Universitas Jambi
Abstrak
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas
XI MIA SMA Negeri 10 Bungo. Subjek dalam Penelitian ini diambil 4 siswa terdiri dari
2 subjek berkemampuan tinggi dan 2 subjek berkemampuan rendah .Penelitian ini
dilakukan di SMA Negeri 10 Bungo. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara
memberikan lembar tes soal pemecahan masalah dan juga melakukan wawancara
Hasil dari penelitian ini berdasarkan hasil tes soal pemecahan masalah dan wawancara
menunjukkan bahwa siswa yang berkemampuan tinggi melakukan kesalahan terbesar
adalah memeriksa kembali jawaban akhir, kesalahan terbesar kedua yaitu melaksanakan
rencana penyelesaian masalah dan untuk memahami masalah dan merencanakan
penyelesaian masalah tidak ada kesalahan apapun. Siswa yang berkemampuan rendah
dominan melakukan kesalahan memahami masalah,kesalahan terbesar kedua adalah
merencanakan penyelesaian masalah, dan kesalahan terbesar ketiga adalah
melaksanakan rencana penyelesaian masalah, kesalahan terbesar keempat adalah
memeriksa kembali jawaban akhir dan. Faktor penyebab untuk siswa yang
berkemampuan tinggi dan rendah, hampir sama kesalahannya yaitu kurang memaknai
soal,kurang ketlitian dan kesalahan pada tahap sebelumnya.Penelitian ini
dilatarbelakangi oleh kurangnya kemampuan siswa dalam mengkonstruksi konsep
sehingga sering kali terdapat kesalahan siswa ketika diberikan soal ataupun suatu
permasalahan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan
kesalahan konstruksi konsep siswa dalam menyelesaikan soal materi barisan dan deret
berdasarkan teori Newman.
This research is motivated by the lack of students' ability to solve problem solving problems
so that there are often student mistakes when given a question or a problem. This study aims
to describe and analyze errors and factors that cause students to make mistakes in solving
problem solving problems based on Polya solving steps on the material of a system of two-
variable linear equations, This type of research is qualitative research. The subject of this
study was a class XI MIA student of SMA Negeri 10 Bungo. The subjects in this study were
taken 4 students consisting of 2 high-ability subjects and 2 low-ability subjects . This
research was conducted at SMA Negeri 10 Bungo. The data in this study was obtained by
providing test sheets for problem solving questions and also conducting interviews, The
results of this study based on the test results of problem solving questions and interviews
show that students who are highly capable of making the biggest mistake are to re-examine
the final answer, the second biggest mistake is to carry out a problem-solving plan and to
understand the problem and plan the problem solving there is no mistake whatsoever. Low-
ability students predominantly make mistakes in understanding the problem, The second
biggest mistake is to plan the problem solving, and the third biggest mistake is to implement
the problem solving plan, the fourth biggest mistake is to double-check the final answer and.
The causal factors for students with high and low abilities are almost the same as mistakes,
namely lack of understanding of the questions, lack of research and mistakes in the previous
stage.
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan
daya pikir manusia. Menurut Kurniawan dan Fitriani (2017) menyatakan jika
adalah logis, kritis dan analitis agar siswa bisa dan terbiasa memecahkan masalah.
suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui apa sebab-
terhadap suatu peristiwa penyimpangan untuk mencari tahu apa yang menyebabkan
tujuan mata pelajaran matematika pada sekolah menengah yaitu agar peserta didik
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperolah. Selain itu, tujuan mata
matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah
bahwa tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik
penyelesaian masalah meliputi metode, prosedur dan strategi merupakan proses inti
dibutuhkan oleh masyarakat (Bell, 1978:311). Oleh karena itu guru matematika
Dalam dunia pendidikan kemampuan diasah melalui masalah, agar siswa bisa
meningkatkan kompetensi yang ada padanya (Sumartini, 2016). Hal ini sejalan
masalah siswa adalah faktor kebisaan belajar, siswa hanya terbiasa belajar dengan
cara menghafal, cara ini tidak melatih kemampuan pemecahan masalah matematika,
cara ini merupakan akibat dari pembelajaran konvensional, karena guru mengajarkan
matematika dengan menerapkan konsep dan operasi matematika, memberikan contoh
mengerjakan soal serta meminta siswa untuk mengerjakan soal sejenis dengan soal
berdasarkan kurikulum nasional, aljabar adalah salah satu materi matematika yang
sehari-hari adalah materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV), yang
umumnya disajikan dalam bentuk soal cerita yang berkaitan dengan aspek pemecahan
masalah. Selain itu, materi ini memiliki peluang lebih besar untuk dipahami oleh
ditemukan fakta bahwa sebagian besar siswa masih mengalami kesalahan dalam
menyelesaikan soal cerita. Dalam hal ini penulis mengambil materi sistem persamaan
linear dua variabel untuk dijadikan sebagai materi yang diujikan kepada siswa guna
penyelesaian polya. Materi sistem persamaan linear dua variabel merupakan salah
satu materi yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari dan biasanya
dituangkan dalam bentuk soal cerita. Seringkali siswa sulit dalam memahami soal
cerita (bentuk soal aplikasi/penerapan) serta siswa juga sering membuat kesalahan
dalam membuat model matematika, oleh karena itu materi sistem persamaan linear
aljabar adalah salah satu materi matematika yang wajib dipelajari pada satuan
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV), yang umumnya disajikan dalam
bentuk soal cerita yang berkaitan dengan aspek pemecahan masalah. Selain itu,
materi ini memiliki peluang lebih besar untuk dipahami oleh siswa karena sudah
ditemukan fakta bahwa sebagian besar siswa masih mengalami kesalahan dalam
menyelesaikan soal cerita. Dalam hal ini penulis mengambil materi sistem persamaan
linear dua variabel untuk dijadikan sebagai materi yang diujikan kepada siswa guna
penyelesaian polya. Materi sistem persamaan linear dua variabel merupakan salah
satu materi yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari dan biasanya
dituangkan dalam bentuk soal cerita. Seringkali siswa sulit dalam memahami soal
cerita (bentuk soal aplikasi/penerapan) serta siswa juga sering membuat kesalahan
dalam membuat model matematika, oleh karena itu materi sistem persamaan linear
Berikut 3 hasil tes berdasarkan siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan
kembali jawaban. Dapat dilihat pada gambar 1.1 siswa tidak menuliskan apa yang
diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal (Kesalahan memahami masalah)dan
inia adalah karena siswa kurang teliti dalam memahami soal. Sejalan dengan
pendapat Sahriah (2012) mengemukakan bahwa kesalahan siswa terjadi karena (1)
siswa tidak mampu menyampaikan hal-hal yang diketahui dan hal-hal yang
Hal ini disebakan oleh siswa melakukan kesalahan dalam memahami makna soal.
Sedangkan siswa juga mengalami kesalahan dalam memeriksa kembali jawaban itu,
dapat dilihat pada gambar 1.1 bahwa siswa tidak menyebutkan kesimpulan yang
diminta pada soal harga dari masing masing barang. Sesuai dengan gagasan peneliti
sebelumnya (Indahsari & Fitriana, 2019) menyatakan bahwa salah satu kesalahan
siswa dalam menyelesaikan masalah SPLDV adalah tidak menuliskan jawaban secara
menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dan berdasarkan hasil
wawancara diketahui penyebab siswa melakukan jenis kesalahan adalah karena siswa
kurang cermat dan teliti dalam memahami soal . Kesalahan melaksanakan rencana,
telihat dari hasil kerja siswa diatas dan wawancara diketahui penyebab siswa
melakukan jenis kesalahan adalah siswa tidak teliti dalam melakukan perhitungan
matematika untuk menyelesaikan model matematika yang telah dibuatnya dan siswa
kurang hati-hati dalam. Kesalahan memeriksa kembali solusi ditemukan bahwa siswa
tidak mampu membuat kesimpulan dan memperoleh jawaban akhir yang salah.
