Abstract
The aims of this study is to describe the misconceptions experienced by the
students and the causes on the material of pure fraction count operation and
mixed fractions in class VIII SMP LKIA Pontianak. The research method used is
descriptive with case study research. Subjects in this study amounted to 6 students
of grade VIII SMP LKIA Pontianak who experienced misconception on the
fractional material. The data collection tools used are multiple choice questions,
and interviews. Test questions are given to explore whether misconceptions are
occurring, and interviews are conducted to extract information from students as
a whole and in depth based on student test results. The results of this study
indicate misconceptions experienced by students are misperception of
generalization, misconception of notation, and misconception of calculation. The
causes of misconceptions experienced by students are caused by: 1) incomplete
understanding such as incomplete records; 2) the student's own thinking is like a
student's thinking which assumes that the sum of the fractions is equal to the sum
of integers, the student's thinking which assumes that the sum of integers is the
same as the multiplication of fractional numbers, the student's thinking which
assumes that there is no sign.
Keywords: Misconception, Fraction.
6
Selanjutnya siswa melakukan Berikut contoh miskonsepsi yang
penjumlahan dengan menjumlahkan dilakukan siswa :
pembilang dengan pembilang dan 2 4 2 14
1) − 7 + (−2 5)= − 35 + (− 35)=
penyebut dengan penyebut Hasil 16
5 − 35
akhir nya didapat 1 9 karena siswa
Sebanyak satu siswa (H)
tidak dapat menyederhanakan 16
bilangan pecahan sehingga memilih menjawab − 35, jawaban tersebut
pilihan jawaban yang disediakan oleh tidak ada dipilihan yang dibuat oleh
peneliti. Sehingga miskonsepsi yang peneliti. alasan siswa mengubah
dialami siswa tersebut dapat pecahan campuran menjadi pecahan
dikategorikan ke dalam miskonsepsi biasa dan langsung menyamakan
penggeneralisasian. penyebut nya tanda membuatnya
b. Miskonsepsi yang dilakukan siswa menjadi pecahan yang senilai dengan
pada soal nomor 7. pecahan sebelumnya, kemudian
Berikut contoh miskonsepsi yang siswa menjumlahkan pecahan
dilakukan siswa : tersebut dengan cara menjumlahkan
2 2 2 6 3 pembilangnya saja karena
1) + (−1 )= + (− ) = −
4 4 4 4 4 penyebutnya sudah sama. Sehingga
Sebanyak satu siswa (K)
3 miskonsepsi yang dialami siswa
menjawab − 4, atau memilih jawaban tersebut dapat dikategorikan ke
“b” dengan alasan siswa siswa tidak dalam miskonsepsi
dapat melakukan perhitungan dengan penggeneralisasian.
benar. Sehingga miskonsepsi yang 3. Miskonsepsi Siswa Pada penjumlahan
dialami siswa tersebut dapat pecahan campuran
dikategorikan ke dalam miskonsepsi Miskonsepsi yang dilakukan siswa
perhitungan. dalam menyelesaikan soal materi
3 2 3×4 2×4 penjumlahan dua pecahan campuran
2) 4 + (−1 4)=4×4 + (1 4×4)
12 8 20 5 didefenisikan sebagai berikut:
= 16 + 16 = 16 = 14 a. Miskonsepsi yang dilakukan siswa
Sebanyak satu siswa (SHV) pada soal nomor 9.
