Anda di halaman 1dari 34

ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS XI DALAM MENYELESAIKAN

SOAL PEMECAHAN MASALAH BERDASARKAN LANGKAH


PENYELESAIAN POLYA PADA MATERI SISTEM
PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL
DI SMAN 10 BUNGO

Devi Rahmadani Fitri1, Husni Sabil2, Dewi Iriani3

Program Studi Pendidikan Matematika

Universitas Jambi

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya kemampuan siswa dalam Menyelesaikan


Soal Pemecahan masalah sehingga sering kali terdapat kesalahan siswa ketika diberikan
soal ataupun suatu permasalahan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan
menganalisis kesalahan dan faktor-faktor penyebab siswa melakukan kesalahan
menyelesaikan soal pemecahan masalah berdasarkan langkah penyelesaian Polya pada
materi sistem persamaan linear dua variabel

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas
XI MIA SMA Negeri 10 Bungo. Subjek dalam Penelitian ini diambil 4 siswa terdiri dari
2 subjek berkemampuan tinggi dan 2 subjek berkemampuan rendah .Penelitian ini
dilakukan di SMA Negeri 10 Bungo. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara
memberikan lembar tes soal pemecahan masalah dan juga melakukan wawancara

Hasil dari penelitian ini berdasarkan hasil tes soal pemecahan masalah dan wawancara
menunjukkan bahwa siswa yang berkemampuan tinggi melakukan kesalahan terbesar
adalah memeriksa kembali jawaban akhir, kesalahan terbesar kedua yaitu melaksanakan
rencana penyelesaian masalah dan untuk memahami masalah dan merencanakan
penyelesaian masalah tidak ada kesalahan apapun. Siswa yang berkemampuan rendah
dominan melakukan kesalahan memahami masalah,kesalahan terbesar kedua adalah
merencanakan penyelesaian masalah, dan kesalahan terbesar ketiga adalah
melaksanakan rencana penyelesaian masalah, kesalahan terbesar keempat adalah
memeriksa kembali jawaban akhir dan. Faktor penyebab untuk siswa yang
berkemampuan tinggi dan rendah, hampir sama kesalahannya yaitu kurang memaknai
soal,kurang ketlitian dan kesalahan pada tahap sebelumnya.Penelitian ini
dilatarbelakangi oleh kurangnya kemampuan siswa dalam mengkonstruksi konsep
sehingga sering kali terdapat kesalahan siswa ketika diberikan soal ataupun suatu
permasalahan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan
kesalahan konstruksi konsep siswa dalam menyelesaikan soal materi barisan dan deret
berdasarkan teori Newman.

Kata Kunci: Analisis kesalahan, Pemecahan masalah, Langkah Penyelesaian Polya


Abstract

This research is motivated by the lack of students' ability to solve problem solving problems
so that there are often student mistakes when given a question or a problem. This study aims
to describe and analyze errors and factors that cause students to make mistakes in solving
problem solving problems based on Polya solving steps on the material of a system of two-
variable linear equations, This type of research is qualitative research. The subject of this
study was a class XI MIA student of SMA Negeri 10 Bungo. The subjects in this study were
taken 4 students consisting of 2 high-ability subjects and 2 low-ability subjects . This
research was conducted at SMA Negeri 10 Bungo. The data in this study was obtained by
providing test sheets for problem solving questions and also conducting interviews, The
results of this study based on the test results of problem solving questions and interviews
show that students who are highly capable of making the biggest mistake are to re-examine
the final answer, the second biggest mistake is to carry out a problem-solving plan and to
understand the problem and plan the problem solving there is no mistake whatsoever. Low-
ability students predominantly make mistakes in understanding the problem, The second
biggest mistake is to plan the problem solving, and the third biggest mistake is to implement
the problem solving plan, the fourth biggest mistake is to double-check the final answer and.
The causal factors for students with high and low abilities are almost the same as mistakes,
namely lack of understanding of the questions, lack of research and mistakes in the previous
stage.

Keywords: Analysis Errors, Problem Solving, Polya.


PENDAHULUAN

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan

daya pikir manusia. Menurut Kurniawan dan Fitriani (2017) menyatakan jika

matematika sangat penting dalam melatih siswa berpikir matematis diantaranya

adalah logis, kritis dan analitis agar siswa bisa dan terbiasa memecahkan masalah.

Menurut kamus bahasa Indonesia (2008:60) analisis adalah penyelidikan

suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui apa sebab-

sebabnya bagaimana duduk perkaranya dan sebagainya. Sedangkan kesalahan dalam

kamus bahasa Indonesia (2008:1247) adalah kekeliruan, perbuatan yang salah

(Melanggar hukum dan sebagainya). sehingga analisis kesalahan merupakan upaya

terhadap suatu peristiwa penyimpangan untuk mencari tahu apa yang menyebabkan

suatu kekeliruan terjadi.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) menekankan bahwa salah satu

tujuan mata pelajaran matematika pada sekolah menengah yaitu agar peserta didik

memiliki kemampuan pemecahan masalah, merancang model matematika,

menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperolah. Selain itu, tujuan mata

pelajaran matematika lainnya agar siswa memiliki sikap menghargai kegunaan

matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, minat dalam

mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah

(Depdiknas, 2006). Sejalan dengan KTSP, kemampuan pemecahan masalah pada


kurikulum 2013 juga merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki peserta

didik setelah mempelajari matematika. Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar

bahwa tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik

adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mengelolah,

mengkontruksi, dan menggunakan pengetahuan (Kemendikbud, 2013).

Menurut Branca (1980) mengemukakan bahwa pentingnya kemampuan

penyelesaian masalah oleh siswa dalam matematika yaitu 1) kemampuan

menyelesaikan masalah merupakan tujuan umum pengajaran matematika; 2)

penyelesaian masalah meliputi metode, prosedur dan strategi merupakan proses inti

dan utama dalam kurikulum matematika; 2) penyelesaian masalah merupakan

kemampuan dasar dalam belajar matematika. Kemampuan masalah matematik sangat

dibutuhkan oleh masyarakat (Bell, 1978:311). Oleh karena itu guru matematika

berkewajiban membekali siswa dengan kemampuan pemecahan masalah.

Dalam dunia pendidikan kemampuan diasah melalui masalah, agar siswa bisa

meningkatkan kompetensi yang ada padanya (Sumartini, 2016). Hal ini sejalan

dengan Dahar (2011:121) yang menyatakan bahwa kemampuan untuk memecahakan

masalah pada dasarnya merupakan tujuan utama proses pendidikan.

Kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika masih

dikategorikan rendah. Salah satu faktor penyebab rendahnya kemampuan pemecahan

masalah siswa adalah faktor kebisaan belajar, siswa hanya terbiasa belajar dengan

cara menghafal, cara ini tidak melatih kemampuan pemecahan masalah matematika,

cara ini merupakan akibat dari pembelajaran konvensional, karena guru mengajarkan
matematika dengan menerapkan konsep dan operasi matematika, memberikan contoh

mengerjakan soal serta meminta siswa untuk mengerjakan soal sejenis dengan soal

yang sudah diterangkan (Syaiful, 2011). Berkaitan dengan pemecahan masalah,

berdasarkan kurikulum nasional, aljabar adalah salah satu materi matematika yang

wajib dipelajari pada satuan pendidikan SMA/MA. Sedangkan menurut Mahsup

(2010) menyatakan bahwa dengan mempelajari konsep aljabar dengan kehidupan

sehari-hari adalah materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV), yang

umumnya disajikan dalam bentuk soal cerita yang berkaitan dengan aspek pemecahan

masalah. Selain itu, materi ini memiliki peluang lebih besar untuk dipahami oleh

siswa karena sudah dipelajari sejak SMP.

Berdasarkan survey lapangan yang dilakukan penulis di SMAN 10 Bungo,

ditemukan fakta bahwa sebagian besar siswa masih mengalami kesalahan dalam

menyelesaikan soal cerita. Dalam hal ini penulis mengambil materi sistem persamaan

linear dua variabel untuk dijadikan sebagai materi yang diujikan kepada siswa guna

melihat dan menganalisis dalam menyelesaikan soal cerita berdasarkan langkah

penyelesaian polya. Materi sistem persamaan linear dua variabel merupakan salah

satu materi yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari dan biasanya

dituangkan dalam bentuk soal cerita. Seringkali siswa sulit dalam memahami soal

cerita (bentuk soal aplikasi/penerapan) serta siswa juga sering membuat kesalahan

dalam membuat model matematika, oleh karena itu materi sistem persamaan linear

dua variabel ini menjadi pilihan untuk dijadikan bahan tes.


Berkaitan dengan pemecahan masalah, berdasarkan kurikulum nasional,

aljabar adalah salah satu materi matematika yang wajib dipelajari pada satuan

pendidikan SMA/MA. Sedangkan menurut Mahsup (2010) menyatakan bahwa

dengan mempelajari konsep aljabar dengan kehidupan sehari-hari adalah materi

Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV), yang umumnya disajikan dalam

bentuk soal cerita yang berkaitan dengan aspek pemecahan masalah. Selain itu,

materi ini memiliki peluang lebih besar untuk dipahami oleh siswa karena sudah

dipelajari sejak SMP.

Berdasarkan survey lapangan yang dilakukan penulis di SMAN 10 Bungo,

ditemukan fakta bahwa sebagian besar siswa masih mengalami kesalahan dalam

menyelesaikan soal cerita. Dalam hal ini penulis mengambil materi sistem persamaan

linear dua variabel untuk dijadikan sebagai materi yang diujikan kepada siswa guna

melihat dan menganalisis dalam menyelesaikan soal cerita berdasarkan langkah

penyelesaian polya. Materi sistem persamaan linear dua variabel merupakan salah

satu materi yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari dan biasanya

dituangkan dalam bentuk soal cerita. Seringkali siswa sulit dalam memahami soal

cerita (bentuk soal aplikasi/penerapan) serta siswa juga sering membuat kesalahan

dalam membuat model matematika, oleh karena itu materi sistem persamaan linear

dua variabel ini menjadi pilihan untuk dijadikan bahan tes.

Berikut 3 hasil tes berdasarkan siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan

rendah dari sampel 21 orang siswa.


Gambar 1. 1 Hasil tes awal siswa berkemampuan tinggi
Berdasarkan hasil tes dan wawancara siswa kelompok tinggi ini menunjukkan,

bahwa siswa mengalami kesalahan memahami masalah dan kesalahan memeriksa

kembali jawaban. Dapat dilihat pada gambar 1.1 siswa tidak menuliskan apa yang

diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal (Kesalahan memahami masalah)dan

berdasarkan hasil wawancara diketahui penyebab siswa melakukan jenis kesalahan

inia adalah karena siswa kurang teliti dalam memahami soal. Sejalan dengan

pendapat Sahriah (2012) mengemukakan bahwa kesalahan siswa terjadi karena (1)

siswa tidak mampu menyampaikan hal-hal yang diketahui dan hal-hal yang

ditanyakan, dan (3) siswa mengalami kesalahan dengan menginterprestasikan bahasa.

Hal ini disebakan oleh siswa melakukan kesalahan dalam memahami makna soal.

Sedangkan siswa juga mengalami kesalahan dalam memeriksa kembali jawaban itu,

dapat dilihat pada gambar 1.1 bahwa siswa tidak menyebutkan kesimpulan yang

diminta pada soal harga dari masing masing barang. Sesuai dengan gagasan peneliti

sebelumnya (Indahsari & Fitriana, 2019) menyatakan bahwa salah satu kesalahan

siswa dalam menyelesaikan masalah SPLDV adalah tidak menuliskan jawaban secara

lengkap dalam jawaban akhir yang merupakan kesimpulan.


Gambar 1. 2 Hasil tes awal siswa berkemampuan sedang
Dari tes di atas ditemukan fakta bahwa siswa mengalami kesalahan

memahami masalah, kesalahan melaksanakan rencana dan kesalahan memeriksa

kembali solusi. Kesalahan memahami masalah ditemukan karena siswa tidak

menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dan berdasarkan hasil

wawancara diketahui penyebab siswa melakukan jenis kesalahan adalah karena siswa

kurang cermat dan teliti dalam memahami soal . Kesalahan melaksanakan rencana,

telihat dari hasil kerja siswa diatas dan wawancara diketahui penyebab siswa

melakukan jenis kesalahan adalah siswa tidak teliti dalam melakukan perhitungan

matematika untuk menyelesaikan model matematika yang telah dibuatnya dan siswa

kurang hati-hati dalam. Kesalahan memeriksa kembali solusi ditemukan bahwa siswa

tidak mampu membuat kesimpulan dan memperoleh jawaban akhir yang salah.
Gambar 1. 3 Hasil tes awal siswa berkemampuan rendah

Siswa yang berkemampuan kognitif rendah ini mengalami kesalahan

memahami masalah, ditemukan karena siswa belum mampu mengungkapkan apa

yang diketahui dan apa yang ditanyakan di dalam soal dan diketahui berdasarkan

hasil wawancara penyebab jenis kesalahan siswa kurang cermat dan teliti dalam

memahami masalah. Kesalahan merencanakan pemecahan masalah, ditemukan

karena siswa tidak mampu membuat pemisalan variabel dari soal cerita yang

diberikan, siswa tidak membuat model matemematika yang sesuai dengan kalimat

cerita yang ada pada soal serta tidak menuliskan metode dan langkah-langkah yang

akan digunakan dalam menyelesaikan model matematika yang telah dibuat.