Gambar 1. 3 Hasil tes awal siswa berkemampuan rendah
yang diketahui dan apa yang ditanyakan di dalam soal dan diketahui berdasarkan
hasil wawancara penyebab jenis kesalahan siswa kurang cermat dan teliti dalam
karena siswa tidak mampu membuat pemisalan variabel dari soal cerita yang
diberikan, siswa tidak membuat model matemematika yang sesuai dengan kalimat
cerita yang ada pada soal serta tidak menuliskan metode dan langkah-langkah yang
dalam penelitiannya, diantaranya Penelitian yang dilakukan oleh Wati dkk (2017)
menunjukkan bahwa ada empat kesalahan dan besar persentase untuk setiap jenis
kesalahan dan besar persentase untuk setiap jenis kesalahan yaitu kesalahan dalam
menunjukan bahwa jenis kesalahan dan persentase yang dilakukan oleh siswa yaitu
Oleh karena itu langkah penyelesaian polya merupakan salah satu metode yang tepat
pekerjaan siswa. Dengan menganalisis kesalahan siswa diharapkan kita sebagai calon
guru dapat mengetahui penyebab siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal
dilakukan siswa dan penyebabnya dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam
(3) melaksanakan rencana masalah, dan (4) memeriksa kembali solusi yang
diperoleh.
METODE
kedalam kategori rendah untuk subjek yang berkemampuan tinggi, dikarenakan St1
tidak melakukan kesalahan pada tahap memahami masalah. Dapat dilihat pada tabel
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa St1 dan St2 tidak melakukan kesalahan
pada tahap memahami masalah, dikarenakan siswa St1 dan St2 dapat memahami
Berdasarkan wawancara St1 dan St2 dapat menjelaskan apa yang diketahui dan
ditanyakan dengan benar dan tepat pada saat mengerjakan soal. Dibawah ini hasil
Peneliti : Apakah kamu dapat menyebutkan hal-hal apa saja yang diketahui
St1 : Diketahui jenis kartu persegi terdapat gambar 1 ekor kerbau dan 4
ekor burung dan jenis kartu segitiga terdapat 1 ekor kerbau dan 4 ekoe
yang harus diambil dari tumpukkan kartu agar jumlah kerbau 33 dan
Peneliti :Apakah sebelumnya kamu sudah pernah mendapatkan soal seperti ini?
Berdasarkan penjelesan diatas dapat disimpulkan bahwa St1 dan St2 tidak
melakukan kesalahan pada tahap memahami masalah. Dikarenakan subjek St1 dan
St2 dapat menjelaskan apa yang diketahui dan ditanyakan pada saat diberikan soal tes
pemecahan masalah sehingga St1 dan St2 dianggap tidak melakukan kesalahan pada
dimulai dengan memahami bahasa dan istilah pada soal dan merumuskan hal yang
diketahui, lalu memastikan hal yang diketahui tersebut mendorong menentukan hal
Akan tetapi berdasarkan Hasil analisis Sr1 dan Sr2 menunjukkan bahwa
lengkap dan tepat. Hasil nya dapat dilihat pada gambar dan tabel dibawah ini.
Pada Tabel diatas terlihat bahwa Sr1 dan Sr2 melakukan kesalahan memahami
masalah pada soal nomor 1 dan 2, dikarenakan subjek tidak menuliskan data yang
diketahui dan ditanya, karena kurang memahami maksud dari soal, sehingga Sr1 dan
Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek Sr1 dan Sr2 tidak dapat
menjelaskan apa yang diketahui dan ditanya dengan benar dan tepat. Berikut ini hasil
wawancaramya.
