Home
Menu 1
Menu 2
Menu 4
Menu 5
Error Page
Static Page
Search...
BAB I
PENDAHULUAN
Pengertian
Barisan aritmetika adalah suatu barisan dengan selisih (beda) antara dua suku yang
berurutan selalu tetap. Harga yang tetap ini dinamakan beda. Suatu barisan aritmetika dengan
suku pertama a dan beda b adalah
a,a + b,a + 2b,a + 3b, dan seterusnya.
Dengan memperhatikan pola keberaturan empat suku pertama,
Suku pertama = u1= a = a + ( 1 – 1 )b
Suku kedua = u 2 = a + b = a + ( 2 – 1 )b
Suku ketiga = u 3 = a + 2b = a + ( 3 – 1 )b
Suku keempat = u 3 = a + 2b = a + ( 4 – 1 )b
……………………………………………….
Maka suku ke-n suatu barisan aritmetika adalah
u n = a + ( n – 1 )b
Contoh Soal :
Deret aritmetika adalah jumlah suku-suku barisan aritmetika. Jika barisan aritmetikanya
adalah u1 , u 2 , ….., u n , maka deret aritmetikanya adalah:
n
k=1
S n = ∑ Uk = u1+ u 2 + …..+ u n
Contoh Soal :
1. Diketahui barisan aritmatika : -3 , 2 , 7 , 12 , ....
Tentukan :
a). Suku ke-8
b). Suku ke-20
Jawab :
a = -3
b=5
Un = a + (n-1).b U20 = -3 + (20-1).5
U8 = -3 + (8-1).5 = -3 + 19.5
= -3 + 7.5 = 92
= 32
2. Diketahui suatu deret aritmatika : 3, 7, 11, 15, ...., hitung beda dan suku ke-7 dari contoh deret
tersebut?
Jawab:
Dik :
deret : 3,7 , 11, 15, ...
Ditanya : b dan U7 ?
Penyelesaian :
b = 7-3 = 11-7 = 4
Un = a + (n-1) b
= 3 + (7-1) 4
= 3 + (6).4
= 3 + 24
= 27
Jadi beda adalah 4 dan Suku ke-7 adalah 27.
Barisan dan Deret Geometri
Pengertian
Barisan geometri adalah suatu barisan yang mempunyai pola keberaturan hasil bagi dua
suku berturutan tetap harganya. Harga yang tetap ini dinamakan rasio. Suatu barisan
geometri dengan suku pertama a dan rasio r adalah
a, ar, ar 2 , ar 3 , dan seterusnya
dengan memperhatikan pola keberaturan empat suku pertamanya. Suku pertama = u 1= a = ar 0=
ar 1−1
Suku kedua = u 2 = ar = ar 2−1
Suku ketiga = u 3 = ar 2 = ar 3−1
Suku keempat = u 4 = ar 3 = ar 4−1
………………………………………..
maka suku ke-n suatu barisan geometri adalah
u n = ar n−1
deret geometri adalah jumlah suku-suku barisan geometri. Jika barisan geometrinya adalah :
n
k=1
S n = ∑ Uk = u1+ u 2 + …..+ u n
r = U2 : U1
= 1 : 2
= 1/2
2. U3 = a . r3-1 = a . r2 = 27 27 = U1 . (3)3-1
U5 = a . r5-1 = a . r4 = 243 27 = U1 . 32
27 = U1 . 9
U5/U3 = a . r4 / a . r2 = 243/27
r2 = 9 U1 = 27 : 9 = 3
r = 3
B. TURUNAN
1. Pengertian
Turunan fungsi ( diferensial ) adalah fungsi lain dari suatu fungsi sebelumnya, misalnya
fungsi f menjadi f' yang mempunyai nilai tidak beraturan. Konsep turunan sebagai bagian utama
dari kalkulus dipikirkan pada saat yang bersamaan oleh Sir Isaac Newton ( 1642 – 1727 ), ahli
matematika dan fisika bangsa Inggris dan Gottfried Wilhelm Leibniz ( 1646 – 1716 ), ahli
matematika bangsa Jerman. Turunan ( diferensial ) digunakan sebagai suatu alat untuk
menyelesaikan berbagai masalah dalam geometri dan mekanika.
