PENDAHULUAN
BAB II
MATERI POKOK
A. BARISAN DAN DERET
Barisan adalah suatu bilangan yang dibentuk menurut suatu urutan tertentu. Sedangkan
deret adalah jumlah dari bilangan.
1. Barisan dan Deret Aritmetika
Pengertian
Barisan aritmetika adalah suatu barisan dengan selisih (beda) antara dua suku yang
berurutan selalu tetap. Harga yang tetap ini dinamakan beda. Suatu barisan aritmetika dengan
suku pertama a dan beda b adalah
a,a + b,a + 2b,a + 3b, dan seterusnya.
Dengan memperhatikan pola keberaturan empat suku pertama,
Suku pertama = u1= a = a + ( 1 1 )b
Suku kedua = u 2 = a + b = a + ( 2 1 )b
Suku ketiga = u 3 = a + 2b = a + ( 3 1 )b
Suku keempat = u 3 = a + 2b = a + ( 4 1 )b
.
Maka suku ke-n suatu barisan aritmetika adalah
u n = a + ( n 1 )b
Contoh Soal :
k=1
S n = Uk = u1+ u 2 + ..+ u n
Contoh Soal :
1. Diketahui barisan aritmatika : -3 , 2 , 7 , 12 , ....
Tentukan :
a). Suku ke-8
b). Suku ke-20
Jawab :
a = -3
b=5
Un = a + (n-1).b U20 = -3 + (20-1).5
U8 = -3 + (8-1).5 = -3 + 19.5
= -3 + 7.5 = 92
= 32
2. Diketahui suatu deret aritmatika : 3, 7, 11, 15, ...., hitung beda dan suku ke-7 dari contoh
deret tersebut?
Jawab:
Dik :
deret : 3,7 , 11, 15, ...
Ditanya : b dan U7 ?
Penyelesaian :
b = 7-3 = 11-7 = 4
Un = a + (n-1) b
= 3 + (7-1) 4
= 3 + (6).4
= 3 + 24
= 27
Jadi beda adalah 4 dan Suku ke-7 adalah 27.
Pengertian
Barisan geometri adalah suatu barisan yang mempunyai pola keberaturan hasil bagi
dua
suku berturutan tetap harganya. Harga yang tetap ini dinamakan rasio. Suatu barisan
geometri dengan suku pertama a dan rasio r adalah
a, ar, ar 2 , ar 3 , dan seterusnya
dengan memperhatikan pola keberaturan empat suku pertamanya. Suku pertama = u 1= a = ar
0= ar 11
Suku kedua = u 2 = ar = ar 21
Suku ketiga = u 3 = ar 2 = ar 31
Suku keempat = u 4 = ar 3 = ar 41
..
maka suku ke-n suatu barisan geometri adalah
u n = ar n1
deret geometri adalah jumlah suku-suku barisan geometri. Jika barisan geometrinya adalah :
n
k=1
S n = Uk = u1+ u 2 + ..+ u n
Penyelesaian :
1. a) U1 = 4 U8 = U1 . r8-1 = 2 . 27 = 2 . 128 = 256
U2 = 2
r = U2 : U1
=4:2
=2
b) U2 = 1 U8 = U1 . r8-1 = 2 . (1/2)7 = 2 x 1/128 = 1/64
U1 = 2
r = U2 : U1
=1:2
= 1/2
2. U3 = a . r3-1 = a . r2 = 27 27 = U1 . (3)3-1
U5 = a . r5-1 = a . r4 = 243 27 = U1 . 32
27 = U1 . 9
U5/U3 = a . r4 / a . r2 = 243/27
r2 = 9 U1 = 27 : 9 = 3
r=3
B. TURUNAN
1. Pengertian
Turunan fungsi ( diferensial ) adalah fungsi lain dari suatu fungsi sebelumnya,
misalnya fungsi f menjadi f' yang mempunyai nilai tidak beraturan. Konsep turunan sebagai
bagian utama dari kalkulus dipikirkan pada saat yang bersamaan oleh Sir Isaac Newton (
1642 1727 ), ahlimatematika dan fisika bangsa Inggris dan Gottfried Wilhelm Leibniz (
1646 1716 ), ahli matematika bangsa Jerman. Turunan ( diferensial ) digunakan sebagai
suatu alat untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam geometri danmekanika.
