengan pendekatan acuan
norma akan lebih mudah dilakukan dengan bantuan statistika sederhana (mean
dan simpangan baku).
2. PENILAIAN ACUAN KRITERIA (PAK)
 Dalam Penilaian Acuan Kriteria (PAK) keberhasilan setiap anak tidak
dibandingkan dengan hasil yang diperoleh kelompoknya tetapi keberhasilan
setiap anak akan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya.
 Siswa yang mampu melampaui kriteria keberhasilan dan apabila belum
mencapai kriteria, ia dinyatakan belum berhasil. Dalam pembelajaran berbasis
kompetensi maka penilaiannya tidak dapat menggunakan pendekatan penlaian
acuan nrma (PAN) tetapi harus menggunakan pendekatan penilaian acuan
kriteria (PAK).
PENILAIAN
 Agar penilaian tepat sasaran maka pada saat melakukan penilaian, perlu
memperhatikan prinsip-prnsip penilaian yaitu :
1 Berorientasi pada penapaian kompetensi.
2 Valid
3 Mendidik
4 Terbuka
5 Adil dan objektif
6 Berkesinambungan
7 Menyeluruh
8 Bermakna

PENYAJIAN HASIL PENILAIAN


Dalam penilaian berbasis kompetensi terdapat empat bentuk penilaian yang dapat digunakan
guru untuk menilai hasil belajar siswa yaitu :
a) Penilaian dengan menggunakan angka. Dalam penilaian ini hasil belajar yang
diperoleh siswa diberikan dalam bentuk angka. Rentangan angka yang digunakan
dapat berupa angka 1 – 10 atau 1 – 100.
b) Penilaian dengan menggunakan kategori. Daam penilaian jenis ini, penilaian hasil
belajar siswa disajikan dalam bentuk kategori, misalnya baik, cukup, kurang,
terampil, cukup terampil, kurang terampil, menyenangi, cukup menyenangi, kurang
menyenangi dan sebagainya.
c) Penilaian dengan uraian atau narasi. Dalam hal ini penilaian hasil belajar siswa
disajikan dalam bentuk uraian atau narasi, misalnya siswa belum dapat membaca
lancar, siswa kurang aktif, keterampilan tangan kurang, perlu bimbingan dalam
memecahkan soal cerita, dan sebagainya.
d) Penilaian kombinasi. Dalam penilaian ini hasil belajar siswa diberikan dalam bentuk
kombinasi penilaian baik berupa penilaian angka, kategori atau narasi.
Modul 5
KUALITAS ALAT UKUR (INSTRUMEN)

Tujuan
Pembelajaran

Proses Penilaian
Pembejaran Hasil Belajar

Hubungan antara tujuan pembelajaran, proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar.

 Jika tjuan pembelajaran yang dirumuskan sudah tepat dan proses pembelajaran yang
dilaksanakan sudah maksimal maka salah satu hal yang perlu dicermati adalah alat
penilaian hasil belajar.

kegiatan belajar 1
VALIDITAS DAN RELIABILITAS HASIL PENGUKURAN
 Pengertian validitas mengacu pada ketepatan interpretasi yang dibuat dari hasil
pengukuran atau hasil pengukuran (Gronlund dan Linn, 1990). Secara umum validitas
ada tiga jenis :
1 Validitas isi (content validity) : diperlukan untuk menjawab pertanyaan
“sejauh mana item yang ada dalam tes dapat mengukur keseuruhan materi
yang telah diajarkan”. Tinggi rendahnya validitas isi dapat ditetapkan
berdasarkan analisis rasional atau pertimbangan terhadap ahli tes tersebut. Hal
ini merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh tes hasil belajar.
2 Validitas kontras (construct vaidity) : mengacu pada sejauh mana alat ukur
tersebut dapat mengungkap keseluruhan konstrak yang digunakan sebagai
dasar dalam penyusunan tes tersebut. Yang dimaksud dengan konstrak disini
adalah kosep hipotesis (hipotetical concept) yang digunakan sebagai dasar
dalam penyusunan alat ukur.validitas konstak ini digunakan dalam
pengukuran psikologi seperti pengukuran sikap, minat, tingkah laku dan
sebagainya.
3 Validitas yang dikaitkan dengan kriteria tertentu (criterion related validity) :
untuk mengetahui kesesuaian antara pengetahuan dengan keterampilan yang
dimiliki maka alat ukur yang digunakan harus kriteria terkait validitas yang
tinggi.
 Konsep reliabilitas yang dipelajari adalah konsep reliabilitas dalam arti stabilitas tes.
Konsep reliabilitas dalam arti konsistensi internal dimaksudkan untuk mengetahui
apakah kumpulan butir soal yang ada dalam satu set tes tersebut mengukur dimensi
hasil belajar yang sama atau tidak.
 Realibilitas suatu tes dapat ditingkatkan dengan menambah jumlah butir soal ke
dalam tes tersebut. Penambahan butir soal pada tes akan meningkatkan reliabilitas jika
butir soal yang ditambahkan adalah butir-butir soal yang homogen adalah dengan
butir soal yang ada.
 Yang dimaksud butir soal yang homogen adalah butir soal-soal yang mengukur hal
yang sama dengan butir soal yang sudah ada. Penambahan butir soal tidak akan
menaikkan reliabilitas jika butir soal yang ditambahkan tidak homogen dengan butir
soal yang sudah ada.

Kegiatan belajar 2
ANALISIS DAN PERBAIKAN INSTRUMEN
 Menurut Nitko (1983) analisis butir soal menggambarkan suatu proses pengambilan
data dan penggunaan informasi tentang tiap-tiap butir soal terutama informasi tentang
respon siswa terhadap setiap butir soal. Lebih lanjut dikatakan bahwa arti penting
penggunaan analisis butir soal adalah sebagai berikut :
 Untuk mengetahui apakah butir-butir soal yang disusun sudah berfungsi sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh penyusun soal.
 Sebagai umpan balik bagi siswa untuk mengetahui kemampuan mereka dalam
menguasai materi tertentu.
 Sebagai umpan balik bagi guru untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang
diaami siswa dalam memahami suatu materi.
 Sebagai acuan merevisi soal dari jawaban yang diberikan siswa terhadap
setiap butir soal akan dapat mengetahui kelemahan setiapa butir butir soal
sehingga perlu direvisi.
 Untuk memperbaiki kemampuan guru dalam menulis soal. Dengan melakukan
analisis butir soal dan melakukan revisi maka kemampuan dalam menulis butir
soal akan meningkat.
 Dalam menganalisi butir soal paling tidak ada dua karakteristik butir soal yang perlu
diperhatikan yaitu :
I. Tingkat kesukaran butir soal
Tingkat kesukaran butir soal merupakan salah satu karakteristik yang dapat
menunjukkan kualitas butir soal tersebut apakah mudah, sedang atau sukar.
Besarnya tingkat kesukaran butir soal, Dapat dihitung dengan memperhatikan
proporsi peserta tes yang menjawab benar terhadap setiap butir soal. Secara
matematis tingkat kesukaran butir soal dapat dihitung dengan rumus :
𝐵
P=
𝑁

Keterangan :
P = indeks tingkat kesukaran butir soal
B = jumlah peserta tes yang menjawab benar
N = jumlah seluruh peserta tes

II. Daya Beda (D)


Daya beda memiliki pengertian seberapa jauh butir soal tersebut dapat
membedakan kemampuan individu peserta tes. Butir soal didukung potensi
daya yang baik, akan mampu membedakan peserta didik yang memiliki
kemampuan tinggi (pandai) dengan peserta didik yang memiliki kemampuan
rendah (kurang pandai).

Daya butir soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

D = PA - PB

Keterangan :
D = indeks daya beda butir soal
PA = proporsi kelompok atas jawaban yang benar
PB = proposrsi bawah atas jawaban yang salah

Butir soal mempunyai daya beda yang baik jika dianalisi kuncinya mempunyai
daya beda positif dan pengecohnya mempunyai daya beda negatif menurut
Fernandes (1984) kategori indeks daya beda butir soal adalah sebagai berikut :
D > 0,40 = sangat baik
0,30 < D 0,40 = baik
0,20 < D < 0,30 = sedang
D < 0,20 = tidak baik

 Untuk melakukan analisis butir soal secara sederhana, berikut ini disajikan langkah-
langkah dalam menganalisis butir soal :
o Hitunglah jumlah jawaban yang benar untuk seluruh siswa
o Berdasarkan jumlah jawaban yang benar dari seluruh siswa tersebut susunlah
skor siswa mulai dari skor tertinggi ke skor terendah.
o Berdasarkan urutan skor tersebut tentukan yang termasuk dalam kelompokatas
dan siswa yang termasuk dalam kelompok bawah. Untuk menentukan berapa
persen siswa yang termasuk kelompok atas dan kelompok bawah gunakan
rambu-rambu sebagai berikut (Nitko,1983 dan Hanna, 1993) :
a) Jika jumlah siswa < 20 maka jumlah kelompok atas dan kelompok
bawah masing-masing 50%
b) Jika jumlah siswa 21-40 maka jumlah kelompok atas dan keompok
bawah masing-masing 33,3%
c) Jika jumlah siswa > 41 maka jumlah kelompok atas dan keompok
bawah masing-masing 27%
o Hitunglah jumlah siswa dalam kelompok atas yang memilih tiap-tiap alternatif
jawaban yang disediakan
o Dengan cara yang sama hitung jumlah siswa dalam kelompok bawah yang
memilih alternatif jawban yang disediakan.
o Hitung jumlah seluruh peserta tes (keompok atas, tengah dan bawah) yang
benar
o Hitung tingkat kesukaran butir soal dan daya beda dengan menggunakan
rumus yang telah disediakan.
 Cara menganalisis tes uraian diberikan oleh Whitney dan Sabers (Mehrens dan
Lehmann,1984) sebagai berikut :
1. Tentukan jumlah siswa yang termasuk dalam kelompok atas (25%) dan kelompok
bawah (25%)
2. Hitung jumlah skor kelompok atas dan skor kelompo bawah
3. Hitung tingkat kesukaran dan daya beda setiap butir soal dengan rumus.

MODUL 6
PEMBERIAN NILAI DAN TINDAK LANJUT HASIL PENILAIAN

Kegiatan Belajar 1
Prinsip-prinsip Pemberian Penilaian
 Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan adalah kurikulum berbasis kompetensi.
Untuk itu guru harus mempersiapkan proses pembelajaran dengan mengembangkan
acuan sistem pembelajaran. Produk persiapan pembelajaran yang dimiliki guru
sekurang-kurangnya adalah berupa :
1. Matriks kompetensi belajar (learning competency matrik) yang menjamin pengalaman
belajar yang terarah dan
2. Program penilaian otentik berkelanjutan (Continus authentic assesment)
Sistem penilaian yang digunakan dalam KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) adalah
penilaian kelas otentik (authentic assesmen) atau disebutkan sebagai penilaian kelas.
Penilaian kelas adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan
pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang mampu
membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan
(kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan dicapai.

 . Tujuan Penilaian Kelas


Penilaian kelas hendaknya diarahkan pada empat tujuan berikut :
1. Penelusuran (keeping track) yaitu bahwa penilaian bertujuan untuk meneluri agar proses
pembelajaran anak didik tetap sesuai dengan rencana
2. Pengecekan (checking-up) yaitu bahwa penilaian kelemahan-kelemahan yang dialami
anak didik dalam proses pembelajaran
3. Pencarian (Finding – out) yaitu bahwa penilaian bertujuan untuk mencari dan
menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses
pembelajaran
4. Penyimpulan (summing-up) yaitu bahwa penilaian bertujuan untuk menyimpulkan
apakah anak didik telah menguasai seluruh kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum.
 . Fungsi Penilaian Kelas
1. Fungsi motivasi, berarti bahwa penilaian yang dilakukan oleh guru di kelas harus dapat
mendorong motivasi siswa untuk belajar
2. Fungsi belajar tuntas yaitu penilaian kelas harus diarahkan untuk memantau ketuntasan
belajar siswa
3. Fungsi sebagai indikator efektivitas pengajaran berarti bahwa disamping untuk memantau
kemampuan siswa, penilaian kelas juga digunakan untuk melihat seberapa jauh proses
belajar-mengajar telah berhasil.
4. Fungsi umpan balik yaitu bahwa hasil penilaian harus dianalisis oleh guru sebagai bahan
umpan balik bagi siswa dan guru.
C. Prinsip Penilaian Kelas
1. Proses penilaian merupakan bagian dari pembelajaran
Penilaian merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar, oleh karena itu penilaian
mencakup penilaian proses dan hasil belajar. Penilaian harus digunakan sebagai proses untuk
mengukur dan menentukan tingkat ketercapaian kompetensi, dan sekaligus untuk mengukur
efektifitas proses pembelajaran.
2. Penilaian mencerminkan masalah dunia nyata
Penilaian harus dapat mengarahkan siswa untuk memahami keterkaitan kemampuan yang
diperoleh dari proses pembelajaran dengan masalah yang dihadapi dalam masyarakat.
3. Menggunakan berbagai ukuran, metode dan kriteria
Teknik penilaian yang dapat digunakan meliputi tes tertulis, performance test, penilaian
produk, penilaian proyek, peta perkembangan, evaluasi diri, penilaian sikap, dan protofolio.
4. Penilaian harus bersifat holistic
Penilaian harus mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran baik kognitif, afektif,
maupun sensori-motorik
5. Penilaian kelas mengacu kepada kemapuan (Comptency Referenced)
Dalam melakukuan penilaian harus sejalan dengan pelajaran yang telah diterima oleh siswa.
Materi penugasan merupakan butir-butir yang harus dicapai oleh siswa.
6. Berkelanjutan (Continuous)
Penilaian merupakan proses yang berkelanjutan dalam satu semester/ satu tahun.
7. Didaktis
Penilaian diharapkan bersifat mendidik, dapat memacu siswa untuk meningkatkan prestasi
belajarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan hadiah kepada siswa yang
berprestasi.
8. Menggali informasi
Penilaian hendaknya dapat memberikan informasi yang cukup bagi guru untuk mengambil
keputusan dan umpan balik. Soal dan tugas sangat dianjurkan dalam bentuk uraian dan
pemecahan masalah.
9. Melihat yang benar dan yang salah
Dalam melakuklan penilaian hendaknya melakukan analisis terhadap hasil penilaian dan
kerja siswa secara seksama untuk melihat adanya kesalahan yang secara umum terjadi pada
siswa dan sekaligus hal-hal yang positif yang diberikan siswa.

 . Prosedur / Metode Penilaian


Agar tujuan penilaian dapat tercapai dengan efektif guru harus menggunakan berbagai
metode dan teknik penilaian yang beragam sesuai dengan tujuan pembelajaran dan
karakterisitk pengalaman belajar yang dialami siswa.
Metode-metode tersebut meliputi :

 Penilaian tertulis (paper-pencil test) baik berupa soal pilihan mapun uraian
Tes tertulis biasanya diadakan untuk waktu yang terbatas dan dalam kondisi tertentu. Tes
Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada siswa dalam bentuk
tulisan. Dalam menjawab soal siswa tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban
tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan
lain sebagainya.
Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:
1. Soal dengan memilih jawaban : pilihan ganda; dua pilihan (benar-salah, ya-tidak);
menjodohkan
2. Soal dengan mensuplai-jawaban, isian atau melengkapi; jawaban singkat atau pendek ;
soal uraian.

 Tes praktek (peformance test)


Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan atau
kinerja siswa dalam melakukan sesuatu Cara penilaian ini lebih otentik daripada tes tertulis
karena bentuk tugasnya lebih mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya. Semakin
banyak kesempatan guru mengamati unjuk kerja siswa, semakin reliable hasil penilaian
kemampuan siswa.
 Penilaian produk
Penilaian hasil kerja adalah penilaian terhadap kemampuan siswa membu-at produk-produk
teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (gambar, lukisan, pahatan),
barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. Cara ini tidak hanya melihat
hasil akhirnya saja tetapi juga dari proses pembuatannya, contoh: kemampuan siswa
menggunakan berbagai teknik menggambar, menggunakan peralatan dengan aman,
membakar kue dengan hasil baik, bercita rasa enak, dan penampilan menarik.

 Penilaian proyek
Penilaian melalui proyek dilakukan terhadap suatu tugas atau penyelidikan yang dilakukan
siswa secara individual atau kelompok untuk periode tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan
penyajian data. Proyek seringkali melibatkan pencarian data primer dan sekunder,
mengevaluasi secara kritis hasil penyelidikan, dan kerjasama dengan orang lain. Oleh karena
itu, proyek sangat bermanfaat bila digunakan untuk menilai keterampilan menyelidiki secara
umum untuk segala bidang pembelajaran.

Di samping itu proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman dan pengetahuan
siswa dalam bidang tertentu, mengetahui kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan itu
dalam penyelidikan tertentu, dan mengetahui kemampuan siswa dalam
menginformasikan subyek tertentu secara jelas.
5. Peta perkembangan
6. Evaluasi diri siswa
7. Penilaian afektif
8. Portofolio

Kegiatan Belajar 2
Penilaian di Berbagai Jenjang Pendidikan
 . Pedoman Pelaksanaan Penilaian di Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah
PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 63 menyebutkan bahwa
penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik
2. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan
3. Penilaian hasil belajarr oleh pemerintah
Dari rincian penilain pendidikan tersebut, terdapat beberapa bentuk penilaian yang digunakan
untuk menilai hasil belajar siswa, yaitu:
1. Ulangan harian
2. Tugas-tugas
3. Ulangan tengah semester
4. Ulangan akhir semester
5. Ulangan kenaikan kelas
6. Pengamatan terhadap perubahan perilaku / sikap dan psikomotorik.
7. Bentuk penilaian lain yang sesuai dengan karkateristik materi yang dinilai
8. Ujian sekolah
9. Ujian nasional
10. Bentuk penilaian lain seperti penilaian diri, kuisioner, penilaian proyek, dan portofolio.
Berdasarkan pedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang dikembangkan oleh
BNSP (Badan Nasional Standar Pendidikan), ditetapkan:
1. Ketuntasan Belajar
Pelaksanaan ketuntasan belajar diwujudkan dengan adanya ketentuan Standar Ketuntasan
Belajar Minimal (SKBM) untuk setiap mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah.
2. Kenaikan Kelas
Kriteria kenaikan kelas adalah:
a. Siswa dinyatakan naik kelas setelah menyelesaikan seluruh program pembelajaran pada
dua semester di kelas yang diikuti.
b. Tidak terdapat nilai dibawah Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM)
c. Memiliki nilai minimal Baik untuk aspek kepribadian pada semester yang diikuti.
3. Kriteria Kelulusan
a. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran
b. Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran ESTETIKA,
dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan;
c. Lulus ujian sekolah/ madrasah untuk kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
d. Lulus Ujian Nasional
Pelaksanaan penilaian hasil pembelajaran berbasis kompetensi :
a. Alat penilaian
1. Aspek kognitif, berupa tes objektif, tes uraian dan tes berbentuk soal terbuka.
2. Aspek Psikomotorik, berupa tes tertulis , tes simulasi, dan tes contoh kerja (work sample)
3. Aspek Afektif, non test penilaian sikap dan penilaian diri, baik berbentuk kuisioner,
pegamatan, maupun laporan diri.
b. Penyekoran
1. Skor Tes Objektif
- Tanpa menyertakan faktor koreksi

Skor =
Keterangan: B = jumlah jawaban benar
N = jumlah seluruh butir soal
K = skor maksimum skala penilaian
- Menyertakan faktor koreksi

Skor = (B-
Keterangan: B = jumlah jawaban benar
S = jumlah jawaban salah
P = banyaknya pilihan jawaban setiap butir soal
N= jumlah seluruh butir soal
K = skor maksimum skala penilaian
2. Skor Tes Uraian
Skor uraian ditentukan berdasarkan pedoman penyekoran. Dalam pedoman penyekoran skor
diberikan berdasarkan kecocokan jawaban terhadap “kata kunci”.

Kegiatan Belajar 3
Pemanfaatan Hasil Tes untuk Meningkatkan Proses Pembelajaran
Sebelum anda mengajar di depan kelas, satuan pembelajaran dan rencana
pembelajaran harus sudah anda persiapkan terlebih dahulu. Salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk mengetahui efektivitas proses pembelajaran adalah dengan melakukan tes,
antara lain:
 Memanfaatkan Hasil Pre Test – Post Test
Pre Test merupakan Jenis test yang di lakukan sebelum pelajaran inti di mulai, sedangkan
Post Tes adalah penilaian yang dilakukan setelah pelajaran selesai.
Teknik pre-test dan post-test memiliki manfaat baik bagi guru, siswa, maupun program itu
sendiri.

1. Manfaat Bagi Guru


§ Mengetahui sejauh mana bahan yang diajarkan sudah diterima oleh siswa
§ Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum menjadi milik siswa
§ Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang telah diberikan

2. Manfaat Bagi Siswa


§ Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program yang
menyeluruh
§ Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa
§ Usaha perbaikan
§ Sebagai diagnosis

3. Manfaat Bagi Program


§ Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat dalam arti sesuai
dengan keakapan anak
§ Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan prasyarat yang belum
diperhitungkan
§ Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan di
capai
 Apakah metode, pendekatan, dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat.

 Memanfaatkan Hasil Test Formatif


Tes formatif adalah tes yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk
setelah mengikuti suatu program tertentu (Arikunto, 2002:36). Dalam kedudukannya seperti
ini tes formatif dapat dipandang sebagai tes diagnostic pada akhir pelajaran.

 Manfaat Hasil Tes Diagnostik


Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa
sehingga hasil tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa
perlakuan yang tepat dan sesuai dengan kelemahan yang dimiliki siswa.
1. Fungsi Tes Diagnostik?
Tes diagnostik memiliki dua fungsi utama, yaitu:
(a) mengidentifikasi masalah atau kesulitan yang dialami siswa,
(b) merencanakan tindak lanjut berupa upaya-upaya pemecahan sesuai masalah atau
kesulitan yang telah teridentifikasi

2. Karakateristik Tes Diagnostik


Tes diagnostik memiliki karakteristik:
a) dirancang untuk mendeteksi kesulitan belajar siswa, karena itu format dan respons yang
dijaring harus didesain memiliki fungsi diagnostik,
b) dikembangkan berdasar analisis terhadap sumber-sumber kesalahan atau kesulitan yang
mungkin menjadi penyebab munculnya masalah (penyakit) siswa,
c) menggunakan soal-soal bentuk supply response (bentuk uraian atau jawaban singkat),
sehingga mampu menangkap informasi secara lengkap. Bila ada alasan tertentu sehingga
mengunakan bentuk selected response (misalnya bentuk pilihan ganda), harus disertakan
penjelasan mengapa memilih jawaban tertentu sehingga dapat meminimalisir jawaban
tebakan, dan dapat ditentukan tipe kesalahan atau masalahnya, dan
d) disertai rancangan tindak lanjut (pengobatan) sesuai dengan kesulitan (penyakit) yang
teridentifikasi.
 Pemanfaatan Hasil Penilaian Non Tes
Teknik non tes yang di gunakan antara lain penilaian diri, penilaian sikap, dan
portofolio.
Penilaian sikap adalah untuk memperoleh masukan dan umpan balik bagi peningkatan
profesionalisme guru, perbaikan proses pembelajaran, dan pembinaan sikap siswa. Portofolio
merupakan rangkaian atau kumpulan karya atau hasil kerja siswa yang dilakukan dalam
kurun waktu tertentu. Penilaian portofolio dapat memberikan informasi yang menyeluruh
mengenai:
1. perkembangan pemahaman dan pemikiran siswa tentang konsep, topic dan isu pada kurun
waktu tertentu.
2. hasil karya siswa yang berkaitan dengan bakat dan keterampilan khusus.
3. dokumen kegiatan siswa selama periode waktu tertentu.
4.refleksi nilai siswa sebagai individu dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Manfaat bagi siswa penilaian portofolio berguna sebagai:
1. umpan balik penguasaan dan kemampuan
2. pendorong peningkatan pembelajaran
3. memahami tentang keterbatasan kemampuan di bidang tertentu
Manfaat bagi guru penilaian portofolio berguna untuk:
1. umpan balik penguasaan siswa
2. kemampuan yang belum di kuasai siswa
3. gambaran tingkat pencapaian keberhasilan proses belajar
4. strategi pembelajaran dan penilaian siswa
5. pertimbangan penempatan siswa dalam jurusan atau program studi
6. kecenderungan perilaku belajar siswa.

Daftar Pustaka
Suryono, Adi.2008.Evaluasi Pembelaran di SD.Tangerang.Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai