Anda di halaman 1dari 9

RESUME

PERTEMUAN KETIGA DAN KEEMPAT


Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Assesmen dan Evaluasi
Pembelajaran Biologi
Dosen Pengampu Prof. Dr. Bambang Subali, M.S.

OLEH:
Puti Alifia Artalani NIM. 20325251010

PROGRAM PASCASARJANA
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2021
OBJEK ASESMEN DAN EVALUASI PEMBELAJARAN BIOLOGI

Oleh : Puti Alifia Artalani NIM. 20325251010

Perkuliahan di minggu ketiga disampaikan oleh kelompok dua yang


beranggotakan: Puti Alifia Artalani, Rizwana Adelia Amsyar, dan Hosniyah.
Kelompok dua menayampaikan materi dengan pokok bahasan objek asesmen dan
evaluasi pembelajaran biologi. Materi ini terdiri dari 3 pokok bahasan yaitu: (1)
Objek asesmen dan evaluasi pembelajaran biologi; (2) Perkembangan Taksonomi
Bloom; (3) potensi peserta didik dalam pembelajaran biologi.

Dalam asesmen kedudukan peserta didik adalah sebagai subjek yang akan
dinilai. Ada siswa yang bertanya maupun melakukan praktikum merupakan
kepribadian atau segala sesuatu yang dapat dinilai pada siswa atau aspek yang
kemudian aspek inilah yang dijadikan objek asesmen. Objek asesmen ada
beberapa domain atau ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Menurut Arifin (2012), objek evaluasi pembelajaran biologi dibagi


menjadi 4 komponen yaitu: domain hasil belajar, sistem pembelajaran, proses
hasil belajar, dan penilaian berbasis kelas. Pada domain hasil belajar menurut
Wulan (2014), dalam melakukan evaluasi terhadap suatu objek sebagai bahan
evaluasi kita harus mengambil seluruh objek tersebut. Jika kita menjadikan
peserta didik sebagai objek evaluasi maka seluruh aspek pada peserta didik
tersebut perlu di evaluasi baik yang menyangkut kognitif, afektif, maupun
psikomotorik. Dalam evaluasi terhadap sistem pembelajaran, maka seluruh aspek
baik program pembelajaran, proses pelaksanaan pembelajaran, hasil pembelajaran
harus dilakukan evaluasi. Proses dan hasil belajar objek yang dapat di evaluasi
berupa sikap, pengetahuan dan pemahaman, kecerdasan, perkembangan jasmani,
ketrampilan. Pada penilaian berbasis kelas terdapat aspek yang dievaluasi yaitu
kompetensi dasar matapelajaran, kompetensi rumpun pelajaran, kompetensi lintas
kurikulum, kompetensi tamatan, dan ketrampilan hidup. Keempat komponen ini
yang menjadi objek evaluasi dalam pembelajaran biologi.
Perkembangan taksonomi bloom pertama kali disusun oleh Benjamin S.
Bloom dan David Krathwohl pada tahun 1956. Kemudian murid bloom yaitu
anderson Krathwohl merevisi taksonomi bloom pada tahun 2001. Selanjutnya
pada tahun 2006, Peggy Dettmer merevisi menjadi 4 ranah/domain. Revisi
taksonomi bloom oleh Anderson pada tahun 2001 adalah merubah kata benda
menjadi kata kerja. Contohnya Knowledge (Pengetahuan) menjadi Remembering
(Mengingat). Kemudian ada perubahan pada Synthesis yang di taksonomi bloom
adalah level 5, kemudian direvisi menjadi naik ke level 6 dan diubah menjadi
Creating (mencipta). Disisi yang lain, evaluasi yang awalnya di taksonomi bloom
ada di level 6 kemudian diturunkan satu level ke level 5 sebagai evaluating
(mengevaluasi). Level ranah kognitif revisi Anderson Krathwohl pada 2001
memiliki 2 type level. Untuk 3 level terbawah (mengingat, mengerti, menerapkan)
merupakan Lower Order Thinking Skills dan 3 level teratas (menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta) merupakan Higher Order Thinking Skills. Revisi
oleh Peggy Dettmer pada 2006 merevisi domain menjadi 4 domain yaitu kognitif,
afektif, sensorimotor, dan sosial. Kemudian keempat domain ini sebagai
aktualisasi dalam pembelajaran menjadi satu kesatuan disebut unity.

