Anda di halaman 1dari 8

RESUME

PERTEMUAN KETUJUH DAN KESEMBILAN


Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Assesmen dan Evaluasi
Pembelajaran Biologi
Dosen Pengampu Prof. Dr. Bambang Subali, M.S.

OLEH:
Puti Alifia Artalani NIM. 20325251010

PROGRAM PASCASARJANA
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2021
Prosedur Analisis Instrumen Tes Secara Kualitatif Beserta
Interpretasi Hasil Analisis

Oleh: Puti Alifia Artalani NIM. 20325251010

Perkuliahan ini merupakan perkuliahan minggu tujuh yaitu pada tanggal


24 Maret 2021. Kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi adalah kelompok
1 yang beranggotakan: Nurul Qomariyah, Nadia Fadhila, dan Reza Fahlevi.
Kelompok 1 membawakan materi dengan pokok bahasan prosedur analisis
instrumen tes secara kualitatif beserta interpretasi hasil analisis.

Analisis kualitatif adalah analisis kualitas butir soal yang ditinjau dari
aspek materi, konstruksi, dan bahasa. Aspek materi adalah penalaahan yang
berkaitan dengan substansi keilmuan yang ditanyakan dalam soal serta tingkat
kemampuan yang sesuai dengan soal. Aspek konstruksi berkaitan dengan teknik
penulisan soal. Aspek bahasa berkaitan dengan penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.

Item tes ditelaah oleh pakar yang menguasai isi materi yang akan diujikan
bukan ditelaah oleh penulis item tes itu sendiri. Tujuan menganalisis instrumen
secara kualitatif ada tiga, yang pertama mengkaji dan menelaah setiap butir soal
agar diperoleh soal yang bermutu sebelum digunakan. Kedua, membantu
meningkatkan kualitas tes melalui revisi atau membuang soal yang tidak efektif .
ketikga untuk mengetahui informasi diagnostik pada siswa, sudahkah mereka
memahami materi yang telah diajarkan.

Teknik analisis instrumen tes ada dua, yang petama yaitu teknik moderator
dan teknik panel. Teknik moderator beranggotakan minimal 4 orang diaman satu
orang sebagai penengah. Jika tim reviewer yang terdiri dari beberapa orang.
Diketuai oleh seorang moderator. Mekanismenya seluruh anggota berdiskusi
untuk menetapkan apakah suatu item itu memenuhi syarat substansi konstruksi
dan bahasa. Apabila terjadi perbedaan diantara mereka kemudian moderator
menengahi mereka. Misalnya tim reviewer itu terdiri dari para praktisi guru,
kemudain moderatornya adalah 1 orang dosen dari bidang asesmen pendidikan
biologi atau ahli dalam membuat instrumen. Mekanisme teknik moderator ini
menyebabkan teknik ini memiliki kelemahan yaitu waktu analisis yang cukup
lama karena akan terjadi perdebatan dan pembahasan yang cukup panjang.

Teknik analisis yang kedua adalah teknik panel menggunakan format


penelaahan soal yang akan membantu dengan mempermudah prosedur
pelaksanaanya. Teknik pane prinsipnya adalah masing masing panelis menyoroti
instrumen atau butir soal sesuai dengan tugas dan keahliannya. Misalnya panelis
yang bertugas menganalisa aspek substansi materi hanya menganalisis substansi
materi. Panelis yang bertugas untuk menganalisa aspek konstruksi ia hanya akan
menganalisis aspek konstruksi saja dan panelis yang menganalisa aspek bahasa
hanya akan menganalisis aspek bahasa saja. Kemudian hasil dari teknik moderator
maupun teknik panel oleh pemilik instrumen kemudian diperbaiki sesuai dengan
saran-saran yang diberikan.

