Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS HAMBATAN BELAJAR OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN

DAN PENGURANGAN BILANGAN CACAH DI SD KELAS III


Sofi Mutiara Insani¹, Lia Musli’ah², Puti Hera Febiyan³,
Eka Oktapiana⁴, Ika Fitri Apriani⁵
Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya
sofimutiara44@upi.edu, liamusliah02@upi.edu, putiherafebiyan@upi.edu,
ekaoktapiana2002@upi.edu, apriani25@upi.edu

Abstract

The purpose of this study was to determine the learning barriers experienced by students in working on arithmetic
operations for addition and subtraction of whole numbers. The subjects studied were 15 third grade students in an
elementary school in Tawang District, Tasikmalaya City. The data collection technique used is to provide an essay
question instrument in the form of a story to students. The results showed that the learning barriers experienced by
students in completing arithmetic operations of addition and subtraction of whole numbers were: 1) difficulties in using
mathematical arithmetic operations; 2) difficulty in understanding questions and difficulty translating into mathematical
sentences; 3) difficulty in solving problems on the material of arithmetic operations of addition and subtraction of whole
numbers

Keywords: addition, barriers, subtraction, whole numbers

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hambatan belajar yang dialami oleh peserta didik dalam mengerjakan soal
operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah. Subjek yang diteliti adalah 15 peserta didik kelas III di salah
satu SD di Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan memberikan
instrumen soal essay berbentuk cerita kepada peserta didik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hambatan belajar yang
dialami oleh peserta didik dalam menyelesaikan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah yakni: 1)
kesulitan dalam menggunakan operasi hitung matematika; 2) kesulitan dalam memahami soal dan sulit menerjemahkan
kedalam kalimat matematika; 3) kesulitan dalam menyelesaikan soal pada materi operasi hitung penjumlahan dan
pengurangan bilangan cacah.

