OLEH
TRI PRATIWI ALFIANI
NIM 160311604643
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses pembelajaran matematika tidak pernah lepas dari kegiatan berpikir,
bernalar bahkan pula berimajinasi. Wike (2010) menyebutkan bahwa tiga kegiatan
ini selalu digunakan siswa untuk memahami konsep-konsep pada matematika. Hal
ini dipertegas dengan pernyataan Lithner (2008) bahwa apabila siswa tidak
memiliki kemampuan untuk bernalar, maka siswa akan menganggap matematika
adalah mata pelajaran yang hanya mengikuti serangkaian prosedur dan siswa
hanya mengikuti langkah-langkah penyelesaian masalah matematika tanpa
mengetahui maknanya. Selain itu, Iqbal (2016) menjelaskan bahwa pembelajaran
matematika memiliki tujuan yang salah satunya adalah untuk mengasah
kemampuan bernalar siswa. Jadi, untuk memiliki penalaran yang baik salah satu
caranya yaitu mempelajari matematika dan untuk bisa paham materi dalam mata
pelajaran matematika maka siswa harus menggunakan penalaran. Maka dari itu,
penalaran sangat berperan penting bagi siswa dalam pelajaran matematika begitu
pula sebaliknya.
Pentingnya penalaran juga dicantumkan dalam NCTM (2000) yang
menetapkan lima standar proses dalam pembelajaran matematika yang meliputi:
pemecahan masalah, penalaran dan pembuktian, komunikasi, koneksi, serta
representasi. Permendikbud No.20 Tahun 2016 juga menyebutkan bahwa
penalaran menjadi salah satu keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa.
Kesimpulannya, penalaran merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki
siswa agar pembelajaran matematika dapat terlaksana dengan baik.
Namun, pada kenyataannya kemampuan penalaran siswa di Indonesia
masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan hasil presentase aspek penalaran pada
TIMSS 2011 dan 2015 berturut-turut yaitu hanya 17% dan 10% siswa Indonesia
yang dapat menjawab soal penalaran dengan benar. Hal ini membuktikan bahwa
kemampuan bernalar siswa di Indonesia masih rendah bahkan menurun dari
sebelumnya 17% pada tahun 2011 menjadi 10% pada tahun 2015. Selain itu,
berdasarkan hasil penilaian (survei) Programme Internationale for Student
Assesment (PISA) tahun 2015, dimana didalamnya kemampuan penalaran
1
2
Salah satu cara untuk melihat penalaran deduktif siswa adalah dengan
memberikannya masalah matematika. Masalah matematika yang diberikan
biasanya berupa pertanyaan atau soal yang penyelesaiannya tidak dapat secara
langsung menggunakan prosedur yang rutin.
Sebelumnya, peneliti sudah melakukan studi pendahuluan untuk melihat
bagaimana proses penalaran siswa, terutama penalaran deduktif siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika berupa pembuktian. Pada studi pendahuluan,
peneliti memberikan tiga buah permasalahan matematika untuk diselesaikan oleh
siswa. Soal pada studi pendahuluan ditunjukkan oleh Gambar 1.1 berikut.
rumus akhir yang diperoleh dari penjelasan guru. Selain itu, guru juga
mengungkapkan bahwa untuk menjelaskan konsep dasar memperoleh rumus
tersebut dirasa sudah cukup, mengenai siswa hanya menghafal tidak itu
merupakan pilihan dari siswa tersebut. Dimana metode menghafal menurut
Ananggih dkk (2017) dalam belajar akan membuat pembelajaran tidak bermakna
dan tidak efektif. Maka dari itu, kesalahan siswa dalam menyelesaikan masalah
diduga bukan dari metode pengajaran guru, melainkan dari penalaran deduktif
siswa itu sendiri dalam menyelesaikan soal.
