Anda di halaman 1dari 6

Nama : Puti Hera Febiyan

Kelas : 2B PGSD
NIM : 2107065
Dosen Pengampu : Dr. Ghullam Hamdu, M.Pd.
Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

1. Pengukuran adalah pemberian bilangan atau skor yang mencerminkan suatu karakteristik
orang, kemampuan atau yang lainnya dengan cara yang sistematis. Artinya, dalam
memberi angka atau skor pada subjek, objek atau kejadian harus menggunakan aturan-aturan
atau formula yang jelas dan sudah disepakati bersama. Hal ini dimaksudkan agar angka atau
skor yang diberikan betul-betul dapat menggambarkan kondisi yang sesungguhnya dari orang,
obyek, kejadian yang diukur. Semakin jauh seseorang meninggalkan aturan-aturan
pengukuran maka semakin besar kesalahan pengukuran yang terjadi. Tes merupakan salah
satu alat (instrument) untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, kecerdasan, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh seseorang dengan melalui proses pelaksanaan tes (testing).
Penilaian adalah usaha untuk mengumpulkan informasi mengenai kuantitas dan kualitas dari
adanya suatu perubahan yang terjadi pada peserta didik, kelompok, pendidik atau pelaksana
pendidikan untuk menarik kesimpulan. Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan
bentuk kualitatif kepada atribut atau karakteristik seseorang, kelompok, atau objek tertentu
berdasarkan suatu kriteria tertentu. Penilaian merupakan kegiatan menafsirkan atau
mendeskripsikan hasil pengukuran. Evaluasi adalah sebuah proses untuk merencanakan,
mendapatkan, serta menyediakan informasi yang diperlukan dalam membuat alternatif yang
dapat dijadikan masukan dan saran dalam pengambilan keputusan.
Contoh kasus :
Ibu Dina ingin mengetahui apakah peserta didiknya sudah menguasai kompetensi dasar dalam
mata pelajaran Aqidah-Akhlak. Untuk itu, Ibu Dina memberikan tes tertulis dalam bentuk
objektif pilihan-ganda sebanyak 50 soal kepada peserta didiknya (artinya Bu Dina sudah
menggunaka tes). Selanjutnya, Ibu Dina memeriksa lembar jawaban peserta didik sesuai
dengan kunci jawaban, kemudian sesuai dengan rumus tertentu dihitung skor mentahnya.
Ternyata, skor mentah yang diperoleh peserta didik sangat bervariasi, ada yang memperoleh
skor 25, 36, 44, 47, dan seterusnya (sampai disini sudah terjadi pengukuran). Angka atau skor-
skor tersebut tentu belum mempunyai nilai/makna dan arti. Untuk memperoleh nilai dan arti
dari setiap skor tersebut, Ibu Dina melakukan pengolahan skor dengan pendekatan PAP. Hasil
pengolahan dan penafsiran dalam skala 0 – 10 menunjukkan bahwa skor 25 memperoleh nilai
5 (berarti tidak menguasai), skor 36 memperoleh nilai 6 (berarti cukup menguasai), skor 44
memperoleh nilai 8 (berarti menguasai), dan skor 47 memperoleh nilai 9 (berarti sangat
menguasai). Sampai disini sudah terjadi proses penilaian. Ini contoh dalam ruang lingkup hasil
belajar. Jika Ibu Dina ingin menilai seluruh komponen pembelajaran (ketercapaian tujuan,
keefektifan metode dan media, kinerja guru, dan lain-lain), barulah terjadi kegiatan evaluasi
pembelajaran.
Dengan demikian, pengertian evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang
sistematis, berkelanjutan dan menyeluruh dalam rangka pengendalian, penjaminan dan
penetapan kualitas (nilai dan arti) pembelajaran terhadap berbagai komponen pembelajaran,
berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu, sebagai bentuk pertanggungjawaban guru
dalam melaksanakan pembelajaran. Sedangkan penilaian hasil belajar adalah suatu proses atau
kegiatan yang sistematis, berkelanjutan dan menyeluruh dalam rangka pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk menilai pencapaian proses dan hasil belajar peserta didik.
2. Penilaian dan pembelajaran memiliki hubungan yang saling berkaitan dan tidak dapat
dipisahkan. Untuk mencapai mutu pembelajaran yang optimal dibutuhkan sistem penilaian
yang optimal. Agar penilaian dapat berjalan secara efektif, sesuai dengan sasaran yang telah
ditetapkan. Sehingga penilaian dan pembelajaran memiliki keterkaitan yakni, tujuan
pembelajaran yang melatih kemampuan berpikir siswa yang nantinya menghasilkan penilaian
setelah pembelejaran. Dari hasil pembelajaran tersebut, adanya penilaian didasarkan pada
hasil observasi terhadap aktivitas peserta didik yang terjadi selama proses pembelajaran
berlangsung, sehingga memiliki pengalaman belajar. Lalu dari pengalaman belajar, peserta
didik ada tahapan yang harus dilakukan oleh seorang guru sebelum melakukan penilaian yakni
menyusun Rencana Penilaian yang mencakup aspek pengetahuan dan keterampilan guna
mencapai tujuan pembelajaran.
3. Terdapat lima dimensi yang saling berkaitan dalam pengembangan asesmen autentik
(Gulikers, Bastieaens dan Kirschner, 2004; Hazqiyah, et, al, 2017).
a. Task (tugas atau penugasan) yang mengakomodasi aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik.
b. Physical or virtual context, lingkungan kelas atau tempat belajar harus mendukung
peserta didik untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki, seperti aspek kognitif,
afektif maupun psikomotorik.
c. Sosial context (interaksi sosial), peserta didik dapat memecahkan suatu masalah dan
berkompetensi baik dalam kegiatan kolaboratif maupun secara individu.
d. Authentic assessment result (hasil dari penilaian autentik), hasil yang menggambarkan
kemampuan menyeluruh dari peserta didik baik berupa produk ataupun suatu gagasan.
e. Authentic criteria (kriteria dan standar penilaian autentik), penilaian harus bersifat
transparan yang berfokus pada kemampuan atau kompetensi peserta didik serta penilaian
dilakukan dengan menggunakan rubik.
4. Menurut Kemendikbud (2017) soal Highr Order Thinking Skill (HOTS) merupakan
instrument pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tangkat tinggi,
yaitu berpikir yang tidak sekedar mengikat, menyatakan atau merujuk tanpa melakukan
pengolahan. Soal HOTS mengukur kemampuan : 1) transper suatu konsep ke konsep lainnya,
2) memproses dan menerapkan informasi, 3) mencari kaitan dari berbagai informasi yang
berbeda-beda, 4) menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan 5) menelaah ide
dan informasi secara kritis. Sedangkan soal Lower Order Thinking Skills (LOTS) berbanding
terbalik dengan soal HOTS, dalam soal LOTS tidak memerlukkan tahapan berpikir tinggat
tinggi atau kompleks, hanya mengggali kemampan peserta didik mengingat, memahami dan
menerapkan materi yang diajarkan. Soal LOTS cenderung lebih mudah daripada soal HOTS.
5. Validitas merupakan pengujuan yang paling mendasar dan mencakup eberapa pertimbangan
sebagai acuan terhadap reliabilitas. Artinya jika suatu tes tidak mempunyai validitas yang
tinggi, maka kesahihan tes tersebut masih diragukan. Suatu instrument dapat dikatakan valid
apabila benar-benar mampu mengukur apa yang hendak diukur dengan tepat. Reliabilitas
berasal dari kata reliability berarti sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Suatu
hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran
terhadap kelompok subyek yang sama, diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama, selama
aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum berubah. Instrumen dikatakan memiliki
reliabilitas yang tinggi jika instrumen tersebut dapat menghasilkan hasil pengukuran yang
tetap. Tinggi rendahnya reliabilitas ini dapat dihitung dengan uji reliabilitas dan dinyatakan
dengan koefisien reliabilitas keandalan (reriability) atau ketelitian suatu alat evaluasi suatu tes
atau alat evaluasi dikatakan andal jika ia dapat dipercaya, koefisien, atau stabil dan produktif.
