PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat NKRI?
2. Apa itu NKRI?
3. Bagaimana hakikat negara integralistik?
4. Pengertian NKRI dalam Pancasila?
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui hakikat NKRI
2. Dapat mengetahui hakikat negara integralistik
3. Dapat mengetahui pengertian NKRI di dalam Pancasila
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. HAKIKAT NEGARA
Pengertian negara. Manusia dalam merealisasikan dan meningkatkan
harkat dan martabatnya tidaklah mugkin untuk di penuhinyasendiri, oleh
karena itu manusia sebagai makhluk sosial senantiasa membutuhkan orang
lain dalam hidupnya. Dalam pengertian inilah manusia membentuk suatu
persekutuan hidup yang disebut negara.
Oleh karena itu dalam hubungan ini pengertian negara sebagai
suatu persekutuan hidup bersama dari masyarakat, adalah memiliki
kekuasaan politik, mengatur hubungan-hubungan, kerja sama dalam
masyarakat untuk mencapai suatu tujuan terentu yang hidup dalam suatu
wilayah tertentu. Menurut Harold J. Laski, wewenang yang bersifat
memaksa yang secara sah lebih tinggi daripada individu atau kelompok-
kelompok yang ada dalam negara tersebut, untuk mencapai tujuan
bersama. Sementara Robert Maclver menambahkan bahwa negara adalah
asosiasi yang menyelengarakan ketertiban didalam suatu masyarakat,
dalam suatu wilayah berdasarkan suatu sistem hukum yang
diselenggarakan oleh suatu pemerintah dan untuk maksud tersebut diberi
kekuasaan memaksa.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka unsur-unsur negara adalah:
wilayah, rakyat (penduduk), pemerintahan, dan kedaulatan. Wilayah,
setiap negara mempunyai tempat, ruang atau wilayah tertentudi muka
bumi serta memiliki perbatasan tertentu. Penduduk atau rakyat, setiap
negara memiliki rakyat atau penduduk yang mencakup seluruh wilayah
negara. pemerintah, yaitu setiap negara mempunyai suatu organisasi yang
berwenang untuk merumuskan dan melaksanakan keputusan-keputusan
yang mengikat bagi seluruh penduduk atau rakyat di dalam wilayah
2
negara. unsur negara berikutnya adalah kedaulatan, yaitu suatu kekuasaan
tertinggi untuk membuat undang-undang dan melaksanakannya dengan
berbagai cara.
3
yang menyatakan bahwa negara terdiri atas teori perseorangan
(individualisme), sebagaimana diajarkan oleh Thomas Hobbes, John
Locke, J.J. Rousscau, Herbert Spencer, dan Harold J. Laski (2) Aliran lain
adalah teori ‘golongan’ dari negara (class theory) sebagaimana diajarkan
oleh Marx, Engles, dan Lenin. (3) Aliran negara integralistik yang
diajarkan oleh Spinoza, Adam Muller, dan Hegel.
Pendapat Soepomo tersebut nampaknya senada dengan pandangan
Soekarno, M. Hatta dan Yamin, yang menekankan pentingnya integrasi
baik individu maupun masyarakat. Para pendiri Republik ini menyakini
dan menyadari bahwa filsafat individualisme-liberalisme tidak sesuai
dengan pandangan hidup bangsa Indonesia.
Esensi negara kesatuan adalah terletak pada pandangan ontologis
tentang hakikat manusia sebagai subjek pendukung negara. Hakikat negara
persatuan adalah masyarakat itu sendiri. Dalam hubungan ini negara tidak
memandang masyarakat sebagai suatu objek yang berada di luar negara,
melainkan sebagai sumber genetik dirinya, masyarakat sebagai suatu unsur
dalam negara yang tumbuh bersama dari berbagai golongan yang ada
dalam masyarakat untuk terselenggaranya kesatuan hidup dalam suatu
interaksi saling memberi dan menerima antar warganya. Negara kesatuan
bukan dimaksudkan merupakan suatu kesatuan dari negara bagian
(federasi), melainkan kesatuan dalam arti keseluruhan unsur-unsur negara
yang bersifat fundamental. Oleh karena itu sifat kodrat manusia individu-
makhluk sosial sebagai basis ontologi negara kesatuan itu adalah
merupakan kodrat yang diberikan oleh Tuhan YME. Negara mengatasi
semua golongan yang ada dalam masyarakat, negara tidak memihak pada
salah satu golongan, negara bekerja bagi kepentingan seluruh rakyat.