Peneliti :Coba kamu jelaskan apa yang diketahui dan yang ditanyakan pada
soal nomor 1 Sr1?
Sr1 :Diketahui jenis kartu berbentuk persegi yang didalamnya terdapat
seekor kerbau kerbau dan 2 ekor burung, jenis kartu segitiga yang
terdapat didalamnya seekor kerbau dan 4 ekor burung dan ditanya
berapa banyak tumpukkan kartu persegi dan segitiga yang harus
diambil ditumpukkan kartu agar jumlah kerbau 33 dan jumlah burung
100?
Peneliti :Coba kamu baca lagi soalnya, apakah sudah tepat yg kamu tulis apa
yang ditanyakan pada soal?
Sr1 :(Membaca ) eem setelah saya baca lagi soalnya buk, belum tepat buk,
seharusnya yang diketahui, jenis kartu berbentuk persegi yang
didalamnya terdapat seekor kerbau dan empat ekor burung dan jenis
kartu segitiga yang terdapat didalamnya gambar seekor kerbau dan
dua ekor burung
Peneliti : Baik lah, lain kali coba pahami lagi ya soalnya baik-baik dan lebih
teliti lagi.
Sr1 : Baik buk
…
Peneliti :Kenapa pada soal nomor 2 Sr1 tidak menuliskan apa yang ditanyakan
pada soal
Sr1 :Karena saya kurang paham buk, apa yang ditanyakan dari soal, jadi
saya tidak menuliskan apa yang ditanyakan pada soal nomor 2 buk.
…
Peneliti : Kenapa kamu tidak menuliskan apa yang diketahui dari soal nomor
1?
Sr2 : Saya kurang paham dalam memahami maksud dari soal nomor 1 buk
Peneliti : Baiklah
…
Peneliti : Kenapa kamu tidak menuliskan apa yang diketahui?
Sr2 : Karena saya tidak paham apa yang diketahui pada soal nomor 2 buk.
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa Sr1 dan Sr2
melakukan kesalahan pada tahap memahami masalah, dikarena Sr1 dan Sr2 kurang
teliti dan kurang paham dengan memahami maksud dari soal, pada saat mengerjakan
soal tes. Sehingga Sr1 dan Sr2 dianggap melakukan kesalahan pada tahap
(Memahami Masalah). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ranita (2018:66)
bahwa penyebab siswa melakukan jenis kesalahan ini adalah karena siswa tidak
mampu memahami soal cerita dengan benar, siswa kurang cermat dan teliti dalam
membaca soal, siswa tidak terbiasa menuliskan apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan dan siswa tidak mampu menerjemahkan kalimat soal, kedalam kalimat
tidak mampu menyampaikan hal-hal yang ditanyakan dan yang diketahui, mahasiswa
memahami masalah.
masalah. Dapat dilihat pada tabel dan hasil wawancara dibawah ini.
siswa berkemampuan tinggi dapat membuat rencana penyelesaian dengan benar dan
tepat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan St1 dan St2, dapat menjelaskan rencana
yang subjek lakukan pada untuk menyelesaikan tahap selanjutnya dengan benar dan
tepat.
soal tersebut?
tidak melakukan kesalahan pada tahap merencanakan, dikarenakan Subjek St1 dan
St2 dapat menjelaskan dan membuat rencana dengan benar. Sehingga St1 dan St2
Masalah). Sedangkan Sr1 dan Sr2 juga melakukan kesalahan pada tahap
merencanakan penyelesaian masalah, dikarenakan Sr1 dan Sr2 tidak dapat membuat
rencana dengan benar dan tepat pada saat mengerjakan soal. Hasilnya dapat pada,
Berdasarkan gambar dan tabel diatas terlihat bahwa Sr1 dan Sr2 melakukan
wawancaramya.
Peneliti : Apakah kamu yakin rencana yang kamu buat itu sudah benar Sr1?
