Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang semakin dirasakan

interkasinya dengan bidang-bidang ilmu lainnya seperti ekonomi dan teknologi.

Peran matematika dalam interaksi ini terletak pada struktur ilmu dan perlatan

yang digunakan. Ilmu matematika sekarang ini masih banyak digunakan dalam

berbagai bidang seperti bidang industri, asuransi, ekonomi, pertanian, dan di

banyak bidang sosial maupun teknik. Mengingat peranan matematika yang

semakin besar dalam tahun-tahun mendatang, tentunya banyak sarjana

matematika yang sangat dibutuhkan yang sangat terampil, andal, kompeten, dan

berwawasan luas, baik di dalam disiplin ilmunya sendiri maupun dalam disiplin

ilmu lainnya yang saling menunjang. Untuk menjadi sarjana matematika tidaklah

mudah, harus benar-benar serius dalam belajar, selain harus belajar matematika,

kita juga harus mempelajari bidang-bidang ilmu lainnya. Sehingga, jika sudah

menjadi sarjana matematika yang dalam segala bidang bisa maka sangat mudah

untuk mencari pekerjaan.

Kata matematika berasal dari kata “mathema” dalam bahasa Yunani yang

diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan atau belajar.” Disiplin utama dalam

matematika di dasarkan pada kebutuhan perhitungan dalam perdagangan,

pengukuran tanah, dan memprediksi peristiwa dalam astronomi. Ketiga

kebutuhan ini secara umum berkaitan dengan ketiga pembagian umum bidang

matematika yaitu studi tentang struktur, ruang, dan perubahan. Pelajaran tentang

struktur yang sangat umum dimulai dalam bilangan natural dan bilangan bulat,

1
serta operasi aritmatikanya, yang semuanya dijabarkan dalam aljabar dasar. Sifat

bilangan bulat yang lebih mendalam dipelajari dalam teori bilangan. Ilmu tentang

ruang berawal dari geometri. Dan pengertian dari perubahan pada kuantitas yang

dapat dihitung adalah suatu hal yang biasa dalam ilmu alam dan kalkulus.

Dalam perdagangan sangat berkaitan erat dengan matematika karena dalam

perdagangan pasti akan ada perhitungan, di mana perhitungan tersebut bagian

dari matematika. Secara tidak sadar ternyata semua orang menggunakan

matematika dalam kehidupan sehari-hari seperti jika ada orang yang sedang

membangun rumah maka pasti orang tersebut akan mengukur dalam

menyelesaikan pekerjaannya itu. Oleh karena itu matematika sangat bermanfaat

sekali dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat

abstrak ini dapat menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam

matematika. Prestasi matematika siswa baik secara nasional maupun

internasional belum menggembirakan. Dalam pembelajaran matematika siswa

belum bermakna, sehingga pengertian siswa tentang konsep sangat lemah.

“Menurut Jenning dan Dunne (1999) mengatakan bahwa, kebanyakan siswa

mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan matematika ke dalam situasi

kehidupan real.” Hal ini yang menyebabkan sulitnya matematika bagi siswa

adalah karena dalam pembelajaran matematika kurang bermakna, dan guru

dalam pembelajarannya di kelas tidak mengaitkan dengan skema yang telah

dimiliki oleh siswa dan siswa kurang diberikan kesempatan untuk menemukan

kembali ide-ide matematika. Mengaitkan pengalaman kehidupan nyata, anak

dengan ide-ide matematika dalam pembelajaran di kelas sangat penting dilakukan

agar pembelajaran matematika bermakna.

2
Menurut Van de Henvel-Panhuizen (2000), bila anak belajar matematika

terpisah dari pengalaman mereka sehari-hari, maka anak akan cepat lupa dan

tidak dapat mengaplikasikan matematika. Salah satu pembelajaran matematika

yang berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari dan menerapkan

matematika dalam kehidupan sehari-hari adalah pembelajaran matematika

realistik.

Pembelajaran matematika relaistik pertama kali diperkenalkan dan

dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal.

Pembelajaran matematika harus dekat dengan anak dan kehidupan nyata sehari-

hari. Biasanya ada sebagian siswa yang menganggap belajar matematika harus

dengan berjuang mati-matian dengan kata lain harus belajar dengan ekstra keras.

Hal ini menjadikan matematika seperti “monster” yang mesti ditakuti dan malas

untuk mempelajari matematika. Apalagi dengan dijadikannya matematika sebagai

salah satu diantara mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional yang

merupakan syarat bagi kelulusan siswa-siswi SD, ketakutan siswa pun makin

bertambah. Akibat dari pemikiran negatif terhadap matematika, perlu kiranya

seorang guru yang mengajar matematika melakukan upaya yang dapat membuat

proses belajar mengajar bermakna dan menyenangkan. Ada beberapa pemikiran

untuk mengurangi ketakutan siswa terhadap matematika.

Salah satunya dengan cara pembelajaran matematika realistik dimana

pembelajaran ini mengaitkan dan melibatkan lingkungan sekitar, pengalaman

nyata yang pernah dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari, serta menjadikan

matematika sebagai aktivitas siswa. Dengan pendekatan RME tersebut, siswa

tidak harus dibawa ke dunia nyata, tetapi berhubungan dengan masalah situasi

nyata yang ada dalam pikiran siswa. Jadi siswa diajak berfikir bagaimana

3
menyelesaikan masalah yang mungkin atau sering dialami siswa dalam

kesehariannya.

Pembelajaran sekarang ini selalu dilaksanakan di dalam kelas, dimana siswa

kurang bebas bergerak, cobalah untuk memvariasikan strategi pembelajaran yang

berhubungan dengan kehidupan dan lingkungan sekitar sekolah secara langsung,

sekaligus mempergunakannya sebagai sumber belajar. Banyak hal yang bisa kita

jadikan sumber belajar matematika, yang penting pilihlah topik yang sesuai

misalnya mengukur tinggi pohon, mengukur lebar pohon dan lain sebagainya.

Siswa lebih baik mempelajari sedikit materi sampai siswa memahami,

mengerti materi tersebut dari pada banyak materi tetapi siswa tidak mengerti

tersebut. Meski banyak tuntutan pencapaian terhadap kurikulum sampai daya

serap namun dengan alokasi yang terbatas. Jadi guru harus memberanikan diri

menuntaskan siswa dalam belajar sebelum ke materi selanjutnya karena hal ini

dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahpahaman siswa dalam belajar matematika.

Kebanyakan siswa, belajar matematika merupakan beban berat dan

membosankan, jadinya siswa kurang termotivasi, cepat bosan dan lelah. Adapun

beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal di atas dengan

melakukan inovasi pembelajaran.

Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain memberikan kuis atau teka-

teki yang harus ditebak baik secara berkelompok ataupun individu, memberikan

permainan di kelas suatu bilangan dan sebagainya tergantung kreativitas guru.

Jadi untuk mempermudah siswa dalam pembelajaran matematika harus

dihubungkan dengan kehidupan nyata yang terjadi di dalam kehidupan sehari-

hari. Dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti merasa terdorong untuk

melihat pengaruh Pembelajaran Matematika Realistik dan pemberian tugas

4
terhadap hasil belajar siswa dengan mengambil judul “Penggunaan Model

Matematika Realitik Untuk Meningkatkan Hasil belajar Matematika Materi Operasi

Hitung Campuran di Kelas VI Semester I UPT SD Negeri Kalipucung 03 Kecamatan

Sanankulon Kabupaten Blitar Tahun Pelajaran 2021/2022 ”.

B. Rumusan Masalah

Merujuk pada uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasi

beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah Model Pembelajaran Matematika Realistik berpengaruh terhadap

hasil belajar Matematika siswa Kelas VI Semester I UPT SD Negeri

Kalipucung 03 Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar Tahun Pelajaran

2021/2022

2. Bagaimanakah pengaruh pembelajaran terstrutur dengan pemberian tugas

terhadap motivasi belajar siswa Kelas VI Semester I UPT SD Negeri

Kalipucung 03 Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar Tahun Pelajaran

2021/2022

C. Tujuan Penelitian

Berdasar atas perumusan masalah di atas, maka tujuan dilaksanakan

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengungkap pengaruh Model Pembelajaran Matematika Realistik

terhadap hasil belajar Matematika siswa Kelas VI Semester I UPT SD

Negeri Kalipucung 03 Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar Tahun

Pelajaran 2021/2022.

5
2. Untuk mengungkap Model Pembelajaran Matematika Realistik terhadap

motivasi belajar Matematika siswa Kelas VI Semester I UPT SD Negeri

Kalipucung 03 Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar Tahun Pelajaran

2021/2022.

D. Manfaat Penelitian

1. Hasil dan temuan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang

Pembelajaran Matematika Realistik dan pemberian tugas dalam

pembelajaran Matematika.

