Anda di halaman 1dari 35

MODUL 1-4

PEMBELAJARAN IPA SD

RESUM

PGDK 4202
PEMBELAJARAN IPA di SD
MODUL 1 s/d MODUL 4

OLEH :
NURHIDAYAH
NIM. 858417705

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PGSD BI (PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR)
UNIVERSITAS TERBUKA
2021
MODUL 1-4
PEMBELAJARAN IPA SD

Modul 1
TEORI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA SD

KB. 1

Teori Piaget dan Penerapannya dalam Pembelajaran IPA SD

A. TEORI PIAGET

Teori Piaget mempunyai nama lengkap Jean Piaget, lahir di Swiss tepatnya di
Neuchatel pada tahun 1896. Semenjak kecil Piaget tertarik dengan masalah
biologi terutama tentang hewan (zoologi). Pada usia 11 tahun beliau telah
menulis karya ilmiah tentang burung pipit yang albino (mempunyai warna
putih/tidak mempunyai zat warna kulit pada seluruh badannya). Pada usia antara
15 sampai 18 tahun beliau banyak menulis tentang hewan berbadan lunak
(moluska) seperti siput terutama tentang perbedaan struktur susunan tubuhnya
yang dihubungkan dengan lingkungan di mana hewan tersebut hidup. Setelah
selesai belajar tentang hewan, Piaget beralih ke struktur yang lainnya, bukan
struktur tubuh hewan melainkan struktur mental yang menurut beliau sangat
penting dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungannya seperti juga terjadi
pada struktur tubuh hewan yang beliau pelajari sebelumnya.
Semenjak kecil Jean Piaget tertarik pada bermacam-macam struktur tubuh
makhluk hidup yang memungkinkannya untuk beradaptasi dengan
lingkungannya. Pada awalnya beliau mempelajari struktur fisik dan dilanjutkan
mempelajari struktur mental. Piaget menamakan struktur mental tersebut
sebagai schema, di mana schema juga merupakan unsur yang penting untuk
beradaptasi seperti pada struktur fisik. Piaget menghabiskan masa hidupnya
untuk menjelaskan tahap-tahap yang bervariasi dari organisasi mental. Melalui
proses asimilasi, anak menggunakan schema lama untuk memperoleh informasi
baru.
Melalui proses akomodasi, schema awal berubah untuk menyesuaikan dengan
pengalaman-pengalaman anak. Sebagai hasil dari dua proses tersebut schema
pada anak berkembang menjadi lebih kompleks untuk mengatur keselarasan
kegiatannya di dunia. Piaget membagi perkembangan mental anak menjadi
empat tahapan. Secara ringkas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tahap Perkiraan Usia Ciri-ciri Khusus


Sensori motor 0 - 2 tahun kecerdasan motorik
(gerak) dunia (benda)
yang ada adalah yang
tampak tidak ada bahasa
pada tahap awal
Pre-operasional 2 - 7 tahun berpikir secara egosentris
alasan-alasan didominasi
oleh persepsi lebih
banyak intuisi daripada
MODUL 1-4
PEMBELAJARAN IPA SD

pemikiran logis belum


cepat melakukan
konservasi
Konkret Operasional 7 - 11 atau 12 tahun Dapat melakukan
konservasi logika tentang
kelas dan hubungan
pengetahuan tentang
angka berpikir terkait
dengan yang nyata
Formal Operasional 7 - 11 atau 12 tahun 14 pemikiran yang sudah
tahun atau 15 tahun lengkap pemikiran yang
proporsional kemampuan
untuk mengatasi
hipotesis perkembangan
idealisme yang kuat

Menurut Piaget, ada sedikitnya tiga hal yang perlu diperhatikan oleh guru
dalam merancang pembelajaran di kelas, terutama dalam pembelajaran IPA.
Ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut :
1. seluruh anak melewati tahapan yang sama secara berurutan;
2. anak mempunyai tanggapan yang berbeda terhadap suatu benda atau
kejadian;
3. apabila hanya kegiatan fisik yang diberikan kepada anak, tidaklah cukup
untuk menjamin perkembangan intelektual anak.

B. PENERAPAN TEORI PIAGET DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SD

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan pembelajaran di kelas


antara lain bahwa Piaget beranggapan anak bukan merupakan suatu botol
kosong yang siap untuk diisi, melainkan anak secara aktif akan membangun
pengetahuan dunianya. Satu hal lagi, teori Piaget mengajarkan kita pada suatu
kenyataan bahwa seluruh anak mengikuti pola perkembangan yang sama tanpa
mempertimbangkan kebudayaan dan kemampuan anak secara umum. Hanya
umur anak di mana konservasi muncul sering berbeda. Poin yang penting ini
menjelaskan kita mengapa pembelajaran IPA di SD banyak menggunakan
percobaan-percobaan nyata dan berhasil pada anak yang lemah dan anak yang
secara kebudayaan terhalangi. Penerapan selanjutnya adalah guru harus selalu
ingat bahwa anak menangkap dan menerjemahkan sesuatu secara berbeda.
Sehingga walaupun anak mempunyai umur yang sama tetapi ada kemungkinan
mereka mempunyai pengertian yang berbeda terhadap suatu benda atau kejadian
yang sama. Jadi seorang individu anak adalah unik (khas).
Implikasi lainnya yang perlu diperhatikan, bahwa apabila hanya kegiatan
fisik yang diterima anak, tidak cukup untuk menjamin perkembangan intelektual
anak yang bersangkutan. Ide-ide anak harus selalu dipakai. Piaget memberikan
contoh sementara beliau menerima seluruh ide anak, beliau juga mempersiapkan
pilihan-pilihan yang dapat dipertimbangkan oleh anak. Jadi guru harus selalu
secara tidak langsung memberikan idenya tetapi tidak memaksakan
MODUL 1-4
PEMBELAJARAN IPA SD

kehendaknya. Dengan demikian anak akan menyadari bagaimana anak tersebut


bisa mendapatkan idenya. Dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk
menilai sumber ideidenya akan memberikan kesempatan pada mereka untuk
menilai proses pemecahan masalah. Hal ini juga perlu dilakukan di dalam kelas.
Sebagai contoh, apabila kelas telah menyelesaikan suatu masalah, sebaiknya
guru menanyakan kembali kepada siswa tentang cara mendapatkan jawaban
tersebut. Dengan demikian guru lebih membantu anak dalam proses
perkembangan intelektualnya. Dari pembahasan inilah, terlihat bahwa proses
pembelajaran di kelas menurut Piaget harus meletakkan anak sebagai faktor
yang utama. Hal ini sering disebut sebagai pembelajaran yang berpusat pada
anak (child center).

C. CONTOH PEMBELAJARAN IPA DI SD BERDASARKAN TEORI


PIAGET

Berikut contoh rancangan pembelajaran secara garis besar.

Konsep yang diajarkan Udara mempunyai sifat-sifat tertentu


dan banyak kegunaannya bagi
kehidupan manusia
Sub-Konsep Udara yang bergerak mempunyai
tekanan yang lebih rendah daripada
udara diam
Metode Eksperimen.
Alat dan bahan yang digunakan 1. dua bola pingpong (tenis meja);
2. benang;
3. kayu, kira-kira 30 cm.
Cara kerja 1. Ikatlah kedua bola pingpong
dengan benang yang ada.
2. Ikatkan kedua ujung benang secara
berdekatan pada kayu yang telah
disediakan, sehingga tampak
seperti gambar berikut.

3. Peganglah salah satu ujung kayu


dan tiuplah kuat-kuat persis di
tengahtengah antara kedua bola
pingpong yang tergantung.
4. Amati apa yang terjadi
MODUL 1-4
PEMBELAJARAN IPA SD

KB 2

MODEL BRUNER dan PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN IPA


SD
A. MODEL BELAJAR BRUNER

Bruner menganggap bahwa belajar dan persepsi merupakan suatu kegiatan


pengolahan informasi yang menemukan kebutuhan-kebutuhan untuk mengenal
dan menjelaskan gejala yang ada di lingkungan kita. Kegiatan ini meliputi
pembentukan kategori-kategori (konsep) yang dihasilkan melalui
pengabstraksian dari kesamaan kejadian-kejadian dan pengalamanpengalaman.
Suatu konsep merupakan suatu kategori. Dikatakan demikian karena kategori
atau konsep merupakan perwakilan benda atau kejadian yang mempunyai
persamaan. Jadi kategori adalah suatu ketentuan untuk mengelompokkan benda-
benda atau kejadian yang sama atau ekuivalen, sebab apabila dua buah objek
dimasukkan ke dalam kategori yang sama, implikasinya mereka itu sama, paling
tidak kalau dipandang dari beberapa segi. Sebagai suatu ketentuan, kategori
mempunyai spesifikasi karakteristik yang penting dari benda-benda atau
kejadian-kejadian yang ada di dalamnya. Spesifikasnya antaralain :