Sr1 : Sudah yakin buk
Peneliti : coba kamu baca lagi soalnya lebih teliti lagi Sr1?
Sr1 : (membaca) iya buk, saya salah dalam membuat model
matematikanya buk, seharusnya untuk persamaan 1
nya buk
Peneliti :baik lain kali lebih teliti lagi ya
Peneliti : Apa rencana yang kamu buat sudah tepat, untuk menyelesaikan tahap
selanjutnya?
Sr2 : sudah tepat buk
Peneliti : coba kamu cek lagi?
Sr2 : (mengecek) maaf buk, saya tidak membuat model matematika untuk
persaamannya buk
Peneliti : kenapa kamu tidak membuat model matematika untuk persamaan 1
dan 2 nya Sr2 ?
Sr2 : karena saya tidak paham buk
Berdasarkan hasil wawancara Sr1 dan Sr2 tidak mampu membuat rencana dan
tidak yakin dengan rencana yang subjek buat untuk melanjutkan ketahap selanjutnya.
Penyelesain Masalah).
membuat rencana ketika siswa tahu atau setidaknya tahu secara garis besar
perhitungan atau kontruksi mana yang harus siswa lakukan untuk mendapatkan hal
yang tidak diketahui. Polya menyatakan bahwa pencapaian utama dalam pemecahan
masalah adalah untuk menyusun ide rencana. Dalam hal penyusunan rencana ini
Polya juga menyatakan bahwa sulit untuk memiliki ide yang baik untuk menyusun
rencana jika siswa memiliki pengetahuan yang sedikit tentang subjek dan tidak
mungkin untuk memiliki ide yang baik jika kita tidak memiliki pengetahuan sama
sekali. Dalam langkah ini siswa diharapkan mencantumkan rumus yang setelahnya
pembagian.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan hasil wawancara
dibawah ini.
Berdasarkan hasil gambar dan tabel diatas, terlihat bahwa St1 melakukan
kesalahan pada soal nomor 1 dan St2 melakukan kesalahan pada soal nomor 2,
dikarenakan kurang ketelitian dalam melakukan perhitungan saat mengerjakan soal.
Peneliti : Apakah cara/ langkah yang kamu gunakan tersebut sudah sesuai
dengan cara/langkah-langkah yang kamu kerjakan?
St1 : Sudah sesuai buk
Peneliti :Tetapi, coba kamu lihat perhitungan yang kamu buat itu sudah
benar?
St1 : Sudah buk
Peneliti : Coba kamu lihat yang hasil dari y itu apakah benar 50?
St1 : Benar buk
Peneliti : Kenapa kamu membuat 17y = 33
+17
Peneliti : Apakah sudah benar jalan yang kamu buat itu?
St1 : Eemm tidak buk, seharusnya itu dikurang buk, bukan ditambah
Peneliti : Trus kenapa kamu buat itu tambah, bukan dikurang?
St1 : Maaf buk, saya kurang teliti buk
Peneliti : Jadi seharusnya jawaban yang benar itu berapa?coba cari lagi?
St1 : (Mencari) jadi jawabannya itu adalah 16 buk
Peneliti : Baik lah, lain kali lebih teliti ngerjain soalnya. Apakah kamu tergesa-
gesa menyelesaikan soalnya?
