Anda di halaman 1dari 6

RESUME

PERTEMUAN KEDUABELAS DAN KETIGABELAS


Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Assesmen dan Evaluasi
Pembelajaran Biologi
Dosen Pengampu Prof. Dr. Bambang Subali, M.S.

OLEH:
Puti Alifia Artalani NIM. 20325251010

PROGRAM PASCASARJANA
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2021
Prosedur Analisis Instrumen Tes dan Nontes Secara Kuantitatif
Beserta Interpretasi Hasil Analisis

Oleh: Puti Alifia Artalani NIM. 20325251010

Perkuliahan ini merupakan perkuliahan minggu tujuh yaitu pada tanggal


28 April 2021. Kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi adalah kelompok
5 yang beranggotakan: M. Ikhsan Al Ghazi, Rexy Maulana Dwi Karmadi, dan
Rivaldo Alpharazy. Kelompok 5 membawakan materi dengan pokok bahasan
prosedur analisis instrumen tes dan nontes secara kuantitatif beserta interpretasi
hasil analisis.

Minggu sebelumnya sudah dijelaskan tentang validitas yang terdiri dari

validitas isi, validitas konstruksi, validitas berdasarkan kriteria, validitas muka,

validitas budaya. Untuk instrumen empirik menggunakan validitas berdasarkan

kriteria (criterion-related validity) dengan mengujicobakan instrumen. Selain

mengujicobakan instrumen, dilakukan juga pengukuran menggunakan instrumen

yang standar (concurrent-related validity) atau menggunakan insrumen tes yang

sudah memiliki daya prediksi/ daya perkiraan (predective-related validity).

Untuk reabilitas memang perlu dilakukan dan diselidiki secara empiris.

Reliabilitas perlu dilakukan uji coba dengan : 1) pengukuran ulang yaitu, tes-retes,

angket-reangket, quesioner-requesioner, dengan melakukan pengukuran ulang.

Hasil pengukuran awal dan pengukuran ulang dikorelasikan melalui teknik

pengukuran ulang; 2) teknik belah dua dengan syarat instrumen homogen, jika

tidak homogen maka dibuat pasangan-pasangan yang sama tingkat kesukarannya.

Pasangan item genap dan gasal setiap pasangan kesukarannya sama. Syarat
selanjutnya adalaha diurutkan dari yang paling mudah ke yang paling sukar. Pada

tes dan nontes dilakukan pengukuran ulang karena unidimensi, jika tidak

unidimensi harus dibuat pasangan untuk setiap dimensinya sehingga jika dibagi

dua akan didapatkan sifat yang sama.

Validitas untuk tingkat item/analisis item digunakan untuk memperoleh

validitas instrumen jika tidak tersedia instrumen yang baku. Cara mengaanalisis

item untuk validitas perlu dilihat apakah item mengacu pada acuan norma (norm

reference assesmen and mesurement) atau pada acuan kriteria (criterion reference

assessment and mesurement). Menurut buku syaifudin azwar, validitas item

paling tepat diperoleh dengan menghitung korelasi antara skor item dan skor tes

standar. Jika tidak ada tes standar, maka validitas item dengan cara itu tidak dapat

dikerjakan sehingga dilakukan pendekatan.

Pada analisis validasi item teori tes klasik untuk item acuan norma

dihitung daya beda dan tingkat kesukarannya. Soal yang dapat membedakan yaitu

soal yang tingkat kesukarannya sedang dan daya pembedanya tinggi. Untuk tes

hasil belajar menggunakan indeks sensitifitas item (instructutional sensitifity

index).

Pada analisis validasi pada item respond teory (IRT) dengan menghitung

indeks kesukaran (dificulty index) dan indeks kemampuan peserta didik (ability

index) yang diplot dalam satu garis yaitu pada sumbu x. Tujuan mengeplot satu

garis adalah untuk mengetahui berapa potensi kemampuan peserta didik (ability)

dan berjalan sejajar dengan tingkat kesukaran (dificulty) item. Anak yang
memiliki kemampuan yang rendah maka soal soal yang dia kerjakan menjadi

sukar sehingga memiliki peluang salah yang besar. Anak yang memiliki

kemampuan yang tinggi maka soal soal yang dikerjakan menjadi mudah sehingga

memiliki peluang benar semakin tinggi. Jika anak sangat tinggi kemampuannya

maka soal dapat dikerjakan semua dan sebaliknya jika kemampuan rendah maka

tidak ada soal yang dapat dikerjakan. Titik tengah jika memiliki kemampuan

sedang maka peluangnya setengah. Perhitungan IRT akan menghasilkan dificulty

index dan ability index.

Count artinya banyaknya item yang dijawab, misalnya dari 200 orang,

yang menjawab A ada 6 orang, B 144 orang, dst. Dari count ini kemudian

dikonversikan kedalam persen, 144 dari 200 orang adalah 72 %. Persen ini

kemudian di sebut sebagai P sebagai indeks kesukaran pada teori item klasik.

Point biserial adalah daya pembeda pada teori item klasik dengan hasil 0,38.

Untuk mengetahui soal ini mudah atau sukar menurut teori modern, terdapat

keterangan thresholds dan mean ability. Mean ability adalah rata rata kemampuan

anak mengerjakan soal dengan skala dari minus tak terhingga sampai plus tak

terhingga dengan rata rata 0 mengikuti kurva logit. Treshold artinya indeks

kesukaran (deficulty index), jika hasilnya 0 berarti tidak terlalu mudah dan tidak

terlalu sukar menurut analisis modern dengan mean ability 1,35. Untuk

mengetahui apakah soal ini sukar atau mudah terdapat infit mnsq dengan skala

0,77 sampai 1,3. Jika menunjukkan hasil mendekati 0,77 berarti sangat sulit

sedangkan jika menunjukkan hasil mendekati 1,3 artinya sangat mudah. P value

adalah titik tengah, jik amenunjukkan 0,00 berarti soal tersebut tidak terlalu
mudah tidak terlalu sukar. Missing artinya ada yang tidak mengerjakan atau data

tidak terbaca. Jika missing NA (Non Available) maka yang tidak mengerjakan

tidak dapat dihitung mean ability-nya. Soal ini merupakan soal tes seleksi karena

ada pengecohan jawaban dan harus ada yang terkecoh minimal 5%.
Menganalisis Cara Penetapan Nilai Peserta Didik dan Cara
Pelaporan Hasil Asesmen dan Tindak Lanjutnya
Oleh: Puti Alifia Artalani NIM. 20325251010

Perkuliahan ini merupakan perkuliahan minggu kesembilan dan


dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2021. Kelompok yang mempresentasikan hasil
diskusi adalah kelompok 1 yang beranggotakan: Nurul Qomariyah, Nadia Fadhila
dan Reza Fahlevi. Kelompok 1 membawakan materi dengan pokok bahasan
menganalisis cara penetapan nilai peserta didik dan cara pelaporan hasil asesmen
dan tindak lanjutnya.

Sebelum skor diolah menjadi nilai, terlebih dahulu harus ditentukan


bagaimana cara pemberian skornya. Cara pemberian skor dibagi menjadi dua,
yaitu: 1) Cara pemberian skor hasil ujian bentuk uraian; dan 2) Cara pemberian
skor hasil ujian bentuk obyektif. Pemberian skor terhadap hasil pekerjaan suatu
butir soal bentuk uraian didasarkan pada beberapa aspek yang harus dimunculkan
dalam jawaban, kemudian bagaimana bobot tiap aspek.

Anda mungkin juga menyukai