Kesalahan melaksanakan rencana, ditemukan bahwa siswa salah dalam melakukan


perhitungan. Kesalahan memeriksa kembali solusi, ditemukan bahwa siswa

melakukan kesalahan dalam memperoleh jawaban akhir.

Terdapat beberapa penelitian yang menggunakan langkah penyelesaian polya

dalam penelitiannya, diantaranya Penelitian yang dilakukan oleh Wati dkk (2017)

menunjukkan bahwa ada empat kesalahan dan besar persentase untuk setiap jenis

kesalahan dan besar persentase untuk setiap jenis kesalahan yaitu kesalahan dalam

memahami masalah 49,36%, kesalahan menyusun dan membuat atau membuat

rencana 26,92%, kesalahan melaksanakan rencan 34,16%, dan kesalahan memeriksa

kembali jawaban 41,15%.

Sedangkan menurut Hidayah (2015) dalam penelitiannya Penelitian ini

menunjukan bahwa jenis kesalahan dan persentase yang dilakukan oleh siswa yaitu

kesalahan memahami soal 5%, kesalahan menyusun rencana 21,5%, kesalahan

melaksanakan rencana 22,875%, dan kesalahan memeriksa kembali jawaban 18%.

Oleh karena itu langkah penyelesaian polya merupakan salah satu metode yang tepat

untuk menganalisis kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam

menyelesaikan soal persamaan linear dua variabel.

Berdasarkan penjelesan diatas, peneliti perlu melakukan analisis terhadap

pekerjaan siswa. Dengan menganalisis kesalahan siswa diharapkan kita sebagai calon

guru dapat mengetahui penyebab siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal

pemecahan masalah. Menurut informasi mengenai kesalahan-kesalahan yang

dilakukan siswa dan penyebabnya dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam

menentukan rancangan pembelajaran yang sesuai.


Berdasarkan uraian diatas salah satu cara untuk menganalisa dan

mendeskripsikan kesalahan siswa dalam menyelesaikan tes pemecahan masalah

dengan menentukan kualitas jawaban siswa dengan menggunakan langkah

penyelesaian Polya. Menurut Polya (1973) langkah-langkah dalam memecahkan

masalah matematika (1) memahami masalah, (2) merencanakan pemecahan masalah,

(3) melaksanakan rencana masalah, dan (4) memeriksa kembali solusi yang

diperoleh.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Penelitian ini menggunakan


metode kualitatif deskriptif. Menurut Moleong (2014:6). Penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan
lain-lain. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
deskriptif. Menurut Sukmadinata (2012) menyatakan bahwa pendekatan deskriptif
merupakan suatu metode yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena
yang ada, yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau. Teknik pemilihan subjek
penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Adapun penelitian yang
dilakukan pada siswa kelas XI MIA Di SMA Negeri 10 Bungo. Banyaknya calon
subjek yang diberikan lembar tugas sebanyak 16 siswa, kemudian dipilih 4 subjek
siswa yang memenuhi indikator kesalahan dalam menyelesaikan soal pemecahan
berdasarkan langkah Polya. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
tes menyelesaikan soal pemecahan masalah materi sistem persamaan linear dua
variabel dan wawancara. Adapun aktivitas dalam analisis data ada tiga tahapan, yaitu:
Reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Kesalahan Memahami Masalah

Hasil analisis menunjukkan bahwa kesalahan memahami masalah ini termasuk

kedalam kategori rendah untuk subjek yang berkemampuan tinggi, dikarenakan St1
tidak melakukan kesalahan pada tahap memahami masalah. Dapat dilihat pada tabel

dan hasil wawancara dibawah ini.

Subjek Nomor soal Jenis kesalahan


Memahami Merencanakan Melaksanakan Memeriksa
masalah penyelesaian rencana kembali
masalah penyelesaian jawaban
masalah akhir
St1 1 - -
2 - - - -
St2 1 - - -
2 - -
Jumlah 0 0 2 3

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa St1 dan St2 tidak melakukan kesalahan

pada tahap memahami masalah, dikarenakan siswa St1 dan St2 dapat memahami

masalah pada saat diberikan soal tes pemecahan masalah.

Berdasarkan wawancara St1 dan St2 dapat menjelaskan apa yang diketahui dan

ditanyakan dengan benar dan tepat pada saat mengerjakan soal. Dibawah ini hasil

wawancara St1 dan St2.

Peneliti : Apakah kamu dapat menyebutkan hal-hal apa saja yang diketahui

dan ditanyakan pada soal.

St1 : Diketahui jenis kartu persegi terdapat gambar 1 ekor kerbau dan 4

ekor burung dan jenis kartu segitiga terdapat 1 ekor kerbau dan 4 ekoe

burung. Ditanya berapa banyak tumpukkan kartu persegi dan segitiga

yang harus diambil dari tumpukkan kartu agar jumlah kerbau 33 dan

jumlah burung 100


Peneliti :Apakah sebelumnya kamu sudah pernah mendapatkan soal seperti ini?

St2 :Sudah buk.


Peneliti :Dapatkah kamu menyebutkan hal apa saja yang diketahui dan yang
ditanyakan pada soal nomor 1?

St2 :Diketahui jenis kartu berbentuk persegi, yang didalamnya terdapat


seekor kerbau dan empat ekor burung dan jenis kartu tersebut segitiga
yang didalamnya gambar seekor kerbau dan dua ekor burung. Ditanya
berapakah banyak tumpukan kartu persegi dan segitiga yang harus
diambil dari tumpukkan kartu agar jumlah gambar 33 kerbau dan
jumlah burung 100.

Peneliti : Apakah kamu sudah yakin dengan jawabanmu?

St2 : Sudah buk

Berdasarkan penjelesan diatas dapat disimpulkan bahwa St1 dan St2 tidak

melakukan kesalahan pada tahap memahami masalah. Dikarenakan subjek St1 dan

St2 dapat menjelaskan apa yang diketahui dan ditanyakan pada saat diberikan soal tes

pemecahan masalah sehingga St1 dan St2 dianggap tidak melakukan kesalahan pada

tahap (Memahami Masalah). Polya (2004) menyatakan dalam memahami masalah

dimulai dengan memahami bahasa dan istilah pada soal dan merumuskan hal yang

diketahui, lalu memastikan hal yang diketahui tersebut mendorong menentukan hal

yang ingin didapatkan pada soal.

