Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS KEBERHASILAN SISWA DALAM

MEMECAHKAN MASALAH
Afrian Kurniawan1, Ariati Rizki Seftiani1, Lydia Lia Prayitno1, Agus Prasetyo Kurniawan2
1
Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
2
UIN Sunan Ampel Surabaya

Abstrak
Siswa yang kesulitan mengimplementasikan suatu konsep matematika maka akan kesulitan memecahkan
masalah (Sajadi, Amiripour, & Malkhalifeh, 2013), sehingga pemecahan masalah haruslah menjadi fokus utama
pembelajaran matematika di sekolah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif bertujuan untuk
mendeskripsikan keberhasilan siswa dalam memecahkan masalah berdasarkan tahap pemecahan masalah Polya.
Data diperoleh melalui hasil pekerjaan siswa dalam memecahkan masalah secara tertulis, hasil think aloud, dan
wawancara. Proses pemecahan masalah menggunakan think aloud dan wawancara akan direkam secara audio
visual. Hasil jawaban siswa akan dianalisis menggunakan tahapan pemecahan masalah dari Polya dan dipilih
jawaban siswa yang benar ditinjau dari jawaban yang diberikan dan alasan yang diberikan. Dari hasil pekerjaan
siswa dalam memecahkan masalah, diperoleh hanya 2 orang yang berhasil memecahkan masalah tentang materi
aritmetika sosial. Masing-masing siswa memecahkan masalah dengan caranya sendiri tanpa adanya intervensi dari
peneliti. Data siswa ketika memecahkan masalah dengan metode think aloud, hasil pekerjaan siswa dan hasil
wawancara digabungkan.
Kata Kunci: keberhasilan, pemecahan masalah, aritmetika social.