Aturan menentukan turunan fungsi
Turunan dapat ditentukan tanpa proses limit. Untuk keperluan ini dirancang
teorematentang turunan dasar, turunan dari operasi aljabar pada dua fungsi, aturan rantai untuk
turunan fungsi komposisi, dan turunan fungsi invers.
Turunan dasar
Turunan jumlah, selisih, hasil kali, dan hasil bagi dua fungsi
Misalkan fungsi f dan g terdiferensialkan pada selang I, maka fungsi f + g, f – g, fg, f/g, ( g
(x) ≠ 0 pada I ) terdiferensialkan pada I dengan aturan :
maka
maka
maka
maka
maka
maka
maka
maka dinamakan aturan rantai
Diketahui fungsi f(x) = 3x4 + 2x3 - x + 2 dan f’(x) adalah turunan pertama dari f(x). Nilai dari
f’( 1) adalah...
Penyelesaian :
Diketahui fungsi f(x) = x5 +10x4 +5x2 -3x-10 dan f’ adalah turunan pertama dari f. Nilai f’ (1)
adalah....
Penyelesaian :
f(x) = x5 +10x4+5x2-3x-10
f’(x) = 5x4 + 40x3 + 10x-3-10
f’(1)= 5.1 + 40.1 + 10.1 – 3 − 10
= 5 + 40 +10 – 3 – 10
= 42
Turunan pertama fungsi f(x) =(3x 2-5)4 adalah f’(x) =....
Penyelesaian :
f(x) =(3x 2-5)4
f’(x) = (6x – 5 )4
maka
maka
Fungsi Turun :
Suatu fungsi f disebut turun pada suatu interval untuk setiap nilai x1 dan x2 dalam interval itu,
berlaku jika x1 < x2 maka f(x1)> f(x2)
Dalam menentukan interval naik dan turun sebuah fungsi (x),tahap – tahap pengerjaannya yaitu :
a. Menentukan turunan pertama dari fungsi (x)
b. Menentukan batas – batas interval
c. Menentukan garis bilangan
Jadi turunan pertama dapat dipakai untuk melihat apakah sebuah fungsi (sedang) naik
atau turun.
Contoh :
Diketahui fungsi f(x) = 2x3 – 9x2 + 12x + 10. Tentukan dalam inteval mana fungsi f(x) turun ?
f’x = 6x2 – 18x + 12
Menentukan batas – batasnya = 6x2 – 18x + 12 = x2– 3x + 2
6
f’ = 0
x2– 3x + 2 → Faktornya → (x-1) (x-2) → x = 1 , x = 2
+ - +
1 2
x=1 x=2
x<1 ↓ x > 2 = Fungsi naik
1 < x < 2 = Fungsi turun
D. MATRIKS
Matrik adalah kumpulan bilangan berbentuk persegi panjang yang disusun menurut baris dan
kolom. Bilangan-bilangan yang terdapat di suatu matriks disebut dengan elemen atau anggota
matriks. Dengan representasi matriks, perhitungan dapat dilakukan dengan lebih terstruktur.
Pemanfaatannya misalnya dalam menjelaskan persamaan linier, transformasi koordinat, dan
lainnya. Matriks seperti halnya variabel biasa dapat dikalkulasi, seperti dikalikan, dijumlah,
dikurangkan dan didekomposisikan.
ORDO
Ordo suatu matriks adalah bilangan yang menunjukkan banyaknya baris (m) dan banyaknya
kolom (n).
Matriks di atas berordo 2x3.