Akan tetapi berdasarkan Hasil analisis Sr1 dan Sr2 menunjukkan bahwa

subjek Sr1 mengalami kesalahan memahami masalah cukup tinggi, dikarenakan


subjek Sr1 dan Sr2 tidak mencantumnya data yang diketahui dan ditanyakan dengan

lengkap dan tepat. Hasil nya dapat dilihat pada gambar dan tabel dibawah ini.

Subjek Nomor soal Jenis kesalahan


Memahami Merencanakan Melaksanakan Memeriksa
masalah penyelesaian rencana kembali
masalah penyelesaian jawaban
masalah akhir
Sr1 1
2 -
Sr2 1 - *
2 * *
Jumlah 4 0 2 2

Pada Tabel diatas terlihat bahwa Sr1 dan Sr2 melakukan kesalahan memahami

masalah pada soal nomor 1 dan 2, dikarenakan subjek tidak menuliskan data yang

diketahui dan ditanya, karena kurang memahami maksud dari soal, sehingga Sr1 dan

Sr2 dianggap melakukan kesalahan (Memahami Masalah).

Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek Sr1 dan Sr2 tidak dapat

menjelaskan apa yang diketahui dan ditanya dengan benar dan tepat. Berikut ini hasil

wawancaramya.

Peneliti :Coba kamu jelaskan apa yang diketahui dan yang ditanyakan pada
soal nomor 1 Sr1?
Sr1 :Diketahui jenis kartu berbentuk persegi yang didalamnya terdapat
seekor kerbau kerbau dan 2 ekor burung, jenis kartu segitiga yang
terdapat didalamnya seekor kerbau dan 4 ekor burung dan ditanya
berapa banyak tumpukkan kartu persegi dan segitiga yang harus
diambil ditumpukkan kartu agar jumlah kerbau 33 dan jumlah burung
100?
Peneliti :Coba kamu baca lagi soalnya, apakah sudah tepat yg kamu tulis apa
yang ditanyakan pada soal?
Sr1 :(Membaca ) eem setelah saya baca lagi soalnya buk, belum tepat buk,
seharusnya yang diketahui, jenis kartu berbentuk persegi yang
didalamnya terdapat seekor kerbau dan empat ekor burung dan jenis
kartu segitiga yang terdapat didalamnya gambar seekor kerbau dan
dua ekor burung
Peneliti : Baik lah, lain kali coba pahami lagi ya soalnya baik-baik dan lebih
teliti lagi.
Sr1 : Baik buk

Peneliti :Kenapa pada soal nomor 2 Sr1 tidak menuliskan apa yang ditanyakan
pada soal
Sr1 :Karena saya kurang paham buk, apa yang ditanyakan dari soal, jadi
saya tidak menuliskan apa yang ditanyakan pada soal nomor 2 buk.

Peneliti : Kenapa kamu tidak menuliskan apa yang diketahui dari soal nomor
1?
Sr2 : Saya kurang paham dalam memahami maksud dari soal nomor 1 buk
Peneliti : Baiklah

Peneliti : Kenapa kamu tidak menuliskan apa yang diketahui?
Sr2 : Karena saya tidak paham apa yang diketahui pada soal nomor 2 buk.
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa Sr1 dan Sr2

melakukan kesalahan pada tahap memahami masalah, dikarena Sr1 dan Sr2 kurang

teliti dan kurang paham dengan memahami maksud dari soal, pada saat mengerjakan

soal tes. Sehingga Sr1 dan Sr2 dianggap melakukan kesalahan pada tahap

(Memahami Masalah). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ranita (2018:66)

bahwa penyebab siswa melakukan jenis kesalahan ini adalah karena siswa tidak
mampu memahami soal cerita dengan benar, siswa kurang cermat dan teliti dalam

membaca soal, siswa tidak terbiasa menuliskan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan dan siswa tidak mampu menerjemahkan kalimat soal, kedalam kalimat

sendiri. Adapun menurut Shariah (2012) mengemukakan bahwa kesalahan mahasiswa

tidak mampu menyampaikan hal-hal yang ditanyakan dan yang diketahui, mahasiswa

mengalami kesalahan dalam menginterprestasikan bahasa, hal ini disebakan

mahasiswa melakukan kesalahan dalam memahami makna soal.

Berdasarkan penjelesan diatas dapat disimpulkan bahwa Subjek

berkemampuan tinggi tidak melakukan kesalahan pada tahap memahami masalah,

sedangkan Subjek berkemampuan rendah mengalami kesalahan pada tahap

memahami masalah.

2. Kesalahan Merencanakan Penyelesaian Masalah.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa kesalahan pada langkah

merencanakan penyelesaian masalah berkatagori rendah, dikarenakan subjek

berkemampuan tinggi tidak melakukan kesalahan pada merencanakan penyelesaian

masalah. Dapat dilihat pada tabel dan hasil wawancara dibawah ini.

Subjek Nomor soal Jenis kesalahan


Memahami Merencanakan Melaksanakan Memeriksa
masalah penyelesaian rencana kembali
masalah penyelesaian jawaban
masalah akhir
St1 1 - -
2 - - - -
St2 1 - - -
2 - -
Jumlah 0 0 2 3
Berdasarkan gambar dan tabel diatas dapat dilihat bahwa St1 dan St2 tidak

melakukan kesalahan pada tahap merencakan penyelesaian masalah, dikarenakan

siswa berkemampuan tinggi dapat membuat rencana penyelesaian dengan benar dan

tepat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan St1 dan St2, dapat menjelaskan rencana

yang subjek lakukan pada untuk menyelesaikan tahap selanjutnya dengan benar dan

tepat.

Peneliti :Apakah ada langkah-langkah yang kamu ketahui untuk menyelesaikan

soal tersebut?

St1 : Ada buk

Peneliti : Bagaimana cara atau langkah-langkahnya?

St1 :Kertama kali langkah yang saya lakukan adalah membuat

peminsalannya buk, misal x = persegi dan y = segitiga,lalu kemudian

saya membuat model matematikanya yaitu ,

Peneliti : Apakah langkah-langkah yang kamu ketahui untuk menyelesaikan


soal tersebut?

St2 : Pertama meminsalkan kartu perseginya x dan kartu segitiganya y

Terus, kami membuat model matematikanya buk, yaitu


Berdasarkan hasil penjelesan diatas dapat disimpulkan bahwa St1 dan St2

tidak melakukan kesalahan pada tahap merencanakan, dikarenakan Subjek St1 dan

St2 dapat menjelaskan dan membuat rencana dengan benar. Sehingga St1 dan St2

dianggap tidak melakukan kesalahan pada tahap (Merencanakan Penyelesaian

Masalah). Sedangkan Sr1 dan Sr2 juga melakukan kesalahan pada tahap

merencanakan penyelesaian masalah, dikarenakan Sr1 dan Sr2 tidak dapat membuat

rencana dengan benar dan tepat pada saat mengerjakan soal. Hasilnya dapat pada,

tabel dan hasil wawancara dibawah ini.