St1 : Tidak buk
…
rencana penyelesaian masalah pada soal nomo1 dan soal nomor 2, dikarenakan
tidak paham dan tidak melanjutkan penyelesaiannya.. Dapat dilihat pada tabel dan
Sr2 : Saya tidak Paham lagi buk, makanya saya tidak melanjutkan
dalam mengerjakan soal. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hidayah (2018:188)
bahwa penyebab siswa melakukan jenis kesalahan ini adalah karena siswa kurang
siswa pada tahap melaksanakan rencana penyelesian masalah yaitu kebiasaan siswa
yang kurang teliti dalam proses perhitungan. Tidak jauh berbeda dari kesalahan
akhir disebabkan karena tahap sebelumnya, siswa kurang cermat dan teliti dalam
kesalahan pada langkah ini berkatagori cukup tinggi , dikarenakan subjek melakukan
kesalahan pada tahap sebelumnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan
Berdasarkan dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa St1 mengalami kesalahan
memeriksa kembali jawaban akhir pada soal nomor 1, dikarenakan dan St2
mengalami kesalahan memeriksa kembali jawaban akhir pada soal nomor 1 dan soal
nomor 2.
kesalahan pada langkah ini berkatagori cukup tinggi , dikarenakan subjek melakukan
kesalahan pada tahap sebelumnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan
Berdasarkan hasil tabel diatas, terlihat bahwa Sr1 mengalami kesalahan pada
tahap memeriksa kembali jawaban pada soal nomor 1 dan soal nomor 2 dan Sr2
dianggap tidak melakukan kesalahan pada tahap memeriksa kembali jawaban akhir,
kesalahan pada tahap memeriksa kembali, disebabkan oleh kesalahan pada tahap
sebelumnya.
sesuai dengan pernyataan Khairunnisa (2017:472) pada tahap evaluasi siswa tidak
menyadari jawaban yang diperoleh belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini
untuk mencega kesalahan ini terus terjadi guru harus membiasakan siswa untuk
pada materi sistem persamaan linear dua variabel. Berikut faktor-faktor penyebab
kesalahan siswa dalam pemecahan masalah pada materi sistem persamaan linear dua
variabel.
bahasa dan model matematika pada soal. Dalam penelitian ini 2 dari 2 subjek
memaknai masalah yang terdapat dalam soal. Salah satu penyebab kesalahan siswa
menurut Astutik (2015:100) adalah siswa tidak memahami maksud dari soal. Yang
dimaksud kurang paham terhadap makna soal adalah siswa tidak tahu yang akan ia
kerjakan setelah memperoleh informasi dari soal, namun terkadang siswa juga tidak
informasi yang berguna dari soal karena terjadi salah penafsiran. Dalam penyelesaian
soal pada penelitian ini terjadi kesalahan siswa tidak memahami masalah dalam soal
2. Kurang Teliti/Ceroboh
Salah satu faktor penyebab kesalahan berdasarkan hasil penelitian ini adalah
soal. Semua subjek penelitian dalam penelitian ini melakukan kesalahan yang
disebakan oleh kekurang telitian ketika mengerjakan permasalah pada soal. Hal ini
dapat terlihat lembar jawaban dan hasil wawancara yang menyatakan bahwa subjek
yang tidak teliti, dengan tidak menyadari kekeliruan yang dialami, sehingga
telitian siswa dalam menyelesaikan soal. Serta diperkuat oleh pernyataan Astutik
(2015:98) salah satu faktor penyebab kesalahan adalah tergesa dan kurangnya
ketelitian siswa dalam menyelesaiakan soal. Sehingga salah satu faktor penyebab
ketelitian siswa saat mengerjakan soal dan tidak terbiasanya mengecek kembali hasil
KESIMPULAN
Bungo kelas XI MIA d\apat ditarik kesimpulan bahwa dapat ditarik kesimpulanya
sebagai berikut:
a. Kesalahan memahami masalah, antara lain Subjek dapat menuliskan apa yang
d. Kesalahan memeriksa kembali jawaban akhir, antara lain subjek dapat menulis
jawaban akhir, tetapi tidak sesuai dengan apa yang ditanyakan pada soal.
a. Kesalahan memahami masalah, antara lain tidak dapat menuliskan apa yang
diketahui dan apa yang ditanyakan pada soal, tidak memahami masalah dalam
soal.
b. Kesalahan merencanakan penyelesaian masalah, antara lain tidak dapat
matematika.
d. Kesalahan memeriksa kembali jawaban akhir, antara lain subjek tidak dapat
masalah pada materi sistem persamaan linear dua variabel antara subjek
perbedaannya atau faktor penyebab kesalahan yang dialami hampir sama. Adapun
Adinawan, M. cholik dan S. (2008). Seribu Pena Matematika untuk SMP/MTs Kelas
VII. Intisari Materi Contoh Dan Soal & Pembahasan Kompetensi. Erlangga
Branca, N. A. (1980). Problem Solving As Goal, Process And Basic Skill. In S Krulik
And R.E. Reys (Eds). Problem Solving In School Mathematics. Washington
DC:NCTM.
Cerita, S., Persamaan, S., Dua, L., Berdasarkan, V., Kognitif, G., Smp, V., Welak, N.,
& Manggarai, K. (2021). Analisis , Kesalahan siswa, Sistem Persamaan Linear
Dua Variabel, gaya Intelektual . 3(2), 131–140.
Davis, J. E & McKillip, W.D. 1980. Improving Story Problem Solving In Elementary
School Mathematics. Virgina:NCTM
Farida, N. 2015. Analisis kesalahan siswa SMP kelas VIII dalam menyelesaian
masalah soal cerita matematika. Jurnal pendidikan matematika. Vol.4, No.2.
Hardini Isriani & Dewi Puspitasari. 2012. Strategi Pembelajaran Terpadu (Teori,
Konsep & Implementasi. Familia, Yogyakarta.
Kemendikbud. (2013). Permendikbud No. 64. Tentang standar isi pendidikan dasar
dan menengah. Jakarta: kementerian pendidikan dan kebudayaan.
Lestari, l., & Sofyan, D. (2014). Perbandingan Kemampuan Pemcahan masalah Siswa
Dalam Matematika antara yang Mendapatkan Pembelajaran Matematika
Realistik (PMR) dengan pembelajaran konvensional. Jurnal Pendidikan
Matematika, 3(2), 95–108.
Nugroho, H. dan L. M. (2009). Matematika SMP dan MTs Kelas VIII. Depdiknas.
Nuharini, D. dan T. W. (2008). Matematika Konsep dan Aplikasinya untuk kelas VIII
SMP dan MTs. Depdiknas.
Polya ,George (1985).How to Solve It. How to Solve It-A New Aspect of
mathematiical method (second edition). New Jersey: princeton University Press
Ihttps://doi.org/10.2307/j.ctvc773pk.
Poima. M.D. 2016. Penerapan M.D. 2016. Profil Pemecahan Masalah Matematika
Pada Materi Perbandingan Dan Skala Berdasarkan Tahapan Polya Bagi Siswa
Kelas VI SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga. Jurnal Matematika. Salatiga.
Rahardjo dan Astuti. (2011). Pembelajaran soal cerita pada operasi hitung
campuran SD. Pusat pengembangan dan pemerdayaan pendidik dan tenaga
kependidikan.
Rosyidi, Abdul Haris. 2005. Analisis Kesalahan Siswa Kelas II Mts Alkhoiriyah
Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Yang Terkait Dengan Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel Peubah. Tesis Yang Tidak Dipublikasikan. Surabaya:
Unesa.
Walidin. (n.d.). metodologi penelitian kualitatif & Graounded Thory (pertama). 2015.
Wati, M. K., Sujadi, A. A., Studi, P., Matematika, P., Sarjanawiyata, U., Yogyakarta,
T., & Masalah, P. (2017). Siswa Kelas Vii Smp. VI(1), 9–16.
Yunia, N., & Zanthy, L. S. (2020). Kesalahan Siswa Smp Dalam Menyelesaikan Soal
Cerita Pada Materi Aritmatika Sosial. Teorema: Teori Dan Riset Matematika,
5(1), 105. https://doi.org/10.25157/teorema.v5i1.3206.