Anda di halaman 1dari 24

Patofisiologi dan Asuhan Keperawatan anak

Hidrocephalus,Meningitis dan Kejang

Di susun oleh :
Kelompok 4
1. Cindy Anggraini : 1911023

2. Cindy Arlinda. : 1911024

3. Citra Agustriani : 1911027


4. Della Padila : 1911031
5. Debora Siregar. : 1911030
6. Sri Natalia Purba : 1911159
7. Sri Novita Sari : 1911160
8. Suprat tikno : 1911162
9. Tiara Mita : 1911171
Dosen :
Syatriawati,S.Kep,Ns,M.Kep

INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN FISIOTERAPI
KEPERAWATAN S1
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah berjudul “Patofisiologi dan Asuhan Keperawatan anak
Hidrocephalus,Meningitis dan Kejang “ ini bisa selesai pada waktunya. Terima
kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.

Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Demikian akhir kata penulis, apabila banyak kesalahan dan kekurangan
dalam penulisan dan keterbatasan materi, kami mohon maaf. Semoga makalah
yang kami buat ini bermanfaat dan berguna bagi pembaca pada umumnya.

Lubuk Pakam,17 Februari 2021

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................1


1.2 Tujuan Penulisan.....................................................................................1
1.3 Manfaat....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3

2.1 Definisi....................................................................................................3
2.2 Patofisiologi.............................................................................................5

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN............................................................9

3.1 Asuhahan keperawatan Hidrocephalus...................................................9


3.2 Asuhan Keperawatan Meningitis..........................................................10
3.3 Asuhan Keperawatan Kejang ...............................................................12

BAB IV PENUTUP..........................................................................................20

4.1 Kesimpulan............................................................................................20
4.2 Saran .....................................................................................................21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


A. Hidrocephalus
Hydrocephalus adalah suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan tekanan intrakarnial yang disebabkan karena adanya
penumpukkan cerebro spinal fluid didalam ventrikel otak.

B. Minginitis
Meningitis tergolong penyakit serius dan bisa mengakibatkan
kematian. Penderita meningitis yang bertahan hidup akan menderita
kerusakan otak sehingga lumpuh, tuli, epilepsi, retardasi mental.
Penyakit meningitis telah membunuh jutaan balita di seluruh
dunia. Data WHO menunjukkan bahwa dari sekitar 1,8 juta
kematian  anak balita di seluruh dunia setiap tahun, lebih dari
700.000 kematian anak terjadi di negara kawasan Asia Tenggara dan
Pasifik Barat.
C. Kejang

Kejang merupakan gangguan singkat pada system kelistrikan


otak,berupa kelainan singkat pada system listrik otak yang terjadi
karena cetusan atau pelepasan muatan kortikal dapat berupa kejang
epilepsy ataupun yang non epilepsi.
Epilepsi merupakan gangguan kejang kronis dengan
serangan yang berulang dan tanpa adanya factor pencetus.Statis
Epileptikus yaitu serangan kejang yang berkelanjutan yang
berlangsung lebih dari 30 menit dan diikuti dengan penurunan
kesadaran.

1.2 Tujuan penulisan

1
1. Dapat memahami definisi dari Hidrocephalus,Meningitis dan Kejang
pada anak.
2. Dapat memahami patofisiologi dari Hidrocephalus,Meningitis dan
Kejang pada anak.
3. Dapat membuat asuhan keperawatan anak Hidrocephalus,Meningitis
dan Kejang

1.3 Manfaat
1. Untuk menambah wawasan mengenai bahayanya penyakit
Hidrocephalus,Meningitis dan Kejang pada anak.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
A. Hidrocephalus

Hydrocephalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam


ventrikel serebral, ruang subarachnoid atau ruang
subdural.Hydrocephalus merupakan keadaan patologis otak yg
mengakibatkan bertambahnya cairan serebro spinalis tanpa atau
pernah dengan tekanan intracranial yang meninggi sehiingga
terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan serebro
spinal.
Hydrocephalus adalah suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan tekanan intrakarnial yang disebabkan karena adanya
penumpukkan cerebro spinal fluid didalam ventrikel otak.

