Di susun oleh :
Kelompok 4
1. Cindy Anggraini : 1911023
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Demikian akhir kata penulis, apabila banyak kesalahan dan kekurangan
dalam penulisan dan keterbatasan materi, kami mohon maaf. Semoga makalah
yang kami buat ini bermanfaat dan berguna bagi pembaca pada umumnya.
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3
2.1 Definisi....................................................................................................3
2.2 Patofisiologi.............................................................................................5
BAB IV PENUTUP..........................................................................................20
4.1 Kesimpulan............................................................................................20
4.2 Saran .....................................................................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Minginitis
Meningitis tergolong penyakit serius dan bisa mengakibatkan
kematian. Penderita meningitis yang bertahan hidup akan menderita
kerusakan otak sehingga lumpuh, tuli, epilepsi, retardasi mental.
Penyakit meningitis telah membunuh jutaan balita di seluruh
dunia. Data WHO menunjukkan bahwa dari sekitar 1,8 juta
kematian anak balita di seluruh dunia setiap tahun, lebih dari
700.000 kematian anak terjadi di negara kawasan Asia Tenggara dan
Pasifik Barat.
C. Kejang
1
1. Dapat memahami definisi dari Hidrocephalus,Meningitis dan Kejang
pada anak.
2. Dapat memahami patofisiologi dari Hidrocephalus,Meningitis dan
Kejang pada anak.
3. Dapat membuat asuhan keperawatan anak Hidrocephalus,Meningitis
dan Kejang
1.3 Manfaat
1. Untuk menambah wawasan mengenai bahayanya penyakit
Hidrocephalus,Meningitis dan Kejang pada anak.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
A. Hidrocephalus
B. Minginitis
3
disebabkan oleh berbagai mikroorganisme dengan ditandai adanya
gejala spesifik dari sistem saraf pusat yaitu gangguan kesadaran,
gejala rangsang meningkat, gejala peningkatan tekanan intrakranial,
dan gejala defisit neurologi.
Meningitis atau radang dari selaput otak (arachnoid dan
piamater) merupakan kondisi serius yang menyebabkan lapisan
disekitar otak dan sumsum tulang belakang mengalami peradangan.
C. Kejang
4
Kejang yang berlangsung lebih dari 30 menit (tidak terbatas
hanya kejang demam) diklasifikasikan menjadi status epileptikus.
Kebanyakan kejang demam adalah jinak dan seringkali berasosiasi
dengan infeksi virus simpleks. Kejang demam dapat timbul pada
kurang lebih 3% anak yang sehat.
2.2 Patofisiologi
A. Hidrocephalus
5
disproporsional .
Pada orang yang lebih tua , satura cranial telah menutup
sehingga membatasi ekspansi masa otak , sebagai akibatnya
menunjukkan gejala : kenaikkan ICP sebelum ventrikel cerebral
menjadi sangat membesar , kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi
CSF pada hidrosephalus tidak komplit. Csf melebihi kapasitas
normal sistim ventrikel tiap 6-8 jam dan ketiadaan absorbsi total
akan menyebabkan kematian . pada pelebaran ventrikular
menyebabkan robeknya garis ependyma normal yang pada dinding
rongga memungkinkan kenaikan absorbsi . jika route kolateral cukup
untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi
keadaan kompensasi.
B. Minginitis
Patosifologi meningitis disebabkan oleh infeksi berawal
dari aliran subarachnoid yang kemudian menyebabkan reaksi imun,
gangguan aliran cairan serebrospinal,dan kerusakan neuron.
a. Invasi patogen
6
peningkatan permeabililitas Blood Brain Barrier (BBB),
perubahan aliran darah serebral, Peningkatan perlekatan
leukosit ke endothelium kapiler, serta peningkatan reactivep
oxygen species (ROS). Adanya peningkatan permeabililitas
BBB serta perubahan aliran darah several dapat
menyebabkan tekanan perfusi aliran darah turun dan terjadi
iskemia. Hal ini dapat membuat perubahan pada komposisi
serta aliran cairan serebral sehingga menggangu aliran dan
absorpsi cairan serebral Inal.
Gangguan pada serebral Al, perlekatan, leukosit ke
endothelium kapiler,serta peningkatan ROS dapat
menyebabkan kerusakan neuron, Peningkatan tekanan
intrakranial, danedama. Kerusakan neuron Al terutama
disebabkan oleh metabolit yang bersifat sitotoksik dan
adannya iskemia neuronal. Akibatnya,terjadinya manifestasi
klinis berupa deman, kaku kuduk, perubahan status mental,
kejang atau defisit neurologis fokal.