Kata kunci : penjumlahan, hambatan, pengurangan, bilangan cacah

PENDAHULUAN
Matematika adalah mata pelajaran yang diajarkan di setiap tingkat pendidikan, dari SD
hingga perguruan tinggi. Menurut Hadi (2005) menyatakan bahwa matematika adalah salah satu
mata pelajaran yang diajarkan di sekolah yang memiliki rekam jejak keberhasilan karena dapat
meningkatkan pemahaman siswa tentang bagaimana bernalar secara kritis, logis, dan efektif.
Untuk itu, peserta didik harus menguasai pengetahuan matematika sejak dini. Tujuannya adalah
untuk membantu mereka yang memiliki pola pikir kritis, logis, sistematis, analitis, kreatif, dan
keterampilan kolaboratif yang kuat (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan angka 22
Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Menengah, 2016). Tujuan pengajaran
matematika di sekolah dasar adalah agar peserta didik dapat memahami konsep-konsep dalam
matematika dan mampu menerapkan konsep-konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari
melalui kegiatan yang menekankan pada interpretasi, menebak, menyusun, mengungkapkan,
memperkirakan, menggabungkan, mengelompokan, mencari, dan mengatasi masalah
(Rahmawati & Muqdamien, 2016)
Salah satu materi dalam pembelajaran matematika yang dipelajari dan diajarkan oleh
peserta didik di SD adalah operasi hitung bilangan cacah. Menurut Priyatna dan Yuliardi (2018)
menyatakan bahwa bilangan cacah merupakan semua bilangan asli dan bilangan 0, yakni
0,1,2,3,4 dan seterusnya. Dalam operasi hitung bilangan cacah terdapat 2 konsep bilangan yakni
operasi hitung penjumlahan bilangan cacah dan operasi hitung pengurangan bilangan cacah.
Pada operasi penjumlahan bilangan cacah peserta didik menambahkan pada bilangan agar
diperoleh hasil dari penjumlahan tersebut. Sedangkan operasi pengurangan bilangan cacah
adalah dengan mengurangi dua bilangan, sehingga diperoleh dari hasil pengurangan tersebut
(Mohammad et,al.). Dalam menyelesaikan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan
bilangan cacah terdapat dua cara yakni dengan menggunakan cara bersusun pendek dan
bersusun panjang.
Pada saat proses pembelajaran, guru menemukan peserta didik yang memperoleh hasil
belajar kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah. Hal
ini disebabkan karena peserta didik mengalami gangguan maupun kesulitan dalam belajar yang
mengakibatkan peserta didik tidak mampu belajar secara efektif dan efisien. Sugiarto, dkk
(2017) menjelaskan bahwa kesulitan belajar artinya suatu gejala yang tampak dalam diri peserta
didik, hal ini ditandai dengan rendahnya prestasi belajar peserta didik. Kesulitan belajar ditemui
saat adanya kendala pada saat proses pembelajar untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran
(Mulyadi, 2010).
Berdasarkan hasil literatur pada penelitian yang telah dilakukan oleh Unaenah et,al.,
(2022) ditemukan kesulitan yang dialami peserta didik pada materi operasi hitung penjumlahan
dan pengurangan bilangan cacah, peserta didik tidak bisa menentukan hasil penjumlahan pada
saat menjumlahkan dua bilangan, salah dalam menentukan pengurangan tanpa menggunakan
teknik meminjam pada bersusun pendek, serta tidak bisa menentukan operasi hitung yang
digunakan dalam penyelesaian soal cerita. Ketika operasi hitung penjumlahan bilangan cacah
sebenarnya peserta didik sudah melakukan prosedur dengan benar, tetapi dalam menentukan
hasil penjumlahan nya kurang tepat. Hal tersebut disebabkan karena peserta didik lupa
menjumlahkan simpanan pada saat menjumlahkan bilangan antara satuan dengan satuan,
puluhan dengan puluhan, ratusan dengan ratusan dan ribuan dengan ribuan. Selanjutnya peserta
didik mengalami kesulitan pada operasi hitung pengurangan bilangan cacah cacah ketika akan
menentukan hasil pengurangan bilangan satuan dengan satuan, puluhan dengan puluhan,
ratusan dengan ratusan dan ribuan dengan ribuan. Peserta didik juga melibatkan teknik
meminjam pada operasi pengurangan, tapi langsung mengurangi bilangan besar dengan
bilangan kecil dan berpikir mana bilangan yang harus dikurangi dan mana bilangan yang harus
mengurangi, hal ini menyebabkan peserta didik beranggapan bahwa bilangan yang telah
dipinjam hasilnya tetap sama. Adapun kesulitan yang dialami peserta didik yakni sulit dalam
memahami soal cerita kemudian harus menerjemahkan ke dalam kalimat matematika. Menurut
Suryadi (2019) penyebab hambatan belajar pada peserta didik bisa disebabkan oleh 3 faktor,
yakni:
1. Hambatan ontogeni (hambatan yang berkaitan dengan mental belajar)
a. Psikologis, yaitu dorongan belajar dan ketertarikan peserta didik yang rendah terhadap
materi yang akan dipelajari.
b. Instrumental, yaitu kesulitan yang bersifat teknis yang ditimbulkan karena tidak paham
akan hal kunci.
c. Konseptual, yaitu kesulitan yang bersifat tingkatan konseptual yang kurang sesuai dengan
kondisi atau keadaan peserta didik.
2. Hambatan didaktis (hambatan yang muncul dari pilihan pengajaran yang dilakukan guru).
3. Hambatan epistimologis (keterbatasan konteks yang dimiliki peserta didik).
Akibat dari peserta didik tidak dapat mengerjakan operasi hitung bilangan cacah akan
mengakibatkan peserta didik lemah dalam operasi hitung bilangan cacah, hal ini akan berimbas
pada prestasi belajar peserta didik. Peserta didik juga akan sulit untuk memahami materi baru,
karena materi mengenai operasi hitung bilangan cacah belum dipahami, serta akan mengalami
kesulitan belajar. Oleh sebab itu, guru harus melakukan analisis kesulitan belajar pada peserta
didik (Sidik et al., 2021).
Analisis merupakan suatu kegiatan memecahkan suatu peristiwa atau masalah yang
bertujuan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (Syavira & Noviar, 2021). Analisis
kesulitan belajar dalam pelajaran matematika dapat dievaluasi oleh tenaga pendidik untuk
mengetahui letak kesulitan atau kesalahan konsep operasi hitung bilangan cacah untuk tidak
mengulangi lagi kesalahan yang sama terhadap peserta didik. Dengan demikian guru harus
menyadari gejala yang timbul ketika peserta didik mengalami kesulitan belajar. Tidak hanya
sebatas mengetahui ciri gejala dari kesulitan belajar, tetapi harus mengetahui juga faktor dan cara
untuk mengatasi kesulitan belajar tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berikut ini akan dijelaskan mengenai analisis menyeluruh hasil temuan dan kesalahan dari
peserta didik Sekolah Dasar terkait hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah.
Tabel 1. Deskripsi Kesalahan Peserta Didik dalam Menyelesaikan Soal Nomor 1
Nomor Soal secara tidak benar
Hambatan Peserta Didik Jumlah Benar Salah
d. Tidak memahami nilai tempat matematika
0 10 5 0
a. Tidak dapat menggunakan operasi hitung 1
bilangan cacah
3
b. Tidak dapat memahami maksud soal dalam kalimat
matematika
2
c. Melakukan kesalahan dalam mengoperasikan angka