1. atribut yang harus dimiliki oleh suatu objek. Atribut adalah ciri atau
karakteristik yang dimiliki oleh suatu objek,
2. cara penentuan atribut-atribut yang ada atau penggabungan,
3. pentingnya ragam atribut; ada yang sendiri atau kombinasi dari atribut,
4. batas bagi penerimaan nilai (value) dari atribut tersebut. Nilai adalah
keragaman yang ada pada suatu atribut.
Bruner beranggapan bahwa interaksi kita dengan lingkungan sekeliling kita
selalu menggunakan kategori-kategori. Aktivitas-aktivitas seperti persepsi,
konseptualisasi, dan pengambilan keputusan, semuanya dapat dijelaskan dari
sudut pandang pembentukan dan penggunaan kategori. Pembentukan dan
penggunaan kategori ini bukan hanya bermanfaat tetapi juga penting untuk
mempelajari dan berinteraksi dengan sekeliling kita. pengkategorisasian
mempunyai beberapa keuntungan, antara lain ;
1. mengurangi kompleksitas dari benda atau kejadian di sekitar kita.
2. mengurangi keharusan untuk selalu belajar
3. memberikan arahan dan tujuan terhadap aktivitas kita
4. memberikan kesempatan kepada kita untuk menghubungkan objek
dengan kelas dari kejadian alam.
Menurut Eisler dan Eisler (1993) Bruner merupakan salah satu ahli psikologi
yang paling berhasil dalam menerapkan prinsip-prinsip yang di kembangkan
oleh Piaget. Teori Bruner tentang cara seorang anak memperoleh dan
MODUL 1-4
PEMBELAJARAN IPA SD

memproses informasi baru sejajar dengan apa yang Piaget. Anak tumbuh
melalui dikemukakan tahapan-tahapan yang berbeda.
Penentuan tahapan ini didasarkan pada penampilan mentalnya. Ada tiga tahap
penampilan mental yaitu:
1. tahap penampilan mental enaktif. Tahap penampilan enaktif sejajar
dengan tahap sensori motor pada Piaget, di mana anak pada
dasarnya mengembangkan keterampilan motorik dan kesadaran
dirinya dengan lingkungannya.
2. tahap ikonik, penampilan mental anak sangat dipengaruhi oleh
persepsinya; di mana persepsi tersebut bersifat egosentris dan tidak
stabil. Mereka belum mengembangkan kontrol pada persepsinya
yang memungkinkan mereka melihat dirinya sendiri dengan suatu
pola yang tetap. Kalau disejajarkan dengan teori Piaget maka
tahapan ini sejajar dengan tahapan pre-operasional. Ketika
mekanisme kontrol dari dirinya berkembang,
3. tahap penampilan simbolik. Inti dari tahap penampilan simbolik ini
adalah pengembangan keterampilan berbahasa dan kemampuan
untuk mengartikan dunia luar dengan kata-kata dan idenya.

Pembagian tahapan oleh Bruner bukanlah merupakan suatu hal yang kaku
melainkan bersifat fleksibel tidak dimaksudkan untuk menentukan kesiapan
anak untuk belajar. Bruner beranggapan bahwa semenjak kecil secara intuitif,
manusia sudah dapat menangkap konsepkonsep IPA. Berdasarkan dari teori ini,
Bruner menyusun suatu model belajar yang disebut sebagai model belajar
penemuan (discovery learning). Bruner beranggapan bahwa model belajar
penemuan sesuai dengan hakiki manusia yang mempunyai sifat untuk selalu
ingin mencari ilmu pengetahuan secara aktif, memecahkan masalah dan
informasi yang diperolehnya, serta akhirnya akan mendapatkan pengetahuan
yang bermakna. Model belajar penemuan dapat dipandang sebagai suatu belajar
yang terjadi apabila seseorang (siswa) tidak diberikan dengan konsep atau teori,
melainkan siswa sendiri yang harus mengelola dan melakukan penemuan
sehingga dapat menemukan konsep atau teori itu. Hal ini mensyaratkan siswa
untuk menemukan hubungan-hubungan di antara informasi yang ada. Di dalam
teori kategorisasi Bruner di atas, penemuan merupakan suatu pembentukan
kategorisasi atau lebih seringnya pembentukan sistem koding. Sistem koding ini
didasarkan pada hubungan di antara kategori.

B. PENERAPAN MODEL BELAJAR BRUNER DALAM PEMBELAJARAN


IPA DI SD

Dalam penerapannya di kelas Bruner juga mengemukakan model


pembelajaran di kelas yang disebut sebagai model pembelajaran penemuan
(discovery teaching). Sesuai dengan teori belajar penemuan, tujuan
MODUL 1-4
PEMBELAJARAN IPA SD

pembelajaran penemuan ini bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan saja


melainkan untuk memberikan motivasi kepada siswa, melatih kemampuan
berpikir intelektual, dan merangsang keingintahuan siswa. Bruner
mengemukakan bahwa proses pembelajaran di kelas bukan untuk menghasilkan
perpustakaan hidup untuk suatu subjek keilmuan, tetapi untuk melatih siswa
berpikir secara kritis untuk dirinya, mempertimbangkan hal-hal yang ada di
sekelilingnya, dan berpartisipasi aktif di dalam proses mendapatkan
pengetahuan. Satu ciri utama dari proses pembelajaran penemuan ini adalah
keterlibatan guru yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan metode
pembelajaran lainnya.

Bruner memberikan tiga ciri utama pembelajaran penemuan, yaitu:


1. Keterlibatan siswa dalam proses belajar.
2. Peran guru adalah sebagai seorang penunjuk (guide) dan pengarah
bagi siswanya yang mencari informasi. Jadi guru bukan sebagai
penyampai informasi.
3. Umumnya dalam proses pembelajaran digunakan barang-barang
nyata.

Ada dua macam model pembelajaran penemuan, yaitu:


a. Model pembelajaran penemuan murni yang merupakan model
pembelajaran penemuan tanpa adanya petunjuk atau arahan.
b. Pembelajaran penemuan terarah sedikit berbeda dari pembelajaran
penemuan murni. Guru sedikit lebih banyak berperan dibanding
dengan pembelajaran penemuan murni. Di sini mungkin guru
menginginkan seluruh siswa melakukan kegiatan yang sama atau
hampir sama.

C. CONTOH PEMBELAJARAN IPA DI SD BERDASARKAN MODEL


BRUNER

Berikut ini adalah dua contoh pembelajaran IPA berdasarkan teori Bruner.

Kelas III
Tujuan Umum siswa mengenali bagian-bagian tumbuhan
dan mampu mengelompokkan tumbuhan
berdasarkan ciri-ciri dan kegunaannya
dengan pengamatan dan penafsiran.
Topik Tumbuhan mempunyai bagian-bagian
tertentu
Cara Pelaksanaan 1. Ambillah satu tanaman yang lengkap,
terdiri dari akar, batang, daun, dan
bunga.
2. Berilah kesempatan kepada siswa
MODUL 1-4
PEMBELAJARAN IPA SD

untuk mengamati, kemudian berilah


pertanyaan seperti berikut: Menurut
kalian, bagaimana akar dapat
berfungsi bagi tumbuhan?
3. Terima seluruh ide atau tanggapan
siswa. Berilah kesempatan kepada
siswa mengajukan dan menguji idenya
sendiri.
4. Berilah pertanyaan yang lain untuk
menanyakan bagian tumbuhan yang
lainnya.
Selanjutnya perhatikan gambar di
bawah ini.

Kelas IV

Tujuan Siswa memahami susunan, sifat dan


kegunaan udara dengan melakukan
percobaan dan menafsirkan informasi.
Topik Udara diperlukan bagi pembakaran.
Alat dan bahan 1. gelas kecil
2. gelas besar
3. stoples kira-kira berukuran 2 liter
4. lilin pendek 3 buah
5. korek api
Cara Pelaksanaan 1. Sebelum memperbolehkan siswa
untuk melakukan percobaan,
berilah pertanyaan seperti:
a. Apa yang akan terjadi apabila
lilin yang menyala ditutup
dengan gelas?
b. Bagaimana kemungkinan yang
akan terjadi apabila tiga lilin
yang menyala ditutup dengan
penutup yang berbeda
besarnya?
2. Berilah kesempatan kepada siswa
untuk mengemukakan idenya
(sebagai hipotesis) dan kemudian
MODUL 1-4
PEMBELAJARAN IPA SD

mengujinya melalui percobaan.