Versi terbaru domain sensorimotor ialah mengamati (observe), bereaksi


(react), beraktivitas (act), beradaptasi (adapt), melakukan aktivitas yang
sesungguhnya (autenticcate), mengharmonisasikan beberapa hal (Harmonize),
berimprovisasi (improvise), dan berinovasi (innovate). Domain sosial merupakan
versi terbaru dalam domain tujuan pendidikan. Domain ini mencakup penilaian
terhadap kompetensi social siswa dalam pembelajaran. Sama seperti domain
lainnya, domain social juga terdiri dari delapan level yaitu: menghubungkan
(relate), berkomunikasi (communicate), berpartisipasi (participate), bernegosiasi
(negotiate), memutuskan berdasarkan pertimbangan (adjudicate), berkolaborasi
(collaborate), berinisiatif (initiate), mengonversi atau memutar balikan (ke hal
baru) (convert).
Evaluasi program dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan pada
before learning, in learning dan after learning. Dalam implementasi ada evaluasi
penempatan, evaluasi formatif, dan evaluasi sumatif. Hasil evaluasi adalah hasil
program yang berupa hasil seluruh peserta program dari capaian sumatifnya. Jika
itu akhir program dapat menghitung berapa yang lulus. Hasil ini kemudian
dilaporkan berupa nilai raport jika di sekolah, namun jika di perguruan tinggi
dapat di tunjukkan berupa IPK. Selain itu juga dilihat dari kualitas program
tersebut. Dampak program merupakan akibat yang dapat dipetik ketika seseorag
menempuh suatu program.
RAGAM TEKNIK DAN PROSEDUR ASESMEN DAN EVALUASI
DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI HUBUNGANNYA DENGAN
KARAKTERISTIK BIOLOGI

Oleh: Puti Alifia Artalani NIM. 20325251010

Pertemuan ini dilaksanakan pada tanggal 3 Maret 2021 yang mana


pertemua ini merupakan pertemuan keempat. Pada pertemuan ini kelompok 3
akan menyampaikan materi dengan pokok bahasan ragam teknik prosedur
asesmen dan evaluasi dalam pembelajaran biologi hubungannya dengan
karakteristik biologi. Kelompok ini terdiri dari tiga anggota yaitu: Dian Trianisa,
Rizki Khairani, dan Khairul Anam.

Teknik asesmen pendidikan adalah cara yang harus ditempuh untuk


mengumpulkan data yang dijadikan dasar untuk melakukan asesmen pendidikan.
Metode asesmen sangat luas dan bervariasi, namun pada dasarnya dapat dibagi
menjad dua kelompok yaitu asesmen testing (pengujian) dan asesmen performansi
(kinerja). Asesmen pengujian dapat dibedakan menjadi dua yaitu pengujian yang
responya berdasarkan pemilihan jawaban yang digunakan untuk mengukur
kemampuan yang rendah. Pengujian yang berupa testing didasarkan pada jawaban
responnya diberikan oleh testi digunakan untuk mengukur kemampuan yang lebih
tinggi. pelaksanaanya bisa tertulis maupun lisan. Asesmen performansi dibedakan
menjadi bersifat terbatas atau terbuka. Asesmen kinerja umumnya dilakukan
dalam bentuk asesmen kinerja tertulis.

Dalam Buku Panduan Asesmen yang diterbitkan BSNP tahun2007, teknik


asesmen untuk kelompok mata pelajaran teknologi adalah sebagai berikut.
1. Tes tertulis: suatu teknik asesmen yang menuntut jawaban secara tertulis,
baik berupa pilihan atau isian.
2. Observasi: atau pengamatan adalah teknik asesmen yang dilakukan dengan
menggunakan indra secara langsung.
3. Tes Praktik: atau tes kinerja, adalah teknik asesmen yang menuntut peserta
didik mendemonstrasikan kemahirannya.
4. Penugasan: suatu teknik asesmen yang menuntut peserta didik melakukan
kegiatan tertentu di luar kegiatan pembelajaran di kelas. Penugasan dapat
diberikan dalam bentuk individual atau kelompok.
5. Tes Lisan: dilaksanakan melalui komunikasi langsung tatap muka antara
peserta didik dengan seorang atau beberapa penguji. Pertanyaan dan
jawaban diberikan secara lisan dan spontan.
6. Asesmen Portofolio: merupakan asesmen yang dilakukan dengan cara
menilai portofolio peserta didik.
7. Jurnal: merupakan catatan pendidik selama proses pembelajaran yang
berisi informasi kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkait
dengan kinerja ataupun sikap peserta didik yang dipaparkan secara
deskriptif.
8. Asesmen Diri/Jurnal Peserta Didik: merupakan teknik asesmen dengan
cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan
kekurangan dirinya berkaitan dengan kompetensi yang menjadi tujuan
pembelajaran.
9. Asesmen Antarteman: merupakan teknik asesmen didik untuk meminta
peserta dengan mengemukakan kelebihan dan kekurangan temannya
dalam berbagai hal.

Teknik asesmen sudah sampai pada penetapan status seseorang dengan


dasar data hasil pengukuran. Terdapat ada dua tahap yaitu tahap pengukuran dan
tahap penilaian atau mengubah hasil pengukuran menjadi nilai. Dalam biologi
pengetahuan diporeleh dari fakta untuk menemukan konsep baru (to get new
concept). Teknik penilaian hasil belajar dibagi menjadi dua yaitu teknik tes dan
non tes. Teknik tes bila objeknya hasil belajar pada aspek kognitif atau
psikomotorik yang dapat berbentuk ujian tulis, ujian lisan atau ujian perbuatan
tergantung cara menjawab. Teknik nontes pada objek aspek biasanya pada afektif.