B. Minginitis

Meningitis adalah suatu reaksi keradangan yang mengenai


sebagian atau seluruh selaput otak (meningen) yang ditandai dengan
adanya sel darah putih dalam cairan serebrospinal. Meningitis pada
anak-anak masih sering di jumpai,meskipun sudah ada
kemoterapeutik, yang secara in vitro mampu membunuh
mikroorganisme penyebab infeksi tersebut. WHO(2003),
mendefinisikan anak-anak antara usia 0-14 tahun karena di usia
inilah risiko cenderung menjadi lebih besar. Ini akibat infeksi dengan
Haemophilus influenzae maupun pneumococcus, karena anak-anak
biasanya tidak kebal terhadap bakteri.
Adapun menurut Widagdo (2011), Meningitis adalah
infeksi akut yang mengenai selaput mengineal yang dapat

3
disebabkan oleh berbagai mikroorganisme dengan ditandai adanya
gejala spesifik dari sistem saraf pusat yaitu gangguan kesadaran,
gejala rangsang meningkat, gejala peningkatan tekanan intrakranial,
dan gejala defisit neurologi.
Meningitis atau radang dari selaput otak (arachnoid dan
piamater) merupakan kondisi serius yang menyebabkan lapisan
disekitar otak dan sumsum tulang belakang mengalami peradangan.

C. Kejang

Definisi kejang demam menurut konsesus penatalaksanaan


kejang demam dari IDAI adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh(suhu rektal diatas 38 C) yang disebabkan oleh
proses ektrakranium.Diagnosis kejang demam dapat ditegakkan jika
tidak ditemukan penyakit intracranial,seperti meningitis atau
ensefalitis dan perlu dipastikan dan perlu dipastikan bahwa pasien
memiliki status neurologi yang normal dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
Kejang demam anak sering ditemukan baik di klinik
maupun unit gawat darurat dengan angka kejadian 2 – 4% pada usia
6 bulan – 5 tahun.Kejang demam diklasifikasikan menjadi 2
kelompok, yaitu:

 Kejang demam sederhana dengan durasi < 15 menit dan


umumnya berhenti sendiri. Kejang dapat berupa kejang umum
(tonik dan/atau klonik) dengan maksimal 1 bangkitan kejang
dalam 24 jam
 Kejang demam kompleks, dengan durasi > 15 menit, atau
berulang lebih dari 2 kali dan ada fase tidak sadar di antara 2
bangkitan kejang. Kejang dapat berupa kejang fokal atau parsial,
atau kejang umum yang didahului kejang parsial. Bangkitan
kejang lebih dari 1 kali dalam 24 jam

4
Kejang yang berlangsung lebih dari 30 menit (tidak terbatas
hanya kejang demam) diklasifikasikan menjadi status epileptikus.
Kebanyakan kejang demam adalah jinak dan seringkali berasosiasi
dengan infeksi virus simpleks. Kejang demam dapat timbul pada
kurang lebih 3% anak yang sehat.

2.2 Patofisiologi
A. Hidrocephalus

Jika terdapat obtruksi pada system ventrikuler atau pada


ruangan subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan
permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal.
White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi
menjadi pita yang tipis . pada gray matter terdapat pemeliharaan
yang bersifat selektif , sehingga walaupun ventrikel telah mengalami
pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi
itu dapat merupakan proses yang tiba-tiba/akut dan dapat juga
selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu
merupakan kasus emergency. Pada bayi dan anak kecil sutura
kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi peningkatan
massa kranial.
Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan
mengembang dan terasa tegang pada perabaan . stetonis aquaductal
(penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik
pelebaran pada ventrikel laterasl dan tengah , pelebaran ini
menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang
menonjol secara dominan (dominan frontal blow) . syndroma dandy
walkker akan terjadi jika obstruksi pada foramina di luar pada
ventrikel IV . ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol
memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klien dengan
tipe hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum
yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara

5
disproporsional .
Pada orang yang lebih tua , satura cranial telah menutup
sehingga membatasi ekspansi masa otak , sebagai akibatnya
menunjukkan gejala : kenaikkan ICP sebelum ventrikel cerebral
menjadi sangat membesar , kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi
CSF pada hidrosephalus tidak komplit. Csf melebihi kapasitas
normal sistim ventrikel tiap 6-8 jam dan ketiadaan absorbsi total
akan menyebabkan kematian . pada pelebaran ventrikular
menyebabkan robeknya garis ependyma normal yang pada dinding
rongga memungkinkan kenaikan absorbsi . jika route kolateral cukup
untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi
keadaan kompensasi.

B. Minginitis
Patosifologi meningitis disebabkan oleh infeksi berawal
dari aliran subarachnoid yang kemudian menyebabkan reaksi imun,
gangguan aliran cairan serebrospinal,dan kerusakan neuron.
a. Invasi patogen

Patogen penyebab meningitis dapat masuk dan


menginvasi aliran subarachnoid dalam berbagai cara,yaitu
melalui penyebaran hematogen,dari struktur sekitar
meningkatkan,menginvasinervous Perifer Dan kranial,atau
secara iatrogenik koperasi pada daerah Tanjung atau spinal.
Adanya invasi patogen ke subarachnoid akan mengaktivasi
sistem imun,sel darah putih.komplemen dan
immunoglobulon akan bereaksi dan menyebabkan produksi
sitokin.

b. Pengaruh sitokin pada meningitis

Adanya peningkatan produksi sitokin dapat


menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, yaitu

6
peningkatan permeabililitas Blood Brain Barrier (BBB),
perubahan aliran darah serebral, Peningkatan perlekatan
leukosit ke endothelium kapiler, serta peningkatan reactivep
oxygen species (ROS). Adanya peningkatan permeabililitas
BBB serta perubahan aliran darah several dapat
menyebabkan tekanan perfusi aliran darah turun dan terjadi
iskemia. Hal ini dapat membuat perubahan pada komposisi
serta aliran cairan serebral sehingga menggangu aliran dan
absorpsi cairan serebral Inal.
Gangguan pada serebral Al, perlekatan, leukosit ke
endothelium kapiler,serta peningkatan ROS dapat
menyebabkan kerusakan neuron, Peningkatan tekanan
intrakranial, danedama. Kerusakan neuron Al terutama
disebabkan oleh metabolit yang bersifat sitotoksik dan
adannya iskemia neuronal. Akibatnya,terjadinya manifestasi
klinis berupa deman, kaku kuduk, perubahan status mental,
kejang atau defisit neurologis fokal.

C. Kejang

Patofisiologi kejang demam masih belum diketahui dengan


jelas. Kejang demam merupakan salah satu bentuk unik dari kejang
yang berhubungan dengan kenaikan suhu tubuh. Faktor predesposisi
yang diduga menyebabkan kejang demam adalah genetik.
Kejang adalah manifestasi klinis khas yang berlangsung
secara intermitten dapat berupa gangguan kesadaran, tingkah laku,
emosi, motorik, sensorik, dan atau otonom yang disebabkan oleh
lepasnya muatan listrik yang berlebihan di neuron otak. 1,3 Status
epileptikus adalah kejang yang terjadi lebih dari 30 menit atu kejang
berulang lebih dari 30 menit tanpa disertai pemulihan
kesadaran.Mekanisme dasar terjadinya kejang adalah peningkatan
aktifitas listrik yang berlebihan pada neuron-neuron dan mampu

7
secara berurutan merangsang sel neuron lain secara bersama-sama
melepaskan muatan listriknya. Hal tersebut diduga disebabkan oleh;

 Kemampuan membran sel sebagai pacemaker neuron untuk


melepaskan muatan listrik yang berlebihan;
 Berkurangnya inhibisi oleh neurotransmitter asam gama amino
butirat [GABA];
 Meningkatnya eksitasi sinaptik oleh transmiter asam glutamat
dan aspartat melalui jalur eksitasi yang berulang. 3,4,5 Status
epileptikus terjadi oleh karena proses eksitasi yang berlebihan
berlangsung terus menerus, di samping akibat ilnhibisi yang
tidak sempurna.