TRANSPOSE MATRIKS
Transpose matriks adalah matriks yang mengalami pertukaran elemen dari baris menjadi
kolom dan sebaliknya.
CONTOH :
KESAMAAN MATRIKS
Dua matriks A dan B dikatakan sama (ditulis A = B), jika
a. Ordonya sama
b. Elemen-elemen yang seletak sama
Contoh:
Jawab:
maka
maka
maka
Penjumlahan dan pengurangan matriks hanya dapat dilakukan apabila kedua matriks
memiliki ukuran atau ordo yang sama. Elemen-elemen yang dijumlahkan atau dikurangi
adalah elemen yang posisi atau letaknya sama.
Contoh perhitungan :
Perkalian matriks
Matriks dapat dikalikan, dengan cara tiap baris dikalikan dengan tiap kolom, lalu
dijumlahkan pada baris yang sama. Namun dengan syarat, dua matriks A dan B terdefinisi untuk
dikalikan, jika banyaknya kolom A = banyaknya baris B, dengan hasil suatu matriks C yang
berukuran (memiliki ordo) baris A x kolom B.
Jika syarat tersebut tidak dipenuhi (jumlah kolom matriks A tidak sama dengan jumlah bari
matriks B) maka kedua matriks tersebut tidak dapat dikalikan.
Contoh perhitungan :
diatas adalah matriks 2x3 dikali matriks 3x2 yang hasilnya adalah matriks 2x2.
Ket :
perkalian matriks bersifat tidak komutatif (AxB tidak sama dengan BxA) tetapi bersifat
asosiatif (AxB)xC = Ax(BxC).
MATRIKS SATUAN
Matriks satuan adalah suatu matriks bujur sangkar, yang semua elemen diagonal utamanya
adalah 1, sedangkan elemen lainya adalah 0.
Notasi : I (Identitas)
SIFAT AI = IA = A
DETERMINAN MATRIKS
Misalkan:
CARA SARRUS
Misalkan:
Jika
maka tentukan !
Penghitungan matriks dilakukan dengan cara menambahkan elemen dari kiri atas ke kanan
bawah (mulai dari a → e → i, b → f → g, dan c → d → h) lalu dikurangi dengan elemen dari
kanan atas ke kiri bawah (mulai dari c → e → g, a → f → h, dan b → d → i) sehingga menjadi:
Contoh:
maka tentukan !
Misalkan:
MATRIKS SINGULAR
Contoh:
Jika A matriks singular, tentukan nilai x!
Jawab:
vs
MATRIKS INVERS
Misalkan:
Matriks A mempunyai invers jika Determinan A ¹ 0 dan disebut matriks non singular.
Sifat-Sifat :
1. (At)t = A
2. (A + B)t = At + Bt
3. (A . B)t = Bt . At
4. (A . B)-1 = B-1 . A-1
5. A . A-1 = A-1 . A = I
Persamaan matriks
X.A=B
E. BILANGAN REAL
Bilangan real adalah semua bilangan yang dapat ditemukan pada garis bilangan dengan cara
penghitungan, pengukuran, atau bentuk geometrik. Bilangan –bilangan tersebut ada di dunia
nyata. Ada berbagai macam bilangan yang termasuk dalam bilangan nyata.
A. Macam-macam bilangan real
1. Bilangan Asli (A)
Bilangan asli adalah suatu bilangan yang mula-mula dipakai untuk
membilang. Bilangan asli dimulai dari 1,2,3,4,…
A = {1,2,3,4,…}
2. Bilangan Genap (G)
Bilangan genap dirumuskan dengan 2n, nÎA
G = {2,4,6,8,…}
3. Bilangan Ganjil (Gj)
Bilangan ganjil dirumuskan dengan 2n -1, nÎA
Gj = {1,3,5,7,…}
4. Bilangan Prima (P)
Bilangan prima adalah suatu bilanganyang dimulai dari 2 dan
hanya dapat dibagi oleh bilngan itu sendiri dan ± 1
P = {2,3,5,7,…}
5. Bilangan Komposit (Km)
Bilangan komposit adalah suatu bilangan yang dapat dibagi oleh
bilangan yang lain
Km = {4,6,8,9,…}
6. Bilangan Cacah (C)
Bilangan Cacah adalah suatu bilangan yang dimulai dari nol
C = {0,1,2,3,4,…}
7. Bilangan Bulat (B)
Bilangan bulat terdiri dari bilangan bulat negatif, bilangan nol, dan
bilangan bulat positif.