3. Setelah selesai melakukan
percobaan, berilah pertanyaan
seperti:
a. Apakah hasil percobaan sesuai
dengan perkiraan semula?
b. Mengapa diperlukan waktu
yang bersamaan saat menutup
ketiga lilin?
MODUL 1-4
PEMBELAJARAN IPA SD

KB 3

TEORI BELAJAR GAGNE dan PENERAPANNYA DALAM


PEMBELAJARAN IPA SD

Menurut Gagne, belajar itu merupakan suatu proses yang memungkinkan


seseorang untuk mengubah tingkah lakunya cukup cepat, dan perubahan tersebut
bersifat relatif tetap, sehingga perubahan yang serupa tidak perlu terjadi berulang
kali setiap menghadapi situasi yang baru.
Teori belajar yang menganggap belajar sebagai suatu proses, seperti yang
dikemukakan oleh Gagne bertitik tolak dari suatu analogi antara manusia dan
komputer. Menurut model ini yang disebut model pemrosesan informasi
(information processing model), proses belajar dianggap sebagai transformasi
input menjadi output seperti yang lazim terlihat pada sebuah komputer. Model
pemrosesan informasi yang digunakan Gagne dapat dilihat pada bagan dibawah
ini

Model ini menunjukkan aliran informasi dari input ke output. Rangsangan


atau stimulus dari lingkungan (environment) mempengaruhi alat-alat indra yaitu
penerima (receptor), dan masuk ke dalam sistem syaraf melalui register
penginderaan (sensory register). Di sini informasi diberi kode, artinya informasi
diberi suatu bentuk yang mewakili informasi aslinya dan berlangsung dalam
waktu yang sangat singkat.
Melalui persepsi selektif, hanya bagian-bagian tertentu dari informasi yang
diperhatikan. Bagian-bagian ini dimasukkan dalam memori jangka pendek (short
term memory) dalam waktu singkat, sekitar beberapa detik saja. Tetapi, informasi
dapat diolah oleh internal rehearsal dan disimpan dalam memori jangka pendek
untuk waktu yang lebih lama. Rehearsal dapat juga mempunyai peranan lain
yaitu jika informasi perlu diingat, maka informasi itu sekali lagi dapat
ditransformasikan dan masuk ke dalam memori jangka panjang (long term
memory), untuk disimpan yang kemudian dapat dipanggil lagi.
MODUL 1-4
PEMBELAJARAN IPA SD

Memori jangka pendek ada kalanya disebut memori kerja (working memory)
atau memori sadar. Untuk mempelajari hal baru sebagian tergantung pada
mengingat sesuatu yang sudah dipelajari sebelumnya, sesuatu ini harus
dikeluarkan dari memori jangka panjang dan dimasukkan ke dalam memori
jangka pendek. Informasi dari memori jangka pendek atau memori jangka
panjang dikeluarkan kembali melalui suatu generator respons (response
generator), yang berfungsi mengubah informasi menjadi tindakan. Pesan-pesan
dari generator respons ini mengaktifkan efektor (otot-otot) untuk menghasilkan
penampilan yang dapat mempengaruhi lingkungan.

Level dan Hasil Belajar menurut Gagne

A. LEVEL BELAJAR MENURUT ROBERT M. GAGNE

Tingkatan belajar menurut Gagne didasarkan atas pernyataan bahwa belajar


dimulai dari yang sederhana ke yang lebih kompleks.

Level Belajar Contoh keterampilan yang


dipersyaratkan
Level 1 Tanda-tanda Belajar (tanpa ada Respons yang diberikan
bantuan tindakan terhadap bersifat emosional dan tidak
emosi, ketakutan, kesenangan, dapat didefinisikan.
dan lain-lain).
Level 2 Stimulus-Response (S-R) Mengulang kata-kata yang
(bantuan belajar). diucapkan oleh guru
Level 3 Merangkai Menggunakan pensil untuk
(chaining) (menggabungkan menyalin kata-kata Menulis
bersama tingkah laku S-R angka-angka secara berurutan.
sederhana untuk membentuk
tahaptahap tindakan individu).
Level 4 Verbal Chaining Mengenal nama variabel-
(menamai benda, menggunakan variabel. Menuliskan angka
sifat untuk menamai benda). sampai angka 100-an dan 500-
an.
Level 5 Beragam Perbedaan Belajar Membedakan garis untuk
(menempatkan objek dan kemiringan yang berbeda.
kejadian dengan satu atau lebih Mengenal skala yang tepat
sifat-sifat umum dalam satu set). untuk sumbu X.
Menginterpretasikan dan
menyusun grafik sederhana.
Level 6 Konsep Belajar Menghubungkan kemiringan
(mengidentifikasi objek dan dengan perubahan variabel.
kejadian yang kelihatannya Mengetahui bagian-bagian
berbeda dari khasnya). yang diukur.
MODUL 1-4
PEMBELAJARAN IPA SD

Menginterpretasikan grafik
sederhana
Level 7 Prinsip Belajar Keterampilan untuk
(Mengkombinasikan konsep- menginterpolasikan dan
konsep yang telah dimiliki) mengekstrapolasikan data.
Keterampilan untuk membaca
data dari sumbu X.
Menginterpretasikan grafik
Level 8 Problem Solving Menginterpretasikan grafik
(Aplikasi dari prinsip belajar)
garis dari pertumbuhan
populasi dunia.

B. HASIL BELAJAR MENURUT GAGNE

Gagne memberikan lima macam hasil belajar, tiga yang pertama bersifat
kognitif, yang keempat bersifat afektif dan yang kelima bersifat psikomotorik.
Adapun Taksonomi Gagne tentang hasil-hasil belajar, meliputi:

1. Informasi verbal (verbal information). ialah informasi yang diperoleh dari


kata yang diucapkan orang, dari membaca, dari radio, televisi, komputer dan
sebagainya. Informasi ini meliputi nama-nama, fakta-fakta, prinsip-prinsip,
dan generalisasi-generalisasi. Informasi tertuju pada mengetahui apa. Hasil-
hasil belajar ini telah dimiliki oleh siswa, bila ia dapat menyebutkan nama,
fakta, prinsip atau generalisasi.
2. Keterampilan-keterampilan intelektual (intelectual skills)
a. Diskriminasi (discrimination).
b. Konsep-konsep konkret (concrete concepts).
c. Konsep-konsep terdefinisi (defined concepts).
d. . Aturan-aturan (Rules)
3. Strategi-strategi Kognitif (cognitive strategies). adalah kemampuan-
kemampuan internal yang terorganisasi. dalam strategi-strategi kognitif
berupa pengendalian tingkah laku pelajar itu sendiri dalam mengendalikan
lingkungannya. Siswa menggunakan strategi kognitif dalam memikirkan
tentang apa yang telah dipelajarinya dan dalam memecahkan masalah secara
kreatif.
4. Sikap-sikap (attitudes) merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan
dapat mempengaruhi tingkah laku kita terhadap benda-benda, kejadian-
kejadian, atau makhluk hidup.
5. Keterampilan-keterampilan (motor skills). Keterampilan motorik tidak
hanya mencakup kegiatan-kegiatan fisik, tetapi juga kegiatan-kegiatan
motorik yang digabungkan dengan keterampilan intelektual
MODUL 1-4
PEMBELAJARAN IPA SD

Menerapkan Teori Gagne dalam Mengajarkan IPA di SD


Model mengajar menurut Gagne meliputi delapan langkah yang sering
disebut kejadian-kejadian instruksional (instructional events), meliputi:
1. Mengaktifkan motivasi (activating motivation).
2. Memberi tahu pelajar tentang tujuan-tujuan belajar (instructional
information).
3. Mengarahkan perhatian (directing motivation).
4. Merangsang ingatan (stimulating recall).
5. Menyediakan bimbingan belajar (providing learning guidance).
6. Meningkatkan retensi (enhancing retention).
7. Membantu transfer belajar (helping transfer of leaning).
8. a. Mengeluarkan perbuatan (eliciting performance).
b. Memberi umpan balik (providing feedback).
MODUL 1-4
PEMBELAJARAN IPA SD

KB 4
TEORI BELAJAR AUSUBEL DALAM PEMBELAJARAN IPA di SD
Ada empat macam belajar dengan dua dimensi yang terpisah, yaitu :
1. Dimensi yang berhubungan dengan cara informasi (materi pelajaran) itu
disajikan pada siswa, melalui penerimaan atau penemuan.
2. Dimensi yang menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan
informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada.

Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan pada


pelajar baik dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu
dalam bentuk final, maupun dalam bentuk belajar penemuan yang
mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh informasi
itu.
Pada tingkat kedua, siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu
pada pengetahuan (berupa konsep-konsep, prinsip, dan sebagainya) yang telah
dimilikinya. Ini disebut belajar bermakna. Akan tetapi siswa itu dapat juga
hanya mencoba-coba menghafalkan informasi baru itu tanpa
menghubungkannya pada konsep-konsep yang telah ada pada struktur
kognitifnya. Hal ini disebut belajar hapalan.
Kedua dimensi, yaitu penerimaan/penemuan dan hapalan/bermakna tidak
menunjukkan dikotomi sederhana, melainkan merupakan suatu kontinum.
Kontinum mendatar dari kiri ke kanan memperlihatkan berkurangnya belajar
penerimaan dan bertambahnya belajar penemuan. Sedangkan arah kontinum
vertikal yaitu dari bawah ke atas, menunjukkan berkurangnya belajar hapalan
dan bertambahnya belajar bermakna.
MODUL 1-4
PEMBELAJARAN IPA SD

Ausubel menyatakan bahwa banyak ahli pendidikan menyamakan belajar


penerimaan dengan belajar hapalan, sebab mereka berpendapat bahwa belajar
bermakna hanya terjadi bila si pelajar menemukan sendiri pengetahuan.