Dalam mengetahui proses penalaran siswa, ada banyak materi yang dapat
digunakan salah satunya adalah transformasi geometri. Hollebrands (2003)
berpendapat bahwa pembelajaran geometri transformasi dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berpikir tentang konsep matematika penting
lainnya seperti simetri, kongruensi, fungsi, dan sebagainya serta menyadari bahwa
transformasi geometri melibatkan berbagai disiplin ilmu dan memungkinkan
untuk penalaran berkembang. Penalaran geometri transformasi merupakan proses
berpikir, memahami, dan mengambil keputusan berdasarkan proses yang logis
terkait permasalahan transformasi geometri. Penalaran dalam transformasi
geometri dapat berupa penalaran grafis/visual dan penalaran secara aljabar sesuai
dengan nature transformasi geometri yang bisa didekati dengan dua metode:
grafis dan aljabar (Mashingaidze, 2012). Berdasarkan paparan tersebut, penalaran
merupakan aspek penting dalam menyelesaikan masalah transformasi geometri.
Oleh karena itu, peneliti memilih transformasi geometri sebagai materi yang
digunakan dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini, peneliti memilih materi transformasi geometri
terkhusus jenis refleksi. Hal ini dikarenakan pada sekolah yang menjadi target
penelitian yaitu SMA Panjura Malang, materi transformasi geometri pada kelas
XI yang sudah diajarkan siswa adalah materi refleksi, sedangkan untuk meneliti di
kelas XII tidak diperbolehkan karena mereka sudah harus fokus Ujian Nasional.
Beberapa penelitian terdahulu banyak yang membahas tentang penalaran
deduktif siswa maupun penelitian mengenai materi transformasi geometri.
Evidiasari dkk (2019) meneliti kemampuan penalaran induktif siswa SMA dalam
menyelesaikan masalah transformasi geometri, dan hasilnya bahwa setiap tahap
8
penalaran induktif hanya dapat dilakukan oleh siswa yang berkemampuan tinggi.
Sari (2019) meneliti penalaran deduktif dan induktif siswa dalam menyelesaikan
masalah matematika ditinjau dari adversity quotient dimana materi yang diangkat
adalah pola bilangan di tingkat sekolah menengah pertama dan diperoleh hasil
bahwa dalam menyelesaikan masalah matematika siswa yang memiliki adversity
quotient rendah dan sedang cenderung menggunakan penalaran induktif,
sedangkan siswa yang memiliki adversity quotient tinggi cenderung menggunakan
penalaran deduktif. Hermawan (2019) melakukan penelitian tentang profil
penalaran deduktif siswa SMA dalam menyelesaikan masalah trigonometri
ditinjau dari kecerdasan logis matematis, dan diperoleh hasil bahwa hanya siswa
SMA yang memiliki kecerdasan logis matematis tinggi dalam menyelesaikan
masalah trigonometri mampu memenuhi seluruh indikator penalaran deduktif
sedangkan yang memiliki kecerdasan logis sedang dan rendah hanya melakukan
beberapa tahapan penalaran deduktif.
Berdasarkan paparan di atas, masih dibutuhkan analisis tentang penalaran
deduktif siswa dalam menyelesaikan masalah matematika materi refleksi pada
transformasi geometri, karena dalam penelitian sebelumnya pada materi
transformasi geometri hanya dilakukan penelitian tentang penalaran deduktif pada
jenjang SMA, sedangkan sudah disebutkan bahwa penalaran ada dua jenis, yaitu
induktif dan deduktif. Selain itu, berdasarkan studi pendahuluan, penulis perlu
mengetahui lebih lanjut penyebab kurangnya penalaran deduktif siswa pada
materi transformasi geometri agar dapat memberikan saran lebih lanjut yang dapat
membantu guru untuk mengembangkan kemampuan penalaran deduktif siswa.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Analisis Penalaran Deduktif Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika
Materi Refleksi pada Transformasi Geometri”.
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang diangkat, maka peneliti dapat menarik
rumusan masalah, yaitu: bagaimana penalaran deduktif siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika materi refleksi pada transformasi geometri?