Aturan menentukan turunan fungsi
Turunan dapat ditentukan tanpa proses limit. Untuk keperluan ini
dirancang teorematentang turunan dasar, turunan dari operasi aljabar pada dua fungsi, aturan
rantai untuk turunan fungsi komposisi, dan turunan fungsi invers.
Turunan dasar
Aturan - aturan dalam turunan fungsi adalah :
1. f(x), maka f'(x) = 0
2. Jika f(x) = x, maka f(x) = 1
3. Aturan pangkat : Jika f(x) = xn, maka f(x) = n X n 1
4. Aturan kelipatan konstanta : (kf) (x) = k. f(x)
5. Aturan rantai : ( f o g ) (x) = f (g (x)). g(x))
Turunan jumlah, selisih, hasil kali, dan hasil bagi dua fungsi
Misalkan fungsi f dan g terdiferensialkan pada selang I, maka fungsi f + g, f g, fg, f/g, (
g (x) 0 pada I ) terdiferensialkan pada I dengan aturan :
1. ( f + g ) (x) = f (x) + g (x)
2. ( f g ) (x) = f (x) + g (x)
3. (fg) (x) = f (x) g(x) + g(x) f(x)
4. ((f)/g ) (x) = (g(x) f' (x)- f(x) g' (x))/((g(x)2)
2. Turunan Aljabar dan Trigonometri
Turunan fungsi trigonometri
1. d/dx ( sin x ) = cos x
2. d/dx ( cos x ) = - sin x
3. d/dx ( tan x ) = sec2 x
4. d/dx ( cot x ) = - csc2 x
5. d/dx ( sec x ) = sec x tan x
6. d/dx ( csc x ) = -csc x cot x
Turunan fungsi invers
(f-1)(y) = 1/(f' (x)), atau dy/dx = 1/(dx/dy)
Rumus-rumus Turunan :
untuk a = konstanta
maka
maka
maka
jika U = u(x) dan V = v(x) adalah suatu fungsi
maka
maka
maka
maka
maka dinamakan aturan rantai
Diketahui fungsi f(x) = 3x4 + 2x3 - x + 2 dan f(x) adalah turunan pertama dari f(x). Nilai
dari f( 1) adalah...
Penyelesaian :
Diketahui fungsi f(x) = x5 +10x4 +5x2 -3x-10 dan f adalah turunan pertama dari f. Nilai f
(1) adalah....
Penyelesaian :
f(x) = x5 +10x4+5x2-3x-10
f(x) = 5x4 + 40x3 + 10x-3-10
f(1)= 5.1 + 40.1 + 10.1 3 10
= 5 + 40 +10 3 10
= 42
Turunan pertama fungsi f(x) =(3x 2-5)4 adalah f(x) =....
Penyelesaian :
f(x) =(3x 2-5)4
f(x) = (6x 5 )4
maka
maka
Fungsi Turun :
Suatu fungsi f disebut turun pada suatu interval untuk setiap nilai x1dan x2 dalam interval
itu, berlaku jika x1 < x2 maka f(x1)> f(x2)
Dalam menentukan interval naik dan turun sebuah fungsi (x),tahap tahap pengerjaannya
yaitu :
a. Menentukan turunan pertama dari fungsi (x)
b. Menentukan batas batas interval
c. Menentukan garis bilangan
Jadi turunan pertama dapat dipakai untuk melihat apakah sebuah fungsi (sedang)
naik atau turun.