Jadi, yang dipentingkan di sini ialah ketelitiannya pada sejauh mana tes atau alat tersebut dapat
dipercaya kebenarannya.
6. Daya pembeda merupakan indeks yang memperlihatkan tingkat kemampuan pada butir soal
tes yang membedakan peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi dan rendah. Pengecoh
(distractor) yang juga dikenal dengan istilah penyesat atau penggoda adalah pilihan jawaban
yang bukan merupakan kunci jawaban. Tujuan utama dari pemasangan distractor pada setiap
butir soal itu adalah, agar dari sekian banyak testee yang mengikuti tes hasil belajar ada yang
tertarik atau terangsang untuk memilihnya, sebab mereka menyangka bahwa distractor yang
mereka pilih itu merupakan jawaban betul. Tingkat kesukaran butir soal adalah proporsi
peserta tes dalam menjawab benar pada butir soal tersebut. Semakin besar nilai kesukaran
butir soal berarti semakin besar pula proporsi menjawab benar terhdapat butir soal tersebut,
makin rendah pula tingkat kesukaran butir soal itu. Hal ini berarti bahwa soal itu semakin
mudah dan demikian sebaliknya jika semakin rendah tingkat kesukaran butir maka soal makin
sulit.
Contoh penggunaan:
Dari hasil analisa tes yang terdiri dari 10 butir soal yang dikerjakan oleh 20 orang peserta
didik, tedapat table sebagai berikut:
Dalam tabel sudah tercantum nama-nama siswa beserta skor-skor yang diperoleh. Dari angka-
angka yang belum teratur kemudian dibuat array (urutan penyebaran), dari skor yang paling
tinggi ke skor yang paling rendah. Array ini sekaligus menunjukan adanya kelompok atas (JA)
dan kelompok bawah (JB). Pada tabel analisa pun, di belakang nama siswa dituliskan huruf A
atau B sebagai tanda kelompok. Hal ini untuk mempermudah menentukan BA dan BB.

Perhatikan table analisa, khusus untuk butir soal nomor 1.


a. Dari kelompok atas yang menjawab betul 8 orang
b. Dari kelompok bawah yang menjawab betul 3 orang
Kemudian terapakan dalam rumus indeks diskriminasi :
Maka, D = 𝑃𝐴 - 𝑃𝐵
= 0,8 – 0,3
= 0,5
Dengan demikian, indeks diskriminasi untuk soal nomor 1 adalah 0,5 dan tegolong soal yang
baik.
7. Perhatikan kartu soal berikut:
Indikator: Disajikan grafik keuntungan seorang penjual buah-buahan, siswa dapat menghitung
jumlah uang total yang dimilik penjual setelah 5 minggu dengan diketahui modal awal.