9
11
12
aturan atau rumus tertentu yang dimaksud, secara konseptual pada umumnya
tergolong berpikir matematik prosedural dan melaksanakan perhitungan rutin,
namun perhitungan yang dimaksudkan menggunakan permasalahan yang
tergolong sulit.
Rich & Thomas (2009:18) berpendapat bahwa proses pengambilan
kesimpulan secara deduktif memiliki tiga langkah, yaitu:
1) Making a general statement referring to a whole set or class of things,
artinya membuat pernyataan umum, yang mengacu pada keseluruhan
himpunan atau klasifikasi benda.
2) Making a particular statement about one or some of the members of the
set or class referred to the general statement, artinya membuat
pernyataan khusus tentang satu atau beberapa anggota himpunan atau
klasifikasi yang mengacu pada pernyataan umum.
3) Making a deduction that follows logically when the general statement is
applied to the particular statement, artinya membuat deduksi yang
dilakukan secara logis ketika pernyataan umum diterapkan pada
pernyataan khusus.
Sehingga indikator penalaran deduktif disajikan dalam tabel 2.1 berikut.
a. Definisi
M sumbux = [ 10 −10 ]
Pencerminan terhadap sumbu y (garis x=0 )
Misalkan titik A(a , b) dicerminkan terhadap sumbu yatau garis
dengan persamaan x = 0 akan menghasilkan koordinat bayangan A ' (a ' , b ' ).
Jika titik A(a , b) dicerminkan terhadap sumbu y (garis x=0) maka
bayangannya adalah A ’ (−a , b).
19
a −1 0
[] −a
Dituliskan A b M sumbuy 0 1 A ' b [
→
] [ ]
Dengan [−ab]=[−10 01][ ab ]
Pencerminan terhadap garis y=x
Jika titik A(a , b) dicerminkan terhadap garis y=x) maka bayangannya
adalah A ’ (b , a).
[ ab ] M A ' [ba]
Dituliskan A
→
y= x
b 0 1 a
Dengan [ ]=[
a 1 0 ][b ]
Dengan demikian pencerminan terhadap garis y=x ditunjukkan
dengan matriks
M y=x = 0 1
[ ]
1 0
Pencerminan terhadap garis y=−x
Jika titik A(a , b) dicerminkan terhadap garis y=−x) maka
bayangannya adalah A ’ (−b ,−a).
[ ab ] M A ' [−b
Dituliskan A
−a ]
→
y= x
−b 0 −1 a
Dengan [ ]=[
−a −1 0 ][ b ]
Dengan demikian pencerminan terhadap garis y=−xditunjukkan
dengan matriks
M y=x = 0 −1
[
−1 0 ]
Pencerminan terhadap garis x=h
Jika titik A(a , b) dicerminkan terhadap garisx=h) maka bayangannya
adalah A ’ (2 h−a , b).
Dituliskan A [ ab ] M →
y= x A ' 2 h−a
[ b ]
Pencerminan terhadap garis y=k
20
Dituliskan A [ ab ] M
→
y= x A' [2 ka− y ]
DAFTAR RUJUKAN
21
22
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pada penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
kualitatif. Moleong (2005:6) menuliskan, “penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll secara
holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.”
Sugiyono (2016:19) juga mengungkapkan, “penelitian kualitatif tidak melakukan
generalisasi tetapi lebih menekankan ke dalam informasi sehingga sampai pada
tingkat makna, yaitu data dibalik yang tampak.” Hal tersebut sejalan dengan yang
dikatakan Herdiansyah (2012:9), “penelitian dengan menggunakan pendekatan
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami subjek penelitian seperti perilaku, persepsi, tindakan, dan lain-
lain tanpa melakukan generalisasi terhadap apa yang didapat dari hasil penelitian.”
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Arikunto (2010:3)
mengatakan “penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk
menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal-hal lain yang sudah disebutkan, yang
hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.”