Di bawah ini contoh kesalahan peserta didik yang disebabkan karena tidak dapat
mengoperasikan angka secara benar, yaitu:

Gambar 1. Contoh Respon S1 pada Nomor 1

Menurut gambar 1 kesalahan jenis ini dilakukan oleh S1 pada saat mengerjakan soal tentang
operasi penjumlahan bilangan cacah dengan cara bersusun pendek. Letak kesalahan peserta didik
yakni pada saat menjumlahkan. Prosedur dalam mengerjakan soal sudah benar, namun dalam
menentukan hasil penjumlahan kurang tepat. Peserta didik hanya menuliskan simpanannya dan
tidak menjumlahkan puluhan dengan puluhan. Seharusnya jawaban dari soal operasi penjumlahan
yaitu 2.453+1.238=3691.
Berikut ini contoh kesalahan peserta didik yang disebabkan karena tidak memahami nilai

tempat.
Gambar 2. Contoh Respon S2 pada Nomor 1

Pada gambar 2 hasil dari penjumlahan yang dihasilkan oleh peserta didik kurang tepat,
seharusnya hasil dari 2.453 + 1.238 adalah 3.691. Dalam prosedur penjumlahan bersusun pendek
peserta didik sudah meletakkan posisi bilangan dengan tepat, namun hasil yang diperoleh peserta
didik kurang tepat karena salah dalam menyimpan nilai tempat antara satuan dan puluhan.
Tabel 2. Deskripsi Kesalahan Peserta Didik dalam Menyelesaikan Soal Nomor 2
Nomor Soal matematika
Hambatan Peserta Didik Jumlah Benar Salah
c. Melakukan kesalahan dalam mengoperasikan angka
secara tidak benar
a. Tidak dapat menggunakan operasi hitung 2 0 0 15 0
bilangan cacah
b. Tidak dapat memahami maksud soal dalam kalimat 13
d. Tidak memahami nilai tempat matematika 2
Dalam tabel 2 deskripsi kesalahan yakni melakukan kesalahan dalam mengoperasikan
angka dialami oleh 13 peserta didik, dan tidak memahami nilai tempat matematika dialami oleh 2
peserta didik.
Di bawah ini contoh kesalahan peserta didik dalam mengoperasikan angka.

Gambar 3. Contoh Respon S3 pada Nomor 2

Dari gambar 3 jenis kesalahan yang dilakukan S3 yaitu pada saat mengerjakan soal operasi
penjumlahan bilangan cacah dengan cara bersusun pendek. Pada awalnya, peserta didik
menjumlahkan bilangan cacah dengan benar, namun saat melakukan operasi hitung selanjutnya
(pengurangan) jawabannya menjadi kurang tepat. Hal ini terjadi karena peserta didik langsung
mengurangi bilangan yang memiliki angka lebih besar dengan bilangan yang memiliki angka
lebih kecil, peserta didik berpikir bilangan mana yang mengurangi dan bilangan yang harus
dikurangi. Seharusnya 5434 - 40 = 5394, tetapi peserta didik tidak dapat mengurangi angka
dengan cara meminjam.
Di bawah ini contoh kesalahan peserta didik yakni tidak memahami konsep nilai

tempat.

Gambar 4. Contoh Respon S4 pada Nomor 2

Berdasarkan gambar 4 peserta didik sudah memahami operasi hitung penjumlahan dan
pengurangan, namun terdapat kesalahan pada saat peserta didik menempatkan angka. Peserta
didik menempatkan angka 201 dan 40 pada bagian kiri. Penyebab kesalahannya karena peserta
didik tidak memahami konsep nilai tempat. Seharusnya jawaban dari 5.233+201+40 adalah
5.474.
Tabel 3. Deskripsi Kesalahan Peserta Didik dalam Menyelesaikan Soal Nomor 3
Nomor Soal matematika
Hambatan Peserta Didik Jumlah Benar Salah
c. Melakukan kesalahan dalam mengoperasikan angka
secara tidak benar
a. Tidak dapat menggunakan operasi hitung 3 0 0 15 13
bilangan cacah
b. Tidak dapat memahami maksud soal dalam kalimat 2