I. Pendahuluan
Mata pelajaran matematika di Indonesia memiliki tujuan untuk mengembangkan kemampuan matematis, yang
meliputi kemampuan pemecahan masalah (problem solving), bernalar (reasoning), komunikasi (communicating),
koneksi (connection) dan representasi (representation). Hal ini sesuai dengan Permendiknas No. 22 (Depdiknas,
2006) tentang standar isi (SI) menyatakan tujuan pelajaran matematika di sekolah adalah agar siswa dapat
“Pemecahan masalah meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan
model dan menafsirkan solusi yang diperoleh”. Sobel dan Maletsky (2004) mengungkapkan pemecahan masalah
harus menjadi fokus utama dari kurikulum matematika di sekolah. Pemecahan masalah mengajarkan proses
berpikir yang akurat agar dapat menemukan dan menyelesaikan permasalahan dengan memperhatikan informasi
yang tersedia, sehingga dapat diambil kesimpulan dari masalah yang diberikan.
Engel (dalam Shadiq, 2014:27) menyatakan in fact, problem solving can be learners only by solving problems.
But it must be support by strategies provided by the trainer. Artinya kemampuan pemecahan masalah hanya bisa
dipelajari dengan memecahkan masalah. Hakikat pemecahan masalah adalah adanya kesenjangan antara situasi
nyata dan kondisi yang diharapkan. Oleh karena itu, soal tidak terbatas dari buku saja akan tetapi pada sumber
dari peristiwa-peristiwa tertentu mengingat pemecahan masalah bersifat terbuka. Jawaban dari masalah tersebut
belum pasti dan dapat berkembang sesuai dengan pemikiran jawaban setiap siswa. Hal ini dikarenakan pemecahan
masalah memberikan kesempatan pada siswa untuk bereksplorasi memecahkan masalah yang dihadapi.
Pemecahan masalah dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan bernalar dan berpikir tingkat tinggi,
tetapi faktanya masih banyak siswa yang belum mampu melakukannya dengan baik. Siswa seringkali
mengerjakan soal matematika dengan konsep meniru jawaban dari guru. Hal ini menandakan bahwa adanya
dominasi daya ingatan siswa dalam menyelesaikan soal matematika.
Shadiq (2014) menjelaskan strategi pemecahan masalah merupakan cara yang sering digunakan seseorang
pada proses pemecahan masalah. Polya & Pasmep (dalam Shadiq, 2014) terdapat beberapa strategi yang sering
digunakan dalam pemecahan masalah diantaranya:
1. Mencoba-coba, strategi ini digunakan untuk mendapatkan gambaran umum pemecahan masalahnya dengan
mencoba-coba (trial and eror). Proses mencoba-coba belum tentu berhasil karena terkadang terjadi kegagalan
dalam proses tersebut. Oleh karena itu, siswa membutuhkan analisis yang tajam dalam menggunakan strategi
ini.
2. Memperagakan kegiatan, strategi ini berkaitan dengan merealkan atau memperagakan proses pemecahan
masalahnya sehingga lebih mudah dipahami maksud dari keinginan masalah. Pada proses ini, siswa
diharapkan dapat belajar untuk menerapkan pemecahan masalah dengan kehidupan yang nyata seperti:
mengimplementasi materi aritmatika sosial mengenai diskon melalui pemodelan menggunakan pembelajaran
kooperatif.
3. Membuat diagram, strategi ini berkaitan dengan pembuatan sket atau gambar untuk mempermudah
memahami masalah dan mempermudah mendapatkan gambaran umum penyelesaian. Melalui diagram ini
diharapkan siswa dapat mudah menyelesaikan soal dengan tidak hanya dibayangkan saja melainkan dapat
menggunakan solusi membuat gambar.
4. Mencoba pada soal yang lebih sederhana, strategi ini berkaitan dengan penggunaan contoh-contoh khusus
yang lebih mudah dan sederhana, sehingga gambaran umum penyelesaian masalahnya akan lebih mudah
dianalisis dan akan lebih mudah ditemukan.
5. Membuat tabel, strategi ini digunakan untuk membantu menganalisis permasalahan atau jalan pikiran siswa,
sehingga segala sesuatu tidak hanya dibayangkan oleh otak yang kemampuannya sangat terbatas. Tetapi
terdapat gambaran yang dapat lebih rinci untuk memahami suatu masalah.
6. Bekerja dengan sistematis, strategi ini berkaitan dengan penggunaan aturan-aturan yang dibuat sendiri oleh
siswa selama proses pengerjaan pemecahan masalah berlangsung sehingga dapat dipastikan tidak ada satupun
alternatif yang terabaikan. Dengan begitu siswa dapat mempunyai strategi atau cara yang sistematis.
7. Memperhitungkan setiap kemungkinan, strategi ini berkaitan dengan penggunaan semua kemungkinan yang
ada sehingga dapat dipastikan bahwa tidak akan ada satupun alternatif yang terabaikan. Pada strategi ini
siswa harus memiliki beberapa kemungkinan atau beberapa cara yang dapat digunakan dalam memecahkan
sebuah masalah.
8. Mengabaikan hal yang tidak mungkin, strategi ini berkaitan dengan pencoretan atau pengabaian alternatif
yang sudah jelas-jelas tidak mungkin mememcahkan masalah sehingga perhatian dapat tercurahkan
sepenuhnya untuk hal-hal yang tersisa dan masih mungkin saja.
9. Berpikir logis, strategi ini berkaitan dengan penggunaan penalaran ataupun penarikan kesimpulan yang sah
atau valid dari berbagai informasi atau data yang ada.
10. Bergerak dari belakang, melalui strategi ini siswa dapat memulai dengan menganalisis cara mendapatkan
tujuan yang hendak dicapai. Melalui strategi ini siswa memulai proses pemecahan masalah dari yang
diinginkan atau yang ditanyakan lalu menyesuaikan dengan yang diketahui.