A. BELAJAR BERMAKNA

Ausubel adalah seorang ahli psikologi kognitif. Inti dari teori belajarnya
adalah belajar bermakna. Baginya belajar bermakna merupakan suatu proses
dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada
struktur kognitif seseorang.
Peristiwa psikologi belajar bermakna menyangkut asimilasi informasi baru ke
dalam pengetahuan yang telah ada dalam struktur kognitif seseorang. Jadi dalam
belajar bermakna, informasi baru diasimilasikan pada subsumersubsumer
relevan yang telah ada dalam struktur kognitif seseorang. Sebagai hasil belajar
menyebabkan pertumbuhan dan modifikasi subsumer-subsumer yang telah ada.

Berkembang atau tidaknya subsumer tersebut sangat tergantung pada


pengalaman seseorang seperti misalnya subsumer itu dapat relatif sangat besar
dan berkembang (subsumer A), atau kurang berkembang (subsumer B dan C).
Pada anak-anak, pembentukan konsep merupakan proses utama untuk
memperoleh konsep- konsep. Pembentukan konsep adalah semacam belajar
penemuan yang menyangkut baik pembentukan hipotesis dan pengujian
hipotesis, maupun pembentukan generalisasi-generalisasi dari hal-hal yang
khusus.

B. MENERAPKAN TEORI AUSUBEL DALAM PENGAJARAN IPA SD

Ausubel dalam bukunya Educational Psychology: A Cognitive View,


menyatakan bahwa faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar ialah
apa yang telah diketahui siswa. Pernyataan Ausubel inilah yang menjadi inti
teori belajarnya, yaitu belajar bermakna. Belajar secara verbal diajarkan melalui
pengajaran langsung seperti ceramah dan sudah berlangsung selama bertahun-
tahun. David P. Ausubel menyebutkan bahwa pengajaran secara verbal adalah
MODUL 1-4
PEMBELAJARAN IPA SD

lebih efisien dari segi waktu yang diperlukan untuk menyajikan pelajaran dan
menjanjikan bahwa pebelajar dapat mempelajari materi pelajaran dalam jumlah
yang lebih banyak. Pengajaran secara verbal biasanya digunakan pada
pengajaran secara tradisional.

C. DIFERENSIASI PROGRESIF DAN REKONSILIASI INTEGRATIF

Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah
diketahui siswa. Pernyataan inilah yang menjadi inti dari teori belajar Ausubel
agar terjadi belajar bermakna maka konsep baru atau pengetahuan baru harus
dikaitkan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif siswa.
Dalam mengaitkan konsep-konsep ini dikemukakan 2 prinsip oleh Ausubel yaitu
:
1. prinsip diferensiasi progresif (progressive differentiation)
2. prinsip rekonsiliasi integratif (integrative reconciliation).
Model belajar menurut Ausubel pada umumnya berlangsung dari yang umum
ke yang khusus. Dalam hal ini guru dalam mengajar terlebih dahulu
mengajarkan konsep-konsep umum kemudian secara perlahan-lahan menuju
pada konsep-konsep yang lebih sederhana. Contoh penyusunan konsep seperti
ini disebut diferensiasi progresif.
Prinsip rekonsiliasi integratif atau penyesuaian integratif. Menurut prinsip ini
dalam mengajarkan konsep-konsep, atau gagasan-gagasan perlu diintegrasikan
dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya.
Dengan kata lain guru hendaknya mampu menunjukkan kepada siswa
bagaimana konsepkonsep dan prinsip-prinsip itu saling berkaitan.
Belajar bermakna lebih mudah berlangsung bila konsep-konsep baru
dikaitkan pada konsep yang lebih umum, maka peta konsep biasanya disusun
secara hierarki. Ini berarti bahwa konsep yang lebih umum berada pada puncak
dan semakin ke bawah konsep-konsep diurutkan menjadi lebih khusus.
Contoh dapat dilihat di bawah ini, di mana air adalah sebagai konsep yang
paling umum dan diletakkan di puncak skema. Air diperlukan oleh makhluk
hidup. Makhluk hidup dikelompokkan menjadi manusia, hewan, dan tumbuhan.
Contoh manusia misalnya Amir. Contoh hewan misalnya ayam, kucing. Contoh
tumbuhan padi, kacang.
Menurut wujudnya, air dibedakan menjadi padat, cair, dan gas. Wujud padat
misalnya salju, es. Wujud cair yaitu air, wujud gas yaitu uap.
MODUL 1-4
PEMBELAJARAN IPA SD

Modul 2
Pendekatan Dalam Pembelajaran IPA SD

KB 1
Pendekatan Dalam Pembelajaran IPA
Pendidikan IPA bertujuan agar siswa menguasai pengetahuan, fakta, konsep, prinsip,
proses penemuan, serta sikap ilmiah yang akan bermanfaat bagi siswa dalam
mempelajari diri dan alam sekitarnya. Dengan pemberian pengalaman langsung
untuk mencari tahu melalui kegiatan observasi atau eksperimen yang dibuktikan
secara empiris.Pemahaman dan penguasaan terhadap pendekatan
pembelajaran sangatlah penting bagi seorang guru, karena dengan kemampuan
tersebut dapat meningkatkan keberhasilan pembelajaran.
A. Pengertian Dan Prinsip Pemilihan Pendekatan
Pendekatan adalah cara umum dalam memandang permasalahan atau objek
kajian, sehingga berdampak ibarat seseorang memakai kacamata dengan warna
tertentu pada saat memandang alam sekitar. Pendekatan bersifat aksiomatis yang
menyatakan pendirian, filosofi, dan keyakinan yang berkaitan dengan serangkaian
asumsi.
Peranan pendekatan adalah menyesuaikan komponen input, output, produk,
dan outcomes pendidikan dengan bahan kajian yang akan disajikan, sehingga
pembelajaran lebih menarik, menyenangkan, menumbuhkan rasa ingin tahu,
memberikan penghargaan, serta bermakna bagi hidup baik untuk sekarang maupun
yang akan datang.
Tujuan pendekatan adalah menggiring persepsi dan atau proses pengkajian
dengan suatu terminologi sehingga diperoleh pembentukan perilaku yang
diharapkan. Prinsip pemilihan pendekatan dengan mempertimbangkan faktor-faktor
yang terkait antara lain adalah tujuan pendidikan dan pembelajaran, kurikulum,
kemapuan siswa, psikologi belajar, dan sumber daya.

B. Jenis Pendekatan
1. Pendekatan Lingkungan
Pendekatan lingkungan merupakan mengajarakan IPA dengan cara pandang bahwa
mengembangkan kebiasaan siswa menggunakan dan memperlakukan
lingkungansecara bijaksana dengan memahami factor politis,ekonomis,social
budaya,ekologis yang mempengaruhi manusia dalam memperlakukan lingkungan
tersebut.
MODUL 1-4
PEMBELAJARAN IPA SD

2. Pendekatan Sain-Lingkungan-Teknologi-Masyarakat
Pendekatan sains teknologi masyarakat merupakan pendekatan pembelajaran yang
pada dasarnya membahas penerapan sains dan teknologi dalam konteks kehidupan
manusia sehari-hari. Dengan pendekatan ini siswa dikondisikan diharapkan mampu
menerapkan prinsip-prinsip sains untuk menghasilkan karya teknologi sederhana
atau solusi pemikiran untuk mengatur dampak negatif yang mungkin timbul akibat
munculnya produk teknologi. Kegiatan pembelajaran dimaksudkan agar tercipta
kondisi yang memungkinkan terjadinya belajar pada diri siswa. Dalam suatu kegiatan
pembelajaran dapat dikatakan terjadi belaajr, apabila terjadi prsoes perubahan
perilaku pada diri siswa sebagai hasil dari suatu pengalaman.
3. Pendekatan Faktual
Pendekatan faktual adalah suatu cara mengajar dengan menyampaikan hasil-
hasil penemuan IPA kepada siswa, dimana pada akhir suatu intruksional siswa akan
memperoleh informasi tentang hal-hal penting.Terkadang menarik bagi siswa,
namun kurang merefleksikan gambaran tentang sifat IPA sendiri. Biasanya, siswa
tidak dapat mengingat tentang fakta dalam waktu lama karena tidak mendapatkan
sajian tentang gambaran menyeluruh.
4. Pendekatan Konseptual
Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung
menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati
bagaimana konsep itu diperoleh. Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau
sekelompok orang yang dinyatakan dalam defenisi sehingga menjadi pengetahuan
yang meliputi prinsip-prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta,
peristiwa, pengalaman melalui generalisasi, dan berpikir abstrak. Konsep dapat
mengalami perubahan disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan baru, sedangkan
kegunaan konsep adalah menjelaskan dan meramalkan.
Konsep dimulai dengan memperkenalkan benda konkret, berkembang menjadi
simbol sehingga menjadi abstrak yang berupa ucapan atau tulisan yang mengandung
konsep yang lebih kompleks. Konsep yang kompleks memerlukan permunculan
berulang kali dalam satu pertemuan dalam kelas, didukung media atau sarana yang
tepat.
5. Pendekatan Pemecahan Masalah
Pendekatan pemecahan masalah adalah pendekatan tang digunakan dalam
mempelajari suatu ilmu pengetahuan dengan maksud mengubah keadaan yang actual
menjadi suatu keadaan, seperti yang kita kehendaki dengan memperhatika prosedur
pemecaha yang sistematis.
Alasan menggunakan pendekatan ini, yaitu: 1. Pendekatan ini terpusat pada
masalah.2. Pendekatan ini singkat.3. Pendekatan ini inovatif.4. Pendekatan ini
MODUL 1-4
PEMBELAJARAN IPA SD