Soal:
Grafik dibawah ini menggambarkan keuntungan Pa Bima dalam menjual buah-buahan

Bila modal Pa Bima sebesar Rp. 500.000,00 maka jumlah total uang yang dimiliki oleh Pa
Bima setelah 5 minggu adalah…
a. Rp. 950.000,00
b. Rp. 1.000.000,00
c. Rp. 1.100.000,00
d. Rp. 1.200.000,00
8. Cara penggunaan aplikasi ANATES, anates sangat disarankan bagi para pengajar untuk
menganalisis validitas butir soal atau tes sehingga alat evaluasi yang digunakan menjadi akurat dan
efektif. Langkah awalnya adalah mengunduh aplikasi dan melakukan login. Setelah itu, masukkan
jumlah seluruh siswa yang mengikuti tes dan mereka akan mengerjakan soal. Data yang disediakan
sudah mencakup nama siswa yang diurutkan berdasarkan abjad, jumlah siswa, serta jumlah soal yang
diberikan, baik itu soal pilihan ganda maupun esai yang dilakukan secara terpisah. Kemudian,
masukkan kunci jawaban yang benar untuk soal pilihan ganda yang sudah disediakan. Setelah itu,
masukkan jawaban yang telah dipilih oleh siswa di kolom soal yang sudah ada. Setelah selesai, akan
muncul jumlah jawaban yang benar dan salah dari soal yang telah dikerjakan oleh siswa. Begitu juga
dengan soal esai, hanya berbeda pada jumlah nilai yang diberikan, seperti pada soal pertama yang
bernilai 3 dan seterusnya.Kelebihan dan kelemahan:
a. Masih belum mampu menghitung keandalan pada setiap pertanyaan
b. Tidak menunjukkan formula untuk analisis butir pertanyaan
c. Tidak menjelaskan langkah-langkah dalam menyusun analisis butir pertanyaan
d. Kategori yang digunakan dalam analisis butir pertanyaan tidak selalu konsisten dengan beberapa
sumber acuan yang digunakan oleh mahasiswa, seperti efektivitas pilihan dalam anates
menunjukkan kategori sangat baik, baik, kurang baik, buruk, dan sangat buruk. Beberapa sumber
buku menunjukkan kategori efektivitas pilihan sebagai menyesatkan, efektif, dan tidak
menyesatkan.
e. Salah satu keunggulannya adalah tampilan dalam bahasa Indonesia sehingga mempermudah
penggunaannya.
f. Hasil keluaran analisis butir pertanyaan cukup akurat.
Cara penggunaan aplikasi WINSTEP, sebuah software yang berjalan di platform Windows
yang membantu dalam perhitungan model Rasch, terutama pada bidang penilaian pendidikan,
survei persepsi, dan pengukuran skala. Cara penggunaannya:
a. Persiapkan file data yang telah disediakan sebelumnya dalam format Excel. File data ini
harus mencakup kode subjek tes, nomor absen, jenis kelamin, dan desa tempat sekolah.
Selanjutnya, tuliskan jawaban dari setiap subjek sesuai nomor, termasuk jawaban yang
tidak dipilih oleh siswa sesuai nomor yang telah ditentukan.
b. Mulai aplikasi Winistep dan pilih opsi impor dari data Excel seperti R, SAS, SPSS, atau
STAT. Setelah itu, kembali ke Excel dan ikuti panduan dari dosen atau buku panduan
yang tersedia untuk menjalankan aplikasi ini.
c. Setelah semua proses selesai, kumpulkan semua file ke dalam satu folder agar mudah
ditemukan dan tidak berserakan.
Kelebihan dari aplikasi winstep yakni membantu guru dalam melaksanakan evaluasi
Pendidikan. Guru hanya memanfaatkan teknologi untuk memasukkan nilai dari tes yang telah
dilakukan dengan cepat, akurat, dan data yang dihasilkan teruji kebenarannya.
Sedangkan kelemhannya, salah satu kekurangannya adalah bahwa para pengajar harus sangat
berhati-hati dan teliti dalam menginput data yang diperlukan, karena satu kesalahan dapat
mengakibatkan hasil yang salah secara keseluruhan. Selain itu, siswa dituntut untuk
memahami banyak angka matematika yang digunakan dalam penggunaan aplikasi ini. Oleh
karena itu, diperlukan pemahaman yang baik terhadap angka yang digunakan dan kemampuan
dalam menggunakan teknologi. Oleh karena itu, dalam menggunakan Anatest dan Winistep,
harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena kesalahan dapat terjadi dengan mudah jika
tidak menguasainya dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Hazqiyah, I. Y. N., Nurhadi, M., Saraswati, A., & Toharudin, U. (2017). PROFIL PENILAIAN
OTENTIK PADA PERKULIAHAN IPA DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
SEKOLAH DASAR FKIP UNIVERSITAS PASUNDAN. JPsd (Jurnal Pendidikan
Sekolah Dasar), 3(2), 143-156.
Kemendikbud. (2017). Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skill (HOTS).
Jakarta:Direktorat Pembinaan SMA Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Anda mungkin juga menyukai