8
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Asuhan Keperawatan Hidrocephalus


1. Pengkajian
a. Pada pengkajian diadapat adanya perubahan TTV seperti:
1. Penurunan denyut apeks
2. Frekuensi pernapasan
3. Peningkatan tekanan darah
4. Muntah
5. Peningkatan lingkar kepala
6. Adanya iritabilitas kepala
7. Perubahan pada keadaan menangis yang bernada tinggi
8. Adanya aktivitas kejang
b. Pada bayi didapatkan :
1. Pembesaran kepala
2. Bagian frontal menonjol
3. Mata turun kebawah (sunset eyes)
4. Adanya distensi pada vena superfisial kulit kepala
c. Pada anak besar dapat dijumpai:
1. Sakit kepala pada dahi disertai mual
2. Muntah
3. Nafsu makan menurun
4. Kekakuan pada ekternitas bawah
5. Adanya penurunan prestasi disekolah
2. Diagnose keperawatan
a. Gangguan rasa nyeri b/d meningkatnya tekanan intracranial
b. Ganguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
intake yang tidak adekuat.
3. Intervensi keperawatan

9
a. Gangguan rasa nyeri b/d meningkatnya tekanan intracranial
Data indikasi :
Adanya keluhan nyeri kepala,meringis,gelisah kepala
membesar.
Tujuan :
Klien akan mendapatkan kenyamanan,nyeri kepala berkurang
Intervensi :
1) Jelaskan penyebab nyeri
2) Atur posisi klien
3) Ajarkan teknik relaksasi
4) Kolaborasi dengan tim medis untyk pemberian analgenik
b. Ganguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
intake yang tidak adekuat.
Data indikasi:
Adanya keluhan kesulitan dalam mengkonsumsi makanan.
Tujuan:
Tidak terjadi gangguan nutrisi
Intervensi :
1) Berikan makanan lunak tinggi kalori dan protein
2) Berikan klien makan dengan posisi semifowler dan berikan
waktu yang cukup untuk menelan
3) Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan terhindar
dari bau-bauan yang tidak enak
4) Monitor terapi secara IV
5) Jagalah kebersihan mulut (oral hygiene)
3.2 Asuhan Keperawatan Minginitis
1. Pengkajian
a. Biodata klien

b. Riwayat kesehatan yang lalu


1. Apakah pernah menderita ISPA atau TBC?

10
2. Apakah pernah jatuh atau trauma kepala?
3. Pernahkah operasi daerah kepala?

c. Riwayat kesehatan sekarang


1. Aktivitas, gejala: perasaan tidak enak. Tanda: ataksia,
kelumpuhan, gerakan involunter.
2. Sirkulasi, gejala: adanya riwayat cardiopatologi: endokarditis
dan PJK. Tanda: tekanan darah meningkat, nadi menurun dan
tekanan nadi berat, taikardi, disritma.
3. Eliminasi, tanda: inkontenensia dan atau retensi.
4. Makanan/cairan: gejala: kehilangan nafsu makan, sulit menelan.
Tanda: anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membrane
mukosa kering.
5. Hiegiene, tanda: ketergantungan terhadap semua kebutuhan
perawatan diri.
6. Persarafan, gejala: sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada
persarafan yang terkena, kehilangan sensasi, hiperalgesia,
kejang, diplopia, fotophobia, ketulian dan halusinasi penciuman.
Tanda: letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi
dan halusinasi, kehilangan memori, afasia, anisokor, nistagmus,
7. Nyeri, Gejala: sakit kepala (berdenyut hebat, frontal). Tanda:
gelisah, meningis
8. Pernapasan, gelaja: riwayat infeksi sinus dan paru. Tanda,
Peningkatan kerja pernapasan.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehhubungan dengan
deseminata hematogen dan pathogen.
2. Resiko tinggi terhadap perubahan selebral dan perfusi jaringan
sehubungan dengan edema serebral, hipovolemia.
3. Intervensi Keperawatan