bersifat mengarahkan.5. Pendekatan ini lebih sistematis.6. Pendekatan ini terpusat


pada pribadi.7. Pendekatan ini memiliki ukuran.
6. Pendekatan Nilai
Pendekatan nilai adalah cara mengerjakan IPA dengan menggunakan pandangan
suatu nilai, misalkan terkait moral/etika, yang bersifat universal, nilai yang terkait
dengan kepercayaan/ agama, atau nilai yang terkait dengan politik, sosial, budaya
suatu negara/ daerah. Pendekatan ini menekankan pada penyampaian produk IPA
serta prilaku yang diharapkan yang terkait produk dan prose tsb, namun tidak secara
langsung tentang proses bagaimana produk tsb dihasilkan.
7. Pendekatan Inkuiri
Adalah suatu strategi pembelajaran dimana guru dan murid mempelajari peristiwa-
peristiwa ilmiah dengan pendekatan yang dipakai oleh ilmuwan. Arti inkuiri adalah
proses penemuan dan penyelidikan masalah-masalah, menyusun hipotesa,
merencanakan eksperimen, mengumpulkan data, dan menarik kesimpulan tentang
hasil pemecahan masalah. Sehingga anak untuk melakukan eksperimen sendiri.
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari sendiri jawaban atas pertanyaan
yang mereka ajukan.
Alasan penggunaan pendekatan inkuiri, yaitu:
1) Mebangkitkan rasa ingin tahu siswa
2) Melibatkan siswa dalam kegiatan yang memerlukan kerampilan kognitif
tingkat tinggi
3) Memberikan pengalaman konkret bagi siswa
4) Membantu siswa mengembangkan keterampilan proses
8. Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan
belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam
proses pemerolehan hasil belajar (Semiawan, 2002). Pendekatan keterampilan proses
ini dipandang sebagai pendekatan yang oleh banyak pakar paling sesuai dengan
pelaksanaan pembelajaran di sekolah dalam rangka menghadapi pertumbuhan dan
perkembangan IPTEK.
9. pendekatan Sejarah
Adalah cara mengajarkan IPA dengan menyajikan berbagai penemuan yang
dihasilkan oleh para ilmuwan/ahli IPA tentang perkembangan temuan-temuan tsb
dikaikan dengan ilmu IPA sendiri. Dengan menggunakan metode membaca buku
atau menjelaskan.
MODUL 1-4
PEMBELAJARAN IPA SD

KB 2
Penerapan Pendekatan dalam Pembelajaran IPA
1. Pendekatan Lingkungan
Pemanfaatan lingkungan dalam pengajaran mempunyai keuntungan praktis dan
ekonomis. Keuntungan praktis karena mudah diperoleh, sedangkan keuntungan
ekonomis karena murah dan dapat dijangkau oleh seluruh siswa. Dengan
memanfaatkan lingkungan sekaligus juga memanfaatkan kepedulian siswa untuk
mencintai lingkungan belajarnya. Hal ini akan lebih terasa bermakna, bermanfaat dan
langsung dapat dirasakan oleh siswa.
Ada beberapa cara teknik atau cara mengajar dengan pendekatan lingkungan alam
sekitar, yaitu: Survey, Camping / berkemah, Field Trip / karya wisata. Pendekatan
lingkungan adalah pendekatan yang berorientasi pada alam bebas dan nyata,S.
Misalnya; Praktik Lapangan, Mengundang nara sumber, Proyek Pelayanan, dan
Pengabdian kepada masyarakat.

2. Pendekatan Sain-Lingkungan-Teknologi-Masyarakat
Beberapa penerapan dalam kegiatan pembelajaran:
a. Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi. Percepatan perubahan
ilmu pengetahuan dan teknologi ini tidak memungkinkan bagi guru bertindak
sebagai satu-satunya orang yang menyalurkan semua fakta dan teori.
b. Pengalaman intelektual, emosional dan fisik. Pengalaman ini dibutuhkan agar
didapatkan hasil belajar yang optimal. Ini berarti kegiatan pembelajaran yang
mampu memberi kesempatan kepada siswa memperlihatkan unjuk kerja
melalui sejumlah keterampilan memproses semua fakta, konsep dan prinsip
sangat dibutuhkan.
c. Penanaman sikap dan nilai sebagai pengabdi. Hal ini menuntut adanya
pengenalan terhadap tata cara memproses dan memperoleh kebenaran ilmu
yang bersifat kesementaraan.
3. Pendekatan Faktual
Pembelajaran dilakukan dengan menyodorkan fakta-fakta hasil penemuan IPA
dengan harapan siswa dapat memperoleh informasi tersebut. Metodenya antara
lain adalah dengan membaca, menyampaikan pendapat ahli dari buku, demonstrasi,
latihan ( drill), dan memberikan test.
MODUL 1-4
PEMBELAJARAN IPA SD

4. Pendekatan Konseptual
Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3 tahap yaitu :
1) Tahap Enaktif, yaitu melalui Pengenalan benda konkret. menghubungkan
dengan pengalaman lama atau pengalaman baru, dan pengamatan, penafsiran
tentang benda baru.contohnya
❖ Pengajar memperlihatkan barang-barang yang sering dipakai orang
sehari-hari untuk menutup badan dan perlengkapannya. Pembelajar
diminta mengamati dan menghubungkan dengan apa yang pernah
dialaminya atau barangkali ada kreasi baru.
❖ Pengajar bertanya agar mendapat respons tentang barang-barang
tersebut. Apakah kamu pernah mengenakan barang seperti ini
jawabnya ya atau tidak. Apakah kamu pernah mengenakan barang
seperti ini, jawabnya ya atau tidak. Apakah barang-barang ini sambil
diperagakan, dipakai di badan, disebagian badan atau di seluruh badan
serta dikaki, di tangan atau di leher, jawabnya “ ya atau tidak “.

2) Tahap Simbolik yaitu dengan memperkenalkan ; Simbol, lambang, kode,


membandingkan antara contoh dan non contoh untuk menangkap apakah
siswa cukup mengerti akan ciri-cirinya. Seta memberi nama, istilah, serta
definisi. dimana pengajar memperlihatkan gambar tentang barang-barang
yang ditunjukkan pada a dan b. Pembelajar menunjuk dan menyebut ciri-ciri
khusus tiap-tiap benda tersebut, dan Pengajar bersama pembelajar memberi
sebuah nama atau istilah. Gambar atau barang yang termasuk baju dan
gambar atau barang yang bukan baju tetapi sebagai pelengkap. Pembelajar
secara lisan dapat menyebut dengan nama dan definisinya.

3) Tahap Ikonik merupakan tahap penguasaan konsep secara abstrak, seperti ;


Menyebut nama, istilah, definisi, apakah siswa sudah mampu
mengatakannya.

5. Pendekatan Pemecahan Masalah


Pendekatan ini melatih keterampilan siswa merumuskan dan memecahkan
permasalahan sekaligus melatih siswa bertanggung jawab memiliki kemampuan
tinggi, tanggap terhadap berbagai kondisi dan situai dan memiliki kreativitas. Salh
satu caranya adalah siswa mengupayakan siswa belajar aktif, mengumpulkan data,
menanggapi pertanyaan dan mengorganisasikan informasi.
MODUL 1-4
PEMBELAJARAN IPA SD

6. Pendekatan Nilai
Pendekatan nilai adalah cara mengajarkan IPA dengan menggunakan pandangan
suatu nilai dan pada akhirnya siswa diharapkan dapat memahami dan menerapkan
nlai tsb dalam keselarasan, keserasian, keseimbangan, dan kesepurnaan kehidupa,
lingkungan, dan alam semesta.