2. Guru-guru Matematika perlu memanfaatkan teknik Pembelajaran

Matematika Realistik dan pemberian tugas untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran, baik dalam hal kualitas proses maupun kualitas hasil.

3. Memberikan tanggung jawab dan rasa keadilan bagi guru dalam hal proses

pembelajaran dengan tetap berpegang pada suatu pengertian bahwa

siswa memerlukan perhatian guru.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Pembelajaran Matematika Realistik, adalah suatu bentuk kegiatan kurikuler

sebagai sarana untuk mencapai tujuan Pembelajaran Matematika Realistik

dimulai dengan menyampaikan tujuan dan juga kata kunci, diteruskan

dengan pemberian materi yang sesuai dengan tujuan, dan pemberian

tugas berupa soal-soal yang dikerjakan dirumah.

2. Hasil Belajar Matematika, adalah hasil yang diperoleh siswa setelah

mengerjakan soal atau tes dari guru setelah proses mengajar berlangsung

dalam satu pokok bahasan selesai.

6
F. Batasan Masalah

Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah

yang meliputi:

1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa Kelas VI Semester I UPT SD

Negeri Kalipucung 03 Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar Tahun

Pelajaran 2021/2022. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September

semester ganjil tahun ajaran 2021/2022.

2. Materi yang disampaikan adalah Operasi Hitung Campuran.

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar

1. Pengertian

Di dalam istilah hasil belajar, terdapat dua unsur di dalamnya, yaitu

unsur hasil dan unsur belajar. Hasil merupakan suatu hasil yang telah

dicapai pembelajar dalam kegiatan belajarnya (dari yang telah dilakukan,

dikerjakan, dan sebagainya), sebagaimana dijelaskan dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia, (1995: 787). Dari pengertian ini, maka hasil belajar

adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan

oleh mata pelajaran, lajimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai

yang diberikan oleh guru.

Belajar itu sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, atau

memaknai sesuatu yang diperoleh. Akan tetapi apabila kita bicara tentang

hasil belajar, maka hal itu merupakan hasil yang telah dicapai oleh si

pebelajar.

Istilah hasil belajar mempunyai hubungan yang erat kaitannya

dengan Hasil belajar. Sesungguhnya sangat sulit untuk membedakan

pengertian Hasil belajar dengan hasil belajar. Ada yang berpendapat

bahwa pengertian hasil belajar dianggap sama dengan pengertian Hasil

belajar. Akan tetapi lebih dahulu sebaiknya kita simak pendapat yang

mengatakan bahwa hasil belajar berbeda secara prinsipil dengan Hasil

belajar. Hasil belajar menunjukkan kualitas jangka waktu yang lebih

panjang, misalnya satu cawu, satu semester dan sebagainya. Sedangkan

8
Hasil belajar menunjukkan kualitas yang lebih pendek, misalnya satu

pokok bahasan, satu kali ulangan harian dan sebagainya.

Nawawi (1981: 100) mengemukakan pengertian hasil adalah

sebagai berikut: Keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di

sekolah yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau skor dari hasil tes

mengenai sejumlah pelajaran tertentu.

Pendapat lain dikemukakan oleh Sadly (1977: 904), yang

memberikan penjelasan tentang hasil belajar sebagai berikut, “Hasil yang

dicapai oleh tenaga atau daya kerja seseorang dalam waktu tertentu”,

sedangkan Marimba (1978: 143) mengatakan bahwa “hasil adalah

kemampuan seseorang atau kelompok yang secara langsung dapat

diukur”.

Menurut Nawawi (1981: 127), berdasarkan tujuannya, hasil belajar

dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

a. Hasil belajar yang berupa kemampuan keterampilan atau

kecapakan di dalam melakukan atau mengerjakan suatu tugas,

termasuk di dalamnya keterampilan menggunakan alat.

b. Hasil belajar yang berupa kemampuan penguasaan ilmu

pengetahuan tentang apa yang dikerjakan.

c. Hasil belajar yang berupa perubahan sikap dan tingkah laku.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Sejak awal dikembangkannya ilmu pengetahuan tentang perilaku

manusia, banyak dibahas mengenai bagaimana mencapai hasil belajar

yang efektif. Para pakar dibidang pendidikan dan psikologi mencoba

mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar.

9
Dengan diketahuinya faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil

belajar, para pelaksana maupun pelaku kegiatan belajar dapat memberi

intervensi positif untuk Peningkatan Hasil belajar yang akan diperoleh.

Secara implisit, ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar

anak, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor Internal

Foktor internal meliputi faktor fisiologis, yaitu kondisi jasmani

dan keadaan Operasi Hitung Campuran-Operasi Hitung Campuran

fisiologis. Faktor fisiologis sangat menunjang atau melatar belakangi

aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang sehat akan lain pengaruhnya

dibanding jasmani yang keadaannya kurang sehat. Untuk menjaga agar

keadaan jasmani tetap sehat, nutrisi harus cukup. Hal ini disebabkan,

kekurangan kadar makanan akan mengakibatkan keadaan jasmani

lemah yang mengakibatkan lekas mengantuk dan lelah.

Faktor psikologis, yaitu yang mendorong atau memotivasi

belajar. Faktor-faktor tersebut diantaranya:

- Adanya keinginan untuk tahu

- Agar mendapatkan simpati dari orang lain.

- Untuk memperbaiki kegagalan

- Untuk mendapatkan rasa aman.

b. Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal, yaitu faktor dari luar diri anak yang ikut

mempengaruhi belajar anak, yang antara lain berasal dari orang tua,

sekolah, dan masyarakat.

1. Faktor yang berasal dari orang tua

10
Faktor yang berasal dari orang tua ini utamanya adalah

sebagi cara mendidik orang tua terhadap anaknya. Dlam hal ini

dapat dikaitkan suatu teori, apakah orang tua mendidik secara

demokratis, pseudo demokratis, otoriter, atau cara laisses faire.

Cara atau tipe mendidik yang dimikian masing-masing mempunyai

kebaikannya dan ada pula kekurangannya.

Menurut hemat peneliti, tipe mendidik sesuai dengan

kepemimpinan Pancasila lebih baik dibandingkan tipe-tipe diatas.

Karena orang tua dalam mencampuri belajar anak, tidak akan

masuk terlalu dalam.

Prinsip kepemimpinan Pancasila sangat manusiawi, karena

orang tua akan bertindak ing ngarsa sung tulada, ing madya

mangun karsa, dan tut wuri handayani . Dalam kepemimpinan

Pancasila ini berarti orang tua melakukan kebiasaan-kebiasaan yang

positif kepada anak untuk dapat diteladani. Orang tua juga selalu

memperhatikan anak selama belajar baik langsung maupun tidak

langsung, dan memberikan arahan-arahan manakala akan

melakukan tindakan yang kurang tertib dalam belajar.

Dalam kaitan dengan hal ini, Tim Penyusun Buku Sekolah

Pendidikan Guru Jawa Timur (1989: 8) menyebutkan, “Di dalam

pergaulan di lingkungan keluarga hendaknya berubah menjadi

situasi pendidikan, yaitu bila orang tua memperhatikan anak,

misalnya anak ditegur dan diberi pujian….”

Pendek kata, motivasi, perhatian, dan kepedulian orang tua

akan memberikan semangat untuk belajar bagi anak.

11
2. Faktor yang berasal dari sekolah

Faktor yang berasal dari sekolah, dapat berasal dari guru,

mata pelajaran yang ditempuh, dan metode yang diterapkan. Faktor

guru banyak menjadi penyebab kegagalan belajar anak, yaitu yang

menyangkut kepribadian guru, kemampuan mengajarnya. Terhadap

mata pelajaran, karena kebanyakan anak memusatkan perhatianya

kepada yang diminati saja, sehingga mengakibatkan nilai yang

diperolehnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Keterampilan,

kemampuan, dan kemauan belajar anak tidak dapat dilepaskan dari

pengaruh atau campur tangan orang lain. Oleh karena itu menjadi

tugas guru untuk membimbing anak dalam belajar.

3. Faktor yang berasal dari masyarakat

Anak tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Faktor

masyarakat bahkan sangat kuat pengaruhnya terhadap pendidikan

anak. Pengaruh masyarakat bahkan sulit dikendalikan. Mendukung

atau tidak mendukung perkembangan anak, masyarakat juga ikut

mempengaruhi.

Selain beberapa faktor internal dan eksternal di atas, faktor yang

mempengaruhi hasil belajar dapat disebutkan sebagai berikut:

1) Minat

Seorang yang tidak berminat mempelajari sesuatu tidak akan

berhasil dengan baik, tetapi kalau seseorang memiliki minat

terhadap objek masalah maka dapat diharakan hasilnya baik.