Sajadi, Amiripour, & Malkhalifeh (2013) mengungkapkan siswa yang kesulitan mengimplementasikan suatu
konsep maka akan kesulitan memecahkan masalah. Artinya, pemecahan masalah haruslah menjadi fokus utama
pembelajaran matematika di sekolah. Seperti yang tertuang dalam NCTM (2000) pemecahan masalah merupakan
bagian integral dari proses pembelajaran matematika di sekolah dan seharusnya tidak dipisahkan pada proses
pembelajaran. Hal ini dikarenakan mengajarkan kemampuan memecahkan masalah membutuhkan pemahaman
dari pengetahuan procedural dan konseptual dari masalah yang disajikan. Di dalam pelaksanaannya, siswa
dituntut untuk memahami masalah tersebut secara detail. Siswa memiliki pemecahan masalah matematika dengan
cara yang berbeda-beda. Perbedaan itu bisa berasal dari alternatif penyelesaian siswa dalam menjawab soal
matematika, memahami masalah, merancang sebuah penyelesaian, melaksanakan rencana dan menafsirkan solusi
yang diperoleh. Pemecahan masalah tidak hanya melibatkan hasil akhirnya saja yang dipentingkan, tetapi yang
lebih penting adalah proses untuk mendapatkan hasil tersebut, yaitu proses berpikir dan bernalar siswa.
Tujuan yang ingin dicapai peneliti adalah menganalisis keberhasilan siswa dalam memecahkan masalah
melalui teori Polya. Polya (1973) menggambarkan tahapan pemecahan masalah yang terdiri dari:
1. Memahami masalah. Pemecah masalah dikatakan memahami masalah jika mampu menyebutkan apa yang
diketahui dari masalah menggunakan bahasanya sendiri, mampu menyebutkan apa yang ditanyakan dari
masalah, dan mampu menjelaskan pengetahuan prasyarat yang terkait dengan proses menemukan solusi;
2. Membuat perencanaan pemecahan masalah. Pemecah masalah dikatakan membuat perencanaan masalah jika
mampu membuat rencana yang akan digunakan untuk memecahkan masalah, mampu membuat hubungan
data antara informasi yang diketahui, ditanyakan, mengaitkan dengan pengetahuan lain yang dilibatkan dalam
masalah yang disajikan, dan mampu menjelaskan langkah-langkah dari metode yang dipilih untuk
memecahkan masalah;
3. Melaksanakan perencanaan yang dibuat. Pemecah masalah melaksanakan perencanaan pemecahan masalah
berdasarkan metode yang dipilihnya, sehingga mendapatkan solusi yang diinginkan dari masalah;
4. Memeriksa kembali. Pemecah masalah akan memeriksa kembali jawaban yang diperoleh dengan apa yang
ditanyakan dari masalah, dan menuliskan kembali kesimpulan sesuai dengan masalah yang diberikan.
Ditinjau dari membaca pemahaman, maka dalam memecahkan masalah siswa perlu paham dengan istilah
umum yang digunakan yaitu “pemberian diskon 50% kemudian 30%” dan secara otomatis akan terkoneksi dengan
operasi yang akan digunakan ketika pemecahan masalah. Berikut ini akan disajikan indikator Tahap Pemecahan
Masalah (TPM) Polya selama pemecahan masalah berlangsung.
Tabel 1 Indikator tahap pemecahan masalah
Standar Isi TPM Polya Indikator
- Kemampuan Memahami - Mengungkapkan masalah dengan bahasanya sendiri
memahami masalah masalah (pemahaman membaca)
- Kemampuan (MM) - Merumuskan informasi penting dari masalah
merancang model - Merumuskan pertanyaan dari masalah
matematika - Menuliskan kondisi/syarat yang harus dipenuhi
Merencanakan - Merencanakan strategi untuk memecahkan masalah
(MP)
- Kemampuan Melaksanakan - Melaksanakan strategi yang dipilih untuk memecahkan masalah
menyelesaikan rencana - Melakukan pemisalan untuk menjawab pertanyaan dari masalah
model (MR) - Melakukan penghitungan
- Kemampuan - Menjawab pertanyaan masalah
menafsirkan solusi
yang diperoleh
Melihat kembali - Menganalisis dan mengevaluasi strategi yang digunakan untuk
(MK) memecahkan masalah

II. Metode Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan keberhasilan siswa dalam
memecahkan masalah berdasarkan tahap pemecahan masalah Polya. Subjek penelitian ini adalah siswa sekolah
menengah pertama di salah satu sekolah swasta di wilayah Surabaya Utara. Data diperoleh melalui hasil pekerjaan
siswa dalam memecahkan masalah secara tertulis, hasil think aloud, dan hasil wawancara. Proses pemecahan
masalah menggunakan think aloud dan wawancara akan direkam secara audio visual. Wawancara secara
mendalam dilakukan pada siswa yang berhasil memecahkan masalah, kemudian peneliti akan mendeskripsikanya
untuk menganalisis keberhasilan siswa dalam memecahkan masalah. Masalah dalam penelitian ini adalah masalah
tentang diskon yang diadaptasi dari penelitian Abdillah, Nusantara, Subanji, Susanto, & Abadyo (2016) yaitu

“Sebuah sepatu di Sogo dan Matahari mempunyai harga yang sama. Sogo memberikan diskon 50%
kemudian 30%, sedangkan Matahari memberikan diskon 70%. Jika kamu ingin membeli sepatu maka
toko mana yang akan kamu pilih?”.