7. Pendekatan Inkuiri.
Berikut merupakan penjelasan dari siklus pembelajaran pendekatan inkuiri:
a. Mengamati adalah Kegiatan mengamati objek-objek dan fenomena alam
sekitar melalui pancaindera: penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman,
dan perasa atau pengecap. Informasi yang diperoleh dapat menuntun
keinginan tahu, mempertanyakan, memikirkan, melakukan intepretasi tentang
lingkungan, dan meneliti lebih lanjut.
b. Bertanya. Kegiatan dimana siswa mempunyai rasa keingintahuan yang
mendalam yang diwujudkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan tentang
materi yang dipelajari.
c. Hipotesis adalah Kegiatan siswa memberikan jawaban sementara atas
pertanyaan yang telah dibuat.
d. Mengumpulkan data adalah Kegiatan mencari informasi berupa data dari
bahan atau materi yang diteliti atau dipelajari. Mengumpulkan data bisa
melalui kegiatan observasi, misalnya membaca buku untuk memperoleh
informasi pendukung.
e. Menganalisis data adalah kegiatan Mengolah data dan menyajikan data
tertentu untuk memperoleh suatu kesimpulan. Analisis data pada
penyajiannya dapat berupa tulisan, gambar, laporan, tabel, dan karya lainnya.
f. Menarik kesimpulan adalah Peringkasan atau hasil akhir dari proses analisis
data.

8. Pendekatan Keterampilan Proses


Pendekatan keterampilan proses adalah suatu cara untuk mengembangkan
keterampilan-keterampilan yang menjadi roda penggerak penemuan dan
pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan sikap dan nilai. (Conny
Semiawan, 2002: 16). Pengajaran dengan pendekatan keterampilan proses
dilaksanakan dengan beberapa langkah, sebagai berikut:
9. pendekatan Sejarah
Siswa diajak untuk membaca buku atau mendengarkan informasitemuan-temuan IPA
bukan untuk melakukan suatu kegiatan. Seperti halnya pendekatan faktual dan
pendekatan konseptual, pendekatan ini lebih menekankan penyampaian produk atau
MODUL 1-4
PEMBELAJARAN IPA SD

hasil IPA, sedikit menjelaskan proses mendapatkan temuan tsb, namun tidak banyak
melibatkan siswa dengan bagaimana proses konkret yang dilaluinya.
MODUL 1-4
PEMBELAJARAN IPA SD

Modul 3
KETERAMPILAN PROSES IPS DI SD

KB.1
Metode dalam Pembelajaran IPA
A. Pengertian

Metode mengajar berbeda dengan teknik mengajar. Metode mengajar berkaitan


dengan pengertian yang luas, dimana metode ini dapat dianggap sebagai
prosedur atau proses yang teratur. Sedangkan teknik adalah sesuatu yang
dianggap terkait dengan pengertian yang sempit. Hubungan keduanya dapat
diumpamakan sebagai hubungan strategis dan taktik. Dimana taktik lebih
bersifat praktis dan penjabaran dari straegi.
Untuk kepentingan praktis, lebih baik menggunakan metode yang sangat umun,
diantaranya :
1. Metode ceramah 11. Deduktif / induktif
2. Penugasan 12. Penemuan
3. Diskusi 13. Inkuiri
4. Tanya jawab 14. Kerja kelompok
5. Latihan 15. Sumbang saran
6. Simulasi 16. Sosiodrama
7. Proyek 17. Bermain peran, dll
8. Study lapangan
9. Demonstrasi
10. Pemecahan masalah

B. Jenis Metode dalam Pembelajaran IPA

1. Metode penugasan
Penugasan yang baik haruslah bersifat menantang dan lentur sesuai dengan
minat dan bakat siswa

2. Metode diskusi
Dalam pembelajaran IPA metode ini perlu dilakukan karena memiliki
kelebihan, sebagai berikut ;
a. Murid bebas mengemukakan pendapat
b. Cara yang efektif mengajukan permasalahan
c. Mempertinggi person setiap siswa
d. Mendorong rasa persatuan dan mengembangkan berfikir rasional
e. Mengembangkan sifat kpemimpinan
MODUL 1-4
PEMBELAJARAN IPA SD

3. Metode Tanya jawab


Metode ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa
terhadap materi yang diberikan

4. Metode latihan
5. Metode ceramah
Merupakan metode yang mungkin terjadi paling sering. Metode ini
merupakan metode tradisional. Ceramah sangat ekonomis unutk
menyampaikan informasi

6. Metode simulasi

7. Metode proyek
8. Metode studi lapangan
9. Metode demonstrasi

10. Metode eksprimen


Dimana metode ini paling banyak dilakukan. Eksprimen atau percobaan
yang dilakukan tidak selalu dikerjakan dalam laboratorium tapi juga
dilakukan di lingkungan alam sekitar
MODUL 1-4
PEMBELAJARAN IPA SD

KB. 2

PENGGUNAAN METODE DALAM PEMBELAJARAN IPA

A. Memilih Metode Belaajr Unutk Pembelajaran IPA

Ada beberapa factor yang menjadi pertimbangan pendidik untuk menggunakan


metode dalam pembelajaran IPA, diantaranya;
1. Metode belajar hendaknya sesuai dengan tujuan
2. Metode harusnya diadaptasi dengan kemampuan siswa
3. Metode harusnya sesuai dengan psikologi belajar
4. Metode harusnya disesuaikan denganbahan pengajaran
5. Metode harusnya disesuaikan alokasi waktu dan sarpras yang ada
6. Metode hendaknya sesuai dengan pribadi pendidik

B. Contoh Penerapan Metode Dalam Pembeljaran IPA SD Kelas I

Aspek : Benda di sekitar kita


Subaspek : Ciri – ciri benda
1. Metode belajar menggunakan eksprimen
2. Proses pembelajaran
3. Evaluasi terhadap metode yang digunakan

C. Metode Belajar dalam Pembelajaran IPA Kelas II

Aspek : Benda dan sifatnya


Subaspek : Perbedaan benda padat dan cair
1. Metode yang digunakan adalah study lapangan
2. Proses pembelajaran
3. Evaluasi terhadap metode yang digunakan

D. Metode Belajar dalam Pembelajaran IPA SD Kelas III


Aspek : Sumber daya Alam
1. Metode yang digunakan adalan sumbang saran ( brain – storming )
2. Proses pembelajaran
3. Evaluasi terhadap metode yang digunakan

E. Metode Belajarn dalam Pembelajaran IPA SD Kelas IV


Aspek : Alat indra dan fungsinya
1. Metode yang digunakan adalah ceramah
2. Proses pembelajaran
3. Evaluasi terhadap pendekatan dan metode yang digunakan
MODUL 1-4
PEMBELAJARAN IPA SD

Aspek : Hubungan antar Makhluk Kelas IV


1. Metode yang digunakan adalah simulasi
2. Proses pembelajaran
3. Evaluasi terhadap metode yang digunakan

F. Metode Belajarn dalam Pembelajaran IPA SD Kelas V

Aspek : Makhluk hidup dan proses kehidupan


1. Metode yang digunakan adalah study lapangan
2. Proses pembelajaran
3. Evaluasi terhadap pendekatan dan metode yang digunakan

Aspek : Tumbuhan hijau


1. Metode yang digunakan adalah eksprimen
2. Proses pembelajaran
3. Evaluasi terhadap metode yang digunakan

Aspek : Makanan dan kesahatan


1. Metode yang digunakan adalah kerja kelompok
2. Proses pembelajaran
3. Evaluasi terhadap metode yang digunakan

Aspek : Pencernaan makanan


1. Metode yang digunakan adalah ceramah
2. Proses pembelajaran
3. Evaluasi terhadap metode yang digunakan

Aspek : Cahaya
1. Metode yang digunakan adalah penemuan ( discovery )
2. Proses pembelajaran
3. Evaluasi terhadap metode yang digunakan

Aspek : Energi dan gaya


1. Metode yang digunakan adalah cooperative learning
2. Proses pembelajaran
3. Evaluasi terhadap metode yang digunakan

Aspek : Pesawat sederhana


1. Metode yang digunakan adalah pengajaran inkuiri
2. Proses pembelajaran
3. Evaluasi terhadap metode yang digunakan
MODUL 1-4
PEMBELAJARAN IPA SD

Aspek : Pengaruh panas terhadap benda


1. Metode yang digunakan adalah demonstrasi
2. Proses pembelajaran
3. Evaluasi terhadap metode yang digunakan

Aspek : Magnet
1. Metode yang digunakan adalah eksprimen
2. Proses pembelajaran
3. Evaluasi terhadap metode yang digunakan

Aspek : Beberapa organ tubuh manusia dan fingsinya


1. Metode yang digunakan adalah ceramah
2. Proses pembelajaran
3. Evaluasi terhadap metode yang digunakan

Aspek : Darah dan fungsinya


1. Metode yang digunakan adalah pemberian tugas
2. Proses pembelajaran
3. Evaluasi terhadap metode yang digunakan

G. Metode Belajarn dalam Pembelajaran IPA SD Kelas IV

Aspek : Perkembangbiakan makhluk hidup dan tanggapan makhluk hidup


terhadap ransangan
1. Metode yang digunakan adalah penemuan ( discovery )
2. Proses pembelajaran
3. Evaluasi terhadap pendekatan dan metode yang digunakan

Aspek : Listrik dalam kehidupan kita


1. Metode yang digunakan adalah eksprimen
2. Proses pembelajaran
3. Evaluasi terhadap metode yang digunakan

Aspek : Tata surya


1. Metode yang digunakan adalah diskusi
2. Proses pembelajaran
3. Evaluasi terhadap metode yang digunakan

Aspek : Bumi dan bulan


1. Metode yang digunakan adalah demostrasi
2. Proses pembelajaran
3. Evaluasi terhadap metode yang digunakan
MODUL 1-4
PEMBELAJARAN IPA SD

