Anda di halaman 1dari 2

Salah satu alat yang digunakan sebagai sarana dalam penilaian hasil belajar yaitu tes.

Tes
merupakan alat ukur yang khusus digunakan untuk mengetahui kemampuan kognitif peserta
didik (Yusrizal, 2016). Pengukuran kemampuan anak diperlukan perangkat tes yang berkualitas
sehingga kemampuan kognitif siswa dapat diungkapkan. Kualitas sebuah perangkat tes dapat
dilihat dengan melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif merupakan analisis
yang dilakukan sebelum tes diberikan kepada peserta tes dengan melihat kesesuaiannya
dengan aspek materi, konstruksi dan bahasa, sedangkan analisis kuantitatif dapat dilakukan
dengan mengunakan dua pendekatan yaitu teknik teori uji klasik (classical test theory) dan teori
respons butir (item response theory).

Tes biasanya menggunakan soal objektif, terutama pada soal pilihan ganda. Soal pilihan ganda
merupakan bentuk tes yang memiliki alternatif jawaban sehingga peserta didik dapat memilih
jawaban yang dianggap benar (Amelia, 2017). Soal pilihan ganda dapat mencakup lebih banyak
materi, efisien dan mempermudah guru dalam penilaian. Tes dibagi menjadi dua segi yaitu
standardized test dan teacher-made test. Standardized test adalah tes yang telah distandarisasi
melalui proses validitas dan reliabilitas. Sehingga tes dinyatakan valid dan reliable untuk
diujikan kepada peserta didik. Sedangkan teacher-made test adalah tes yang disusun untuk
mengetahui ketercapaian hasil belajar peserta didik. Tes buatan guru terbatas pada satu
pengajar yang sama atau satu sekolah (Septiana, 2016).

Menurut Nasir (2015) menyatakan bahwa kurangnya kompetensi guru dalam menganalisis soal
yang melibatkan rumus-rumus yang komplit sehingga sulit dipahami serta belum ada alat bantu
yang dapat mempermudah guru dalam hal menganalisis kualitas soal. Selain itu, materi yang
diujikan guru juga belum mengetahui sesuai atau tidaknya dengan materi yang disampaikan
dalam pembelajaran. Menganalisis butir soal merupakan upaya untuk mengetahui kualitas tes.
Analisis butir soal merupakan cara dalam meningkatkan kualitas soal tes yang harus dilakukan
oleh guru sebelum diujikan terhadap peserta didik (Kurniawan, 2015).

Analisis butir soal dapat digunakan dalam penentuan tindak lanjut terhadap soal yang telah
diujikan. Secara umum, tindakan yang dapat dilakukan yaitu soal dapat digunakan kembali, soal
perlu direvisi atau soal tidak dapat digunakan kembali (Zein, Fadillah, & Novianti, 2013).
Namun, sampai saat ini belum ada acuan atau referensi yang akurat dalam menetukan syarat
suatu soal dapat digunakan, direvisi atau tidak dapat digunakan dengan mempertimbangkan
validitas item, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Untuk itu, perlu mengetahui bentuk
hubungannya dalam penentuan kualitas soal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui relasi
yang terdapat antara validitas item dengan daya pembeda dan tingkat kesukaran soal pilihan
ganda PTS.

Analisis butir soal dengan teori uji klasik merupakan yang termudah meskipun memiliki
beberapa keterbatasan. Beberapa aspek yang diperhatikan dalam teori uji klasik yaitu tingkat
kesukaran butir, daya pembeda butir, penyebaran pilihan jawaban, dan reliabilitas skor tes
(Safari, 2000). Teori respons butir merupakan teori pengukuran modern yang biasanya
digunakan dalam analisis butir soal. Dalam teori ini digunakan model matematis untuk
menghubungkan karakteristik butir soal dengan kemampuan responsden. Hubungan tersebut
digambarkan melalui kurva karakteristik butir.

Analisis butir soal pilihan ganda merupakan suatu prosedur yang sistematis, yang akan
menyajikan data-data yang khusus terhadap butir soal evaluasi yang disusun, (Kunandar,
2014:239). Berikut merupakan hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis soal sehingga
soal evaluasi dapat dikatakan baik. Pertama, validitas tes yang merupakan sejauh mana soal
evaluasi telah mengukur apa yang semestinya diukur. Kedua, reliabilitas butir soal evaluasi
yang menggambarkan keajekan tes. Ketiga, tingkat kesukaran soal merupakan perbandingan
jumlah siswa yang menjawab benar dengar jumah siswa seluruhnya. Keempat, daya beda yang
merupakan kemampuan dari soal evaluasi untuk membedakan antara siswa yang telah
menguasai telah dan belum menguasai materi pelajaran. Kelima tingkat pengecoh soal yang
merupakan gambaran dari pilihan jawaban siswa terhadap kemungkinan-kemungkinan jawaban
yang telah dipasangkan pada setiap butir soal evaluasi. Keenam efektivitas pengecoh soal.
Pada tes yang bersifat objektif seperti pilihan ganda, setiap butir soal telah dilengkapi dengan
beberapa kemungkinan jawab. Salah satu dari beberapa pilihan tersebut merupakan jawaban
yang sebenarnya sedangkan pilihan yang lain merupakan distraktor (pengecoh). Butir soal yang
dikategorikan dengan kualitas yang baik adalah jika keseluruhan distraktornya berfungsi.

Dari hasil observasi yang dilakukan di kelas V di SD Negeri 04 kota Bengkulu rendahnya hasil
belajar pada siswa merupakan salah satu dampak dari kurangnya kepekaan guru dalam
menganalisis pada butir soal evaluasi yang diberikan kepada siswa. Pada saat ujian
berlangsung, guru tidak mengetahui apakah soal yang digunakan telah sesuai untuk mengukur
kemampuan siswanya. Hal ini karena tidak dilakukan analisis butir soal untuk mengukur
validitas, reliabilitas, daya peda, fungsi pengecoh dan tingkat kesukaran pada soal ujian yang
digunakan, sehingga guru juga tidak tahu apakah masing-masing soal telah sesuai dan dapat
menjalankan fungsinya dengan baik atau tidak.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan Warju, dkk (2020) menyatakan bahwa dari 50 soal
pilihan ganda yang diujikan sekitar 80% soal dinyatakan valid, daya beda soal tergolong baik
dengan presentase 42%, dan fungsi pengecoh tergolong baik dengan presentase sebesar 29%.
Sebagaimana Quaigrain & Arhin (2017) menyatakan bahwa untuk memperoleh soal yang baik
hendaknya guru memiliki cukup waktu untuk mengerjakannya dan memilih materi yang tepat
untuk digunakan.

Penelitian ini akan difokuskan untuk analisis daya beda soal. Daya beda soal adalah
kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi)
dengan siswa yang kurang pintar (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya
daya beda disebut indeks diskriminasi, yang mana berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Bilangan
yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty
index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran ini
menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa
soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah.

Anda mungkin juga menyukai