Masalahnya adalah bagainama seorang pendidik selektif dalam

menentukan atau memilih masalah atau materi pelajaran yang

12
menarik siswa. Berikutnya mengemas materi yang dipilih dengan

metode yang menarik. Karena itu pendidik/ pengajar perlu

mengenali karakteristik siswa, misalnya latar belakang sosial

ekonomi, keyakinan, kemampuan, dan lain-lain.

2) Kecerdasan

Kecerdasan memegang peranan penting dalam menentukan

berhasil tidaknya seserorang. Orang pada umumnya lebih mampu

belajar daripada orang yang kurang cerdas. Berbagai penelitian

menunjukkan hubungan yang erat antara tingkat kecerdasan dan

hasil belajar di sekalah (Sumadi, 1989: 11).

3) Bakat

Bakat merupakan kemampuan bawaan sebagai potensi yang

perlu dilatih dan dikembangkan agar dapat terwujud (Utami, 1992:

17). Bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan

dapat dilakukan pada masa yang akan datang. Selain kecerdasan

bakat merupakan faktor yang menentukan berhasil tidaknya

seseorang dalam belajar (Sumadi, 1989: 12). Belajar pada bidang

yang sesuai dengan bakatnya akan memperbesar kemungkinan

seseorang untuk berhasil.

4) Motivasi

Motivasi merupakan dorongan yang ada pada diri anak untuk

melakukan sesuatu tindakan. Besar kecilnya motivasi banyak

dipengaruhi oleh kebutuhan individu yang ingin dipenuhi (Suharsimi,

1993: 88). Ada dua macam motivasi yaitu motivasi instrinsik dan

motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang

13
ditimbulkan dari dalam diri orang yang bersangkutan. Sedangkan,

motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul oleh rangsangan dari

luar atau motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar

situasi belajar, misalnya angka, ijazah, tingkatan, hadiah,

persaingan, pertentangan, sindiran, cemoohan dan hukuman.

Motivasi ini tetap diperlukan di sekolah karena tidak semua

pelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.

Dengan memiliki kemampuan pada suatu mata pelajaran,

baik itu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang mampu

dikembangkan, siswa diharapkan dapat mengalih gunakan

kemampuan-kemampuan tersebut dalam mengahadapi masalah-

masalah dalam berbagai bidang pelajaran. Kemampuan bernalar,

kemampuan memilih strategi yang cocok dengan permasalahannya,

maupun kemampuan menerima dan mengemukakan suatu informasi

secara tetap dan cermat merupakan kemampuan umum yang dapat

digunakan dalam berbagai bidang.

B. Matematika Realistik (MR)

Matematika realistik yang dimaksudkan dalam hal ini adalah matematika

sekolah yang dilaksanakan dengan menemaptkan realitas dan pengalaman siswa

sebagai titik awal pembelajaran. Masalah-masalah realistik digunakan sebagai

sumber munculnya konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika

formal.

Pembelajaran matematika realistik di kelas berorientasi pada karakteristik

RME, sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk menemukan kembali konsep-

14
konsep matematika. Dan siswa diberi kesempatan untuk mengaplikasikan konsep-

konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari. Karakteristik RME

menggunakan: konteks “dunia nyata”, model-model, produksi dan kontruksi

siswa, interaktif dan keterkaitan. (Trevers, 1991; Van Heuvel-Panhuizen, 1998).

Di sini akan mencoba menjelaskan tentang karakteristik RME.

a. Menggunakan konteks “dunia nyata” yang tidak hanya sebagai sumber

matematisasi tetapi juga sebagai tempat untuk mengaplikasikan kembali

matematika. Pembelajaran matematika realistik diawali dengan masalah-

masalah yang nyata, sehingga siswa dapat menggunakan pengalaman

sebelumnya secara langsung. Proses pencarian (inti) dari proses yang sesuai

dari situasi nyata yang dinyatakan oleh De Lange (1987) sebagai matematisasi

konseptual. Dengan pembelajaran matematika realistik siswa dapat

mengembangkan konsep yang lebih komplit. Kemudian siswa juga dapat

mengaplikasikan konep-konsep matematika ke bidang baru dan dunia nyata.

Oleh karena itu untuk membatasi konsep-konsep matematika dengan

pengalaman sehari-hari perlu diperhatikan matematisasi pengalaman sehari-

hari dan penerapan matematika dalam sehari-hari.

b. Menggunakan model-model (matematisasi) istilah model ini berkaitan dengan

model situasi dan model matematika yang dikembangkan oleh siswa sendiri.

Dan berperan sebagai jembatan bagi siswa dari situasi real ke situasi abstrak

atau dari matematika informal ke matematika formal. Artinya siswa membuat

model sendiri dalam menyelesaikan masalah. Model situasi merupakan model

yang dekat dengan dunia nyata siswa. Generalisasi dan formalisasi model

tersebut. Melalui penalaran matematika model-of akan bergeser menjadi

15
model-for masalah yang sejenis. Pada akhirnya akan menjadi model

matematika formal.

c. Menggunakan produksi dan konstruksi streefland (1991) menekankan bahwa

dengan pembuatan “produksi bebas” siswa terdorong untuk melakukan refleksi

pada bagian yang mereka anggap penting dalam proses belajar. Strategi-

strategi formal siswa yang berupa prosedur pemecahan masalah konstekstual

merupakan sumber inspirasi dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut

yaitu untuk mengkonstruksi pengetahuan matematika formal.

d. Menggunakan interaktif. Interaktif antara siswa dengan guru merupakan hal

yang mendasar dalam pembelajaran matematika realistik. Bentuk-bentuk

interaktif antara siswa dengan guru biasanya berupa negoisasi, penjelasan,

pembenaran, setuju, tidak setuju, pertanyaan, digunakan untuk mencapai

bentuk formal dari bentuk-bentuk informal siswa.

e. Menggunakan keterkaitan dalam pembelajaran matematika realistik. Dalam

pembelajaran ada keterkaitan dengan bidang yang lain, jadi kita harus

memperhatikan juga bidang-bidang yang lainnya karena akan berpengaruh

pada pemecahan masalah. Dalam mengaplikasikan matematika biasanya

diperlukan pengetahuan yang kompleks, dan tidak hanya aritmatika, aljabar,

atau geometri tetapi juga bidang lain.

C. Pembelajaran Matematika Realistik

Pembelajaran matematika realistik merupakan teori belajar mengajar

dalam pendidikan matematika. Teori pembelajaran matematika realistik pertama

kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut

Freudenthal. Freudenthal berpendapat bahwa matematika harus diartikan dengan

16
realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Dari pendapat Freudenthal

memang benar alangkah baiknya dalam pembelajaran matematika harus ada

hubungannya dengan kenyataan dan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu

manusia harus diberi kesempatan untuk menemukan ide dan konsep matematika

dengan bimbingan orang dewasa. Matematika harus dekat dengan anak dan

kehidupan sehari-hari. Upaya ini dilihat dari berbagai situasi dan persoalan-

persoalan “realistik”. Realistik ini dimaksudkan tidak mengacu pada realitas pada

realitias tetapi pada sesuatu yang dapat dibayangkan.

Adapun menurut pandangan konstruktifis pembelajaran matematika adalah

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi konsep-konsep

matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi. Guru dalam

hal ini berperan sebagai fasilitator. Dalam pembelajaran matematika guru

memang harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri

konsep-konsep matematika dengan kemampuan siswa sendiri dan guru terus

memantau atau mengarahkan siswa dalam pembelajaran walaupun siswa sendiri

yang akan menemukan konsep-konsep matematika, setidaknya guru harus terus

mendampingi siswa dalam pembelajaran matematika.

Menurut Davis (1996), pandangan konstruktivis dalam pembelajaran

matematika berorientasi pada:

1. Pengetahuan dibangun dalam pikiran melalui proses asimilasi atau akomodasi.

2. Dalam pengerjaan matematika, setiap langkah siswa dihadapkan kepada

apa.

3. Informasi baru harus dikaitkan dengan pengalamannya tentang dunia melalui

suatu kerangka logis yang mentransformasikan, mengorganisasikan, dan

menginterpretasikan pengalamannya.

17
4. Pusat pembelajaran adalah bagaimana siswa berpikir, bukan apa yang mereka

katakan atau tulis.

Pendapat Davis tersebut, dalam pembelajaran matematika siswa

mempunyai pengetahuan dalam berpikir melalui proses akomodasi dan siswa juga

harus dapat menyelesaikan masalah yang akan dihadapinya. Siswa mengetahui

informasi baru dikaitkan dengan pengalaman sehari-hari secara logis, dalam

pembelajaran ini harus bisa memahami dan berpikir sendiri dalam menyelesaikan

masalah tersebut, jadi tidak tergantung kepada guru, siswa juga dapat

mempunyai cara tersendiri untuk menyelesaikan masalah.