Item tes yang akan dianalisis adalah soal Ujian Tengah Semester (UTS)
dan Ujian Akhir Semester (UAS) yang diampu oleh dosen mata kuliah yang akan
diujikan pada jurusan pendidikan biologi. Jika tidak ada orang yang dapat
mereview atau menganalisis instrumen tes yang telah dibuat maka dapat
dilakukan self review atau mengulas mandiri. Syarat untuk self review adalah
dosen untuk melakukan self review yaitu dosen yang bersangkutan harus memiliki
panduan telaah soal sesuai dengan bentuk soal yang dibuat. Syarat yang kedua
yaitu mengecek kembali apakah soal soal tersebut sudah mewakili indikator
indikator yang akan di ukur. Fungsinya untuk melihat apakah semua capaian
kompetensi yang tidak terukur. Setelah mengecek soal soalnya maka selanjutnya
perlu memahami proses kognitif, jika indikator menganalisis perlu dibuat soal
dengan level kognitif menganalisis dengan cara melihat dan mencocokan daftar
level kemampuan kognitif. Jika soal tersebut merupakan soal HOTS (Higher
Order Thinking Skills) maka perlu diperhatikan bahwa soal tersebut harus new
condition dan new situation. Jika indikator sudah mencapai level yang tinggi
maka karakterisitik item harus ada kajian new item atau new condition sehingga
tidak boleh menyajikan kasus yang sudah dibahas di kelas. Self review dilakukan
oleh dosen yang bersangkutan jika terdapat perintah dari ketua prodi masing
masing jurusan.

Analisis item tes untuk keperluan kepenelitian secara umum ada dua
kemungkinan testi yaitu praktisi guru yang mempertanyakan perkara
pembelajaran aspek biologi dan testi dari peserta didik yaitu pada penguasaan
aspek biologi termasuk penguasaan metode ilmiah dalam pendidikan biologi.

Suatu model yang baru dapat dilakukan dengan prinsip SCAMPER, yaitu
Subtitute (subtitusi), Combine (padukan), Adapt (disesuaikan pada kondisi yang
ada), modify (ditambahkan atau ditingkatkan komponennya), Put another use
(digunakan pada keadaan yang tidak sewajarnya), Eliminate
(dikurangi/dihilangkan), Reverse (diputar balik).
Analisis Konstruksi Instrumen Asesmen Ranah Afektif dan Sosial

Oleh: Puti Alifia Artalani NIM. 20325251010

Perkuliahan ini merupakan perkuliahan minggu kesembilan dan


dilaksanakan pada tanggal 7 April 2021. Kelompok yang mempresentasikan hasil
diskusi adalah kelompok 2 yang beranggotakan: Hosniyah, Puti Alifia Artalani,
dan Rizwana Adelia Amsyar. Kelompok 2 membawakan materi dengan pokok
bahasan analisis konstruksi instrumen asesmen ranah afektif dan sosial.

Latar belakang mengapa diperlukannya konstruksi ranah afektif dan sosial


adalah karena adanya revisi taxonomi bloom oleh Peggy Dettmer tahun 2006
yaitu yang awalnya dari 3 domain menjadi 4 domain yang terdiri dari kognitif,
afektif, sensori motor dan sosial. Konstruksi instrumen asesmen ranah afektif dan
sosial penting karena menilai hasil belajar ridak cukup hanya menilai ranah
kognitif dan psikomotorik saja, sehingga perlu konstruksi instrumen ranah afektif
dan sosial.

Tujuan konstruksi instrumen afektif dan sosial dapat dilihat dari posisi kita
sebagai agen pengajaran, agen penelitian, dan agen pengabdian yang akan
dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

1. Pengajaran

Agen pengajaran dalam hal ini menjadi dosen rumpun pendidikan biologi.
Konstruksi instrumen afektif dan sosial ini dapat digunakan untuk melihat
kepuasan mahasiswa menempuh suatu mata kuliah.

2. Penelitian

Agen penelitian dalam hal ini menjadi peneliti rumpun pendidikan biologi.
Konstruksi instrumen afektif dan sosial ini dapat digunakan untuk pengambilan
data di SD, SMP, SMA, maupun Perguruan Tinggi.
3. Pengabdian

Kosntruksi instrumen ranah afektif dan sosial dapat digunakan untuk


melihat rentang kepuasan responden terhadap suatu program pengabdian yang
dijalankan.

Untuk mengukur sikap dalam suatu kegiatan pembelajaran hendaknya


pengajar itu memperhatikan 3 komponen sikap yaitu afeksi, kognisi, dan konasi.
Afeksi berkenaan terhadap perasaan peserta didik terhadap objek yang melibatkan
emosional, misahlnya perasaan menyukai sesuatu. Kognisi berkenaan dengan
pengetahuan peserta didik tentang objek, misalnya menilai perilaku yang patut
dan tidak patut untuk ditiru. Konasi berkenaan dengan kencenderungan berprilaku
peserta didik sebagai perwujudan dari kognisi dan afeksi dalam bentuk tingkah
laku.

