Kegiatan Belajar 1
A. IDENTIFIKASI ABK
Identifikasi adalah proses untuk menemukan adanya gejala kelainan pada siswa. Tujuan utama
identifikasi adalah mengenal atau menemukan anak yang menyandang kelainan dan jenis kelainan
yang disandangnya. Identifikasi didasarkan pada pada asumsi bahwa anak-anak yang menyandang
kelainan menunjukkan penampilan atau perilaku yang sedikit banyak berbeda dari yang semestinya.
Beberapa perilaku tampak sangat nyata berbeda, misalnya pada anak yang menyandang gangguan
penglihatan, tuna daksa dan ganngguan pendengaran. Guru harus mampu mengamati anak secara
cermat, dan menguasai jenis perilaku yang ditampilkan oleh masing-masing jenis ABK. Perilaku atau
penampilan inilah harus diamati sebagai dasar untuk melakukan deteksi atau diidentifikasi. Untuk
mencapai tujuan ini berbagai teknik dapat diterapkan.
1. Teknik Observasi
Teknik observasi merupakan teknik yang paling banyak digunakan dalam melakukan
identifikasi. Agar observasi yang kita lakukan dapat membantumunculnya dugaan (jika memang ada)
bahwa seorang anak menderita kelainan kita perlu melengkapi diri dengan lembar observasi
meskipun sifatnya sangat informal. Lembar observasi ini dapat dibuat sendiri dengan cara
mencantumkan karakteritik fisik ABK dari semua jenis sebagai indikator perilaku.
2. Teknik Wawancara
Setelah melakukan observasi, ada kemungkinan kita belum dapat membuat dugaan apakah
anak tersebut mempunyai kelainan atau tidak karena data yangkita kumpulkan kurang lengkap.
Untuk melengkapinya kita dapat melakukan wawancara dengan orang tua siswa, teman-teman anak
tersebut atau dengan guru lain. Untuk memudahkan wawancara orang tua siswa, guru dapat
menggunakan lembar observasi sebagai acuan bahkan guru dapat memberikan lembar observasi
tersebut pada orang tua siswa sehingga orang tua menyadari kelainan yang mungkin muncul pada
anaknya.Wawancara tentu sajadifokuskan pada data yang telah diperoleh karena tujuan memang
apakah dugaan kita benar atau salah.
3. Tes Sederhana
Tes Sederhana yang dibuat sendiri oleh guru, baik berupa tes perbuatan maupun tes tertulis
dapat digunakan untuk mengidentifikasi munculnya kelainan pada anak-anak di kelas. Misalnya kita
melihat anak sering memimiringkan kepalanya ke arah sumbersuara, kita dapat memberikan
beberapa perintah lisan dan melihat reaksi anak tersebut. Kita dapat pula memberikan tes membaca
singkat untuk mengidentifikasikan apakah anak mempunyai kesulitan belajar membaca atau kita
dapat menyuruh siswa menulis sesuatu untuk melihat apakah dia mempunyai kesulitan belajar
menulis. Dari berbagai teknik identifikasi di atas, tentu sudah dapat kita simpulkan bahwa
indentifikasi atau sering disebut deteksi adanya kelainan dapat dilakukan guru jika guru mempunyai
wawasan yang memadai tentang karakteristik ABK.
B. ASESMEN
Asesman berasal dari bahasa inggris yaitu assessment, yang secara harfiah berarti penafsiran
atau penilaian. Dalam kaitannya dengan ABK, asesmen dapat diartikan sebagai penilai atau menaksir
kemampuan yang dimiliki oleh anak sehingga hasil asesmen dapat digunakan untuk menaksir
bantuan yang diperlukan oleh anak tersebut.
McLaughlin & Lewis (1985 :5), mengutip definisi dari Wallace & McLaughlin sebagai berikut.
Education assessment of the handicapped is a “systematic process of asking educational relevant
questions about a student’s learning behaviour for the purpose of placement and instruction”.
Secara lengkap definisi diatas menyatakan bahwa asesmen pendidikan bagi ABK adalah satu
proses yang yang sistematis dalam mengajukan pertanyaan pendidikan yang relevan tentang
perilaku belajar seorang siswa dengan tujuan penempatan dan pembelajaran.