Konstruktivis ini dikritik oleh Vygotsky, yang menyatakan bahwa siswa

dalam mengkonstruksi suatu konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial.

Konstruktivisme ini oleh Vygotsky disebut konstruktisme sosial (Taylor, 1993;

Wilson, Teslow dan Taylor, 1993; Atwel, Bleicher dan Cooper, 1998). Ada dua

konsep penting dalam teori Vygotsky (Slavin, 1997), yaitu Zone of Proximal

Development (ZPD) dan scaffolding. Zone of Proximal Development (ZPD)

merupakan jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan

sebagai kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat

perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan

masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerja sama dengan

teman sejawat yang lebih mampu. Scraffolding merupakan pemberian sejumlah

bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian

mengurangi bantuan dan memberi kesempatan untuk mengambil alih tanggung

jawab yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya (Slavin, 1997). Jadi

Zone of Proximal Development ini ada siswa yang menyelesaikan masalah secara

18
sendiri, dan ada siswa yang menyelesaikan masalah harus dengan persetujuan

orang dewasa.

Sedangkan scraffolding mempunyai tahap-tahap pembelajaran, dalam

pembelajaran awal siswa dibantu, tapi bantuan itu sedikit demi sedikit dikurangi.

Setelah itu siswa diberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalah sendiri dan

mempunyai tanggung jawab yang semakin besar setelah siswa dapat

melakukannya. Scraffolding merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa

untuk belajar memecahkan masalah. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk,

dorongan, peringatan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah

pemecahan, memberikan contoh, dan tindakan-tindakan lain yang memungkinkan

siswa itu belajar mandiri.

Prinsip penemuan dapat diinspirasikan oleh prosedur-prosedur pemcahan

informal, sedangkan proses penemuan kembali menggunakan konsep

matematisasi. Ada dua jenis matematisasi diformlasikan oleh Treffers (1991),

yaitu matematisasi horizontal dan vertikal. Contoh matematisasi horizontal adalah

pengidentifikasian, perumusan, dan penvisualisasian masalah dalam cara-cara

yang berbeda dan pentransformasian masalah dunia real ke dunia matematika.

Contoh matematisasi vertikal adalah representasi hubungan-hubungan dalam

rumus, perbaikan dan penyelesaian model matematika, penggunaan model-model

yang berbeda dan penggeneralisasian. Kedua jenis ini mendapat perhatian

seimbang, karena kedua matematisasi ini mempunyai nilai yang sama.

Berdasarkan matematisasi horizontal dan vertikal, pendekatan dalam pendidikan

matematika dibedakan menjadi empat jenis yaitu mekanistik, empiristik,

strukturalistik, dan realistik.

19
Pendekatan mekanistik adala pendekatan secara tradisional dan didasarkan

pada apa yang diketahui dan pengalaman sendiri. Pendekatan empiristik adalah

suatu pendekatan dimana konsep-konsep matematika tidak diajarkan dan siswa

diharapkan dapat menemukan sendiri melalui matematisasi horizontal,

pendekatan strukturalistik adalah suatu pendekatan yang menggunakan sistem

formal, misalnya dalam pengajaran penjumlahan secara panjang perlu didahului

dengan nilai tempat, sehingga suatu konsep dicapai melalui matematisasi vertikal.

Pendekatan realistik adalah suatu pendekatan yang menggunakan masalah

realistik sebagai pangkal tolak pembelajaran. Melalui aktivitas matematisasi

horizontal dan vertilal diharapkan siswa dapat menemukan konsep-konsep

matematika.

Filsafat konstruktivis sosial memandang kebenaran matematika tidak bersifat

absolut dan mengidentifikasi matematika sebagai hasil dari pemecahan masalah

dan pengajuan masalah oleh manusia (Ernest, 1991). Dalam pembelajaran

matematika, Cobb, Yackel dan Wood (1992) menyebutnya dengan

konstruktivisme sosio. Siswa berinteraksi dengan guru, dan berdasarkan pada

pengalaman informal siswa mengembangkan strategi-strategi untuk merespon

masalah yang diberikan. Karakteristik pendekatan konstrutivis sosio ini sangat

sesuai dengan karakteristik RME. Konsep ZPD dan Scraffolding dalam pendekatan

konstruktivis sosio, di dalam pembelajaran matematika realistik disebut dengan

penemuan kembali terbimbing. Menurut Graevenmeijer (1994) walaupun kedua

pendekatan ini mempunyai kesamaan tetapi kedua pendekatan ini dikembangkan

secara terpisah. Perbedaan keduanya adalah pendekatan konstruktivis sosio

merupakan pendekatan pembelajaran yang bersifat umum, sedangkan

20
pembelajaran matematika realistik merupakan pendekatan khusus yaitu hanya

dalam pembelajaran matematika.

D. Kaitan Antara Pembelajaran Matematik Realistik dengan Pengertian

Kalau kita perhatikan para guru dalam mengajarkan matematika

senantiasa terlontar kata “bagaimana, apa mengerti?” siswa pun buru-buru

menjawab mengerti. Siswa sering mengeluh, seperti berikut,”pak…pada saat di

kelas saya mengerti penjelasan bapak,tetapi begitu sampai dirumah saya

lupa,”atau” pak…pada saat dikelas saya mengerti contoh yang bapak berikan,

tetapi saya tidak bisa menyelesaikan soal-soal latihan”.

Apa yang dialami oleh siswa pada ilustrasi diatas menunjukkan bahwa

siswa belum mengerti atau belum mempunyai pengetahuan konseptual. Siswa

yang mengerti konsep dapat menemukan kembali konsep yang mereka lupakan.

Mitzell (1982) mengatakan bahwa, hasil belajar siswa secara langsung

dipengaruhi oleh pengalaman siswa dan faktor internal. Pengalaman belajar siswa

dipengaruhi oleh unjuk kerja guru. Bila siswa dalam belajarnya bermakna atau

terjadi kaitan antara informasi baru dengan jaringan representasi, maka siswa

akan mendapatkan suatu pengertian. Mengembangkan pengertian merupakan

tujuan pengajaran matematika. Karena tanpa pengertian orang tidak dapat

mengaplikasikan prosedur, konsep, ataupun proses. Dengan kata lain,

matematika dimengerti bila representasi mental adalah bagian dari jaringan

representasi (Hieber dan carpenter,1992).

Matematika bukan hanya dimengerti tapi harus benar-benar memahami

persoalan yang sedang dihadapi. Umumnya sejak anak-anak orang telah

mengenal ide matematika. Melalui pengalaman dalam kehidupan sehari-hari

21
mereka mengembangkan ide-ide yang lebih kompleks, misalnya tentang bilangan,

pola, bentuk, data, ukuran,dan sebagainya. Anak sebelum sekolah belajar ide

matematika secara alamiah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa datang kesekolah

bukanlah dengan kepala “kosong” yang siap diisi dengan apa saja. Pembelajaran

disekolah akan lebih bermakna bila guru mengaitkan dengan apa yang telah

diketahui anak. Pengertian siswa tentang ide matematika dapat dibangun melalui

sekolah, jika mereka secara aktif mengaitkan dengan pengetahuan mereka.

Hanna dan yackel (NCTM,2000) mengatakan bahwa belajar dengan

pengertian dapat ditingkatkan melalui interaksi kelas dan interaksi sosial dapat

digunakan untuk memperkenalkan keterkaitan di antara ide-ide dan

mengorganisasikan pengetahuan kembali. Dalam pembelajaran guru haruslah

berinteraksi dengan siswa, agar siswa lebih mudah memahami apa yang telah

diajarkan, tentunya dalam pembelajaran harus dikaitkan dengan kehidupan nyata

untuk memudahkan siswa dalam belajar.

Pembelajaran matematika realistik memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menemukan kembali dan memahami konsep-konsep matematika

berdasarkan pada masalah realistik yang diberikan oleh guru. Situasi realistik

dalam masalah memungkinkan siswa menggunkan cara-cara informal untuk

menyelesaikan masalah. Cara-cara informal siswa yang merupakan produksi siswa

memegang peranan penting dalam penemuan kembali dan memahami konsep.

Hal ini berarti informasi yang diberikan kepada siswa telah dikaitkan dengan

skema anak. Melalui interaksi kelas keterkaitan skema anak akan menjadi lebih

kuat. Dengan demikian, pembelajaran matematika realistik akan mempunyai

kontribusi yang sangat tinggi dengan pengertian siswa.

22
BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena

penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.

Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan

bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang

diinginkan dapat dicapai.

Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997; 8)

mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu (a) guru

bertindak sebagai peneliti, (b) penelitian tindakan kolaboratif, (c) simultan

terintegratif, dan (d) administrasi sosial ekperimental.