Contoh :
Diketahui fungsi f(x) = 2x3 9x2 + 12x + 10. Tentukan dalam inteval mana fungsi f(x) turun
?
fx = 6x2 18x + 12
Menentukan batas batasnya = 6x2 18x + 12 = x2 3x + 2
6
f = 0
x2 3x + 2 Faktornya (x-1) (x-2) x = 1 , x = 2
+ - +
1 2
x=1 x=2
x<1 x > 2 = Fungsi naik
1 < x < 2 = Fungsi turun
D. MATRIKS
Matrik adalah kumpulan bilangan berbentuk persegi panjang yang disusun menurut baris
dan kolom. Bilangan-bilangan yang terdapat di suatu matriks disebut dengan elemen atau
anggota matriks. Dengan representasi matriks, perhitungan dapat dilakukan dengan lebih
terstruktur. Pemanfaatannya misalnya dalam menjelaskan persamaan linier, transformasi
koordinat, dan lainnya. Matriks seperti halnya variabel biasa dapat dikalkulasi, seperti
dikalikan, dijumlah, dikurangkan dan didekomposisikan.
ORDO
Ordo suatu matriks adalah bilangan yang menunjukkan banyaknya baris (m) dan
banyaknya kolom (n).
Matriks di atas berordo 2x3.
TRANSPOSE MATRIKS
Transpose matriks adalah matriks yang mengalami pertukaran elemen dari baris
menjadi kolom dan sebaliknya.
CONTOH :
KESAMAAN MATRIKS
Contoh:
Tentukan nilai 2x-y+5z!
Jawab:
maka
maka
maka
Perkalian Skalar
Perkalian matriks
Matriks dapat dikalikan, dengan cara tiap baris dikalikan dengan tiap kolom, lalu
dijumlahkan pada baris yang sama. Namun dengan syarat, dua matriks A dan B terdefinisi
untuk dikalikan, jika banyaknya kolom A = banyaknya baris B, dengan hasil suatu matriks
C yang berukuran (memiliki ordo) baris A x kolom B.
Jika syarat tersebut tidak dipenuhi (jumlah kolom matriks A tidak sama dengan jumlah bari
matriks B) maka kedua matriks tersebut tidak dapat dikalikan.
diatas adalah matriks 2x3 dikali matriks 3x2 yang hasilnya adalah matriks2x2.
Ket :
perkalian matriks bersifat tidak komutatif (AxB tidak sama dengan BxA) tetapi
bersifat asosiatif (AxB)xC = Ax(BxC).
MATRIKS SATUAN
Matriks satuan adalah suatu matriks bujur sangkar, yang semua elemen diagonal utamanya
adalah 1, sedangkan elemen lainya adalah 0.
Notasi : I (Identitas)
SIFAT AI = IA = A
DETERMINAN MATRIKS
Misalkan:
CARA SARRUS
Misalkan:
Jika
maka tentukan !
Penghitungan matriks dilakukan dengan cara menambahkan elemen dari kiri atas ke kanan
bawah (mulai dari a e i, b f g, dan c d h) lalu dikurangi dengan elemen dari
kanan atas ke kiri bawah (mulai dari c e g, a f h, dan b d i) sehingga
menjadi:
Contoh:
maka tentukan !
Misalkan:
MATRIKS SINGULAR
Contoh:
Jawab:
vs
MATRIKS INVERS
Misalkan:
Matriks A mempunyai invers jika Determinan A 0 dan disebut matriks non singular.
Sifat-Sifat :
1. (At)t = A
2. (A + B)t = At + Bt
3. (A . B)t = Bt . At
4. (A . B)-1 = B-1 . A-1
5. A . A-1 = A-1 . A = I
Persamaan matriks
a. Sifat Komutatif:
a+b=b+a
a.b = b.a
Contoh:
1. 5 + 6 = 6 + 5 = 11
2. 9 . 3 = 3 . 9 = 27
b. Sifat Assosiatif:
(a + b) + c = a + (b + c)
(a . b) . c = a . (b . c)
Contoh:
1. (5 + 2) + 3 = 5 + (2 + 3) = 10
2. (5 x 2) x 3 = 5 x (2 x 3) = 30
c. Sifat Distributif Perkalian Terhadap Penjumlahan
a x (b + c) = ab + ac
Contoh:
5 x (3 + 6) = 5 . 3 + 5 . 6= 15 + 30= 45
a+0=a
a.1=a
a + (-a) = 0
Berdasarkan penjelasan diatas, berlaku rumus-rumus berikut ini, misalkana, b elemen real
dan p, q merupakan bilangan bulat positif. Maka :
Bentuk Akar
Bentuk akar adalah akar dari suatu bilangan yang hasilnya bukan bilangan Rasional.