d. Tidak memahami nilai tempat matematika 0


Tabel 3 yang mendeskripsikan kesalahan yang dilakukan peserta didik dalam
menyelesaikan soal nomor 3 diketahui bahwa ada 13 orang yang kesulitan dalam memahami soal
sebanyak 13, sedangkan 2 lainnya melakukan kesalahan dalam mengoperasikan angka.
Berikut ini merupakan contoh siswa yang tidak dapat memahami soal terlihat pada gambar 5.

Gambar 5. Contoh Respon S5 pada soal nomor 3

Dalam gambar 5 peserta didik tidak memahami maksud soal sehingga tidak mengetahui
cara mengerjakan dan menyelesaikan operasi hitung bilangan cacah. Jika dilihat dari jawaban
peserta didik sudah benar yaitu 150 namun dalam penyelesaian operasi hitung kurang tepat.
Tabel 4. Deskripsi Kesalahan Peserta Didik dalam Menyelesaikan Soal Nomor 4
Nomor Soal matematika
Hambatan Peserta Didik Jumlah Benar Salah
c. Melakukan kesalahan dalam mengoperasikan angka
secara tidak benar
a. Tidak dapat menggunakan operasi hitung 4 0 0 15 0
bilangan cacah
b. Tidak dapat memahami maksud soal dalam kalimat 9

d. Tidak memahami nilai tempat matematika 6


Pada soal nomor 4, terdapat 9 peserta didik melakukan kesalahan dalam mengoperasikan
angka dan 6 peserta didik tidak memahami nilai tempat matematika.
Gambar 6. Contoh Respon S6 pada Nomor 4

Berdasarkan gambar 6 kesalahan yang dilakukan S3 ketika mengerjakan soal operasi


penjumlahan bilangan cacah dengan cara bersusun pendek. Pada operasi hitung pengurangan
peserta didik tidak memahami teknik meminjam. Seharusnya 4388- 1716 = 2672 namun peserta
didik tidak dapat mengurangi bilangan kecil dengan bilangan besar (dengan cara meminjam)
sehingga dalam pengerjaannya mereka mengurangi bilangan besar dengan bilangan kecil. Selain
itu, pada operasi hitung selanjutnya peserta didik menggunakan operasi pengurangan, seharusnya
menggunakan operasi penjumlahan. Hal ini terjadi peserta didik keliru dalam memahami simbol.
Tabel 5. Deskripsi Kesalahan Peserta Didik dalam Menyelesaikan Soal Nomor 5
Nomor Soal matematika
Hambatan Peserta Didik Jumlah Benar Salah
c. Melakukan kesalahan dalam mengoperasikan angka
secara tidak benar
a. Tidak dapat menggunakan operasi hitung 5 0 0 15 13
bilangan cacah
b. Tidak dapat memahami maksud soal dalam kalimat 0

d. Tidak memahami nilai tempat matematika 2


Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa jumlah peserta didik tidak dapat memahami soal
dan menerjemahkan soal ke dalam bentuk kalimat matematika sebanyak 13 orang, dan 2 orang
tidak memahami nilai tempat matematika.