B = {…,-4,-3,-2,-1,0,1,2,3,4,…}
8. Bilangan Pecahan (Pc)
Bilangan pecahan adalah suatu bilangan yang dapat dinyatakan
dalam bentuk a/b, a sebagai pembilang dan b sebagai penyebut,
dengan a dan b ÎB serta b ≠0
Contoh:
9. Bilangan Rasional (Q)
Bilangan rasional adalah suatu bilangan yang dapat dinyatakan
dalam bentuk , a dan b ÎB serta b ≠0. (Gabungan bilangan bulat
dengan himpunan bilangan pecahan)
Contoh:
a. Sifat Komutatif:
a+b=b+a
a.b = b.a
Contoh:
1. 5 + 6 = 6 + 5 = 11
2. 9 . 3 = 3 . 9 = 27
b. Sifat Assosiatif:
(a + b) + c = a + (b + c)
(a . b) . c = a . (b . c)
Contoh:
1. (5 + 2) + 3 = 5 + (2 + 3) = 10
2. (5 x 2) x 3 = 5 x (2 x 3) = 30
c. Sifat Distributif Perkalian Terhadap Penjumlahan
a x (b + c) = ab + ac
Contoh:
5 x (3 + 6) = 5 . 3 + 5 . 6= 15 + 30= 45
a+0=a
a.1=a
a + (-a) = 0
Dari pola bilangan itu dapat disimpulkan bahwa 20 = 1 dan 2-n = 1/2n , secara umum dapat ditulis :
Pecahan Berpangkat Bilangan Bulat
Kita telah mengetahui bahwa pecahan adalah bilangan dalam bentuk dengun a dan b bilangan
bulat (b ≠ 0). Bagaimanakah jika pecahan dipangkatkan dengan bilangan bulat? Untuk
menentukan hasil pecahan yang dipangkatkan dengan bilangan bulat, caranya sama dengan
menentukan hasil bilangan bulat yang dipangkatkan dengan bilangan bulat.
Contoh:
Tentukan hasil berikut ini!
(1/2)5
Jawab :
FUNGSI EKSPONEN DAN BENTUK AKAR
I. Eksponen Bulat positif
Jika aadalah bilangan real dan mmerupakan bilangan bulat positif maka bentuk a pangkat
mmerupakan perkalian mfaktor yang setiap faktornya adalaha. Secara umum dinyatakan :
Berdasarkan penjelasan diatas, berlaku rumus-rumus berikut ini, misalkan a, b elemen real
Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk a/b dengan a, b
bilangan bulat dan b ≠ 0. Bilangan rasional merupakan gabungan dari bilangan bulat, nol, dan
pecahan. Contoh bilangan rasional adalah -5, -1/2, 0, 3, 3/4, dan 5/9.
Sebaliknya, bilangan irasional adalah bilangan yang tidak dapat dinyatakan dalam
bentuk a/b dengan a, b bilangan bulat dan b ≠ 0.
Contoh bilangan irasional adalah . Bilangan-bilangan tersebut, jika dihitung dengan kalkulator
merupakan desimal yang tak berhenti atau bukan desimal yang berulang. Misalnya
√2 = 1,414213562 …. Selanjutnya, gabungan anrara bilangan rasional dan irasional disebut
bilangan real.
Bentuk Akar
Bentuk akar adalah akar dari suatu bilangan yang hasilnya bukan bilangan Rasional.