Informasi yang diperoleh dari asesmen digunakan untuk menempatkan anak pada sekolah atau
kelas yang sesuai, serta mengembangkan program pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan
anak tersebut.
Ada 5 butir Kode Etik yang harus dipegang teguh dalam melakukan asesmen, sebagaimana yang
diungkapkan oleh McLaughlin & Lewis (1985 : 608) yaitu :
Dengan menyimak kode etik di atas, tentu kita dapat memahami betapa ketatnya asesmen
tersebut harus dilakukan. Keketatan ini kita pahami kita kaitkan dengan pemanfaatan hasil asesmen.
Hasil yang keliru akan membawa bencana bagi anak.
Asesmen merupakan tindak lanjut dari identifikasi. Jika identifikasi menghasilkan dugaan bahwa
seorang siswa menyandang kelainan tertentu, misalnya kesulitan belajar menulis untuk mengetahui
kejelasan dugaan tersebut, kita perlua melakukan asesmen. Dari asesmen yang dilakukantersebut
diharapkan mendapatkan informasi yang akurat tentang perilaku/kemampuan anak tersebut yang
sekaligus merupakan informasi tentang tingkat kelainan yang disandang yang selanjutnya mengacu
kepada kebutuhan siswa akan bantuan khusus. Inilah yang merupakan tujuan asesmen.
Kegiatan Belajar 2
Kebutuhan layanan bagi ABK tentu berbeda-beda dan bersifat sangat unik, artinya kebutuhan
antara satu ABK dengan ABK lain hamper tidak ada yang sama. Hasil asesmen merupakan rujukan
utama untuk menentukan kebutuhan layana pendidikan bagi ABK. Hasil asesmen haruslah
ditafsirkan oleh tim asesmen. Penafsiran hasil asesmen dapat dilakukan bersama dengan kolega (tim
guru lain), kepala sekolah atau dengan teman guru Pendidikan Untuk melakukan penafsiran hasil
asesmen, rambu-rambu berikut dapat kita jadikan acuan yaitu :
1. Tujuan asesmen adalah mengukur atau menafsirkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa
dalam bidang yang kita duga ia mengalami masalah/kelainan. Oleh karena itu, penafsiran
hasil asesmen harus selalu mengacu kepada tujuan tersebut.
2. Hasil asesmen akan digunakan untuk mengembangkan program bantuan/program
pembelajaran bagi anak tersebut.
3. Penafsiran terutama didasarkan pada informasi yang relevan, sedangkan informasi lain
hanya digunakan sebagai penunjang.
Dari penafsiran hasil asesmen, kita kemudian dapat memperkirakan atau menfasirkan
kebutuhan layanan pendidikan yang diperlukan oleh siswa bersangkutan.Agar perkiran atau
penafsiran dapat berlangsung terarah, langkahlangkah pertimbangan dalam penafsiran kebutuhan
layanan pendidikan adalah :
a. Mengalami kesulitan dalam memenggal kata sehingga dia mengucapkan kata yang terdiri
dari tiga suku kata atau lebih dengan penggalan yang salah.
b. Mempunyai kesulitan membaca vocal ganda, seperti baik, biak dan buah sehingga kata-kata
tersebut dibaca dengan yang salah
c. Mendapat kesulitan dalam memahami isi bacaan dan menebak kata dari konteks sehingga
hanya dapat menjawab lima kata dari 36 kata yang ditebaknya.
Siswa kelas 3 semestinya sudah mampu membaca kata dengan lancar dan pemenggalan yang
benar, mengucapkan vocal ganda dengan benar, serta semestinya sudah mampu memahami isi
bacaan sederhana sehingga dia dapat menebak kata-kata tertentu dari konteks bacaan atau kalimat.
Berdasarkan kesenjangan ini, Tedi memerlukan bantuan atau layanan khusus dalam :
a. Memenggal kata, terutama untuk kata-kata yang terdiri dari tiga suku kata atau lebih.
b. Membaca vocal ganda atau dua vocal yang tidak diselengi oleh konsonan.
c. Memahami isi bacaan serta menebak kata dari konteks.