Gambar 7. Contoh Respon S7 pada Nomor 6

Dalam soal nomor 5 peserta didik terlihat bingung dalam menyelesaikan soal dan tidak
memahami maksud soal cerita sehingga kesulitan dalam menerjemahkan soal ke dalam kalimat
matematika. Hal ini dapat terjadi karena peserta didik kurang teliti dalam memahami soal. Dari
contoh respon S6, tahapan dalam menyelesaikan soal sudah benar, namun peserta didik mengira
bahwa uang yang terdapat di soal merupakan ribuan semua. Seharusnya penyelesaian soal ini
dilakukan dengan menjumlahkan uang yang dimiliki masing-masing, setelah itu jumlah uang Puti,
Sofi, Lia ditambahkan. Sehingga mendapat jawaban uang Puti yaitu 3.000+800= 3.800, uang Sofi
1.000+400=1400, dan uang Lia 4.000+600=4.600. Jadi total uang Puti, Sofi, dan Lia adalah
3.800+1.400+4.600= 9.800.
Matematika diajarkan sebagai mata pelajaran di sekolah sebagai cara untuk membantu siswa
belajar dengan menggunakan kegiatan langsung sebagai strategi pembelajaran sehingga mereka
dapat mengembangkan pengetahuan mereka tentang konsep matematika yang telah mereka
pelajari. Komponen yang menunjukkan kecakapan dan ketercapaian pembelajaran matematika
meliputi penggunaan strategi pembelajaran, dan sejalan dengan pokok pembicaraan yang sedang
dibahas, tingkat kecerdasan, teori belajar, prinsip, keikutsertaan, penerapan ke kehidupan sehari
hari peserta didik, dan pertumbuhan keterampilan penalaran matematis (Muhsetyo et al., 2014).
Sebagai calon pendidik dalam proses pembelajaran tersebut perlu memahami hal-hal yang
dibutuhkan seperti membuat sebuah perencanaan pembembelajaran. Dengan demikian, hambatan
yang akan terjadi bisa diatasi dengan baik dan tujuan proses pembelajaran bisa terlaksana sesuai
yang diharapkan.
Dalam pembelajaran, hendaknya pendidik bisa membantu peserta didik dalam memahami
suatu konsep dengan memberikan contoh konkret serta bisa dipahami oleh peserta didik secara
intuitif. Hal ini berarti pengetahuan dapat diterima beserta pemikirannya sejalan dengan
pengalaman tanpa rasionalisasi. Sejalan dengan pendapat Darhim (Pasinggi, 2019) peserta didik
dapat lebih mudah memahami gagasan yang dijelaskan, jika pendidik dalam pembelajaran
menggunakan alat bantu supaya membantu daya visual peserta didik. Penyebab belum
berkembangnya konsepsi peserta didik mengenai nilai tempat, mungkin kebiasaan belajar yang
masih konvensional, yaitu hanya dengan mengingat atau menghafal informasinya saja, peserta
didik beranggapan bahwa nilainya akan tetap sama, karena peserta didik dalam membedakan letak
suatu bilangan dia melihat lambang bilangannya yang sama, (Pasinggi, 2019).
Menurut Masroza (dalam Yeni, 2015) kesulitan belajar adalah gangguan yang nyata dalam
diri peserta didik berkaitan dengan tugas-tugas umum dan khusus, berdasarkan faktor gangguan
neurologis, proses psikologis dan gangguan lainnya yang mengakibatkan prestasi belajar peserta
didik menunjukkan hasil belajar yang rendah. Oleh sebab itu, sebagai calon pendidik perlu
memahami karakteristik peserta didik yang berbeda-beda agar dapat menyesuaikan metode,
strategi dan media yang digunakan selama pembelajaran dengan tepat.
Menurut Dumont (dalam Yeni, 2015) terdapat dua kategori ketidakmampuan belajar antara
lain: kesulitan belajar terdapat pada perkembangan kognitif peserta didik itu sendiri dan berasal
dari faktor eksternal peserta didik atau persoalan lain. Bersumber pada apa yang telah dikutip oleh
Carnine, Jitendra dan Silbert (dalam Yeni, 2015) bahwa pribadi orang yang merasakan kesulitan
belajar belum tentu mengindikasikan gangguan intelektual tetapi bisa disebabkan karena tidak
efektifnya strategi pembelajaran yang dilakukan.
Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti, terdapat hambatan yang dihadapi peserta didik
saat mengerjakan soal penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah. Hal ini terlihat saat
mengerjakan soal penjumlahan dan pengurangan, peserta didik melakukan kesalahan dalam
menghitung bilangan, tidak memahami arti dari soal yang berbentuk proposisi matematis, serta
masih banyak yang belum sepenuhnya memahami konsep nilai tempat. Adapun faktor
penghambat peserta didik dalam mengerjakan soal bilangan cacah yang peneliti amati, yaitu :
1. Peserta didik belum memahami soal dalam operasi hitung campuran bilangan cacah. Hal ini
dibuktikan ketika peserta didik menyelesaikan dan menjawab soal banyak yang terkecoh
dalam mengerjakan antara gabungan penjumlahan dan pengurangan.
2. Peserta didik belum pandai melakukan operasi penjumlahan bilangan cacah dengan
menyimpan dan menjumlahkan dengan meminjam. Rizky Esti Utami (Dalam Johra, 2019)