Pada pembelajaran biologi, asesmen testing biasanya yang di nilai adalah


aspek kognitif, sedangkan asesmen kinerja yang diukur adalah sensorimotor
namun tidak hanya sensorimotorik. Asesmen kinerja di pembelajaran biologi juga
dapat menilai aspek kognitif, sehingga asesmen kinerja mengukur aspek kognitif
dan aspek sensorimotor. Contohnya menggunakan mikroskop, selain tubuh yang
bergerak, namun juga memerlukan kegiatan berfikir yang berkaitan dengan aspek
kognitif. Dalam pembelajaran biologi, psikomotorik sebagai dasar untuk
memperoleh data. Pada asesmen kinerja nilainya hanya dapat atau tidak dapat
melakukan kinerja tersebut. Pada mahasiswa sarjana pendidikan biologi konversi
skor menjadi nilai hanya satu atau nol. Sensorimotor pada mahasiswa pendidikan
tinggi (sarjana biologi) bukan lagi dites apakah dia bisa atau tidak, tapi sudah
harus bisa, karena jika tidak bisa trampil menggunakan alat maka data juga salah
dan tidak dapat menghasilkan informasi konsep yang benar. informasi berupa
konsep yang mana konsep dihasilkan dari fakta dan diperoleh dari ketrampilan
menggunakan alat.

Dalam mengonvesi skor menjadi nilai ada dua prinsip dasar yang harus
dipegang. Pada ranah kognitif, hasil belajar kompentensi based-curriculum
dasarnya adalah criterian reference assesment atau penilaian/asesmen yang
mengacu pada kriteria/patokan. Pada tes seleksi berdasarkan norm reference
assesment karena hasrus ada yang lolos dan yang tidak lolos yang acuanya adalah
distribusi normal. Biasanya mengkonversi skor menjadi nilai yang menganur
norm reference assesment selalu dicari nilai rata – rata dan nilai simpangan
bakunya. Pada kurikulum berbasis kompetensi dasarnya adalah pada batas lulus
atau KKM atau cut off score. Idealnya ditetapkan berdasarkan hasil penelitian.

Pada nontes (ranah afektif) contohnya ada presepsi, pendapat, desposisi


yang diukur dengan skala dengan cara penilaian biasanya diberi kuesioner dengan
skala. Pada presepsi skalanya menjadi sangat setuju, setuju, ragu, kurang setuju,
tidak setuju. Pada desposisi yaitu keinginan untuk melakukan skalanya selalu,
jarang dan lain-lain. Pada ranah sosial dapat mengevaluasi dengan sosiogram.
Orang yang jarang dipilih adalah orang yang paling tidak diterima oleh seluruh
anggota kelasnya dan begitu juga sebaliknya.
Stepphen Isaac (1986 dalam Arikunto, 2004) membedakan adanya empat
hal yang dipergunakan untuk membedakan ragam model evaluasi, yaitu goal
oriented (berorientasi pada tujuan), decision oriented  (berorientasi pada
keputusan), transactional oriented (berorientasi pada kegiatan dan orang-orang
yang menanganinya) dan research oriented (berorientasi pada pengaruh dan
dampak program). 

Menurut Kaufman dan Thomas membedakan model evaluasi menjadi


delapan, yaitu: (1) Goal oriented evaluation Model (dikembangkan oleh Tyler);
(2) Goal Free Evaluation Model (dikembangkan oleh Michael Scriven); (3)
Formatif Summatif Evaluation Model (dikembangkan oleh Michael Scriven); (4)
Countenance Evaluation Model (dikembangkan oleh Stake); (5) Responsive
Evaluation Model (dikembangkan oleh Stake); (6) CSE-UCLA Evaluation Model
(dikembangkan oleh Alkin); (7) CIPP Evaluation Model (dikembangkan oleh
Stufflebeam); (8) Discrepancy Model (dikembangkan oleh Provus).

Pada skala makro model evaluasi yang paling sering digunakan adalah
CIPP Evaluation Model (Contex, Input, Process, Program). Suatu program
konteksnya selalu berbicara tetang tujuan, visi, misi, krangka struktur program.
Input program itu ada kurikulum, guru, pendidik, lingkungan, sarpras. Prosesnya
kegiatan implementasi di lapangan dan produknya berupa output dan outcome
(dampak Program). Pada skala kecil seperti guru mata pelajaran dan dosen
matakuliah digunakan model Discrepancy Model (Model Kesenjangan).

Asesmen itu menyangkut asesmen aspek kognitif, afektif, sensorimotor,


dan sosial dalam kaitanya dengan kegiatan belajar biologi di SMA atau S1
perguruan tinggi. dari segi tahapan asesmen ada 2 yaitu tahap pengukuran dan
tahap penetapan nilai. Tahap pengukuran ada tes dan non tes dan tahap
mengkonversi skor menjadi nilai itu ada dua kemungkinan yaitu menggunakan
criterian reference atau norm reference. Aspek kognitif pada criterian reference
menggunakan cut off scores dan norm reference menggunakan nilai rata-rata dan
simpangan baku dengan acuan prinsip distribusi normal. Pada aspek sosial bisa
menggunakan sosiogram maupun menggunakan penilaian antar teman maupun
jurnal pribadi (penilaian diri).

Anda mungkin juga menyukai