Modul 4.
KETERAMPILAN PROSES IPA DI SD

KB 1

PENGERTIAN KETERAMPILAN PROSES IPA SERTA KETERAMPILAN


MENGOBSERVASI, MENGKLASIFIKASI, DAN MENGUKUR

A. PENGERTIAN

Keterampilan proses dianggap sangat penting dalam


pembelajaran IPA. Wynnie Harlen (1992) mengemukakan beberapa alasan
untuk itu, yaitu :
1. Pengubahan ide - ide kearah yang lebih ilmiah (dengan fenomena yang
lebih cocok) tergantung pada cara dan pengujian yang digunakan.
Pengujian yang digunakan ini berhubungan erat dengan penggunaan
keterampilan - keterampilan proses.
2. Pengembangan pengetahuan dalam IPA tergantung kepada kemampuan
melakukan keterampilan proses dalam perilaku ilmiah. Itulah sebabnya
mengapa pengembangan keterampilan proses mendapat perhatian.
3. Peranan keterampilan proses sangat besar dalam pengembangan konsep -konsep
ilmiah.
Carin (1992) menyampaikan pula beberapa alasan tentang pentingnya
keterampilan proses yaitu:
1. 1.Dalam praktiknya apa yang dikenal dalam IPA merupakan hal yang
tidak terpisah dari metode penyelidikan. Mengetahui IPA tidak hanya
sekedar mengetahui materi ke-IPA-an saja, tetapi terkait pula dengan
mengetahui bagaimana cara mengumpulkan fakta dan menghubungkan
fakta untuk membuat suatu penafsiran atau kesimpulan.ilmuan
menggunakan berbagai prosedur empiris dan analisis dalam usahanya
dalam menjelaskan misteri dari alam semesta. Prosedur ini disebut dengan
proses IPA.
2. Keterampilan proses IPA merupakan keterampilan belajar sepanjang hayat
yang dapat digunakan bukan saja untuk belajar berbagai macam ilmu tetapi juga
dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan Semiawan, dkk (1992) mengemukakakn alasan karena:
1. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat cepat membuat para
guru tidak mungkin lagi untuk mengajarkan semua fakta dan kosep yang ada
pada siswanya.
2. Anak-anak akan lebih mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak
jika disertai contoh konkret.
3. Untuk menanamkan sifat ilmiah dan melatih melakukan penyelidikan ilmiah.
4. Merupakan wahana yang tepat untuk pengembangan konsep dan
pengembangan sikap serta nilai.

Pengertian keterampilan proses dikaitkan dengan keterampilan fisik dan


mental yang terkait dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar
MODUL 1-4
PEMBELAJARAN IPA SD

yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah


sehingga para ilmuan berhasil menemukan sesuatu yang baru (Semiawan,
dkk, 1992).
Menurut Esler dan Esler (1984) terdapat 8 keterampilan proses
dasar dan 5 keterampilan proses terpadu. Keterampilan proses dasar
meliputi keterampilan mengobservasi, mengklasifikasi, mengukur,
mengkomunikasikan, menginferensi, memprediksi, mengenal hubungan
ruang dan waktu, serta mengenal hubungan-hubungan angka.

B. KETERAMPILAN MENGOBSERVASI

Keterampilan mengobservasi menurut Esler dan Esler (1984) adalah


keterampilan
yang dikembangkan dengan semua indera yang kita miliki untuk
mengidentifikasi dan memberikan nama sifat - sifat dari objek-objek atau
kejadian-kejadian. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Abruscato
(1988) dan Carin (1992). Keterampilan mengobservasi
(keterampilan proses yang paling dasar) merupakan keterampilan yang
dikembangkan dengan semua indera yang kita miliki atau alat bantu indera
untuk mendapatkan informasi dan mengidentifikasi serta memberikan nama
sifat-sifat/karakteristik dari objek atau kejadian.
Memperoleh kemampuan untuk membuat yang teliti akan tidak dilatih untuk
menentukan konsep, tidak dilatih untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.
1. Anak-anak akan lebih mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan
abstrak jika disertai dengan contoh konkret.
2. Penemuan ilmu pengetahuan bersifat relatif, jadi tidak mutlak benar
seratus persen. Suatu teori dapat tidak berlaku lagi dengan adanya data
baru yang mampu membuktikan bahwa teori tersebut keliru.
3. Dalam pembelajaran, pengembangan konsep seyogianya tidak terlepas
dari pengembangan sikap dan nilai.
Adapun kegiatan yang dapat dilakukan yang berkaitan dengan kegiatan
mengobservasi misalnya menjelaskan sifat-sifat yang dimiliki oleh benda-benda,
sistem-sistem dan organismehidup. Sifat-sifat yang dimiliki ini dapat berupa
tekstur, warna, bau, bentuk, ukuran, dan lain-lain.

C. KETERAMPILAN MENGKLASIFIKASI

Keterampilan mengklasifikasi menurut Esler dan Esler (1984) merupakan


keterampilan yang dikembangkan melalui latihan-latihan mengkategorikan benda-
benda berdasarkan pada (set yang ditetapkan sebelumnya dari) sifat-sifat benda
tersebut. Menurut Abruscato (1988) klasifikasi merupakan proses yang
digunakan para ilmuan untuk menentukan golongan benda-benda atau kegiatan-
kegiatan. Sedangkan Carin (1992) menyatakan bahwa klasifikasi adalah
mengatur atau mebagi objek, kejadian, atau informasi tentang objek ke dalam
kelas menurut metode atau sistem tertentu. Jadi keterampilan mengklasifikasi
merupakan keterampilan yang dikembangkan melalui latihan-latihan
mengkategorikan, menggolongkan, mengatur atau membagi
objek/benda/kejadian/informasi berdasarkan sifat/karakteristik yang dimiliki
MODUL 1-4
PEMBELAJARAN IPA SD

menurut sistem atau metode tertentu. Skema klasifikasi umumnya digunakan untuk
mengidentifikasi dan untuk menunjukkan persamaan, perbedaan, dan hubungan-
hubungannya. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk melatih keterampilan ini
misalnya memilih bentuk-bentuk kertas, yang berbentuk kubus, gambar-
gambar hewan, daun-daun, atau kancing-kancing berdasarkan sifat umumnya.

D. KETERAMPILAN MENGUKUR

Keterampilan mengukur menurut Esler dan Esler (1984) dapat


dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan
satuan-satuan yang cocok dari ukuran panjang, luas, isi, waktu, berat dan
sebagainya. Abruscato (1988) menyatakan bahwa mengukur adalah suatu cara yang
kita lakukan untuk mengukur observasi. Sedangkan menurut Carin (1992) mengukur
adalah membuat observasi kuantitatif dengan membandingkannya terhadap
standar yang konvensional atau standar nonkonvensional. Keterampilan
mengukur merupakan keterampilan membuat observasi secara kuantitatif
(terhadap standar ukuran tertentu) yang dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan pengembangan
satuan-satuan yang cocok dari ukuran panjang, luas, isi, waktu, berat, massa,
dan lain-lain. Kemampuan mengukur memerlukan kemampuan untuk
menerapkan cara penghitungn dengan menggunakan alat-alat ukur. Proses
mengukur lebih melibatkan pertimbangan tentang menentukan jenis instrument
(alat) yang digunakan dan menentukan saat melakukan perkiraan dari
pada melakukan pengukuran secara tepat. Untuk melakukan latihan pengukuran,
tahap pertama dapat
menggunakan alat ukur yang dibuat sendiri atau dikembangkan dari
benda-benda yang ada disekitar, sedangkan tahap selanjutnya dapat menggunakan
alat ukur yang telah baku digunakan sebagai alat ukur. Kebiasaan mengukur secara
tepat dapat dikembangkan bila guru menunjukkan bahwa dia menghargai
kebiasaan itu sebagai bagian
dari sifatnya. Siswa dapt diajarkan bahwa rata-rata dari beberapa kali pengukuran
merupakan cara terbaik untuk mengukur secara tepat.
MODUL 1-4
PEMBELAJARAN IPA SD