Dalam penelitian ini peneliti sebagai guru bekerja sendirian, tidak

berkolaborasi dengan siapapun. Hal ini peneliti lakukan agar dalam penelitian ini

siswa tidak tahu kalau sedang diteliti. Kehadiran peneliti sebagai guru dalam kelas

dilakukan seperti biasanya tanpa ada perbedaan dari hari biasa.

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut

Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat

reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan

rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam

pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta

memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam

Mukhlis, 2000: 3).

23
Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk kajian

yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki

kondisi pembelajaran yang dilakukan.

Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/

meningkatkan praktek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan

tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru

(Mukhlis, 2000: 5).

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,

maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan

Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu

ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action

(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada

siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan,

pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan

pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-

tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.


Putar
an 1

Refleksi Rencana
Rencana
awal/rancanga
awal/rancanga Putar
nn an 2
Tindakan/
Observasi
Rencanayang
yang
Refleksi Rencana
direvisi
direvisi Putar
an 3
Tindakan/
Observasi

Rencanayang
yang
Refleksi Rencana
direvisi
direvisi
Gambar 3.1 Alur PTK
Tindakan/
Observasi
24
Penjelasan alur di atas adalah:

1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti

menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,

termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti

sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati

hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran Model

Pembelajaran Matematika Realistik.

3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan

yang diisi oleh pengamat.

4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat

membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus

berikutnya.

Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3,

dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang

sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes

formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan

untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

B. Tempat, Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan

penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini

25
bertempat di Kelas VI Semester I UPT SD Negeri Kalipucung 03

Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar Tahun Pelajaran 2021/2022.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat

penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

September semester ganjil 2021/2022.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas VI Semester I UPT SD

Negeri Kalipucung 03 Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar Tahun

Pelajaran 2021/2022 pada pokok bahasan Operasi Hitung Campuran.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Silabus

Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan

pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.

2. Rencana Pelajaran (RP)

Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai

pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-

masing RP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar,

tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.

3. Lembar Kegiatan Siswa

26
Lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk membantu

proses pengumpulan data hasil kegiatan pemberian tugas.

4. Tes formatif

Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,

digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep Matematika

pada pokok bahasan Operasi Hitung Campuran.

E. Metode Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui

observasi pengolahan belajar aktif, dan tes formatif.

F. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan

pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan

teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat

menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh

dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa juga untuk

memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas

siswa selama proses pembelajaran.

Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan

siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan

cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana yaitu:

1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif

27
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang

selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut

sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

Dengan : = Nilai rata-rata

Σ X = Jumlah semua nilai siswa

Σ N = Jumlah siswa

2. Untuk ketuntasan belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan

secara klasikal. Berdasarkan petunju pelaksanaan belajar mengajar

kurikulum 2013 (Depdiknas, 2013), yaitu seorang siswa telah tuntas

belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut

tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai

daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung

persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

28
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data Penelitian Persiklus

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan

alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan

lembar observasi pengolaan pembelajaran terstrutur dengan pemberian

tugas.

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I

dilaksanakan pada tanggal 7 September 2021 di Kelas VI dengan

jumlah siswa 12 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.

Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran

yang telah dipersiapkan.

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksaaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa

diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat

keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah

dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai

berikut :

29
Table 4.1. Nilai Tes Formatif Siklus I

Keterangan
No. Urut Nama Skor
T TT
1 ARUM SUCIATI 50 √
2 DAFIN DWI RENANDO PUTRA 60 √
3 EVA SAFIRA MAYASARI 70 √
4 FADHIL SYAMSI KHAMDANI 60 √
5 GUNAWAN INDRA SETYAWAN 80 √
6 IELEN KEVIN ADIATAMA 70 √
7 MA'RIFATUL AZIZAH 60 √
8 MOCHAMAD HISYAM NOR 70 √
9 MUNAZZA AMIRA HAFIZAH 50 √
10 RAKHELIA PUTRI ISRODIN 70 √
11 SALWA AMIRA TRI 60 √
12 SRIKANDI DUTA PUTRI 70 √
Jumlah 770 6 6
Jumlah Skor 770
Jumlah Skor Maksimal Ideal 1200
Rata-Rata Skor Tercapai 64,17

Keterangan: T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas :6

Jumlah siswa yang belum tuntas : 6

Klasikal : Belum tuntas

Table 4.2 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Siklus I

No Uraian Hasil siklus I


1 Nilai rata-rata tes formatif 64,17
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 6
3 Persentase ketuntasan belajar 50,00

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan

Model Pembelajaran Matematika Realistik diperoleh nilai rata-rata

hasil belajar siswa adalah 64,17 dan ketuntasan belajar mencapai

50,00% atau ada 8 siswa dari 12 siswa sudah tuntas belajar. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal

30
siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥

65 hanya sebesar 50,00% lebih kecil dari persentase ketuntasan

yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena

siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang

dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan Model

Pembelajaran Matematika Realistik.

2. Siklus II

a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan alat-alat

pengajaran yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II

dilaksanakan pada tanggal 14 September 2021 di Kelas VI dengan

jumlah siswa 12 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.

Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran

dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalah atau

kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan

(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar

mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang

31
digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada

siklus II adalah sebagai berikut.

Table 4.3. Nilai Tes Formatif Pada Siklus II

Keterangan
No. Urut Nama Skor
T TT
1 ARUM SUCIATI 50 √
2 DAFIN DWI RENANDO PUTRA 60 √
3 EVA SAFIRA MAYASARI 70 √
4 FADHIL SYAMSI KHAMDANI 80 √
5 GUNAWAN INDRA SETYAWAN 80 √
6 IELEN KEVIN ADIATAMA 70 √
7 MA'RIFATUL AZIZAH 60 √
8 MOCHAMAD HISYAM NOR 80 √
9 MUNAZZA AMIRA HAFIZAH 70 √
10 RAKHELIA PUTRI ISRODIN 70 √
11 SALWA AMIRA TRI 60 √
12 SRIKANDI DUTA PUTRI 80 √
Jumlah 830 8 4
Jumlah Skor 830
Jumlah Skor Maksimal Ideal 1200
Rata-Rata Skor Tercapai 69,17

Keterangan: T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas :8

Jumlah siswa yang belum tuntas : 4

Klasikal : Belum tuntas

Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus II

No Uraian Hasil Siklus II


1 Nilai rata-rata tes formatif 69,17
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 8
3 Persentase ketuntasan belajar 66,67

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah

69,17 dan ketuntasan belajar mencapai 66,67% atau ada 8 siswa

dari 12 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa

32
pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah megalami

peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil

belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa

setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada

pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain

itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan

diinginkan guru dengan menerapkan Model Pembelaja ran

Matematika Realistik.

3. Siklus III

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat

pengajaran yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pengamatan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III

dilaksanakan pada tanggal 21 September 2021 di Kelas VI dengan

jumlah siswa 12 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.

Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran

dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau

kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III.

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan

belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

33
proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang

digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada

siklus III adalah sebagai berikut

Table 4.5. Nilai Tes Formatif Pada Siklus III

Keterangan
No. Urut Nama Skor
T TT
1 ARUM SUCIATI 80 √
2 DAFIN DWI RENANDO PUTRA 80 √
3 EVA SAFIRA MAYASARI 90 √
4 FADHIL SYAMSI KHAMDANI 90 √
5 GUNAWAN INDRA SETYAWAN 80 √
6 IELEN KEVIN ADIATAMA 90 √
7 MA'RIFATUL AZIZAH 70 √
8 MOCHAMAD HISYAM NOR 80 √
9 MUNAZZA AMIRA HAFIZAH 100 √
10 RAKHELIA PUTRI ISRODIN 90 √
11 SALWA AMIRA TRI 80 √
12 SRIKANDI DUTA PUTRI 100 √
Jumlah 1020 12 0
Jumlah Skor 1020
Jumlah Skor Maksimal Ideal 1200
Rata-Rata Skor Tercapai 85,00
Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 12
Jumlah siswa yang belum tuntas : 0
Klasikal : Tuntas

Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus II

No Uraian Hasil Siklus II


1 Nilai rata-rata tes formatif 85,00
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 12
3 Persentase ketuntasan belajar 100,00

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif

sebesar 85,00 dan dari 12 siswa yang telah tuntas sebanyak 12 siswa

34
dan 0 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal

ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 100,00% (termasuk

kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih

baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini

dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam

menerapkan Model Pembelajaran Matematika Realistik sehingga siswa

menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa

lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. Pada siklus

III ini ketuntasan secara klasikal telah tercapai, sehingga penelitian ini

hanya sampai pada siklus III.

c. Refleksi

Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik

maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar

dengan penerapan Model Pembelajaran Matematika Realistik. Dari

data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:

1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua

pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang

belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaan nya untuk masing-

masing aspek cukup besar.

2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif

selama proses belajar berlangsung.

3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami

perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

4) Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.

d. Revisi Pelaksanaan

35
Pada siklus III guru telah menerapkan Model Pembelajaran

Matematika Realistik dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta

hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan

dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang

perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan

dan mepertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada

pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan Model

Pembelajaran Matematika Realistik dapat meningkatkan proses belajar

mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

B. Pembahasan

1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa

Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran

terstrutur dengan pemberian tugas memiliki dampak positif dalam

meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin

mantapnya pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi yang telah

disampaikan guru selama ini (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II,

dan III) yaitu masing-masing 66,00%, 66,67%, dan 100,00%. Pada siklus

III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran terstrutur dengan pemberian tugas dalam setiap siklus

mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap proses

mengingat kembali materi pelajaran yang telah diterima selama ini, yaitu

36
dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap

siklus yang terus mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran Matematika dengan pembelajaran terstrutur dengan

pemberian tugas yang paling dominan adalah mendengarkan/

memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa

dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas isiwa dapat

dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah

melaksanakan langkah-langkah belajar aktif dengan baik. Hal ini terlihat

dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan

mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan, menjelaskan, memberi

umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di

atas cukup besar.

37
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab

sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran Matematika Realistik memiliki dampak positif dalam

meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan

ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (50,00%), siklus

II (66,67%), siklus III (100,00%).

2. Penerapan Model Pembelajaran Matematika Realistik mempunyai pengaruh

positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan

dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik

dan berminat terhadap Model Pembelajaran Matematika Realistik sehingga

mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses

belajar mengajar Matematika lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang

optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk melaksanakan Model Pembelajaran Matematika Realistik

memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu

menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan

Pembelajaran Matematika Realistik dengan pemberian balikan dalam

proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.

38
2. Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa, guru hendaknya lebih

sering melatih siswa dengan berbagai metode, walau dalam taraf yang

sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru,

memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau

mampu memecah kan masalah-masalah yang dihadapinya.

3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya

dilakukan di Kelas VI Semester I UPT SD Negeri Kalipucung 03 Kecamatan

Sanankulon Kabupaten Blitar Tahun Pelajaran 2021/2022.

4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan

agar diperoleh hasil yang lebih baik.

39
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindon.

Ardana, Wayan. 1980. Beberapa Metode Statistik Untuk Keperluan Penelitian


Pendidikan. Malang: Swadaya.

Arikunto, Suharsimi. 1989. Penilaian Program Pendidikan. Proyek Pengembangan


LPTK Depdikbud. Dirjen Dikti.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta:


Rineksa Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek .


Jakarta: Rineksa Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2021. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi


Aksara.

Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers . Allin and Bacon,
Inc. Boston.

Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2013. Petunjuk Pelaksanaan Proses


Belajar Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2013. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif .
Fakultas Tarbiyah IAIN Antasasi. Banjarmasin.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.

Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi


Universitas Gajah Mada. Yoyakarta.

Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Hamalik, Oemar. 1999. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

KBBI. 1996. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.

Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria
Dearcin University Press.

40
Margono, S. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineksa Cipta.

Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Purwanto, N. 1988. Prinsip-prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran . Bandung.


Remaja Rosda Karya.

Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar . Jakarta: Bina
Aksara.

Slameto, 1988. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.

Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran . Jakarta: PAU-
PPAI, Universitas Terbuka.

Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya Usaha


Nasional.

Sudjana, N dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan . Bandung:


Sinar Baru.

Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars.

Suryabrata, Sumadi. 1990. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset.

Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

USMPn, Moh. Uzer. 2021. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Wetherington. H.C. and W.H. Walt. Burton. 1986. Teknik-teknik Belajar dan
Mengajar. (terjemahan) Bandung: Jemmars.

41
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS I
Satuan Pendidikan : UPT SD Negeri Kalipucung 03
Muatan Terpadu : Matematika
Kelas / Semester : 6 / Ganjil
Pelajaran : Operasi Hitung Campuran
Sub Pelajaran : Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Cacah
Pertemuan :1
Alokasi waktu : 90 menit

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa mampu memahami penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah.
2. Siswa mampu menjelaskan penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah.
3. Siswa mampu menghitung/mencari penjumlahan dan pengurangan
bilangan cacah.
4. Siswa mampu mengidentifikasi masalah penjumlahan dan pengurangan
bilangan cacah.
5. Siswa mampu menyelesaikan masalah penjumlahan dan pengurangan
bilangan cacah.

B. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Kegiatan 1. Kelas dimulai dengan salam dilanjutkan
Pendahuluan dengan do’a. (Religius dan Integritas)
2. Menyanyikan salah satu lagu wajib dan 10 menit
atau nasional. (Nasionalisme).
3. Pembiasaan membaca/menulis (Kegiatan
literasi)
Kegiatan Mengamati
Inti 1. Siswa mencermati pengertian penjumlahan
dan pengurangan bilangan cacah serta sifat-
sifatnya.
2. Menjelaskan cara menyelesaikan masalah
penjumlahan dan pengurangan terkait dengan
bilangan cacah. .
Menanya
1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan
2. Siswa menanyakan penjelasan guru yang
belum di pahami tentang pengurangan dan 65 menit
penjumlahan bilangan cacah.
3. Guru menjelasakan pertanyaan siswa.
Menalar
1. Siswa mencoba berdiskusi dengan temannya
tentang pengurangan dan penjumlahan
bilangan cacah.

42
2. Guru menunjuk beberapa siswa untuk maju
dan menjelaskan hasil diskusi tentang
pengurangan dan penjumlahan bilangan cacah
dengan bimbingan guru.
3. Guru memberikan pembenaran dan masukan
apabila terdapat kesalahan atau kekurangan
pada siswa.
4. Guru menyatakan bahwa siswa telah paham
tentang pengurangan dan penjumlahan
bilangan .
Mencoba
1. Guru memberikan soal latihan pecahan biasa
kepada siswa.
Mengkomunikasikan
1. Siswa mempresentasikan secara lisan kepada
teman-temanya tentang pengurangan dan
penjumlahan bilangan cacah.
Siswa menyampaikan manfaat belajar
pengurangan dan penjumlahan bilangan cacah
yang dilakauan secara lisan di depan teman
dan guru.
Kegiatan A. Ayo Renungkan
Penutup  Siswa melakukan perenungan dengan
menjawab pertanyaan yang terdapat dalam
Buku Siswa.
 Guru dapat menambahkan pertanyaan
perenungan berdasarkan panduan yang
terdapat pada lampiran Buku Guru.
B. Kerja Sama dengan Orang Tua
 Siswa diminta berdiskusi bersama orang 15 menit
tua bagaimana cara memecaha
 Siswa menyampaikan hasilnya kepada
guru.
C. Menyanyikan salah satu lagu daerah untuk
menumbuhkan Nasionalisme, Persatuan,
dan Toleransi
D. Salam dan doa penutup dipimpin oleh salah
satu siswa (Religius)

C. PENILAIAN (ASESMEN)
Penilaian terhadap materi ini dapat dilakukan sesuai kebutuhan guru yaitu dari
pengamatan sikap, tes pengetahuan dan presentasi unjuk kerja atau hasil
karya/projek dengan rubrik penilaian.

43
Lampiran

Butir soal:
1. 108 + 132 - 134 = …..
2. 100.500 + 82.125 - 69.225 + 23.775 = …..
3. 23.453 + 17.512 - 16.129 + 24.268 = …..
4. 1020 – 346 + 2113 = …..
5. 81.000 + 2890 – 5687 = …..
6. 10.400 – 5500 – 2100 = …..
7. 110.500 + 2500 – 5000 = …..
8. 18.000 – 5500 + 12.000 = …..
9. 20.500 + 900 – 1200 = …..
10. 14.000 – 4500 + 350 = …..

D. SUMBER DAN MEDIA


1. Buku Pedoman Guru Tema 2 Kelas 6 dan Buku Siswa Tema 2 Kelas 6
(Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, 2018
2. Internet
3. Media Pengajaran kelas 6 SD/MI dari websiteedukasi.com

44
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS II

Satuan Pendidikan : UPT SD Negeri Kalipucung 03


Muatan Terpadu : Matematika
Kelas / Semester : 6 / Ganjil
Pelajaran : Operasi Hitung Campuran
Sub Pelajaran : Perkalian dan Pembagian Bilangan Cacah
Pertemuan : 2
Alokasi waktu : 90 menit

E. TUJUAN pembelajaran
6. Siswa mampu memahami operasi Perkalian dan Pembagian bilangan
cacah.
7. Siswa mampu menjelaskan operasi Perkalian dan Pembagian bilangan
cacah.
8. Siswa mampu menghitung/mencari operasi Perkalian dan Pembagian
bilangan cacah.
9. Siswa mampu mengidentifikasi masalah operasi Perkalian dan Pembagian
bilangan cacah.
10. Siswa mampu menyelesaikan masalah operasi Perkalian dan Pembagian
bilangan cacah.

F. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Kegiatan 1. Kelas dimulai dengan salam dilanjutkan
Pendahuluan dengan do’a. (Religius dan Integritas)
2. Menyanyikan salah satu lagu wajib dan 10 menit
atau nasional. (Nasionalisme).
3. Pembiasaan membaca/menulis (Kegiatan
literasi)
Kegiatan Mengamati
Inti 1. Siswa mencermati pengertian Perkalian dan
Pembagian bilangan cacah.
2. Guru menjelaskan cara menyelesaikan
masalah Perkalian dan Pembagian bilangan
cacah. (Communication)
Menanya
1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa 65 menit
untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan
2. Siswa menanyakan penjelasan guru yang belum
di pahami tentang Perkalian dan Pembagian
bilangan cacah.
3. Guru menjelasakan pertanyaan siswa.
(Communication)

45
Menalar
1. Siswa mencoba berdiskusi dengan temannya
tentang Perkalian dan Pembagian bilangan
cacah. Critical Thinking and Problem
Solving, Collaboration)
2. Guru menunjuk beberapa siswa untuk maju dan
menjelaskan hasil diskusi tentang Perkalian dan
Pembagian bilangan cacah dengan bimbingan
guru.
3. Guru memberikan pembenaran dan masukan
apabila terdapat kesalahan atau kekurangan
pada siswa.
4. Guru menyatakan bahwa siswa telah paham
tentang Perkalian dan Pembagian bilangan
cacah.
Mencoba
1. Guru memberikan soal latihan Perkalian dan
Pembagian bilangan cacah kepada siswa.
(HOTS)
2. Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal
latihan tersebut secara individu. (Mandiri)
3. Guru menunjuk beberapa siswa untuk
menuliskan hasil pekerjaanya didepan kelas
secara bergantian
Mengkomunikasikan
2. Siswa mempresentasikan secara lisan kepada
teman-temanya tentang Perkalian dan
Pembagian bilangan cacah.
Siswa menyampaikan manfaat belajar
Perkalian dan Pembagian bilangan cacah
yang dilakauan secara lisan di depan teman
dan guru. (Communication)
Kegiatan E. Ayo Renungkan
Penutup  Siswa melakukan perenungan dengan
menjawab pertanyaan yang terdapat dalam
Buku Siswa.
 Guru dapat menambahkan pertanyaan
perenungan berdasarkan panduan yang
terdapat pada lampiran Buku Guru.
F. Kerja Sama dengan Orang Tua
 Siswa diminta berdiskusi bersama orang tua 15 menit
bagaimana cara menerapkan sila kesatu dan
kedua di lingkungan rumah.
 Siswa menyampaikan hasilnya kepada guru.
G. Menyanyikan salah satu lagu daerah untuk
menumbuhkan Nasionalisme, Persatuan,
dan Toleransi
Salam dan doa penutup dipimpin oleh salah
satu siswa (Religius)

46
G. PENILAIAN (ASESMEN)
Penilaian terhadap materi ini dapat dilakukan sesuai kebutuhan guru yaitu dari
pengamatan sikap, tes pengetahuan dan presentasi unjuk kerja atau hasil
karya/projek dengan rubrik penilaian.

Lampiran

Butir soal;

1. 16 + 4 ×2 = …..
2. 10 - 6 – 2 = …..
3. 81 : 9 – 6 = …..
4. ( 19 + 2) : 3 = …..
5. 25 - 12 : 3 = …..
6. 49 - 6 × 5 = …..
7. 15 : (9 - 4) = …..
8. 18 + 49 : 7 = …..
9. 245 - (3 × 63) = …..
10. (300 + 60 ) × (12 : 4) = …..

1. Dayu dan Siti membeli 3 kotak kerajinan dari cangkang telur ayam. Setiap
kotak berisi 9 kerajinan berwarna merah dan 9 berwarna hijau. Berapa
jumlah kerajinan telur yang dibawa pulang oleh Dayu dan Siti?
2. Sebagai pengusaha kerajinan cangkang telur, Pak Seno rajin membeli
cangkang dari penduduk Hari ini Ia membeli dua karung besar cangkang
telur seharga Rp250.000,00 dan satu karung sedang seharga
Rp150.000,00. Berapa uang kembali yang diterimanya apabila ia
membayar dengan uang sebesar Rp700.000,00?

H. SUMBER DAN MEDIA


a. Buku Pedoman Guru Tema 1-5 Kelas 6 dan Buku Siswa Tema 1-5 Kelas 6
(Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, 2018).
b. BSE KTSP
c. Media Ajar kelas 6 SD/MI dari SCI Media
d. Internet websiteedukasi.com

Catatan Guru
1. Masalah :……….
2. Ide Baru :………..
3. Momen Spesial :………….

47
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS III

Satuan Pendidikan : UPT SD Negeri Kalipucung 03


Muatan Terpadu : Matematika
Kelas / Semester : 6 / Ganjil
Pelajaran : Operasi Hitung Campuran
Sub Pelajaran : Operasi Hitung Campuran Bilangan Cacah
Pertemuan : 3
Alokasi waktu : 90 menit

I. TUJUAN PEMBELAJARAN
11. Siswa mampu memahami operasi hitung campuran bilangan cacah
12. Siswa mampu menjelaskan operasi hitung campuran bilangan cacah
13. Siswa mampu menghitung/mencari operasi hitung campuran bilangan
cacah
14. Siswa mampu mengidentifikasi masalah operasi hitung campuran bilangan
cacah.
15. Siswa mampu menyelesaikan masalah operasi hitung campuran bilangan
cacah.

J. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Kegiatan 1. Kelas dimulai dengan salam dilanjutkan
Pendahuluan dengan do’a. (Religius dan Integritas)
2. Menyanyikan salah satu lagu wajib 10 menit
dan atau nasional. (Nasionalisme).
3. Pembiasaan membaca/menulis
(Kegiatan literasi)
Kegiatan Mengamati
Inti 1. Siswa mencermati operasi hitung
campuran bilangan cacah.
2. Guru Menjelaskan cara menyelesaikan
masalah operasi hitung campuran
bilangan cacah. (Communication)
Menanya
1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa 65 menit
untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan.
2. Siswa menanyakan penjelasan guru yang
belum di pahami tentang pengurangan dan
penjumlahan bilangan cacah.
3. Guru menjelasakan pertanyaan siswa.
(Communication)
Menalar
1. Siswa mencoba berdiskusi dengan temannya
tentang operasi hitung campuran bilangan

48
cacah. (Critical Thinking, Collaboration)
2. Guru menunjuk beberapa siswa untuk maju
dan menjelaskan hasil diskusi tentang
operasi hitung campuran bilangan cacah
dengan bimbingan guru.
3. Guru memberikan pembenaran dan masukan
apabila terdapat kesalahan atau kekurangan
pada siswa. (Communication)
4. Guru menyatakan bahwa siswa telah paham
tentang operasi hitung campuran bilangan
cacah.
Mencoba
1. Guru memberikan soal latihan pecahan biasa
kepada siswa. (Mandiri, Critical Thinking
and Problem Formulation)
2. Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal
latihan tersebut secara individu. (Mandiri)
3. Guru menunjuk beberapa siswa untuk
menuliskan hasil pekerjaanya didepan kelas
secara bergantian
Mengkomunikasikan
3. Siswa mempresentasikan secara lisan kepada
teman-temanya tentang operasi hitung
campuran bilangan cacah.
Siswa menyampaikan manfaat belajar
operasi hitung campuran bilangan cacah
yang dilakauan secara lisan di depan teman
dan guru. (Communication)
Kegiatan H. Ayo Renungkan
Penutup  Siswa melakukan perenungan dengan
menjawab pertanyaan yang terdapat
dalam Buku Siswa.
 Guru dapat menambahkan pertanyaan
perenungan berdasarkan panduan yang
terdapat pada lampiran Buku Guru.
I. Kerja Sama dengan Orang Tua
 Siswa diminta berdiskusi bersama orang 15 menit
tua bagaimana cara memecaha
 Siswa menyampaikan hasilnya kepada
guru.
J. Menyanyikan salah satu lagu daerah untuk
menumbuhkan Nasionalisme, Persatuan,
dan Toleransi
Salam dan doa penutup dipimpin oleh salah satu
siswa (Religius)
K. PENILAIAN (ASESMEN)
Penilaian terhadap materi ini dapat dilakukan sesuai kebutuhan guru yaitu dari
pengamatan sikap, tes pengetahuan dan presentasi unjuk kerja atau hasil
karya/projek dengan rubrik penilaian.

49
lampiran

Butir soal;

1. 18 x (-125) + 625 : 5 = …
2. (3.589 – 1.508) x 4 =…
3. 85 x 6 – 6.210 : (-10) = …
4. 12 x (-428) – 408 : 3 =…
5. –(125 : 5) + 385 x 5 =…
6. -175 x 18 + 860 : 5 =…
7. 2 x 86 – 3.549 : 7 =…
8. (5.129 – 3.215) : 6 x (-16) =…
9. 4 x (1.967 + 835) =…
10. 35 x 71 – 325 : (-5) =….

L. SUMBER DAN MEDIA


a. Buku Pedoman Guru Tema 1-5 Kelas 6 dan Buku Siswa Tema 1-5 Kelas 6
(Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, 2018).
b. BSE KTSP
c. Media Ajar kelas 6 SD/MI dari SCI Media
d. Internet websiteedukasi.com

Catatan Guru
1. Masalah :……….
2. Ide Baru :………..
3. Momen Spesial :………….

50
51
INSTRUMEN YANG DIGUNAKAN DALAM PENELITIAN
Tabel : Form Pengelolaan Observasi Guru Tiap Siklus

No Observasi Terhadap Kegiatan Guru Presentase

Menyampaikan tujuan

Memotivasi siswa
1
Mengkaitkan dengan pelajaran sebelumnya
2
Menyampaikan materi/ langkah-langkah/
3
strategi
4
Menjelaskan materi yang sulit
5
Membimbing dan mengamati siswa dalam
6
menemukan konsep
7
Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan
8
hasil kegiatan
9
Memberikan umpan balik

Membimbing siswa merangkum pelajaran

52
LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA DAN GURU DALAM KBM

Nama Sekolah : UPT SD Negeri Tanggal : 04 Desember 2021


Kalipucung 03
Kelas/ Semester : 6/1 Waktu : Jam ke 3-4
Bahan Kajian : Tinjauan Hasil Nama Guru : HINDUN MARIYAM
Belajar ASIYAH, S.Pd

Petunjuk Pengisian
Amatilah aktivitas guru dan siswa dalam kelompok sample selama kegiatan
belajar berlangsung, kemudian isilah lembar observasi dengan prosedur sebagai
berikut :
1. Pengamat dalam melakukan pengamatan duduk di tempat yang
memungkinkan dapat melihat semua aktivitas siswa yang diamati.
2. Setiap 2 menit pengamat melakukan pengamatan aktivitas guru dan siswa
yang dominan, kemudian 1 menit pengamat menuliskan kode kategori
pemngamatan.
3. pengamatan ditujukan untuk kedua kelompok yang melakukan secaraa
bergantian setiap periode waktu tiga menit .
4. kode-kode kategori dituliskan secaraa berurutan sesuai dengan kejadian pada
baris dan kolom yang tersedia.
5. Pengamatan dilakukan sejak guru memulai pelajaran dan dilakukan secaraa
serempak.

Aktivitas Guru

1. Menyampaikan tujuan
2. Memotivasi siswa/ merumuskan masalah
3. mengaitkan dengan pelajaran sebelumnya.
4. menyampaikan langkah-langkah/ strategi.
5. Menjelaskan materi yang sulit.
6. membimbing menemukan konsep.
7. Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan.
8. Memberi umpan balik/ evaluasi/ tanya jawab.
9. Membimbing siswa merangkum pelajaran.

Aktivitas Siswa

1. Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru.


2. Membaca buku.
3. Bekerja dengan sesamaa anggota kelompok.
4. Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru.
5. Menyediakan hasil pembelajaran.
6. Mengajukan/ menanggapi pertanyaan/ ide.
7. Menulis yang relevan dengan kbm.
8. Merangkum pembelajaran.
9. Mengerjakan tes evaluasi.

53
54
55
Lampiran I

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR


DINAS PENDIDIKAN
UPT SD Negeri Kalipucung 03
KECAMATAN SANANKULON KABUPATEN BLITAR

SURAT KETERANGAN MENGADAKAN PENELITIAN

Kepada YTH. Bapak / Ibu Pengawas SD


Di
Tempat

Dengan Hormat,
Dengan surat ini, saya selaku Guru di UPT SD Negeri Kalipucung 03
memohon Ijin kepada Bapak/Ibu Pengawas SMP untuk mengadakan Penelitian
Tindakan Sekolah.
Untuk itu, saya mohon sekiranya untuk memberikan ijin peneyelenggaran
kegiatan tersebut di di UPT SD Negeri Kalipucung 03 Kecamatan Sanankulon
Kabupaten Blitar.
Demikian Surat permohonan ijin ini, saya buat dan terima kasih atas
kerjasamanya.

Sanankulon, 04 Desember 2021


Hormat Saya,

HINDUN MARIYAM ASIYAH, S.Pd


NIP. 19680827 200701 2 012

56
57
Lampiran 2

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR


DINAS PENDIDIKAN
UPT SD NEGERI KALIPUCUNG 03
KKG MATEMATIKA

SURAT KETERANGAN

Kepada YTH.
Bapak / Ibu Ketua Panitia Seminar PTK
Di T e m p a t

Dengan Hormat,

Dengan surat ini, saya selaku Guru di UPT SD Negeri Kalipucung 03


memohon Ijin kepada Bapak/Ibu Panitia Seminar Penelitian Tindakan Kelas
( PTK ) untuk mengadakan presentasi dan seminar.
Untuk itu, saya mohon untuk mengikuti kegiatan seminar dan presentasi
serta memberikan ijin penyelenggaran kegiatan tersebut di KKG MATEMATIKA
Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar.
Demikian Surat permohonan ijin ini, saya buat dan terima kasih atas
kerjasamanya.
Sanankulon, 04 Desember 2021
Hormat Saya,

HINDUN MARIYAM ASIYAH, S.Pd


NIP. 19680827 200701 2 012

58
Lampiran 3

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR


DINAS PENDIDIKAN
UPT SD NEGERI KALIPUCUNG 03
KKG MATEMATIKA

BERITA ACARA

Pada Hari ini Rabu tanggal Delapan bulan Desember tahun 2021, telah
diadakan seminar dan presentasi dalam rangka pengembangan profesi keguruan
dengan mengadakan publikasi karya tulis ilmiah penelitian tindakan kelas yang
bertempat di UPT SD Negeri Kalipucung 03 .
Dalam kegiatan seminar ini dihadiri oleh guru yang ada di gugus dengan
jumlah peserta sebagai berikut :
Laki – Laki : 10 orang
Perempuan : 12 orang
Jumlah : 22 orang
Hal yang dibahas dalam seminar ini adalah “Penggunaan Model Matematika
Realitik Untuk Meningkatkan Hasil belajar Matematika Materi Operasi Hitung
Campuran di Kelas VI Semester I UPT SD Negeri Kalipucung 03 Kecamatan
Sanankulon Kabupaten Blitar Tahun Pelajaran 2021/2022 ” dengan hasil yang
baik.
Demikian berita acara ini dibuat dan terima kasih atas kerjasamanya.

Sanankulon, 08 Desember 2021


Hormat Saya,

HINDUN MARIYAM ASIYAH, S.Pd


NIP. 19680827 200701 2 012

59
60
Lampiran 4
DAFTAR HADIR
PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Tanggal Kegiatan : 04 Desember 2021

Tempat Kegiatan : UPT SD Negeri Kalipucung 03

No Nama TTD

61
Sanankulon, 04 Desember 2021
Ketua Panitia

SITI CHALIMAH,S.Pd
NIP. 19640816 198303 2 004

62
63
Lampiran 5

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR


DINAS PENDIDIKAN
UPT SD NEGERI KALIPUCUNG 03
KKG MATEMATIKA

NOTULEN RAPAT

1. Pembukaan
2. Sambutan - Sambutan :
a. Pengawas SD
b. Perwakilan Kepala Sekolah
c. Ketua panitia seminar
3. Penyampaian karya tulis ilmiah dengan judul Penggunaan Model
Matematika Realitik Untuk Meningkatkan Hasil belajar Matematika Materi
Operasi Hitung Campuran di Kelas VI Semester I UPT SD Negeri
Kalipucung 03 Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar Tahun Pelajaran
2021/2022
4. Ada berbagai pertanyaan yang disampaikan peserta seminar kepada
peneliti
5. Peneliti melakukan penjelasan serta pemaparan kepada para peserta
seminar
6. Evaluasi seminar yang dilakukan oleh Pengawas SD
7. Pembacaan Do’a
8. Penutup

Ketua Panitia Seminar Notulen

SITI CHALIMAH,S.Pd HINDUN MARIYAM ASIYAH, S.Pd


NIP. 19640816 198303 2 004 NIP. 19680827 200701 2 012

64
Lampiran 6

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR


DINAS PENDIDIKAN
UPT SD NEGERI KALIPUCUNG 03
KKG MATEMATIKA

DOKUMENTASI

65

Anda mungkin juga menyukai