Subjek Nomor soal Jenis kesalahan


Memahami Merencanakan Melaksanakan Memeriksa
masalah penyelesaian rencana kembali
masalah penyelesaian jawaban
masalah akhir
Sr1 1
2 -
Sr2 1 - *
2 * *
Jumlah 4 0 2 2

Berdasarkan gambar dan tabel diatas terlihat bahwa Sr1 dan Sr2 melakukan

kesalahan pada tahap merencanakan penyelesaian masalah. Berikut hasil

wawancaramya.

Peneliti : Apakah kamu yakin rencana yang kamu buat itu sudah benar Sr1?
Sr1 : Sudah yakin buk
Peneliti : coba kamu baca lagi soalnya lebih teliti lagi Sr1?
Sr1 : (membaca) iya buk, saya salah dalam membuat model
matematikanya buk, seharusnya untuk persamaan 1
nya buk
Peneliti :baik lain kali lebih teliti lagi ya

Peneliti : Apa rencana yang kamu buat sudah tepat, untuk menyelesaikan tahap
selanjutnya?
Sr2 : sudah tepat buk
Peneliti : coba kamu cek lagi?
Sr2 : (mengecek) maaf buk, saya tidak membuat model matematika untuk
persaamannya buk
Peneliti : kenapa kamu tidak membuat model matematika untuk persamaan 1
dan 2 nya Sr2 ?
Sr2 : karena saya tidak paham buk

Berdasarkan hasil wawancara Sr1 dan Sr2 tidak mampu membuat rencana dan

tidak yakin dengan rencana yang subjek buat untuk melanjutkan ketahap selanjutnya.

Sehingga Sr1 dan Sr2 dianggap melakukan kesalahan pada (Merencanakan

Penyelesain Masalah).

Berdasarkan hasil penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa subjek

berkemampuan tinggi tidak melakukan kesalahan pada tahap merencakanakan

penyelesaian masalah, akan tetapi subjek berkemampuan rendah melakukam

kesalahan pada tahap (Merencanakan Penyelesaian Masalah), dikarenakan subjek

berkemampuan rendah tidak dapat membuat rencana penyelesaian dengan benar

untuk melakukan ketahap selanjutnya. Polya (2004) menyatakan siswa dapat

membuat rencana ketika siswa tahu atau setidaknya tahu secara garis besar

perhitungan atau kontruksi mana yang harus siswa lakukan untuk mendapatkan hal
yang tidak diketahui. Polya menyatakan bahwa pencapaian utama dalam pemecahan

masalah adalah untuk menyusun ide rencana. Dalam hal penyusunan rencana ini

Polya juga menyatakan bahwa sulit untuk memiliki ide yang baik untuk menyusun

rencana jika siswa memiliki pengetahuan yang sedikit tentang subjek dan tidak

mungkin untuk memiliki ide yang baik jika kita tidak memiliki pengetahuan sama

sekali. Dalam langkah ini siswa diharapkan mencantumkan rumus yang setelahnya

bisa diselesaikan dengan mensubsitusikan data yang diketahui.

3. Kesalahan Melaksanakan Rencana Penyelesaian Masalah

Hasil analisis subjek berkemampuan tinggi dan subjek berkemampuan rendah,

menunjukkan bahwa kesalahan pada langkah melaksanakan rencana penyelesaian

masalah ini merupakan kesalahan berkatagori cukup tinggi, subjek melakukan

kesalahan pada operasi hitung dikarenakan kurangnya ketelitian dan kurangnya

kemampuan prasyarat seperti pada operasi perkalian, penjumlahan, pengurangan dan

pembagian.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan hasil wawancara

dibawah ini.

Subjek Nomor soal Jenis kesalahan


Memahami Merencanakan Melaksanakan Memeriksa
masalah penyelesaian rencana kembali
masalah penyelesaian jawaban
masalah akhir
St1 1 - -
2 - - - -
St2 1 - - -
2 - -
Jumlah 0 0 2 3

Berdasarkan hasil gambar dan tabel diatas, terlihat bahwa St1 melakukan

kesalahan pada soal nomor 1 dan St2 melakukan kesalahan pada soal nomor 2,
dikarenakan kurang ketelitian dalam melakukan perhitungan saat mengerjakan soal.

Berikut bagian wanacaranya.

Peneliti : Apakah cara/ langkah yang kamu gunakan tersebut sudah sesuai
dengan cara/langkah-langkah yang kamu kerjakan?
St1 : Sudah sesuai buk
Peneliti :Tetapi, coba kamu lihat perhitungan yang kamu buat itu sudah
benar?
St1 : Sudah buk
Peneliti : Coba kamu lihat yang hasil dari y itu apakah benar 50?
St1 : Benar buk
Peneliti : Kenapa kamu membuat 17y = 33

+17
Peneliti : Apakah sudah benar jalan yang kamu buat itu?
St1 : Eemm tidak buk, seharusnya itu dikurang buk, bukan ditambah
Peneliti : Trus kenapa kamu buat itu tambah, bukan dikurang?
St1 : Maaf buk, saya kurang teliti buk
Peneliti : Jadi seharusnya jawaban yang benar itu berapa?coba cari lagi?
St1 : (Mencari) jadi jawabannya itu adalah 16 buk
Peneliti : Baik lah, lain kali lebih teliti ngerjain soalnya. Apakah kamu tergesa-
gesa menyelesaikan soalnya?
St1 : Tidak buk

Peneliti : Apakah hasil perhitungan kamu itu sudah benar?


St2 : Salah buk.
Peneliti : Apa yang salah? Coba Jelaskan?
St2 : Hasil akhirnya buk , seharusnya hasil akhirnya adalah 128,3 kg.
Peneliti : Baik, lain kali lebih teliti lagi ya
St2 : Iya buk
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa St1 dan St2

melakukan kesalahan pada tahap melaksanakan rencana penyelesaian, disebakan oleh

kurangnya ketelitian dalam melakukan perhitungan dalam mengerjakan soal.

Sedangkan subjek berkemapuan Sr1 melakukan kesalahan pada tahap melaksanakan

rencana penyelesaian masalah pada soal nomo1 dan soal nomor 2, dikarenakan

kurang teliti dalam melakukan perhitungan. Sedangkan Sr2 tidak melakukan

kesalahan pada tahap melaksanakan rencanan penyelesaian masalah, dikarenakan Sr2

tidak paham dan tidak melanjutkan penyelesaiannya.. Dapat dilihat pada tabel dan

hasil wawancara dibawah ini.