Contoh 2. Hasil asesmen menunjukkan bahwa Rita mendapat kesulitan belajar menulis
a. kesulitan membedakan bentuk huruf sehingga ia menuliskan huruf a, u dan o dengan bentuk
yang hamper sama, demikian pula bentuk huruf e dan l.
b. kesulitan dalam memelihara jarak huruf dan jarak kata sehingga tulisan yang dibuatnya
menunjukkan jarak huruf dan jarak kata yang tidak teratur.
c. kesulitan dalam ejaan sehingga banyak kata yang salah eja, termasuk menambah dan
mengurangi atau menukar huruf sehingga tulisannya banyak yang salah eja.
Siswa Kelas 1 SD Cawu 3 semestinya sudah mampu menulis huruf dengan bentuk yang benar
serta mampu memelihara jarak huruf dan jarak kata, tapi kenyataannya Rita belum mampu
menguasai kemampuan tersebut.Rita memerlukan bantuan layanan pendidikan seperti :
a. Rita memerlukan bantuan dalam membedakan bentuk huruf serta menggambar huruf.
b. Rita memerlukan bantuan dalam membuat jarak yang tetap antar huruf dan antarkata
c. Rita memerlukan bantuan dalam mengeja kata dan membedakan bunyi yang dibandingkan
oleh setiap huruf.
Anak normal seusia Irman semestinya mampu memahami perintah lisan dengan cepat dan tidak
menunjukan gerak-gerak yang mencurigakan. Namun kenyataannya Irman sering menunjukan
gerak-gerak yang mencurigakan dan tidak mampu memahami perintah lisan secara cepat.
Berdasarkan tafsiran dan fakta-fakta tersebut, kita dapat memperkirakan bahwa bantuan layanan
yang dibutuhkan oleh Irman adalah layanan yang berkaitan dengan asesmen untuk gangguan
pendengarannya dan upaya untuk mengatasinya.
Contoh 4Trini mendapat kesulitan dalam mengisi waktu luang setelah selesai mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan sehingga ia menjadi pengganggu teman-temannya. Hal ini disebabkan
kemampuan Trini yang melebihi teman-temannya. Padahal untuk ukuran anak normal, tugas-tugas
yang diberikan oleh guru sesuai Dengan waktu yang disediakan untuk menyelesaikannya.
Berdasarkan hasil asesmen dan kesenjangan tersebut kita dapat menafsirkan bahwa Trini
memerlukanbantuan dalam mengisi waktu luang.
Tafsiran yang kita buat di atas merupakan acuan bagi kita untuk merancang program.
B. MENGEMBANGKAN PROGRAM LAYANAN PENDIDIKAN
Hasil asesmen dan segala usaha untuk menafsirkan kebutuhan layanan pendidikan bagi ABK
yang ada di kelas tidak aka ada artinya, jika tidak kita tindak lanjuti dengan pengembangan program.
Idealnya pengembangan program ini dilakukan oleh sebuah tim yang menangani anak ini sejak tahap
identifikasi. Program yang disusun adalah Program Pengajaran Individual (PPI) karena memang
program tersebut diperuntukan bagi anak secara individual. Keputusan untuk mengembangkan PPI
bagi anak tertentu haruslah benar-benar didasarkan pada kebutuhan anak yang tidak mungkin akan
terpenuhi jika tidak diberikan layanan pendidikan secara individual.
C. PELAKSANAAN PROGRAM
Sebelum pelaksanaan program, ada beberapa hal yang berkaitan dengan pelaksanaan program
perlu dipersiapkan, antara lain :
Program yang telah dilaksanakan haruslah dinilai keefektifannya misalnya pada Tedi. Penilaian
terutama ditekankan pada dampak program terhadap Tedi, berdasarkan hasil observasi / catatan
setiap latihan dan hasil tes akhir. Kemungkinan penilaian / pertimbangan yang dapat kita lakukan
untuk setiap komponen program, antara lain :
Dengan mengajukan pertimbangan seperti diatas dan menelaah hasil observasi dan catatan
pada setiap latihan, kita dapat menetapkan keefektifan program.