11
a. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan dengan
desiminata hematogen dari pathogen.
1. Beri tindakan isolasi sebagai pencegahan.
2. Pantau suhu secara teratur.
3. Kaji nadi yang tidak teratur dan demam yang terus menerus.
4. Auskultasi suara napas.
5. Catat karakteristik urin
6. kolaborasikan pemberian antibiotic

b. Resiko tinggi perubahan cerebral dan perfusi jarigan sehubunan


dengan edema serebral, hipovolemia.
1. Tirah baring dengan posisi kepala datar.
2. Pantau status neurologis.
3. Kaji regiditas nukal, peka rangsang dan kejang.
4. Pantau tanda vital dan frekuensi jantung, pernapasan, dan suhu.
5. Membatasi batuk, muntah, dan mengejan.
6. kolaborasikan pemberian antibiotic

3.3 Asuhan Keperawatan Kejang


1. Pengkajian

a. Anamnesis

1) Identitas pasien

Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal


lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, agama, nama orang
tua,pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua. Wong (2009),
mengatakan kebanyakan serangan kejang demam terjadi setelah
usia 6 bulan dan biasanya sebelum 3 tahun dengan peningkatan
frekuensi serangan pada anak-anak yang berusia kurang dari 18
bulan.

2) Riwayat kesehatan

12
a) Keluhan utama

Biasanya anak mengalami peningkatan suhu tubuh


>38,0⁰C, pasien mengalami kejang dan bahkan pada pasien dengan
kejang demam kompleks biasanya mengalami penurunan
kesadaran.
b) Riwayat penyakit sekarang

Biasanya orang tua klien mengatakan badan anaknya terasa


panas, nafsu makan anaknya berkurang, lama terjadinya kejang
biasanyatergantung pada jenis kejang demam yang dialami anak.

c) Riwayat kesehatan

(1) Riwayat perkembangan anak :

Biasanya pada pasien dengan kejang demam kompleks


mengalami gangguan keterlambatan perkembangan dan intelegensi
pada anak serta mengalami kelemahan pada anggota gerak
(hemifarise).

(2) Riwayat imunisasi :

Biasanya anak dengan riwayat imunisasi tidak lengkap


rentan tertular penyakit infeksi atau virus seperti virus influenza.

(3) Riwayat nutrisi

Saat sakit, biasanya anak mengalami penurunan nafsu


makan karena mual dan muntahnya

b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Biasnaya anak rewel dan kesadaran compos mentis

2) TTV :
Suhu : biasanya >38,0⁰C

13
Respirasi: pada usia 2- < 12 bulan : biasanya > 49 kali/menit
Pada usia 12 bulan - <5 tahun : biasanya >40 kali/menit
Nadi : biasanya >100 x/i

3) BB
Biasanya pada nak dengan kejang demam tidak terjadi penurunan
berar badan yang berarti

4) Kepala
Biasanya tampak simetris dan tidak ada kelainan yang tampak

5) Mata
Biasanya simetris kiri-kanan, skelera tidak ikhterik, konjungtiva
anemis.

6) Mulut dan lidah


Biasanya mukosa bibir tampak kering, tonsil hiperemis, lidah
tampak kotor

7) Telinga
Biasanya bentuk simetris kiri-kanan, normalnya pili sejajar dengan
katus mata, keluar cairan, terjadi gangguan pendengaran yang
bersifat sementara, nyeri tekan mastoid.

8) Hidung
Biasanya penciuman baik, tidak ada pernafasan cuping hidung,
bentuk simetris, mukosa hidung berwarna merah muda.