Subjek Nomor soal Jenis kesalahan


Memahami Merencanakan Melaksanakan Memeriksa
masalah penyelesaian rencana kembali
masalah penyelesaian jawaban
masalah akhir
Sr1 1
2 -
Sr2 1 - *
2 * *
Jumlah 4 3 2 2

Peneliti : Apakah kamu yakin jawaban kamu buat sudah benar?


Sr1 : Yakin buk
Peneliti : Coba kamu lihat lagi yang kamu subsitutisakan itu sudah benar
hasilnya?
Sr1 :(Mengecek) iya buk, setelah saya lihat lagi saya melakukan kesalahan
buk, seharusnya saya saat memindah ruaskan itu dikurang buk, bukan
ditambah.
Peneliti :Jadi seharusnya hasil yang benarnya berapa?
Sr1 : 16 buk

Peneliti : Apakah kamu yakin perhitunganmu sudah benar? Coba cari lagi?
Sr1 : Salah buk, seharusnya hasilnya 128,35 kg buk
Peneliti : Baik lain kali lebih teliti lagi ya
Sr1 : Baik buk

Peneliti : Kenapa kamu tidak melanjutkan perhitunganya lagi Sr2?

Sr2 : Saya tidak Paham lagi buk, makanya saya tidak melanjutkan

penyelesainnya lagi buk

Berdasarkan hasil tabel dan hasil wawancaranya diatas dapat disimpulkan

bahwa Sr1 melakukan kesalahan pada tahap melaksanakan rencana penyelesaian

masalah pada soal nomor 1 dan nomor 2.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa subjek

berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah melakukan kesalahan pada tahap

(melaksanakan rencana penyelesaian masalah), disebabkan kurang ketelitian

dalam mengerjakan soal. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hidayah (2018:188)

bahwa penyebab siswa melakukan jenis kesalahan ini adalah karena siswa kurang

hati-hati dalam melakukan perhitungan matematika untuk menyelesaikan model yang

telah dibuatnya. Selanjutnya menurut Sulistiyorini (2016:8) menyatakan kesalahan

siswa pada tahap melaksanakan rencana penyelesian masalah yaitu kebiasaan siswa

yang kurang teliti dalam proses perhitungan. Tidak jauh berbeda dari kesalahan

melaksankan rencana penyelesaian masalah, kesalahan memeriksa kembali jawaban

akhir disebabkan karena tahap sebelumnya, siswa kurang cermat dan teliti dalam

membaca soal, dan tidak terbiasa.


4. Kesalahan Memeriksa Kembali Jawaban Akhir

Hasil analisis menunjukkan bahwa subjek berkemampuan tinggi, melakukan

kesalahan pada langkah ini berkatagori cukup tinggi , dikarenakan subjek melakukan

kesalahan pada tahap sebelumnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan

hasil wawancara dibawah ini.

Subjek Nomor soal Jenis kesalahan


Memahami Merencanakan Melaksanakan Memeriksa
masalah penyelesaian rencana kembali
masalah penyelesaian jawaban
masalah akhir
St1 1 - -
2 - - - -
St2 1 - - -
2 - -
Jumlah 0 0 2 3

Berdasarkan dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa St1 mengalami kesalahan
memeriksa kembali jawaban akhir pada soal nomor 1, dikarenakan dan St2
mengalami kesalahan memeriksa kembali jawaban akhir pada soal nomor 1 dan soal
nomor 2.

Peneliti : Apakah kesimpulan yang kamu buat sudah benar?


St1 : Tidak buk,salah buk. karena jawaban perhitungan saya tadi salah
buk.

Peneliti : Jadi bagaimana dengan kesimpulan nomor 1?
St2 : Ada yang kurang buk, seharusnya jadi untuk mendapatkan 33 kerbau
dan 100 burung harus mengambil kartu x sebanyak 17 kartu dan
mengambil kartu y sebanyak 16 kartu
Peneliti : Lain kali teliti lagi ya

Peneliti : Lihat kesimpulan nomor 2, benar tidak yang kamu tulis?
St2 : Salah buk, karena sebelumnya sudah salah , jadi selanjutnya juga
salah
Peneliti : Apa kamu tidak mengecek lagi jawaban mu?
St2 : Tidak buk, langsung jawab soal selanjutnya.

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa penyebab St1


dan St2 melakukan kesalahan pada tahap memeriksa kembali jawaban akhir,
dikarenakan kesalahan pada tahap sebelumnya, kurang teliti dan tidak mengecek lagi
jawabannya.

Hasil analisis menunjukkan bahwa subjek berkemampuan rendah, melakukan

kesalahan pada langkah ini berkatagori cukup tinggi , dikarenakan subjek melakukan

kesalahan pada tahap sebelumnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan

hasil wawancara dibawah ini.

Subjek Nomor soal Jenis kesalahan


Memahami Merencanakan Melaksanakan Memeriksa
masalah penyelesaian rencana kembali
masalah penyelesaian jawaban
masalah akhir
Sr1 1
2 -
Sr2 1 - *
2 * *
Jumlah 4 3 2 2

Berdasarkan hasil tabel diatas, terlihat bahwa Sr1 mengalami kesalahan pada

tahap memeriksa kembali jawaban pada soal nomor 1 dan soal nomor 2 dan Sr2

dianggap tidak melakukan kesalahan pada tahap memeriksa kembali jawaban akhir,

disebabkan karena Sr2 tidak menuliskan kesimpulannya.

Peneliti :Apakah kesimpulan yang kamu buat itu benar?


Sr1 :Tidak buk, karena jawaban yang saya buat sebelumnya salah buk ,
jadi kesimpulannya juga salah lah buk.

Peneliti : Apakah kesimpulan yang dibuat St1 sudah benar?
Sr1 : Tidak buk, karena pada tahap sebelumnya sudah salah buk.

Berdasarkan wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa St1 mengalami

kesalahan pada tahap memeriksa kembali, disebabkan oleh kesalahan pada tahap

sebelumnya.

Berdasarkan penjelesan diatas dapat simpulkan bahwa subjek berkemampuan

tinggi dan Subjek berkemampuan rendah melakukan kesalahan pada tahap

(Memeriksa Kembali Jawaban Akhir), disebabkan oleh kesalahan pada tahap

sebelumnya, kurang ketelitian, tidak melakukan pengecekan ulang. Hal tersebut

sesuai dengan pernyataan Khairunnisa (2017:472) pada tahap evaluasi siswa tidak

melakukan pengecekan kembali langkah-langkah penyelesaian. Sehingga siswa tidak

menyadari jawaban yang diperoleh belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini

sejalan dengan pernyataan Ifanali (2014:156) dalam jurnal eloktroniknya bahwa

untuk mencega kesalahan ini terus terjadi guru harus membiasakan siswa untuk

melakukan langkah penyelesaian Polya, terutama membiasakan siswa mengecek

kembali hasil pekerjaan siswa itu sendiri.