Bentuk akar dapat disederhanakan menjadi perkalian dua buah akar pangkat bilangan dengan
salah satu akar memenuhi definisi
√a2 = a jika a ≥ 0, dan –a jika a < 0
Contoh :
Sederhanakan bentuk akar berikut √75
Jawab :
√75 = √25×3 = √25 x √3 = 5√3
Mengubah Bentuk Akar Menjadi Bilangan Berpangkat Pecahan dan Sebaliknya
Bentuk √a dengan a bilangan bulat tidak negatif disebut bentuk akar kuadrat dengan
syarat tidak ada bilangan yang hasil kuadratnya sama dengan a. oleh karena itu √2,√3, √5, √10,
√15 dan √19 merupakan bentuk akar kuadrat. Untuk selanjutnya, bentuk akar n√amdapat ditulis
am/n (dibaca: a pangkat m per n). Bentuk am/ndisebut bentuk pangkat pecahan.
contoh :
Jawab :
Sifat-sifat Bentuk Akar
a. Menyederhanakan Bentuk Akar
Bilangan bentuk akar dapat disederhanakan dengan menggunakan sifat perkalian akar di
bawah ini.
Penjumlahan dan pengurangan pada bentuk akar dapat dilakukan jika memiliki suku-suku
yang sejenis.
kesimpulan :
jika a, c = Rasional dan b ≥ 0, maka berlaku
a√b + c√b = (a + c)√b
a√b – c√b = (a – c)√b
Perkalian dan Pembagian
Contoh :
Tentukan hasil operasi berikut :
jawab :
Perpangkatan
Kalian tentu masih ingat bahwa (a^)” = a^’. Rumus tersebut juga berlaku pada operasi
perpangkatan dari akar suatu bilangan.
Contoh:
Operasi Campuran
Dengan memanfaatkan sifat-sifat pada bilangan berpangkat, kalian akan lebih mudah
menyelesaikan soal-soal operasi campuran pada bentuk akarnya. Sebelum melakukan operasi
campuran, pahami urutan operasi hitung berikut.
Prioritas yang didahulukan pada operasi bilangan adalah bilangan-bilangan yang ada
dalam tanda kurung.
Jika tidak ada tanda kurungnya maka
Contoh :
Merasionalkan Penyebut
Dalam perhitungan matematika, sering kita temukan pecahan dengan penyebut bentuk akar,
misalnya
Agar nilai pecahan tersebut lebih sederhana maka penyebutnya harus dirasionalkan terlebih
dahulu. Artinya tidak ada bentuk akar pada penyebut suatu pecahan. Penyebut dari pecahan-
pecahan yang akan dirasionalkan berturut-turut adalah
Merasionalkan penyebut adalah mengubah pecahan dengan penyebut bilangan irasional menjadi
pecahan dengan penyebut bilangan rasional.
Penyebut Berbentuk √b
Jika a dan b adalah bilangan rasional, serta √b adalah bentuk akar maka pecahan a/√b dapat
dirasionalkan penyebutnya dengan cara mengalikan pecahan tersebut dengan √b/√b .
Contoh :
Sederhanakan pecahan berikut dengan merasionalkan penyebutnya!
Jawab :
Penyebut Berbentuk (a+√b) atau (a+√b)
Jika pecahan-pecahan mempunyai penyebut berbentuk (a+√b) atau (a+√b) maka pecahan
tersebut dapat dirasionalkan dengan cara mengalikan pembilang dan penyebutnya dengan
sekawannya. Sekawan dari (a+√b) adalah (a+√b) adalah dan sebaliknya.
Bukti
Contoh :
Rasionalkan penyebut pecahan berikut.
Jawab :
Penyebut Berbentuk (√b+√d) atau (√b+√d)
Faktor terpenting dalam adalah memahami konsep dan definisi materi itu sendiri dan juga
bagiannya.
B. Saran