menjelaskan hal itu terjadi karena salah paham. Para peserta didik berpikir bahwa untuk
menemukan hasil suatu bilangan, mereka harus mulai dengan bilangan yang besar. Saat
melakukan operasi pengurangan dengan menggunakan pinjaman, peserta didik secara
otomatis langsung mengurangi bilangan besar dengan bilangan kecil, karena mereka
menganggap bahwa angka dengan angka yang lebih kecil tidak dapat mengurangi angka
dengan angka yang lebih besar dan berpikir bahwa angka yang dipinjam, hasilnya tetap sama.
Pada operasi penjumlahan peserta didik belum memahami teknik menyimpan bilangan dan
tidak memahami konsep nilai tempat. Penyebabnya adalah belum terbiasa menyelesaikan soal
matematika, sehingga pada saat menjawab soal terlihat bingung dan hasil yang diperoleh
kurang tepat.
3. Peserta didik merasa kesulitan untuk menyelesaikan soal matematika yang berbentuk cerita,
mereka lebih mudah menyelesaikan soal yang berbentuk angka secara langsung. Hal ini
disebabkan kurangnya kemampuan membaca maka akan sulit menerjemahkan soal cerita
menjadi kalimat matematika (Mahmud & Partiwi dalam Unenah et.al., 2022)
4. Peserta didik belum memahami konsep nilai tempat. Hal ini karena terjadi miskonsepsi
terhadap operasi hitung. Menurut Purtadi dan Sari (dalam Matitaputty, 2016) mengatakan
bahwa miskonsepsi itu sebagai kesalahan dalam memahami pengetahuan konseptual dan
proporsional yang dialami oleh peserta didik.
5. Peserta didik hanya menuliskan hasil akhir jawabannya, tidak menggunakan cara atau
penyelesaian operasi hitung matematika yang tepat. Penyebabnya karena peserta didik tidak
mengerti konsep operasi hitung bilangan cacah.
6. Kurangnya perhatian guru terhadap peserta didik yang masih mengalami kesulitan dalam
mengerjakan operasi hitung pembagian, cara mengajar guru kurang disenangi dan kurang
dipahami oleh siswa, masih minimnya sarana dan prasarana seperti perpustakaan yang belum
ada petugas khusus sehingga perpustakaan belum terkelola dengan baik. Dengan demikian
minat anak untuk mencari buku sumber dan belajar di perpustakaan sangat minim.
Menurut (Muhsetyo et al., 2014), ketekunan, minat, rasa ingin tahu, dan daya cipta
merupakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seberapa baik siswa memahami
matematika. Diperlukan guru yang berkualitas dan berpengalaman untuk mengembangkan
pemahaman matematika pada siswa. Guru yang profesional dan kompeten merupakan seseorang
yang dapat mengajar matematika, memahami cara mengajarkannya kepada anak-anak, menjadi
pendengar yang baik, dan memiliki rasa keyakinan yang kuat ketika membahas perencanaan dan
pelaksanaan pelajaran. Beberapa komponen dalam standar profesional guru matematika adalah (1)
penguasaan pembelajaran matematika, (2) penguasaan pelaksanaan evaluasi pembelajaran
matematika, (3) penguasaan pengembangan profesional guru matematika dan (4) penguasaan
kedudukan guru dalam materi matematika. Seorang guru yang profesional dan kompeten dalam
penyampaian materi matematika memiliki wawasan dan landasan yang dapat digunakan untuk
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran (Muhsetyo et al., 2014).
Konsep nilai tempat yang belum dipahami peserta didik dapat disebabkan karena kurangnya
latihan dalam menjawab soal. Menurut Lestari dan Triyono (dalam Selvianiresa, 2017), kesulitan
peserta didik dalam memahami konsep nilai tempat tercermin dalam pemahaman simbol
matematika karena mereka belum lancar berbicara dan membaca. Apa Nurmawati, dkk. (dalam
Selvianiresa, 2017) kekhawatiran siswa sering salah mengeja lambang bilangan dan nama
bilangan, hal ini terjadi ketika peserta didik mengidentifikasi nilai tempat dan nilai bilangan, serta
kesalahan dalam penulisan lambang bilangan berdasarkan nilai tempat.
Pada pengenalan operasi hitung bilangan cacah secara nyata dalam konsep penjumlahan dan
pengurangan, bisa menggunakan benda konkret atau alat contohnya seperti media pembelajaran.
Media pembelajaran bisa membantu peserta didik dalam suatu konsep dari yang masih abstrak
menjadi konkret. Menurut Nurrita (2018) menyatakan bahwa dengan berbagai jenis media
pembelajaran dapat digunakan sebagai sumber belajar yang dapat membantu guru dalam
menambah pengetahuan peserta didik.
Dengan demikian, berdasarkan karakteristik peserta didik di Sekolah Dasar, yaitu tahap
perkembangan intelektual peserta didik masih dalam tahap operasional konkret. Piaget (dalam
Hakiki et al., 2019) menyatakan bahwa cara berpikir peserta didik berasal dari manipulasi fisik
objek-objek tertentu. Maka, dapat simpulkan bahwa penggunaan suatu media yang konkrit dalam
pembelajaran matematika sangat diperlukan agar proses pembelajaran sejalan dengan tujuan yang
diharapkan.