Berdasarkan penjelesan diatas, peneliti akan menganalisis kembali faktor-

faktor yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan dalam pemecahan masalah

pada materi sistem persamaan linear dua variabel. Berikut faktor-faktor penyebab
kesalahan siswa dalam pemecahan masalah pada materi sistem persamaan linear dua

variabel.

1. Tidak Dapat Memaknai Masalah Dalam Soal

Kesalahan dalam memahami masalah adalah kesalahan dalam memaknai

bahasa dan model matematika pada soal. Dalam penelitian ini 2 dari 2 subjek

penelitian melakukan kesalahan yang disebabkan karena subjek tidak dapat

memaknai masalah yang terdapat dalam soal. Salah satu penyebab kesalahan siswa

menurut Astutik (2015:100) adalah siswa tidak memahami maksud dari soal. Yang

dimaksud kurang paham terhadap makna soal adalah siswa tidak tahu yang akan ia

kerjakan setelah memperoleh informasi dari soal, namun terkadang siswa juga tidak

informasi yang berguna dari soal karena terjadi salah penafsiran. Dalam penyelesaian

soal pada penelitian ini terjadi kesalahan siswa tidak memahami masalah dalam soal

sehingga mengalami kesalahan dikesimpulan.

2. Kurang Teliti/Ceroboh

Salah satu faktor penyebab kesalahan berdasarkan hasil penelitian ini adalah

kurangnya ketelitian subjek atau kecerobohan ketika mengerjakan permasalahan pada

soal. Semua subjek penelitian dalam penelitian ini melakukan kesalahan yang

disebakan oleh kekurang telitian ketika mengerjakan permasalah pada soal. Hal ini

dapat terlihat lembar jawaban dan hasil wawancara yang menyatakan bahwa subjek

menyatakan bahwa subjek menyatakan sendirinya bahawa subjek termasuk orang

yang tidak teliti, dengan tidak menyadari kekeliruan yang dialami, sehingga

menyebabkan timbulnya kesalahan dalam penulisan, perhitungan dalam


menyelesaikan permasalahan pada soal. Hal ini didukung oleh penelitian farida

(2015:49) yang menyatakan penyebab siswa melakukan kesalahan adalah kekurang

telitian siswa dalam menyelesaikan soal. Serta diperkuat oleh pernyataan Astutik

(2015:98) salah satu faktor penyebab kesalahan adalah tergesa dan kurangnya

ketelitian siswa dalam menyelesaiakan soal. Sehingga salah satu faktor penyebab

siswa melakukan kesalahan adalah karena siswa kurang teliti/ceroboh. Kemudiah

diperkuat lagi dengan pernyataan. Selanjutnya diperkuat lagi dengan pernyataan

Nurkhasanah (2015:12) salah satu faktor penyebab kesalahan adalah kurangnya

ketelitian siswa saat mengerjakan soal dan tidak terbiasanya mengecek kembali hasil

pekerjaan setelah selesai.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa/siswi SMA Negeri 10

Bungo kelas XI MIA d\apat ditarik kesimpulan bahwa dapat ditarik kesimpulanya

sebagai berikut:

1. Kesalahan Subjek berkemampuan tinggi dalam menyelesaikan soal pemecahan

masalah matematika berdasarkan langkah penyelesian Polya, yaitu:

a. Kesalahan memahami masalah, antara lain Subjek dapat menuliskan apa yang

diketahui dan apa yang ditanyakan.

b. Kesalahan merencanakan penyelesaian masalah, antara lain subjek dapat

membuat pemisalan yang akan digunakan untuk membuat model matematika.


c. Kesalahan melaksanakan rencana penyelesaian masalah, antara lain salah dalam

tahap perhitungan/operasi matematika

d. Kesalahan memeriksa kembali jawaban akhir, antara lain subjek dapat menulis

jawaban akhir, tetapi tidak sesuai dengan apa yang ditanyakan pada soal.

2. Kesalahan subjek berkemampuan rendah dalam menyelesaikan soal pemecahan

masalah berdasarkan langkah penyelesaian Polya, yaitu:

a. Kesalahan memahami masalah, antara lain tidak dapat menuliskan apa yang

diketahui dan apa yang ditanyakan pada soal, tidak memahami masalah dalam

soal.
b. Kesalahan merencanakan penyelesaian masalah, antara lain tidak dapat

menuliskan pemisalan variabel yang akan digunakan untuk membuat model

matematika.

c. Kesalahan melaksanakan rencana penyelesaian masalah, antara lain Subjek

melakukan kesalahan dalam komputasi atau perhitungan dan subjek kurang

teliti dalam melakukan perhitungan matematika untuk menyelesaikan model

matematika yang telah mereka buat.

d. Kesalahan memeriksa kembali jawaban akhir, antara lain subjek tidak dapat

menuliskan jawaban akhir.

3. Faktor- faktor penyebab kesalahan yang dilakukan siswa dalam pemecahan

masalah pada materi sistem persamaan linear dua variabel antara subjek

berkemampuan tinggi dan subjek berkemampuan rendah tidak terlihat

perbedaannya atau faktor penyebab kesalahan yang dialami hampir sama. Adapun

fakto-faktor penyebab kesalahan yang dilakukan siswa adalah sebagai berikut:

a. Kesalahan memaknai masalah dalam soal.

b. Kesalahan karena kurang teliti.

c. Kesalahan pada tahap sebelumnya


DAFTAR
PUSTAKA

Adinawan, M. cholik dan S. (2008). Seribu Pena Matematika untuk SMP/MTs Kelas
VII. Intisari Materi Contoh Dan Soal & Pembahasan Kompetensi. Erlangga

Aisyah, Nyimas, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta:


Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Astutik, Y. 2015. Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita


Aritmatika Sosial. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidobarjo. Vol.3
No.1 ISSN:2337-8166.
.
Adjie, N., & Maulana (2009). Pemecahan Masalah Matematika. Bandung:UPI
PRESS.

Arif, M. B. (2017). Analisis kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas


X TKJ YP 17 Selerejo. Skripsi. Tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Kanjuruhan Malang.

Bell, F. H. (1978). Teaching and learning mathematics. Wim. C. Brown Compony


Publisherc. USA.

Branca, N. A. (1980). Problem Solving As Goal, Process And Basic Skill. In S Krulik
And R.E. Reys (Eds). Problem Solving In School Mathematics. Washington
DC:NCTM.