Masyarakat adalah produk dari interaksi antara segenap golongan yang
ada didalamnya. Dengan demikian negara adalah produk dari interaksi
antara golongan yang ada dalam masyarakat. Sebagai produk yang
demikian maka ‘logic in it self’ bahwa negara mengatasi setiap
4
golongan yang ada dalam setiap golongan yang ada dalam masyarakat
(Besar, 1995: 84).
5
yang beraneka ragam, namun keseluruhannya merupakan suatu
kesatuan dan persatuan negara dan bangsa Indonesia. Hakikat
makna Bhinneka Tunggal Ika yang memberikan sesuatu
pengertian bahwa meskipun bangsa dan negara Indonesia terdiri
atas bermacam-macam suku bangsa yang memiliki adat-istiadat,
kebudayaan serta karakter berbeda-beda, memiliki agama yang
berbeda-beda dan terdiri atas beribu-ribu kepulauan wilayah
nusantara Indonesia, namun keseluruhannya adalah merupakan
suatu persatuan, yaitu persatuan bangsa dan negara Indonesia.
Perbedaan itu adalah merupakan suatu bawaan kodrat manusia
sebagai makhluk Tuhan YME, namun perbedaan itu untuk
dipersatukan disintesiskan dalam suatu sintesis yang positif dalam
suatu negara kebersamaan, negara persatuan Indonesia
(Notonegoro, 1975: 106)
6
Yang Maha Esa serta kemanusiaan (sekarang Negara Proklamasi
17 Agustus 1945).
a. Hakikat Bangsa
Manusia sebagai makhluk Tuhan YME pada
hakikatnya memiliki sifat kodrat sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial. Suatu bangsa bukanlah
suatu manifestasi kepentingan individu saja yang
diikat secara imperatif dengan suatu peraturan
perundangan-undangan sebagaimana dilakukan oleh
negara liberal. Demikian juga suatu bangsa
bukanlah suatu totalitas kelompok masyarakat yang
menenggelamkan hak-hak individu sebagaimana
terjadi pada bangsa sosialis komunistis.
b. Teori Kebangsaan
Dakam tumbuh berkembangnya suatu
bangsa atau juga disebut sebagai ‘Nation’, terdapat
berbagai macam teori besar yang merupakan bahan
komporasi bagi proses pendirian negara Indonesia,
untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki
sifat dan karakter sendiri.
7
suatu perbedaan untuk dipertentangkan, melainkan perbedaan itu justru
merupakan suatu daya penarik ke arah suatu kerjasama persatuan dan
kesatuan dalam suatu sintesis dan sinergi yang positif, sehingga
keanekaragaman itu justru terwujud dalam suatu kerjasama yang luhur.
Adapun unsur-unsur yang membentuk nasionalisme (bangsa)
Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Kesatuan Sejarah: bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dari
suatu proses sejarah, yaitu sejak zaman prasejarah, zaman Sriwijaya,
Majapahit, kemudian datang penjajah, tercetus Sumpah Pemuda
1928 dan akhirnya memproklamasikan sebagai bangsa yang merdeka
pada tanggal 17 Agustus 1945, dalam suatu wilayah negara Republik
Indonesia.
b. Kesatuan Nasib: yaitu bangsa Indonesia terbentuk karena memiliki
kesamaan nasib yaitu penderitaan penjajahan selama tiga setengah
abad dan memperjuangkan demi kemerdekaan secara bersama dan
akhirnya mendapatkan kegembiraan bersama atas karunia Tuhan
Yang Maha Esa tentang kemerdekaan.
c. Kesatuan Kebudayaan: Walaupun bangsa Indonesia memiliki
keanekaragaman kebudayaan, namun keseluruhannya itu merupakan
satu kebudayaan yaitu kebudayaan nasional Indonesia. Jadi,
kebudayaan nasional Indonesia tumbuh dan bekembang di atas akar-
akar kebudayaan daerah yang menyusunnya.
d. Kesatuan Wilayah: bangsa ini hidup dari mencapai penghidupan
dalam wilayah Ibu Pertiwi, yaitu satu tumpah darah Indonesia.
e. Kesatuan Asas Kerokhanian: bangsa ini sebagai satu bangsa
memiliki kesamaan cita-cita, kesamaan pandangan hidup dan filsafat
hidup yang berakar dari pandangan hidup masyarakat Indonesia
sendiri yaitu pandangan hidup Pancasila.
8
Pancasila sebagai asas kerohanian bangsa dan negara Indonesia
pada hakikatnya merupakan suatu asas kebersamaan, asas kekeluargaan
serta religious. Bangsa Indonesia yang membentuk suatu persekutuan
hidup dengan memperstukan keanekaragaman yang dimilikinya dalam
suatu kesatuan integral yang disebut negara Indonesia. Soepomo pada
sidang pertama BPUPKI tanggal 31 Mei 1945, mengusulkan tentang
paham integralistik yang dalam kenyataan objektifnya berakar pada
budaya bangsa. Pemikiran Soepomo tentang negara integralistik tersebut
adalah sebagai berikut :
9
integralistik tidak memihak kepada yang kuat, tidak mengenal dominasi,
mayoritas dan juga tidak mengenal tirani minoritas. Maka didalamnya
terkandung nilai kebersamaan, kekeluargaan, ke-”Bhinneka Tunggal Ika”-
an, nilai religious, serta keserasian (Parieta, 1995 :274).
10
kelahirannya maupun kelanjutan eksistensinya, masyarakat itu
tergantung dari golongan-golongan yang melahirkannya.
11
dan negara, maka memiliki sifat kebersamaan, kekeluargaan serta
religiusitas. Dalam pengertian inilah maka negara pancasila pada
hakikatnya adalah negara kebangsaan yang berketuhanan yang maha esa.
12
(1) Hubungan negara dengan agama menurut negara
pancasilaHubungan Negara dengan agama menurut pancasila
adalah sebagai berikut:
13
a) Theokrasi langsung : Dalam sistem negara theokrasi
langsung kekuasaan adalah langsung merupakan otoritas
tuhan. Adanya negara di dunia ini adalah atas kehendak
tuhan dan yang memerintah adalah tuhan. Dalam sejarah
perang dunia II, rakyat jepang rela mati berperang demi
kaisarnya, karena menurut kepercayaanya kaisar adalah
sebagai anak tuhan. Negara tibet dimana pernah terjadi
perebutan kekuasaan antara pancen lama dan dalai lama
adalah sebagai penjelmaan otoritas tuhan dalam negara
dunia.
b) Theokrasi tidak langsung : Negara theokrasi tidak
langsung bukan tuhan sendiri yang memerintah dalam
negara, melainkan kepala negara atau raja, yang memiliki
otoritas atas nama tuhan. Kepala negara atau raja
memerintah atas kehendak tuhan, sehingga kekuasaan
dalam negara merupakan suatu karunia dari tuhan.
14
negara, namun lazimnya warga negara diberikan kebebasan
dalam memeluk agama masing-masing.
15
komunisme adalah materi. Namun mated menurut
komunisme berada pada ketegangan intern secara dinamis
bergerak dari keadaan (tesis) ke keadaan lain (antitesis)
kemudian menyatukan (sintesis) ke tingkat yang lebih
tinggi. Negara yang berpaham komunisme adalah bersifat
atheis bahkan bersifat antitheis, melarang dan menekan
kehidupan agama. Nilai yang tertinggi di dalam negara
adalah materi sehingga nilai manusia ditentukan oleh
materi.
16
adalah merupakan paradigma sentral dalam setiap aspek penyelenggaraan
negara, terutama dalam pembangunan negara (Pembangunan Nasional).
17
manusia sebagai bangsa dan individu, dan tidak sesuai dengan peri
keadilan serta keadaban manusia.
18
perbedaan itu bukanlah berarti semua unsur negara melarutkan diri dalam
negara, melainkan persatuan dalam kebersamaan untuk mencapai tujuan
bersama, dalam meningkatkan kesejahteraan dan harkat serta martabat
kemanusiaannya. Demikian juga negara kesatuan bukanlah suatu kesatuan
individu-individu sebagaimana diajarkan paham individualism-liberalisme
sekaligus sebagai makhluk sosial. Oleh karena itu sifat kodrat manusia
individu-makhluk sosial sebagai basis ontologism negara kesatuan itu
adalah merupakan kodrat yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Nilai filosofis persatuan, dalam kehidupan kenegaraan dan
kebangsaan menjadi kunci kemajuan suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia
yang kuasa materialisnya berbagai etnis, golongan, ras, agama serta
primordial lainnya di nusantara secara moral menentukan kesepakatan
untuk membentuk suatu bangsa, yaitu bangsa Indonesia. Semangat
moralitas itu founding fathers kita diungkapkan dalam suatu seloka, yang
merupakan symbol semiotic moralitas bangsa yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
Pandangan filosofis menurut Pancasila bahwa sifat kodrat manusia
adalah sebagai makhluk indivudu yang memiliki ciri khas, kepribadian,
namun demikian juga sekaligus sebagai makhluk sosial. Artinya manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa tidak pernah diciptakan secara
individu, namun kodratnya manusia lahir dari sifatnya sebagai warga
masyarakat. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa pada
hakikatnya adalah sama, dalam pengertian hakikat sifat kodrat manusia
membentuk suatu persekutuan hidup, untuk meralisasikan seluruh cita-
citanya bersama manusia lainnya. Dalam hubungan inilah maka manusia
membentuk persekutuan hidup yang disebut negara. Jadi dalam suatu
negara berbagai unsur yang membentuk masyarakat negara, merupakan
suatu kesatuan integral. Berbagai macam suku, ras, kelompok, kebudayaan
maupun agama meskipun bawan kodratnya memiliki perbedaan namun
membentuk suatu ikatan persatuan demi tujuan yang lebih mulia yaitu
kesejahteraan hidup masyarakat bersama.
19
Oleh karena itu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini
harus mendasarkan pada kesadaran moralitas multikultural. Perbedaan itu
bukan untuk diperuncing melalui akar ciri khas perbedaan karunia Tuhan,
melainkan memiliki komitmen untuk menyatukan pandangan dan tujuan
dalam kehidupan yang lebih mulia. Dewasa ini fakta menunjukkan moral
multikultural kita semakin pudar terutama dalam proses demokrasi. Dalam
proses Pemilu Kada jarang ditemukan dalam suatu etnis tertentu terpilih
pimipinan etnis lain, bahkan suksesi kepemimpinan, peluang jabatan atau
pekerjaan sangat erat dengan diskriminasi etnis, yaitu lebih mengutamakan
putra daerah.
Moralitas antar generasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
sangat penting bagi terwujudnya tujuan negara. Kita harus menjadi bangsa
yang semakin dewasa, yaitu dalam merealisasikan reformasi ini harus
menggunakan akal sehat dan beradab, yaitu menilai suatu orde atau
kekuasaan dalam negara ini yang baik untuk kita teruskan dan tingkatkan,
namun yang jelek harus ditindak dan ditinggalkan. Seharusnya saat ini kita
malu dengan tingkah laku kits, yang senantiasa hanya menyalahkan Orde
Lama dan Orde Baru, tetapi kehidupan rakyat tidak kunjung lebih
sejahtera dibandingkan kehidupan masa itu.
Ungkapan-ungkapan perkolusi kalangan elit politik yang
menimbulkan efek kekerasan, dendam, dan kebencian sesama anak bangsa
ini sudah saatnya untuk diakhiri. Pembentukan memori kolektif bangsa
dengan cara menanamkan dendam dan permusuhan antar generasi
bangsa, akan menimbulkan generasi amarkis dan beringas, serta
membawa keterpurukan negara. Oleh karena itu moralitas antar generasi
ini harus didasarkan pada prinsip filosofi persatuan bangsa. Negara-negara
maju dan kuat ternyata sangat memelihara moralitas antar generasi bangsa,
seperti China, Amerika, Jepang dan negara lainnya.
Pasca penerapan otonomi daerah yang kurang mengakomodir
‘Bhinneka Tunggal Ika’ yang merupakan core philosophy Negara
Kesatuan Indonesia, banyak dirasakan nasionalisme Indonesia semakin
20
pudar. Solidaritas kedaerahan dan dilandasi oleh romantisme etnis
mewarnai jalannya pemerintahan otonmi. Putra daerah menjadi primadona
dalam setiap suksesi kepimpinan di berbagai daerah Indonesia, bahkan
sudah banyak yang mengkhawatirkan sekarang telah berkembang kea rah
‘Ethnonasionalisme’, ‘Ethnocencrisme’, dan ‘Primordialisme’ sehingga
dalam beberapa waktu muncul semangat etnisitas yang kalau tidak diikuti
dengan pengembangan pembinaan semangat nasionalisme, bukannya
karena tidak mungkin akan muncul lebih banyak semangat separatisme.
Oleh karena itu lunturnya nasionalisme kita terutama di kalangan
generasi muda antara lain sebagai akibat pengaruh global yang sangat kuat
sementara upaya untuk melakukan revitalisasis tidak memadai. Konsep
pemikiran nasionalisme para pendiri negara yang tertuang dalam
Pancasila, merupakan karya yang khas yang secara antropologis
merupakan “local genius” bangsa Indonesia (Ayatrohaedi, 1986).
Pemikiran tentang kenegaraan dan kebangsaan yang dikembangkan oleh
pendiri Republik ini merupakan suatu hasil proses pemikiran eklektis
inkorporasi, menurut istilah Notonagoro. Oleh karena itu karya besar
bangsa ini setingkat dengan pemikiran besar dunia lainnya seperti,
liberalisme, sosialisme, komunisme, pragmatisme, sekulerisme serta
paham besar lainnya. Toynbee dalam A Study of History memperingatkan
kepada kita bahwa suatu karya besar budaya dari suatu bangsa dalam
proses perubahan akan berkembang dengan baik manakala ada suatu
keseimbangan antara challenge dan response (Toynbee, 1984). Kalau
challenge kebudayaan terlalu besar dan response kecil, maka akibatnya
kebudayaan itu akan terdesak dan punah. Sebaliknya jikalau challenge
kebudayaan itu kecil, sedangkan response suatu bangsa itu besar, maka
akan terjadi akulturasi yang tidak dinamis, artinya kebudayaan bangsa itu
tidak akan berkembang dengan baik (Poespowardojo, 1986).
Lemahnya nasionalisme merupakan fakta bahwa pengaruh global
yang merupakan challenge pada bangsa Indonesia, tidak diikuti dengan
fondasi bangsa dengan meletakkan fondasi nasionalisme yang signifikan.
21
Akibatnya pengaruh liberalism-individualisme menjadi sangat dominan,
dengan mengembangkan isue kebebasan, hak asasi manusia serta ideologi
demokrasi.
Bhinneka Tunggal Ika. Sebagaimana diketahui bahwa bangsa
Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa yang memiliki
karakter, kebudayaan serta adat-istiadat yang beraneka ragam, namun
keseluruhannya merupakan suatu kesatuan dan persatuan negara dan
bangsa Indonesia. Penjelasan persatuan bangsa dan wilayah negara
Indonesia tersebut disimpulkan dalam PP. No 6 Tahun 1951, 17 Oktober
dan diundangkan tanggal 28 Nopember 1951 dan termuat dalam Lembaran
Negara No. II/Tahun 1951 yaitu dengan lambang negara dan bangsa, yaitu
burung garuda Pancasila dengan seloka Bhinneka Tunggal Ika.
Hakikat Makna Bhinneka Tunggal Ika yang memberikan suatu
pengertian bahwa meskipun bangsa dan negara Indonesia terdiri atas
bermacam-macam suku bangsa yang memiliki adat-istiadat, kebudayaan
serta karakter yang berbeda-beda, memiliki agama yang berbeda-beda dan
terdiri atas beribu-ribu kepulauan wilayah nusantara Indonesia, namun
keseluruhannya adalah merupakan suatu bawaan kodrat manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa, namun perbedaan itu untuk dipersatukan
disintesiskan dalam suatu sintesis yang positif dalam suatu negara
kebersamaan, negara persatuan Indonesia (Notonagoro, 1975:106).
H. NKRI adalah Negara kebangsaan yang berkerakyatan
Negara menurut filsafat pancasilah adalah dari oleh dan untuk
rakyat. Rakyat adalah sebagai pendukung pokok dan sebagai asal mula
kekuasaan Negara. Hakikat rakyatb adalah sekelompokmanusia yang
bersatu yang memiliki tujuan tertentu dan hidup dalam suatu wilayah
Negara. Namun saat ini pemahaman demokrasi hanya secara
harfiah,demokrasi hanya dipahami sebagai kebebasan individu dalam
Negara.