C. Kejang
7
secara berurutan merangsang sel neuron lain secara bersama-sama
melepaskan muatan listriknya. Hal tersebut diduga disebabkan oleh;
8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
9
a. Gangguan rasa nyeri b/d meningkatnya tekanan intracranial
Data indikasi :
Adanya keluhan nyeri kepala,meringis,gelisah kepala
membesar.
Tujuan :
Klien akan mendapatkan kenyamanan,nyeri kepala berkurang
Intervensi :
1) Jelaskan penyebab nyeri
2) Atur posisi klien
3) Ajarkan teknik relaksasi
4) Kolaborasi dengan tim medis untyk pemberian analgenik
b. Ganguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
intake yang tidak adekuat.
Data indikasi:
Adanya keluhan kesulitan dalam mengkonsumsi makanan.
Tujuan:
Tidak terjadi gangguan nutrisi
Intervensi :
1) Berikan makanan lunak tinggi kalori dan protein
2) Berikan klien makan dengan posisi semifowler dan berikan
waktu yang cukup untuk menelan
3) Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan terhindar
dari bau-bauan yang tidak enak
4) Monitor terapi secara IV
5) Jagalah kebersihan mulut (oral hygiene)
3.2 Asuhan Keperawatan Minginitis
1. Pengkajian
a. Biodata klien
10
2. Apakah pernah jatuh atau trauma kepala?
3. Pernahkah operasi daerah kepala?
2. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehhubungan dengan
deseminata hematogen dan pathogen.
2. Resiko tinggi terhadap perubahan selebral dan perfusi jaringan
sehubungan dengan edema serebral, hipovolemia.
3. Intervensi Keperawatan
11
a. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan dengan
desiminata hematogen dari pathogen.
1. Beri tindakan isolasi sebagai pencegahan.
2. Pantau suhu secara teratur.
3. Kaji nadi yang tidak teratur dan demam yang terus menerus.
4. Auskultasi suara napas.
5. Catat karakteristik urin
6. kolaborasikan pemberian antibiotic
a. Anamnesis
1) Identitas pasien
2) Riwayat kesehatan
12
a) Keluhan utama
c) Riwayat kesehatan
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Biasnaya anak rewel dan kesadaran compos mentis
2) TTV :
Suhu : biasanya >38,0⁰C
13
Respirasi: pada usia 2- < 12 bulan : biasanya > 49 kali/menit
Pada usia 12 bulan - <5 tahun : biasanya >40 kali/menit
Nadi : biasanya >100 x/i
3) BB
Biasanya pada nak dengan kejang demam tidak terjadi penurunan
berar badan yang berarti
4) Kepala
Biasanya tampak simetris dan tidak ada kelainan yang tampak
5) Mata
Biasanya simetris kiri-kanan, skelera tidak ikhterik, konjungtiva
anemis.
7) Telinga
Biasanya bentuk simetris kiri-kanan, normalnya pili sejajar dengan
katus mata, keluar cairan, terjadi gangguan pendengaran yang
bersifat sementara, nyeri tekan mastoid.
8) Hidung
Biasanya penciuman baik, tidak ada pernafasan cuping hidung,
bentuk simetris, mukosa hidung berwarna merah muda.
9) Leher
Biasanya terjadi pembesaran KGB
10) Dada
a) Thoraks
14
(2) Palpasi, biasanya vremitus kiri kanan sama
(3) Auskultasi, biasanya ditemukan bunyi napas tambahan seperti
ronchi.
c.Pemeriksaan penunjang
Menurut Dewi (2011) :
a) EEG(Electroencephalogram)
Pemeriksaan EEG dibuat 10-14 hari setelah bebas panas tidak
menunjukan kelainan likuor. Gelombang EEG lambat didaerah
belakang dan unilateral menunjukan kejang demam kompleks.
b) Lumbal Pungsi
Fungsi lumbar merupakan pemeriksaan cairan yang ada di otak dan
kanal tulang belakang (cairan serebrospinal) untuk meneliti
kecurigaan meningitis. Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang
demam pertama pada bayi (usia<12 bulan) karena gejala dan tanda
meningitis pada bayi mungkin sangat minimal atau tidak tampak.
Pada anak dengan usia > 18 bulan, fungsi lumbal dilakukan jika
tampak tanda peradangan selaput otak, atau ada riwayat yang
menimbulkan kecurigaan infeksi sistem saraf pusat.
Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang demam pertama pada
bayi :
15
Pada kejang oleh infeksi pada otak ditemukan :
(1) warna cairan cerebrospinal : berwarna kuning,
menunjukan pigmen kuning santokrom.
(2) Jumlah cairan dalam cerebrospinal menigkat lebih dari
normal (normal bayi 40-60ml, anak muda 60-100ml, anak
lebih tua 80-120ml dan dewasa 130-150ml).
(3) Perubahan biokimia : kadar Kalium menigkat ( normal
dewasa 3.5-5.0 mEq/L, bayi 3.6-5.8mEq/L).
c) Neuroimaging
Yang termasuk pemeriksaan neuroimaging antara lain adalah CT-
Scan, dan MRI kepala. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada
kejang demam yang baru terjadi untuk pertama kalinya.
Pemeriksaan tersebut dianjurkan bila anak menujukkan kelainan
saraf yang jelas, misalnya ada kelumpuhan, gangguan
keseimbangan, sakit kepala yang berlebihan, ukuran lingkar kepala
yang tidak normal.
d) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium ini harus ditujukan untuk mencari
sumber demam, bukan sekedar pemeriksaan rutin. Pemeriksaannya
meliputi pemeriksaaan darah rutin, kadar elektrolit, kalsium, fosfor,
magnesium, atau gula darah.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia b/d peningkatan laju metabolisme
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b/d peningkatan
sirkulasi otak
3. Intervensi keperawatan
16
Batasan i 1. Pantau suhu dan
karakteristik: Kriteria Hasil tanda-tanda vital
a. Apnea : lainnya
b. Bayi tidak 1. Merasa 2. Monitor warna kulit
dapat merinding dan suhu
mempertahan saat 3. Monitor asupan dan
kan menyusu dingin keluaran,sadari
c. Gelisah 2. Berkering perubahan
d. Hipotensi at saat kehilangan cairan
e. Kulit panas yang tak di rasakan,
kemerahan 3. Tingkat 4. Beri obat atau
f. Kulit terasa pernapasa cairan IV
hangat n 5. Tutup pasien
g. Latergi 4. Melapork dengan selimut atau
h. Kejang an pakaian ringan.
i. Koma kenyaman 6. Dorong konsumsi
j. Stupor an suhu cairan
k. Takikardia 5. Perubahan Pengaturan suhu:
l. Takipnea warna 1. Monitor suhu paling
m. Vasodilatasi kulit tidak setiap 2 jam
Factor yang 6. Sakit sesuai kebutuhan.
berhubungan : kepala 2. Monitor dan
a. Peningkatan laporkan adanya
laju tanda gejala
metabolism hipotermia dan
b. Penyakit hipertermia
c. sepsis 3. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
adekuat.
Manajemen
pengobatan :
17
1. Tentukan obat apa
yang diperlukan dan
kelola menurut
resep
2. Monitor efektivitas
cara pemberian obat
yang sesuai.
Manajemen kejang:
1. Pertahankan jalan
nafas
2. Balikkan badan
pasien ke satu sisi
3. Longgarkan pakaian
4. Catat lama kejang
2 Ketidakefektifa a. Status Terapi oksigen:
n perfusi sirkulasi 1. Periksa
jaringan 1. TD sistol mulut,hidung,dan
serebral. 2. TD diastole secret trakea
Factor resiko: 3. Tekanan 2. Pertahankan jalan
1. Gangguan Nadi napas yang paten
serebrovask 4. Pa02(tekan 3. Atur peralatan
uler an parial oksigen
2. Penyakit karbondiok 4. Monitor aliran
neurologis sida dalam oksigen
darah Manajemen edema
aerteri) serebral:
5. Saturasi 1. Monitor adanya
oksigen kebingungan,peruba
6. Urine han pikiran,keluhan
output pusing,pingsan
b. Status 2. Monitor TTV
18
neurologi 3. Batasi cairan
1. Kesadaran 4. Monitor
2. Fungsi karakteristik cairan
sensorik serebrospinal:warna
dan motoric ,kejernihan,konsiste
kranial nsi.
3. Tekanan Monitoring
intra kranial peningkatan
4. Ukuran intracranial:
pupil 1. Monitor tekanan
5. Sakit perfusi serebral
kepala 2. Monitor intake dan
6. Aktivitas output
kejang 3. Monitor sushu dan
jumlah leukosit
4. Beri antibiotik
Monitor TTV
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hydrocephalus adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan intrakarnial yang disebabkan karena adanya penumpukkan cerebro
spinal fluid didalam ventrikel otak.
4.2 Saran
a. Tenaga kesehatan
Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang
Hidrocephalus,Meningitis dan Kejang dan problem solving yang efektif
dan juga sebaiknya kita memberikan informasi atau health education
mengenai Hidrocephalus,Meningitis dan Kejang kepada para orang tua anak
yang paling utama.
b. Masyarakat
Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya
Hidrocephalus,Meningitis dan Kejang dan meningkatkan pola hidup yang
sehat.
20
DAFTAR PUSTAKA
Wahab, S. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson (ed.15). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran.
Widagdo. 2011. Masalah dan Tata Laksana Penyakit Infeksi pada Anak. Jakarta:
CV Sagung Seto
21