Bornok sinaga, dkk. 2014. Matematika untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas X


Semester 1. Jakarta: Kemendikbud

Cerita, S., Persamaan, S., Dua, L., Berdasarkan, V., Kognitif, G., Smp, V., Welak, N.,
& Manggarai, K. (2021). Analisis , Kesalahan siswa, Sistem Persamaan Linear
Dua Variabel, gaya Intelektual . 3(2), 131–140.

Dahar, R. W. (2011). Teori-Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2006). Kurikulum Standar Kompetensi Matematika Sekolah Menengah


Atas Dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Depdiknas

Davis, J. E & McKillip, W.D. 1980. Improving Story Problem Solving In Elementary
School Mathematics. Virgina:NCTM

Dalyono. (2009). Psikologi Pendidikan. P.T Rineka Cipta.

Farida, N. 2015. Analisis kesalahan siswa SMP kelas VIII dalam menyelesaian
masalah soal cerita matematika. Jurnal pendidikan matematika. Vol.4, No.2.

Hidayah, S. (2016). Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita


SPLDV Berdasarkan Langkah Penyelesaian Polya. Jurnal Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Matematika, Vol. 1(ISSN), 2528-259 X.

Hartono, Y 2014. Matematika strategi pemecahan masalah. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Hudoyono, Herman. 1998. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta : Depdikbud.

Hardini Isriani & Dewi Puspitasari. 2012. Strategi Pembelajaran Terpadu (Teori,
Konsep & Implementasi. Familia, Yogyakarta.

Ifanali, 2014. Penerapan langkah-langkah Polya untuk meningkatkan kemampuan


pemecahan masalah soal cerita pecahan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 13
Palu. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako. Vol. 1, No.1.

Komariah, A., & Satori, D. (2011). metode penelitian kualitatif.

Kemendikbud. (2013). Permendikbud No. 64. Tentang standar isi pendidikan dasar
dan menengah. Jakarta: kementerian pendidikan dan kebudayaan.

Khairunnisa, Rifda Dan Nining Setyaningsih.2017. Analisis Metakognisi Siswa


Dalam Pemecahan Masalah Aritmatika Sosial Ditinjau Dari Perbedaan Gender.
Jurnal Prosiding. ISSN:2502-6526.

Lestari, l., & Sofyan, D. (2014). Perbandingan Kemampuan Pemcahan masalah Siswa
Dalam Matematika antara yang Mendapatkan Pembelajaran Matematika
Realistik (PMR) dengan pembelajaran konvensional. Jurnal Pendidikan
Matematika, 3(2), 95–108.

Moleong, lexy, j. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya.

Nugroho, H. dan L. M. (2009). Matematika SMP dan MTs Kelas VIII. Depdiknas.
Nuharini, D. dan T. W. (2008). Matematika Konsep dan Aplikasinya untuk kelas VIII
SMP dan MTs. Depdiknas.

Polya ,George (1985).How to Solve It. How to Solve It-A New Aspect of
mathematiical method (second edition). New Jersey: princeton University Press
Ihttps://doi.org/10.2307/j.ctvc773pk.

Polya, G. (1973). How To Solve It: A New Aspect Of Mathematical Method.


Stanford University.

Poima. M.D. 2016. Penerapan M.D. 2016. Profil Pemecahan Masalah Matematika
Pada Materi Perbandingan Dan Skala Berdasarkan Tahapan Polya Bagi Siswa
Kelas VI SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga. Jurnal Matematika. Salatiga.

Rahardjo dan Astuti. (2011). Pembelajaran soal cerita pada operasi hitung
campuran SD. Pusat pengembangan dan pemerdayaan pendidik dan tenaga
kependidikan.

Risma Astutiani, dkk (2019). Kemampuan pemecahan masalah matematika dalam


menyelesaikan soal cerita berdasarkan langkah penyelesaian polya. ISSN:2686-
6404.

Rosyidi, Abdul Haris. 2005. Analisis Kesalahan Siswa Kelas II Mts Alkhoiriyah
Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Yang Terkait Dengan Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel Peubah. Tesis Yang Tidak Dipublikasikan. Surabaya:
Unesa.

Saputri, R. A. (2019). Analisis Pemecahan Masalah Soal Cerita Materi Perbandingan


Ditinjau Dari Aspek Merencanakan Polya. Wacana Akademika: Majalah Ilmiah
Kependidikan, 3(1), 21–38.
http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/wacanaakademika/article/download/3267/2
335.

Satori & Komariah. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Alfabeta.

Sedarmayanti. (2011). metodologi penelitian. cv bandar maju.

Soedjadi. (2000). Kiat Pendidikan Matematika di indonesia. Depdiknas.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian: Pendekatan Kualitatif, dan R & D. Alfabeta.

Sugiyono, D. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan.

Sugiyono, P. D. (2019). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, R&D (Cetakan Ke 26). Bandung: CV Alfabeta, 1–334.
Sukmadinata. (2012). metode penelitian pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya.

Supriyanto. (2020). Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaiakan Soal Cerita


Tentang Perbandingan. PREMIERE : Journal of Islamic Elementary Education,
1(2), 74–91. https://doi.org/10.51675/jp.v1i2.81.

Slavin. Robert E. 1995. Cooperative Learning: Theory, Research, and Pactice


Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon Publiaher.

Sumartini, T.S. (2016). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis


Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah 5 .

Sulistiyorini dan Nining Setyaningsih. 2016. Analisis kesalahan siswa dalam


pemecahan masalah soal cerita. Jurnal Prosiding. ISSN:2528-4630.

Susanto,H., A. (2015). Pemahaman Pemecahan Masalah Berdasarkan Gaya Kognitif.


Yogyakarta: Deepublish

Syaiful. (2011). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui


Pendekatan Matematika Realistik. Jurnal Pendidikan Matematika Dan Sains,
16(1), 9–16. https://doi.org/10.21831/jpms.v16i1.12203.

Wahyuni, A. (2020). Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal


Aritmatika Sosial. Jurnal Pendidikan Matematika, 11(1), 67.
https://doi.org/10.36709/jpm.v11i1.10022.

Walidin. (n.d.). metodologi penelitian kualitatif & Graounded Thory (pertama). 2015.

Wati, M. K., Sujadi, A. A., Studi, P., Matematika, P., Sarjanawiyata, U., Yogyakarta,
T., & Masalah, P. (2017). Siswa Kelas Vii Smp. VI(1), 9–16.

Yunia, N., & Zanthy, L. S. (2020). Kesalahan Siswa Smp Dalam Menyelesaikan Soal
Cerita Pada Materi Aritmatika Sosial. Teorema: Teori Dan Riset Matematika,
5(1), 105. https://doi.org/10.25157/teorema.v5i1.3206.

Anda mungkin juga menyukai