Untuk memahami persfektif demokrasi penting dipahami
pandangan Torres bahwa dekmokrasi dipahaprotemi dua aspek yaitu
22
Formal democracy(suatu system pemerintahan)dan substantive
democracy(merujuk pada proses demokrasi). Substantive democracy
diidentifikasi dalam empat bentuk demokrasi.
- Protective democracy
- Developmental democracy
- Equilibrium democracy
- Keterkaitan antara perubahan dan ketidak keseimbangan
Berdasarkan tiero dan konsep pemikiran demokrasi dan praksis
demokrasi maka demokrasi seharusnya dipahami dalam perspektif yang
komprensif yang meliputi :
1. Aspek filosofis (menyangkut dasar filosofis demokrasi).
2. Aspek normative (menyangkut bagaimana norma-norma sebagai asas
dan aturan dalam demokrasi).
3. Aspek praksis (pelaksanaan demokrasi yang berdasarkan norma
peraturan peundangan yang berlaku dan moralitas masyarakat bangsa).
Bentuk-bentuk demokrasi
Menurut Torres demokrasi dapat diliat dari dua aspek yaitu formal
democracy dan substantife democracy yaitu menunjuk pada bagaimna
proses demokrasi itu dilakukan (Winataputra,2005).
23
Demokrasi perwakilan liberal
Prinsif demokrasi ini didasarkan pada suatu filsafat kenegaraan bahwa
manusia adalah sebagai mahkluk individu yang bebas. Pemikiran tentang
Negara demokrasi sebagaimana dikembangkan oleh Hobbes, Locke dan
Rousseau bahwa Negara terbentuk karena perbenturan kepentingan hidup
mereka dalam hidup bermasyarakat dalam suatu natural state. Berdasar
kenyataan yang dilematis tersebut, muncullah pemikiran kearah kehidupan
demokrasi perwakilan liberal dan inilah yang sering dikenal dengan
demokrat-demokrat liberal.
Menurut Held (1995: 10), bahwa demokrasi perwakilan liberal
merupakan suatu pembaharuan kelembagaan pokok untuk mengatasi
problem keseimbangan antara kekuasaan memaksa dan kebebasan.
Konsekuensi dari implementasi system dan prinsip demokrasi ini adalah
berkembang persaingan bebas, terutama dalam kehidupan ekonomi
sehingga akibatnya individu yang tidak mampu tersebut akan tenggelam.
24
masyarakat. Berdasarkan teori serta praktek demokrasi sebagaimana
dijelaskan diatas maka pengertian demokrasi secara filosofis makin luas,
dan artinya masing-masing paham mendasarkan pengertian bahwa
kekuasaan ditangan rakyat.
Demokrasi deliberatif
25
masyarakat dengan hadirnya demokrasi lebih rendah dibandingkan dengan
ongkos demokrasi baik dalam arti finasial yang dikeluarkan dan
ditanggung oleh rakyat. Oleh karna itu bukan mustahil jikalau model
pemilu demokrasi tidak melakukan pembenahan maka bukannya tidak
mungkin demokrasi dengan biaya tinggi merupakan akar korupsi. Hal ini
tidak sesuai dengan demokrasi menurut filsafat pancasila, yang
mendasarkan demokrasi pada kedaulatan rakyat.
26
Dalam realsasinya pembangunan nasional adalah merupakan suatu
upaya untuk mencapai suatu tujuan Negara sehingga pembangunan
nasional harus senantiasa meletakan asas keadilan sebagai dasar oprasional
serta dalam penentuan berbagai macam kebijaksanaan dalam pemerintahan
Negara. Berdasarkan asas keadilan sebagaimana terkandung dalam sila ke
lima pancasila, harusnya tidak meninggalkan hakikat kesatuan Bhineka
Tunggal Ika. Prinsip berdasarkan sila ke 5 pancasila, prinsip demokrasi
melalui otonomi daerah harus tetap diarahkan pada tujuan pokok Negara
yaitu kesejateraan seluruh rakyat dan tetap meletakan pada prinsip
persatuan.
27
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Untuk dapat memahami maksud dari Pancasila sendiri, kita harus
memperdalam ilmu kita terhadap Pancasila sendiri. Kita harus memahami
maksud dari tiap sila, nilai yang terkandung dalam Pancasila, bahkan
dampak yang dapat timbul dari Pancasila sendiri. Dengan memahami hal –
hal tersebut, secara tidak langsung kita sudah menjadi warga negara
republik Indonesia yang sangat baik.
28