Masalah ini didasarkan pada operasi dasar, membaca pemahaman, bahkan tanpa perlu melakukan
penghitungan. Siswa dikatakan berhasil memecahkan masalah, ketika siswa mampu menjelaskan masalah dengan
bahasanya sendiri, memberikan jawaban dengan tepat dan alasan yang logis. Jika salah satu indicator tersebut
tidak dipenuhi maka siswa tersebut dikatakan tidak berhasil dalam memecahkan masalah. Siswa yang berhasil
memecahkan masalah akan diberikan kode sesuai inisial namanya.

III. Hasil dan Pembahasan


Dari 20 siswa yang mengikuti tes pemecahan masalah, terdapat dua siswa yang dapat mengerjakan soal
pemecahan masalah dengan benar. Data yang terkumpul dari eksplorasi subjek tersebut selanjutnya digunakan
untuk menjabarkan terjadinya keberhasilan dalam pemecahan masalah. Kedua siswa tersebut yaitu MT dan HN
mengerjakan dengan menggunakan strategi pemecahan masalah yang berbeda. Masing-masing siswa
memecahkan masalah dengan caranya sendiri tanpa adanya intervensi dari peneliti. Data siswa ketika
memecahkan masalah dengan metode think aloud, hasil pekerjaan siswa dan hasil wawancara digabungkan.
Berikut ini hasil pekerjaan MV dalam memecahkan masalah.
MV mengerjakan soal pemecahan masalah dengan menggunakan strategi memperhitungkan setiap kemungkinan.
MV memisalkan harga sepatu di masing-masing toko dengan harga yang sama yaitu 150.000. sehingga MV dapat
menyimpulkan bahwa toko matahari yang memiliki harga termurah.
Tabel 2 Hasil pekerjaan MV
TPM Hasil pekerjaan siswa Deskripsi
MM MT mengungkapkan bahwa
sepatu di sogo dan matahari itu
memiliki harga yang sama, MT
kemudian menjelaskan bahwa
toko sepatu sogo memberikan
diskon 50% kemudian diubah
menjadi 30% sedangkan pada
toko matahari memberikan
diskon 70%. MT memahami
bahwa soal, bahwa MT diberikan
pilihan manakah toko yang
memiliki harga sepatu yang
murah.
MP MT mengungkapkan bahwa
langkah pertama MT harus
mengasumsikan harga sepatu di
kedua toko dengan harga yang
sama, kemudian akan
menghitung diskon dari masing-
masing toko. Setelah itu dapat
dilihat hasilnya manakah toko
yang memberikan harga
termurah.
MR MT menuliskan jawaban dengan
melakukan permisalan harga di
kedua toko seharga 150.000

MT melakukan penghitungan
diskon pada toko sogo

MT melakukan penghitungan
diskon pada toko matahari

MK MT membandingkan harga
sepatu dari kedua toko dan
menyimpulkan jawabannya
berdasarkan bukti yang
diberikan.

MT mampu menjelaskan makna dari masalah bahwa toko sepatu sogo memberikan diskon 50% kemudian diubah
menjadi 30% sedangkan pada toko matahari memberikan diskon 70%. MT memahami bahwa soal, bahwa MT
diberikan pilihan manakah toko yang memiliki harga sepatu yang murah. Dalam merencanakan penyelesaian, MT
mengasumsikan harga sepatu di kedua toko dengan harga yang sama, kemudian menghitung diskon dari masing-
masing toko. Setelah itu dapat dilihat hasilnya manakah toko yang memberikan harga termurah. MT melakukan
penghitungan sesuai yang direncanakan sebelumnya, dari hasil penghitungan MT menyimpulkan toko yang
memberikan harga termurah sebagai jawaban yang diberikan.
Subjek kedua yang memberikan jawaban benar adalah HN. HN mempunyai cara sendiri ketika memecahkan
masalah, yaitu menggunakan variable x sebagai harga dari sepatu. HN menerapkan informasi yang diperolehnya
dari masalah untuk melakukan penghitungan yang mengarah pada jawaban akhir. Berikut ini hasil pekerjaan MV
dalam memecahkan masalah.
Tabel 3 Hasil pekerjaan HN
TPM Hasil pekerjaan siswa Deskripsi
TPM HN bercerita bahwa harga sepatu
di toko sogo dan toko matahari
memiliki harga yang sama. HN
menjelaskan bahwa sogo
memberikan diskon 50%
kemudian 30% dan toko matahari
memberikan diskon 70%. HN
berpendapat bahwa permasalahan
ini terkait cara seseorang untuk
mempertimbangkan keuangannya
dalam membeli sepatu dengan
kualitas dan merk yang sama,
agar orang tersebut memperoleh
keuntungan. Sehingga didapatkan
harga yang paling murah.
MM HN menjelaskan bahwa terdapat
harga yang hilang pada soal.
Sehingga HN, memberikan
perumpamaan harga keduanya
dengan variable x. Setelah itu
dilakukan penghitungan di kedua
toko. Toko sogo diberikan diskon
50% kemudian 30%,
MP HN melakukan penghitungan
dengan memisalkan harga sepatu
di kedua toko adalah dengan
simbol x.

HN menghitung masing-masing
diskon

MR HN memisalkan harga x dengan


harga 100.000 dan melakukan
penghitungan di dalam
persamaan yang HN dapatkan.

HN mengungkapkan secara lisan harga sepatu di toko sogo dan toko matahari memiliki harga yang sama. HN
menjelaskan bahwa sogo memberikan diskon 50% kemudian 30% dan toko matahari memberikan diskon 70%.
HN berpendapat bahwa permasalahan ini terkait cara seseorang untuk mempertimbangkan keuangannya dalam
membeli sepatu dengan kualitas dan merk yang sama, agar orang tersebut memperoleh keuntungan, sehingga
didapatkan harga yang paling murah. HN menjelaskan bahwa terdapat harga yang hilang pada soal. Sehingga HN,
memberikan perumpamaan harga keduanya dengan variable x. HN melakukan penghitungan dengan memisalkan
harga sepatu di kedua toko adalah dengan simbol x. HN memisalkan harga x dengan harga 100.000 dan
melakukan penghitungan di dalam persamaan yang HN dapatkan. Selanjutnya, HN menyimpulkan jawabannya
berdasarkan proses penghitungan yang dilakukan.
Hal ini dikarenakan kebanyakan siswa melakukan kesalahan dalam memahami konsep matematika dari
masalah yang diberikan (Prayitno, Purwanto, Subanji, & Susiswo, 2018). Kedua subjek penelitian yang
memberikan jawaban benar, yaitu MT dan HN mampu memahami masalah dengan baik. Keduanya mampu
memahami masalah (MM) dengan bahasanya sendiri baik secara lisan maupun tulisan. Sedangkan subjek lainnya
mengalami kesulitan dalam memahami masalah. Disinilah poin penting dari proses pemecahan masalah sebelum
melakukan perencanaan dalam memecahkan masalah. MT dan HN mempunyai cara masing-masing untuk
melakukan perencanaan, tetapi keduanya melanjutkan dengan proses penghitungan yang mengarahkan pada
jawaban akhir dari masalah. Kedua subjek menggunakan caranya masing-masing untuk merencanakan
penyelesaian, hal ini menunjukkan kedua subjek mempunyai learning trajectory yang berbeda dalam proses
pemecahan masalah (Prayitno & Kurniawan, 2017). Agar siswa dapat melakukan pemecahan masalah dengan
baik dapat dilakukan dengan berbagai alternatif pembelajaran, misalnya melalui pembelajaran kooperatif tipe
TGT dengan UNO card (Kurniawan, 2017) ataupun menggunakan discovery learning berbantuan LKS pop-up
book (Seftiani, 2017).

IV. Simpulan dan Saran


Keberhasilan siswa dalam memecahkan masalah dimulai ketika siswa memahami masalah. Siswa yang
berhasil memahami masalah dengan benar dapat melakukan perencanaan untuk memecahkan masalah, sedangkan
siswa yang gagal dalam memahami masalah akan mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah. Dalam
merencanakan masalah, kedua subjek MT dan HN melakukan dengan caranya masing-masing. MT menggunakan
pemisalan harga sepatu yaitu 150.000 sedangkan HN menggunakan pemisalan harga sepatu dengan variable x.
Setelah merencanakan masalah, siswa akan memulai dengan melakukan proses penghitungan dan mengambil
kesimpulan. HN melakukan subsitusi pada rumus mencari diskon secara terperinci yang mengarah pada
kesimpulan toko yang memberikan harga termurah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua siswa mampu
menganalisis pemecahan masalah dengan berhasil dengan cara strategi yang dikemukakan oleh Polya.
Berdasarkan simpulan, saran dari peneliti adalah guru harus mampu untuk memfokuskan proses penyelesaian
permasalahan pada soal bukan hanya jawaban saja. Guru juga berperan penting untuk memberikan kesempatan
siswa dalam mengembangkan jawaban. Guru harus dapat menciptakan situasi di kelas dan meminta siswa
melakukan penemuan sendiri menggunakan intuisi dan pengalaman mereka dengan sedikit tanpa arahan dari guru.

V. Referensi
Abdillah, Nusantara, T., Subanji, Susanto, H., & Abadyo. (2016). The Students Decision Making in Solving
Discount Problem. International Education Studies, 9(7), 57–63. https://doi.org/10.5539/ies.v9n7p57
Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:Depdiknas.
Kurniawan, A. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan
UNO Card terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 35 Surabaya pada Materi
Himpunan. Skripsi tidak dipublikasikan. Surabaya:Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. United States of America: The National
Council of Teachers of Mathematics Inc. Retrieved from www.nctm.org
Polya, G. 1973. How to Solve It. Princeton, New Jersey. Princeton University Press.
Prayitno, L. L., & Kurniawan, A. P. (2017). Learning Trajectory Siswa dalam Memecahkan Masalah Kelipatan
Persekutuan Terkecil Ditinjau dari Kemampuan Matematika. Jurnal Review Pembelajaran Matematika,
2(1), 15–27. Retrieved from http://jrpm.uinsby.ac.id
Prayitno, L. L., Purwanto, P., Subanji, S., & Susiswo, S. (2018). Identification Errors of Problem Posed by
Prospective Teachers About Fraction Based Meaning Structure. International Journal of Insights for
Mathematics Teaching, 1(1), 76–84. Retrieved from
http://journal2.um.ac.id/index.php/ijoimt/article/viewFile/3018/1828
Sajadi, M., Amiripour, P., & Malkhalifeh, R.-M. (2013). The Examining Mathematical Word Problems Solving
Ability under Efficient Representation Aspect. Mathematics Education Trends and Research, 1–11.
https://doi.org/10.5899/2013/metr-00007
Seftiani, A. R. (2018). Efektifitas Penerapan Model Discovery Learning Berbantuan LKS Pop-Up Book Siswa
Kelas VII SMP Kartika Nasional Plus Surabaya. Skripsi tidak dipublikasikan. Surabaya:Universitas PGRI
Adi Buana Surabaya
Shadiq, F. (2014). Ayo Memecahkan Masalah Logika. Yogyakarta:PT. Graha Ilmu
Shadiq, F. (2014). Belajar Memecahkan Masalah Matematika. Yogyakarta:PT. Graha Ilmu
Sobel, M. & Maletsky, E. M. (2004). Mengajar Matematika: Sebuah Buku Sumber Alat Peraga, Aktivitas dan
Strategi. Jakarta:Erlangga
Students who have difficulty in implementing a mathematical concept will find the difficult to solve
problems (Sajadi, Amiripour, & Malkhalifeh, 2013), so problem-solving should be the main focus of
mathematics learning in schools. This is a descriptive research to describe the success of students in solving
problems based on Polya problem solving stage. Data obtained through the results of student work in
solving problems in writing, the results of think aloud, and interviews. The process problem solving using
think aloud and interviews will be recorded in audio visual. The results of student answers will be analyzed
using the stages of Polya and selected correct student answers in terms of answers given and the reasons
given. From the results of the students' work in solving the problem, only two peoples who solved the
problem of social arithmetic materials were solved. Each student solves the problem in his own way without
intervention. Student data when solving problems with think aloud methods, student work outcomes and
interview results are combined.

Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2018


5 Mei 2018
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Anda mungkin juga menyukai