Bentuk akar dapat disederhanakan menjadi perkalian dua buah akar pangkat bilangan dengan
salah satu akar memenuhi definisi
a2 = a jika a 0, dan a jika a < 0
Contoh :
Sederhanakan bentuk akar berikut 75
Jawab :
75 = 253 = 25 x 3 = 53
Jawab :
Sifat-sifat Bentuk Akar
a. Menyederhanakan Bentuk Akar
Bilangan bentuk akar dapat disederhanakan dengan menggunakan sifat perkalian akar di
bawah ini.
Untuk a, b suatu bilangan bulat positif berlaku :
b. Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Akar
Untuk a, b, elemen R dan c adalah bilangan rasional bukan negatif berlaku :
Perpangkatan
Kalian tentu masih ingat bahwa (a^) = a^. Rumus tersebut juga berlaku pada operasi
perpangkatan dari akar suatu bilangan.
Contoh:
Operasi Campuran
Dengan memanfaatkan sifat-sifat pada bilangan berpangkat, kalian akan lebih mudah
menyelesaikan soal-soal operasi campuran pada bentuk akarnya. Sebelum melakukan operasi
campuran, pahami urutan operasi hitung berikut.
Prioritas yang didahulukan pada operasi bilangan adalah bilangan-bilangan yang ada
dalam tanda kurung.
Jika tidak ada tanda kurungnya maka
1. pangkat dan akar sama kuat;
2. kali dan bagi sama kuat;
3. tambah dan kurang sama kuat, artinya mana yang lebih awal dikerjakan
terlebih dahulu;
4. kali dan bagi lebih kuat daripada tambah dan kurang, artinya kali dan bagi
dikerjakan terlebih dahulu.
Contoh :
Merasionalkan Penyebut
Dalam perhitungan matematika, sering kita temukan pecahan dengan penyebut bentuk akar,
misalnya
Agar nilai pecahan tersebut lebih sederhana maka penyebutnya harus dirasionalkan terlebih
dahulu. Artinya tidak ada bentuk akar pada penyebut suatu pecahan. Penyebut dari pecahan-
pecahan yang akan dirasionalkan berturut-turut adalah
Merasionalkan penyebut adalah mengubah pecahan dengan penyebut bilangan irasional
menjadi pecahan dengan penyebut bilangan rasional.
Penyebut Berbentuk b
Jika a dan b adalah bilangan rasional, serta b adalah bentuk akar maka pecahan a/b dapat
dirasionalkan penyebutnya dengan cara mengalikan pecahan tersebut dengan b/b .
Contoh :
Sederhanakan pecahan berikut dengan merasionalkan penyebutnya!
Jawab :
Contoh :
Rasionalkan penyebut pecahan berikut.
Jawab :
Contoh:
Selesaikan soal berikut!
Jawab :
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Faktor terpenting dalam adalah memahami konsep dan definisi materi itu sendiri dan
juga bagiannya.
B. Saran
Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa perlu dikembangkan pendekatan
pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa, mengkondisikan siswa sehingga dapat
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan menggunakan modelmodel yang dikembangkan
sendiri oleh siswa.Namun demikian dalam implementasinya di sekolah tidaklah mudah,
sehingga perlu kerja keras para guru dan siswa. Keberhasilan implementasi tergantung pada
kemampuan guru untuk membuat suatu iklim dimana siswa mau mencoba berpikir dengan
cara baru dan mengkomunikasikannya dengan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Rahmat, et al. (2006). Belajar Matematika dengan Orientasi Penemuan dan Pemecahan
Masalah. Bandung: Sarana Pancakarya.
Ruseffendi. (1992). Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Depdikbud
Sinaga, M. et al. (2006). Terampil Berhitung Matematika untuk SD Kelas IV. Jakarta:
Erlangga