SIMPULAN
Berdasarkan analisis menggunakan 5 soal dapat diketahui kesalahan peserta didik dalam
menyelesaikannya: 1) prosedur yang digunakan saat menjumlahkan dua bilangan sudah benar,
tetapi kurang tepat dalam menentukan hasil penjumlahannya, 2) ketika peserta didik mengerjakan
soal operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah secara bersusun, pada saat
menjumlahkan dilakukan dengan benar, namun saat mengoperasikan pengurangan, hasil
jawabannya menjadi kurang tepat, 3) dalam operasi pengurangan bilangan cacah peserta didik
tidak memahami teknik meminjam dengan sepenuhnya, 4) Dalam tahapan penjumlahan bersusun
peserta didik sudah menempatkan posisi bilangan dengan benar, tapi peserta didik melakukan
kesalahan pada saat menghitung satuan, 5) Peserta didik sudah memahami operasi hitung
penjumlahan dan pengurangan, namun terdapat kesalahan dalam menempatkan angka, 6) Peserta
didik terlihat
bingung dalam menyelesaikan soal karena tidak sepenuhnya memahami isi atau maksud soal
cerita, sehingga sulit dalam menerjemahkannya ke dalam kalimat matematika. Hal tersebut
karena adanya faktor penyebab hambatan peserta didik dalam mengerjakan soal diantaranya:
belum memahami soal operasi hitung campuran bilangan cacah. Peserta didik belum pandai
melakukan operasi hitung terutama penjumlahan dengan teknik menyimpan dan pengurangan
dengan teknik meminjam. Peserta didik belum memahami konsep nilai tempat. Peserta didik
tidak terbiasa mengerjakan soal matematika dalam bentuk cerita. Peserta didik hanya menuliskan
jawaban akhir saja tanpa menggunakan cara/penyelesaian operasi hitung matematika. Penyebab
lainnya terjadi kesulitan peserta didik dalam menyelesaikan soal operasi bilangan cacah yaitu
karena kurangnya perhatian guru dalam pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Andriyani, M., Pranata, O. H., & Karlimah, K. (2021). Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Operasi
Hitung Pembagian Bilangan Cacah pada Siswa Kelas V SD. PEDADIDAKTIKA: Jurnal
Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 8(2), 292-300.
Hadi. 2005. Pendekatan Matematika Realistik (http://one.indoskripsi.com/artikel Skripsi) diakses
20 Desember 2009.
Hakiki, F., Ekowati, D. W., & Susintowati, W. (2019). Peningkatan Pemahaman Konsep Nilai
Tempat Bilangan Melalui Media Gelas Warna Pada Siswa Kelas I Sdn Purwantoro 2
Malang. Refleksi Edukatika : Jurnal Ilmiah Kependidikan, 9(2), 224–228.
https://doi.org/10.24176/re.v9i2.3179
Johra, J. A. (2019). Analisis Kesulitan Belajar Matematika Operasi Penjumlahan Dan
Pengurangan Bilangan Cacah Pada Peserta Didik Kelas II B SD Inpres Ende 7 Kecamatan
Ende Timur Kabupaten Ende. Ekspektasi: Jurnal Pendidikan Ekonomi, 4(1), 38–43.
Matitaputy, C. (2016). Miskonsepsi Siswa dalam Memahami Konsep Nilai Tempat Bilangan Dua
Angka. Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika, 5(2), 113–119.
https://doi.org/10.31980/mosharafa.v5i2.266
Muhsetyo, G., Krisnadi, E., & Wahyuni ngrum, E. (2014). Pembelajaran Matematika SD.
Nurrita, T. (2018). Pengembangan Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.
MISYKAT: Jurnal Ilmu-Ilmu Al-Quran, Hadist, Syari’ah Dan Tarbiyah, 3(1), 171–187.
https://doi.org/10.33511/misykat.v3n1.171
Pasinggi, Y. S. (2019). Kesulitan Memahami Konsep Bilangan Cacah Di Sekolah Dasar. 0.
Mohammad, D. P., Amir, F., & Pd, M. (n.d.). Tugas Matakuliah Pengembangan Pembelajaran
Matematika SD.
Mulyadi. (2010). Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan terhadap Kesulitan Belajar Khusus.
Yogyakarta: Nuha Litera.
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar Dan Menengah, (2016).
Priatna, N. & Yuliardi, R. (2018). Pembelajaran Matematika untuk Guru SD dan Calon Guru SD.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rahmawati, & Muqdamien, B. (2016). Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada Materi
Operasi Hitung Perkalian Dan Pembagian Bilangan Pecahan dengan Menggunakan Model
Team Games Tournament. Primary: Jurnal Keilmuan Dan Kependidikan Dasar, 8(1), 107–
120. http://www.jurnal.uinbanten.ac.id/ind ex.php/primary/article/view/150/152
Selvianiresa, D. (2017). Kesulitan Siswa Sekolah Dasar Pada Materi Nilai Tempat Mata Pelajaran
Matematika Di Kelas I SD. Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 2(1), 65–73.
https://doi.org/10.23969/jp.v2i1.451
Sidik, G. S., Maftuh, A., & Salimi, M. (2021). Analisis Kesulitan Belajar Matematika pada Siswa
Usia 6-8 Tahun. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 2179–2190.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i2.1137
Suryadi, D. (2019). Landasan Filosofis Penelitian Desain Didaktis (DDR): Pusat Pengembangan
DDR Indonesia.
Sugiharto, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta:UNY Press
Syavira, V. F., & Novtiar, C. (2021). Analisis Kesalahan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
Dalam Menyelesaiakan Soal Operasi Hitung Campuran Bilangan Cacah Dan Pecahan. JPMI
(Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif), 4(6), 1671–1678.
https://doi.org/10.22460/jpmi.v4i6.1671-1678
Unaenah, E., Noviantik, D., Ariq, M., Guru, P., & Dasar, S. (2022). ANALISIS KESULITAN
BILANGAN CACAH DI KELAS VI SEKOLAH DASAR. Renjana Pendidikan Dasar,
2(3), 185.
Yeni, E. M. (2015). Kesulitan Belajar Matematika Di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar,
2(2), 1–10
LAMPIRAN
A. Kisi-kisi dan Soal

Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan) Kompetensi Inti 4 (Keterampilan)


3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara di sekolah.
mengematai (mendengar, melihat, membaca) dan 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa
menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang yang jelas, sistematis, dan logis dalam karya
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak beriman dan berakhlak.

Kompetensi Dasar
3.3 Menyatakan suatu bilangan sebagai jumlah, 4.3 Menilai apakah suatu bilangan dapat dinyatakan
selisiih, hasil kali atau hasil bagi dua bilangan sebagai jumlah, selisih, hasil kali atau hasil bagi dua
cacah. bilangan cacah.

1. Perhatikan dan kerjakan soal cerita ini dengan tepat!


Pak Raihan baru saja panen padi dengan total 2.453 kg.
Lalu, Pak Eka juga panen padi dengan total 1.238 kg.
Berapa jumlah padi yang dipanen Pak Raihan dan Pak
Eka? 2. Kerjakan soal operasi hitung dibawah ini dengan tepat.
5.233 + 201- 40 =
3. 4.156 + ...... = 4.306
Bilangan yang tepat untuk mengisi titik titik diatas
adalah.... 4. Kerjakan soal operasi hitung dibawah ini dengan
tepat. 4.388 – 1.716 + 234 =
5. Perhatikan dan kerjakan soal cerita ini dengan tepat!
Puti mempunyai 3 lembar uang seribuan dan 8 koin seratusan. Sofi
mempunyai 1 lembar uang seribuan dan 4 koin seratusan.
Sedangkan Lia mempunyai 4 lembar seribuan dan 6 koin seratusan.
Berapa jumlah uan Puti, Sofi, dan Lia?

B. Gambar
C. Link Video :
https://youtu.be/KyL9vjjzrVI dan https://drive.google.com/file/d/1Nrj9lk0Zcqi
PnuF3vDc8mGDfv1t-Nbx/view?usp=drivesdk
D. Bukti screenshoot plagiarisme

Anda mungkin juga menyukai