Jadi pada penelitian ini, peneliti mengkaji keadaan alamiah siswa yang
berhubungan dengan penalaran deduktif siswa dalam menyelesaikan masalah
refleksi pada transformasi geometri dengan mengumpulkan informasi dari subjek
penelitian. Data kualitatif pada penelitian ini adalah hasil jawaban siswa dari teks
soal refleksi pada transformasi geometri yang berbentuk uraian dan hasil
wawancara yang dilakukan peneliti terhadap siswa. Selanjutnya akan dilakukan
analisis terhadap hasil jawaban serta hasil wawancara terhadap siswa agar dapat
mendeskripsikan secara detail mengenai penalaran deduktif yang dimiliki siswa
tersebut.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian penalaran deduktif siswa dalam menyelesaikan masalah refleksi
pada transformasi geometri akan dilaksanakan di SMA Panjura Malang yang
25
terletak di Jl. Kelud No. 9, Kauman, Kecamatan Klojen, Kota Malang, Jawa
Timur. Proses pengambilan data dilakukan pada siswa kelas XI MIPA SMA
Panjura Malang. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 17Maret sampai
31Maret 2020 pada semester genap tahun ajaran 2019/2020
3.3 Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI MIPA 1 SMA
Panjura Malang. Penentuan subjek dilakukan saat peneliti mulai memasuki lokasi
penelitian dan selama penelitian berlangsung. Hal ini dilakukan untuk memilih
siswa tertentu yang dipertimbangkan dapat memberikan data yang diperlukan
peneliti.
Pemilihian subjek penelitian dilakukan dengan cara memberikan lembar
tes berupa masalah matematika materi refleksi pada siswa. selanjutnya siswa
menyelesaikan tes penalaran deduktif secara individu. Apabila siswa tersebut
menuliskan penyelesaian secara rinci dan jelas, siswa tersebut menjadi calon
subjek penelitian. Secara umum. Langkah-langkah pemilihan subjek terdapat pada
Gambar 3.1.
26
27
dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1994). Untuk penjelasan dari masing-
masing langkah-langkah adalah sebagai berikut.
1. Mereduksi Data
Mereduksi data merupakan serangkaian proses kegiatan yang tak terpisah
dari analisis. Kegiatan reduksi data diantaranya meliputi menyeleksi,
memfokuskan, dan menyederhanakan data yang diperoleh. Dari semua data
terkumpul, yaitu berupa hasil pekerjaan siswa dalam menyelesaikan lembar tes
penalaran dediuktif dan hasil wawancara dari masing-masing subjek penelitian,
selanjutnya direduksi sehingga peneliti dapat membuat suatu kesimpulan yang
dapat diterima dan dipertanggungjawabkan.
2. Menyajikan Data
Penyajian data merupakan tahapan penting berikutnya dalam analisis
setelah reduksi data dilakukan. Penyajian data ini dimaksudkan sebbagai sususnan
informaso-informasi secara runtut dan jelas yang memungkinkan dapat digunakan
peneliti sebagai dasar dalam pengambilan suatu kesimpulan. Dari hasil reduksi
data yang terkumpul dapat disajikan suatu data salam bentuk teks naratif.
3. Menarik Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan tahapan penting berikutnya dalam
analisis setelah penyajian data. Mulai dari awal pengumpulan data, peneliti
menyimpan dugaan-dugaan dan selanjutnya memverifikasi dugaan-dugaan
tersebut sehingga diperoleh keterangan-keterangan (data) baru, dan pada akhirnya
diambil suatu kesimpulan berdasarkan semua data yang telah diperolehnya.
Penarikan kesimpulan ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan makna data
yang telah disajikan.
3.8 Prosedur Penelitian
Tahapanyang dilakukan dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Studi pendahuluan, meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. Mengurus perizinan kepada pihak sekolah.
b. Pengumpulan data awal.
2. Tahap persiapan, meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. Menyusun rancangan penelitian.
30
DAFTAR RUJUKAN