Skala likert umumnya digunakan untuk mengukur sikap atau respon


seseorang terhadap suatu objek. Skala likert tidak terdiri hanya satu stimulus atau
satu pernyataan saja melainkan selalu berisi banyak item (miltiplee item measure).
Skala likert dapat digunakan untuk mengukur sikap atau penilaian afektif.
Kelebihan skala likert antara lain: 1) Dalam menyusun skala, item-item yang tidak
jelas korelasinya masih dapat dimasukkan dalam skala; 2) lebih mudah
membuatnya dari pada skala thrustone; 3) mempunyai reliabilitas yang relatif
tinggi dibanding skala thrustone untuk jumlah item yang sama dan dapat
memperlihatkan item yang dinyatakan dalam responsi alternatif; 4) dapat
memberikan keterangan yang lebih nyata tentang pendapatan atau sikap
responden. Kekurangan skala likert antara lain: 1) hanya dapat mengurutkan
individu dalam skala, tetapi tidak dapat membandingkan apakah individu satu
lebih baik dari individu lainnnya; 2) kadang kala total skor individu tidak
memberikan asti yang jelas, banyak pola responsi terhadap beberapa item akan
memberikan skor sama. Skala likert adalah skala yang sering digunakan dalam
penelitian pada rumpun pendidikan biologi selain skala semantik.
Untuk memaknai skala likert sebaiknya tidak dilakukan dengan cara
mencari rata-rata dari hasil jawaban responden, karena dapat mengubah makna
dari jawaban reponden yang sesungguhnya. Cara memaknai skala likert yang tepat
adalah dengan cara memaknainya per item jawaban sehingga dapat disimpulkan
bagaimana responden tersebut merespon sebuah pernyataan.

Penggunaan pilihan sering sampai tidak pernah tersebut mengambarkan


konasi seseorang. Jika pernyataan itu akan ditanyakan respon atau tanggapan
seseorang terhadapt suatu objek atau afeksi, dapat digunakan pilihan setuju
sampai tidak setuju. Selain itu setiap item dapat ditanyakan alasannya untuk
mempertegas jawaban yang sudah dijawab. Dalam mengkonstruksi skala likert
tidak perlu membuat banyak item, hanya dibutuhkan beberapa item saja sudah
cukup. Mengkonstruksi skala likert itu bagaimana dengan pertanyaan ataupun
pernyataan yang sedikit itu dapat untuk menggambarkan unsur atau sikap afektif
seseorang. Cara agar penilaian dengan skala likert dapat menggambarkan unsur
atau sikap afektif maka pernyataan tersebut harus mendefinisikan variabel afektif
yang akan diukur. Selain itu, penkonstruksian skala likert ini juga perlu
memperhatikan indikator sikap afektif dan dibuat sesuai indikator yang sudah ada,
jangan sampai membuat banyak pernyataan tapi tidak menjelaskan indikator yang
ada. Dalam mengkonstruksi instrumen afektif tetap saja harus memenuhi kaidah
bahwa pernyataan pernyataan yang disusun mengukur indikator afektif yang akan
diukur.

Untuk mengukur aspek sosial dapat digunakan sosiogram. Contoh


konstruksi sosiogram adalah dengan cara menulis 5 orang yang ingin dijadikan
teman satu kelompok kerja. Anak A menulis anak B, C, D, E. Selanjutnya dilihat
nama anak yang sering ditulis di urutan pertama yang mana anak tersebut adalah
orang yang paling diinginkan. Jika ada anak yang tidak dipilih sama sekali berarti
anak itu adalah orang yang paling tidak diinginkan dalam kelompok tersebut.

Skala semantic digunakan untuk mengevaluasi suatu kegiatan dan juga


untuk mengukur kepuasan terhadap kegiatan. Mengevaluasi disini maksudnya
untuk menilai seberapa bagus, lancar, efisien suatu program dengan menggunakan
pasangan adjektif kata. Seperti mudah sukar, lancar terhambat, dan masih banyak
lagi

Skala guttman digunakan untuk mengukur posisi seseorang dalam suatu


organisasi. Seperti organisasi kelompok, yang terdiri dari ketua tertunjuk dan
ketua yang fungsional. Ketua yang tertunjuk adalah ketua yang dipilih secara
aklamasi, sedangkan ketua fungsinal adalah orang yang mendominer kerja
kelompok.

Anda mungkin juga menyukai