9) Leher
Biasanya terjadi pembesaran KGB

10) Dada
a) Thoraks

(1) Inspeksi, biasanya gerakan dada simetris, tidak ada penggunaan


otot bantu pernapasan

14
(2) Palpasi, biasanya vremitus kiri kanan sama
(3) Auskultasi, biasanya ditemukan bunyi napas tambahan seperti
ronchi.

c.Pemeriksaan penunjang
Menurut Dewi (2011) :
a) EEG(Electroencephalogram)
Pemeriksaan EEG dibuat 10-14 hari setelah bebas panas tidak
menunjukan kelainan likuor. Gelombang EEG lambat didaerah
belakang dan unilateral menunjukan kejang demam kompleks.
b) Lumbal Pungsi
Fungsi lumbar merupakan pemeriksaan cairan yang ada di otak dan
kanal tulang belakang (cairan serebrospinal) untuk meneliti
kecurigaan meningitis. Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang
demam pertama pada bayi (usia<12 bulan) karena gejala dan tanda
meningitis pada bayi mungkin sangat minimal atau tidak tampak.
Pada anak dengan usia > 18 bulan, fungsi lumbal dilakukan jika
tampak tanda peradangan selaput otak, atau ada riwayat yang
menimbulkan kecurigaan infeksi sistem saraf pusat.
Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang demam pertama pada
bayi :

(1) Memiliki tanda peradangan selaput otak (contoh : kaku leher )


(2) Mengalami complex partial seizure
(3) Kunjungan kedokter dalam 48 jam sebelumnya (sudah sakit
dalam 48 jam sebelumnya)

(4) Kejang saat tiba di IGD


(5) Keadaan post-ictal (pasca kejang) yang berkelanjutan.
Mengantuk hingga 1 jam setelah kejang adalah normal
(6) Kejang pertama setelah usia 3 tahun

15
Pada kejang oleh infeksi pada otak ditemukan :
(1) warna cairan cerebrospinal : berwarna kuning,
menunjukan pigmen kuning santokrom.
(2) Jumlah cairan dalam cerebrospinal menigkat lebih dari
normal (normal bayi 40-60ml, anak muda 60-100ml, anak
lebih tua 80-120ml dan dewasa 130-150ml).
(3) Perubahan biokimia : kadar Kalium menigkat ( normal
dewasa 3.5-5.0 mEq/L, bayi 3.6-5.8mEq/L).

c) Neuroimaging
Yang termasuk pemeriksaan neuroimaging antara lain adalah CT-
Scan, dan MRI kepala. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada
kejang demam yang baru terjadi untuk pertama kalinya.
Pemeriksaan tersebut dianjurkan bila anak menujukkan kelainan
saraf yang jelas, misalnya ada kelumpuhan, gangguan
keseimbangan, sakit kepala yang berlebihan, ukuran lingkar kepala
yang tidak normal.

d) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium ini harus ditujukan untuk mencari
sumber demam, bukan sekedar pemeriksaan rutin. Pemeriksaannya
meliputi pemeriksaaan darah rutin, kadar elektrolit, kalsium, fosfor,
magnesium, atau gula darah.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia b/d peningkatan laju metabolisme
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b/d peningkatan
sirkulasi otak
3. Intervensi keperawatan

N NANDA NIC NOC


o
1 Hipertermia a. Termoregulas Perawatan demam:

16
Batasan i 1. Pantau suhu dan
karakteristik: Kriteria Hasil tanda-tanda vital
a. Apnea : lainnya
b. Bayi tidak 1. Merasa 2. Monitor warna kulit
dapat merinding dan suhu
mempertahan saat 3. Monitor asupan dan
kan menyusu dingin keluaran,sadari
c. Gelisah 2. Berkering perubahan
d. Hipotensi at saat kehilangan cairan
e. Kulit panas yang tak di rasakan,
kemerahan 3. Tingkat 4. Beri obat atau
f. Kulit terasa pernapasa cairan IV
hangat n 5. Tutup pasien
g. Latergi 4. Melapork dengan selimut atau
h. Kejang an pakaian ringan.
i. Koma kenyaman 6. Dorong konsumsi
j. Stupor an suhu cairan
k. Takikardia 5. Perubahan Pengaturan suhu:
l. Takipnea warna 1. Monitor suhu paling
m. Vasodilatasi kulit tidak setiap 2 jam
Factor yang 6. Sakit sesuai kebutuhan.
berhubungan : kepala 2. Monitor dan
a. Peningkatan laporkan adanya
laju tanda gejala
metabolism hipotermia dan
b. Penyakit hipertermia
c. sepsis 3. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
adekuat.
Manajemen
pengobatan :

17
1. Tentukan obat apa
yang diperlukan dan
kelola menurut
resep
2. Monitor efektivitas
cara pemberian obat
yang sesuai.
Manajemen kejang:
1. Pertahankan jalan
nafas
2. Balikkan badan
pasien ke satu sisi
3. Longgarkan pakaian
4. Catat lama kejang
2 Ketidakefektifa a. Status Terapi oksigen:
n perfusi sirkulasi 1. Periksa
jaringan 1. TD sistol mulut,hidung,dan
serebral. 2. TD diastole secret trakea
Factor resiko: 3. Tekanan 2. Pertahankan jalan
1. Gangguan Nadi napas yang paten
serebrovask 4. Pa02(tekan 3. Atur peralatan
uler an parial oksigen
2. Penyakit karbondiok 4. Monitor aliran
neurologis sida dalam oksigen
darah Manajemen edema
aerteri) serebral:
5. Saturasi 1. Monitor adanya
oksigen kebingungan,peruba
6. Urine han pikiran,keluhan
output pusing,pingsan
b. Status 2. Monitor TTV

18
neurologi 3. Batasi cairan
1. Kesadaran 4. Monitor
2. Fungsi karakteristik cairan
sensorik serebrospinal:warna
dan motoric ,kejernihan,konsiste
kranial nsi.
3. Tekanan Monitoring
intra kranial peningkatan
4. Ukuran intracranial:
pupil 1. Monitor tekanan
5. Sakit perfusi serebral
kepala 2. Monitor intake dan
6. Aktivitas output
kejang 3. Monitor sushu dan
jumlah leukosit
4. Beri antibiotik
Monitor TTV

19
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hydrocephalus adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan intrakarnial yang disebabkan karena adanya penumpukkan cerebro
spinal fluid didalam ventrikel otak.

Meningitis adalah suatu reaksi keradangan yang mengenai sebagian


atau seluruh selaput otak (meningen) yang ditandai dengan adanya sel darah
putih dalam cairan serebrospinal.

Kejang merupakan gangguan singkat pada system kelistrikan


otak,berupa kelainan singkat pada system listrik otak yang terjadi karena
cetusan atau pelepasan muatan kortikal dapat berupa kejang epilepsy ataupun
yang non epilepsi.

4.2 Saran
a. Tenaga kesehatan
Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang
Hidrocephalus,Meningitis dan Kejang dan problem solving yang efektif 
dan juga sebaiknya kita memberikan informasi atau health education
mengenai Hidrocephalus,Meningitis dan Kejang kepada para orang tua anak
yang paling utama.

b. Masyarakat
Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya
Hidrocephalus,Meningitis dan Kejang dan meningkatkan pola hidup yang
sehat.

20
DAFTAR PUSTAKA

Axtonb,Sharon Ennis & Terrt Fugate,1993,pediatric Cre Plans: A Devision of


The Benjamin/Cummings publish Company Inc.

Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asukan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Santosa, Z. 2019. Mendeteksi Infeksi Pada Anak. Yogyakarta: CV Alaf Medika

Wahab, S. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson (ed.15). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran.

Widagdo. 2011. Masalah dan Tata Laksana Penyakit Infeksi pada Anak. Jakarta:
CV Sagung Seto

21

Anda mungkin juga menyukai