5 Berikut contoh miskonsepsi yang
menjawab 1 , jawaban tersebut tidak
4 dilakukan siswa :
ada dipilihan yang dibuat oleh 3 3 11 27 298 8
peneliti. alasan siswa yakni dengan 1) 1 + 3 = × = :
8 8 8 8 64 8
3
cara mengalikan pembilang dan = 28
penyebut nya dengan 4. Kemudian Sebanyak satu siswa (NP)
dari hasil penjumlahan pecahan 3
tersebut dibagi siswa dengan 4, dan menjawab 2 8 atau memilih jawaban
siswa menyisipkan kembali bilangan “c” dengan alasan siswa mengubah
bulat pada salah satu pecahan tetapi pecahan campuran menjadi pecahan
tanpa menuliskan kembali tanda biasa, dengan operasi hitung yang
negatif yang menunjukan bilangan berubah pula menjadi operahi hitung
tersebut bahwa bilangan negatif. perkalian, siswa salah dalam
sehingga miskonsepsi yang dialami mengalikan pembilang dengan
siswa tersebut dapat dikategorikan ke pembilang (11×27=298). Kemudian
dalam miskonsepsi notasi dan siswa menyederhanakan hasil dari
penggeneralisasian. perkalian pecahan tersebut dengan
8
c. Miskonsepsi yang dilakukan siswa cara membagi nya dengan 8
pada soal nomor 8. 3
menghasilkan 28. Dan siswa kembali
7
mengalami kesalahan dalah Berikut contoh miskonsepsi yang
perhitungan lagi, karena tidak dapat dilakukan siswa :
menyederhanakan pecahan tersebut. 5 1 5×3 1×3 15
1) −2 6 + 1 3 = −2 6 + 1 3 = 18
Sehingga miskonsepsi yang dialami 6 21 3 7
siswa tersebut dapat dikategorikan ke + 18 = 18 : 3 = 6
dalam miskonsepsi Sebanyak satu siswa (SHV)
penggeneralisasian dan miskonsepsi 7
menjawab 6 dengan memilih jawaban
perhitungan. 1
3 3 11 27 38 3 “a” yaitu -1 dengan alasan dan
2) 1 8 + 3 8 = 8 + 8 = 8 = 48 2
memilih jawaban yang berbeda. alasan
Sebanyak satu siswa (K)
3 siswa mengubah pecahan campuran
menjawab 4 8 atau memilih jawaban dengan cara mengalikan pembilang
“d” dengan alasan siswa mengubah dengan penyebut pecahan yang akan
pecahan campuran menjadi pecahan dijumlahkan, Kemudian siswa
biasa, Kemudian siswa menyederhanakan hasil dari perkalian
menjumlahkan pembilang dengan pecahan tersebut dengan cara
pembilang dan penyebutnya tetap 3
membagi nya dengan 3 menghasilkan
karena penyebut nya sudah sama. 7
Hasil dari penjumlahan siswa 6
.Sehingga miskonsepsi yang dialami
sederhanakan. Pada saat siswa tersebut dapat dikategorikan ke
menyederhanakan pecahan, siswa dalam miskonsepsi
38 penggeneralisasian.
melakukan salah perhitungan ( 8 5 1 4
3 2) −2 6 + 1 3 = −1 9
disederhanakan menjadi 4
8 Sebanyak dua siswa (H dan K)
6
seharusnya 48). Ketidakmampuan 4
menjawab −1 9 dengan memilih
berhitung siswa dengan benar
jawaban “c” alasan siswa karena
sehingga membuat siswa menjumlahkan bilangan bulat (-2 + 1 =
dikategorikan mengalami
-1), menjumlahkan pembilang dengan
miskonsepsi perhitungan.
3 3 3 3 pembilang ( -5 + 1 = 4), menjumlahkan
3) 1 8 + 3 8 = 4 8 = 28 penyebut dengan penyebut (6 + 3 = 9).
Sebanyak satu siswa (MC) 4
Sehingga didapat hasil −1 9. Jawaban
3
menjawab 2 8 atau memilih jawaban siswa tersebut tidak sesuai dengan
“c” dengan alasan siswa siswa konsepsi para ahli sehingga
menjumlahkan bilangan bulatnya dikategorikan mengalami miskonsepsi
saja karena pecahannya sudah sama yaitu miskonsepsi penggeneralisasian.
3
sehingga menghasilkan 4 8.
Kemudian siswa menyederhanakan
SIMPULAN DAN SARAN
nya dengan cara membagi pada
Simpulan
bagian bilangan bulatnya saja dengan
3 Dari data tersebut diperoleh bahwa
2 sehingga menghasilkan 2 8. siswa paling banyak mengalami miskonsepsi
Sehingga miskonsepsi yang dialami dalam menjumlahkan dua pecahan murni
siswa tersebut dapat dikategorikan ke yaitu sebanyak 6 siswa. Adapun bentuk
dalam miskonsepsi miskonsepsi yang dialami siswa adalah:
penggeneralisasian dan miskonsepsi Bentuk miskonsepsi yang dialami
perhitungan. adalah miskonsepsi penggeneralisasian.
b. Miskonsepsi yang dilakukan siswa Sebanyak empat siswa menjawab bahwa
pada soal nomor 11. penjumlahan dua pecahan dengan
8
menjumlahkan pembilang dengan pembilang Saran
dan penyebut dengan penyebut. Seorang Disarankan bagi mahasiswa yang ingin
siswa menjawab bahwa penjumlahan dua melanjutkan penelitian ini untuk melakukan
pecahan murni dengan mengalikan wawancara kepada lebih banyak siswa dari
pembilang dengan pembilang dan yang peneliti wawancara sekarang sehingga
mengalikan penyebut dengan penyebut. lebih mendapatkan informasi yang terpercaya
Seorang siswa menganggap bahwa dan melakukan wawancara selengkap-
penjumlahan dua pecahan murni adalah lengkapnya agar memahami bentuk
dengan cara mengalikan pembilang dan miskonsepsi dan penyebab miskonsepsi
penyebut dengan penyebut yang akan secara lebih mendalam. Peneliti selanjutnya
dijumlahkan dengan pecahan tersebut. Siswa juga dapat menggunakan alat pendeteksi
beranggapan seperti ini dikarenakan siswa miskonsepsi yang lain nya seperti Three Trial
tidak memiliki pemahaman yang lengkap Test.
terhadap penjumlahan dua pecahan murni.
Siswa tidak memiliki catatan yang lengkap DAFTAR RUJUKAN
dan siswa terlalu terpaku pada ingatan Ashlock. 2008. Misconception and Error
penjumlahan bilangan bulat sehingga siswa Pattern. (Onlne).
mengganggap bahwa cara/konsep yang http://ptgmedia.pearsoncmg.com/im
dipergunakan sama dengan cara/konsep ages/9780135009109/downloads/As
penjumlahan bilangan bulat Siswa keliru hlock_Chl_MisconceptionsandError
dalam menyimpulkan konsep sehingga siswa Patterns.pdf. Diakses tanggal 13
mengalami miskonsepsi (1) satu siswa maret 2017.
mengalami miskonsepsi notasi. Siswa LEARN. 2008. Algebra: Some Common
mengganggap bahwa notasi tanda pada Misconceptions.
bilangan pecahan tidak bermakna. Hal ini (Online).(http://www.learnquebee.ca
diduga karna siswa penalarannya tidak secara /export/sites/learn/en/content/curricu
lengkap sehingga membuat notasi tanda pada lum/mst/documents/algemise.pdf,
bilangan pecahan itu tidak bermakna, (2) diakses 19 april 2016
Sebanyak dua siswa mengalami miskonsepsi Nawawi, Hadari. 2012. Metode Penelitian
perhitungan. Siswa ada yang menganggap Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah
bahwa perhitungan antar bilangan negatif Mada University Press.
dengan negatif menghasilkan bilangan Ormrod, Jeane. 2009. Psikologi Pendidikan:
positif. Hal ini diduga karena siswa Membantu Siswa Tumbuh dan
menganggap bahwa penjumlahan dua Berkembang: (Penterjemah: Wahyu
bilangan negatif sama seperti perkalian dua Indianti, dkk). Jakarta: Erlangga
bilangan negatif. Suparno, P. 2013. Miskonsepsi dan
Berdasarkan hasil dari pembahasan, Perubahan Konsep dalam
penyebab miskonsepsi yang dialami siswa Pendidikan Fisika. Jakarta:
dikelas VIII SMP LKIA Pontanak adalah: Grasindo.
1. Pemikiran siswa yang menganggap
bahwa penjumlahan pecahan sama
seperti penjumlahan bilangan bulat