KB 2

KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN, MENGINFERENSI,


MEMPREDEKSI, MENGENAL HUBUNGAN RUAN DAN
WAKTU, DAN MENGENAL HUBUNGAN-HUBUNGAN ANGKA

A. KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN

Menurut Abruscato (1988) keterampialan mengkomunikasikan adalah


menyampaikan hasil pengamatan yang berhasil dikumpulkan atau
menyampaikan hasil penyelidikan, yang dapat dikembangkan dengan cara
menghimpun informasi dari grafik atau gambar yang menjelaskan benda-
benda/kejadian-kejadian secara rinci. Komunikasi yang jelas
dan tepat merupakan dasar untuk semua kegiatan ilmiah. Dalam hal
mengkomunikasikan sesuatu dapat disampaikan secara lisan atau tertulis.
Adapun hal yang dikomunikasikan dapat berupa diagram, peta, grafik, persamaan
matematika, dan berbagai peragaan visual. Kemampuan untuk memilih penjelasan
tepat tentang benda , organism, dan kejadian
merupakan dasar untuk komunikasi lisan dan tertulis secara efektif. Pelatihan
untuk kegiatan keterampilan ini dapat berupa latihan membuat dan
menginteprestasikan informasi dari grafik, charta, peta, gambar, dan lain-lain.
Siswa dilatih untuk mengembangkan keterampilan mengkomunikasikan dalam hal
menjekaskan benda-
benda dan kejadian-kejadian secara rinci. Kemampuan mengkomunikasikan juga
dapat dilatih melalui penugasan untuk menyusun data dari suatu eksperimen ke
dalam table atau grafik dan melaporkan penemuannya kepada teman-temannya.
Kegiatan yang lain lagi siswa ditugaskan untuk menuliskan kejadian alam seperti
perubahan cuaca dalam beberapa hari
yang terjadi dilingkungannya, seperti ukuran, bentuk, warna, tekstur dan cara
geraknya, beberapa hewan kecil kemudian ditugaskan untuk menyiapkan carta
diagram yang dilengkapi keterangan yang meperlihatkan bagaimana tumbuhan baru
tumbuh dari batang yang di potong tanpa melalui biji terlebih dahulu.

B. .KETERAMPILAN MENGINFERENSI

Keterampilan menginferensi adalah keterampilan membuat kesimpulan


sementara dari yang kita observasi dengan menggunakan logika.
Keterampilan ini dapat dikembangkan dengan latihan-latihan yang
mengembangkan lebih dari satu rangkaian keadaan yang diobservasi. Contoh
latihan yang diberikan adalah melakukan observasi terhadap cairan jernih yang
tidak berwarna, kemudian siswa mengidentifikasi bahwa cairan itu adalah air.
Contoh lainnya adalah siswa diminta untuk menyatakan penyebab panas
mencairnya es batu yang ditaruh dalam air.
MODUL 1-4
PEMBELAJARAN IPA SD

C. KETERAMPILAN MEMPREDIKSI

Keterampilan memprediksi adalah keterampilan menduga,


memprakirakan beberapa kejadian yang terjadi sekarang, keterampialan
menggunakan grafik untuk menyisipkan dan meramalkan terkaan-terkaan.
Prediksi didasarkan pada observasi, pengukuran dan informasi tentang
hubungan variable yang diobservasi. Prediksi yang
tidak didasarkan pada observasi hanya merupakan suatu terkaan. Prediksi yang
tepatdapat dihasilkan dari observasi yang teliti. Contoh kegiatan yang
memprediksi lamanyalilin akan menyala.

D. KETERAMPILAN MENGENAL HUBUNGAN RUANG DAN WAKTU

Keterampilan mengenal hubungan ruang dan waktu meliputi


keterampialan menjelaskan posisi suatu benda terhadap benda lainnya atau
terhadap waktu. Proses ini dapat dipecah kedalam bermacam-
macam kategori termasuk bentuk arah dan susunan yang berkaitan dengan
ruang waktu, gerak dan kecepatan, kesimetrisan, dan kecepatan
perubahan. Kegiatan untuk melatih keterampilan ini adalah menamakan
dan mengidentifikasi gambar-gambar geometris dua dan tiga dimensi, mengenal
bentuk-bentuk benda tiga dimensi dan bayangannya, membuat pernyataan
tentang simetri dari benda-benda.

E. KETERAMPILAN MENGENAL HUBUNGAN BILANGAN -BILANGAN

Keterampilan mengenal hubungan bilangan-bilangan meliputi


kegiatan menemukan hubungan kuantitatif diantara data dan menggunakan garis
bilangan untuk membuat operasi aritmatik. Menggunakan angka adalah
mengaplikasikan aturan-aturan
atau rumus-rumus matematik untuk menghitung kuantitas atau menentukan
hubungan dari pengukuran dasar. Kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih
keterampilan ini adalah menentukan nilai pi dengan mengukur suatu rangkaian
silinder, menggunakan garis bilangan untuk prasi penambahan dan
perkalian. Latihan-
latihan yang mengharuskan siswa untuk mengurutkan dan membandingkan
benda-benda atau data berdasarkan factor numeric membantu untuk
mengembangkan keterampilan ini.
MODUL 1-4
PEMBELAJARAN IPA SD

KB 3

KETERAMPILAN PROSES MEMFORMULASIKAN HIPOTESIS,


MENGONTROL VARIABEL, MEMBUAT DEFINISI OPERASIONAL,
MENGINTERPRETASI DATA

Keterampilan proses IPA yang terintegrasi adalah merupa


kan kombinasi dari beberapa keterampilan proses dasar IPA. Keterampilan proses
IPA terintegrasi meliputi memformulasikan
hipotesis, mengontrol variabel, membuat devinisi operasional melakukan
eksperimen menginterpretasikan data, dan melakukan penyelidikan.

A. MEMFORMULASI HIPOTESIS

Memformulasikan hipotesis berkaitan erat dengan melakukan prediksi.


Hipotesis adalah prediksi yang sangat khusus. Hipotesis meramalkan
bagaimana suatu variabel akan mempengaruhi variabel lainnya. Pada
umumnya hipotesis terdiri dari 2 variabel. Salah satu variabel dapat diubah oleh
peneliti yaitu variabel manipulasi merupakan variabel yang dapat diubah-ubah,
sedangkan variabel lainya diobservasi atau diukur untuk mengetahui sejauh
mana variabel tersebut dapat dipengaruhi. Hipotesis sangat berguna bagi orang
yang melakukan penyelidikan karena hanya memuaskan perhatian pada
penyelidikan yang akan kita lakukan. Kebanyakan berkenaan dengan inferensi
yang dapat diuji atau percobaan yang mungkin dapat dilakukan. Hipotesis
biasanya diformulasikan dalam bentuk pernyataan “jika....., maka....”.

B. VARIABEL

Variabel adalah faktor, kondisi dan/atau hubungan antara kejadian-


kejadian atau sistem. Dikenal ada tiga jenis variabel yaitu variabel yang selalu
berubah-ubah atau variabel bebas (Manipulated Variable, MV), variabel yang
merupakan hasil dari variabel yang diubah-ubah atau variabel terikat
(Responding Variable, RV) dan variabel yang dikontrol supaya tetap
samaselama proses percobaan (Control Variable,
CV). Dalam satu percobaan hanya satu variabel yang diubah, sedangkan variabel
yang lainnya dibuat tetap atau sam selam percobaan dilakukan.Variabel yang selalu
dibuat tetap atau sama untuk setiap percobaan disebut variabel kontrol. Oleh
karena itu variabel adalah faktor-faktor atau kondisi yang merupakan bagian
dari suatu kejadian.

C. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional adalah metode untuk member definisi, mengukur, atau


mendeteksi adanya suatu variabel. Sebagai contoh Anda disuruh membedakan 3
buah definisi operasionaluntuk mengukur daya serap dari kertas tisu yang
meliputi: mencelupkan, mengangkat, dan menuang. Definisi operasional dari
ketiganya adalh sebagai berikut:
MODUL 1-4
PEMBELAJARAN IPA SD

1. Definisi operasional mencelupkan adalah jumlah air yang dapat diserap oleh
kertas tisu setelah dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air dengan volume
tertentu. Volume air yang diserap adalah volume air mula-mula dikurangi
dengan volume air setelah kertas tisu diangkat.
2. Definisi operasional menyerap/mengangkat adalah volume air yang dapat
diserap atau merambat ke dalam kertas tisu setelah kertas tisu diangkat.
3. Definisi operasional menuang adalah volume air yang dapat diserap oleh kertas
tisu setelah air dituang ke dalam kertas tisu. Volume air yang diserap adalah
volume air mula-mula dalam gelas dikurangi volume air yang tersisa dalam
wadah penampung.

D. INTERPRETASI DATA

Membuat hasil pengamatan atau observasi menjadi bermakna disebut


interpretasi data. Interpretasi data biasanya melibatkan organisasi data
kedalam tabel atau gambar/bagan. Interpretasi data juga dapat dilakukan
dengan jalan membuat gambar atau grafik dari hasil
pengamatan, biasanya melibatkan usaha-usaha penulisan hasil observasi,
membuat kesimpulan,inferensi/penafsiran dan merekomendasi. Kesimpulan
biasanya berkenaan dengan ringkasan dari hasil pengamatan. Sedangkan
inferensi adalah pernyataan umum yang berfungsi untuk menjelaskan atau
membuat kesimpulan menjadi bermakna. Rekomendasi adalah saran untuk
tindakan di masa yang akan datang berdasarkan kesimpulan dan inferensi yang
telah dibuat. Interpretasi
data sangat penting untuk dikuasai karena akan sangat membantu kita dalam
memberi makna dan pengertian yang diperoleh sehingga dapat dikomunikasikan
dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai