Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN MENINGITIS

DISUSUN OLEH KOLOMPOK VII :

NI KETUT JULI WINDIAWATI ( C2122097)


NI LUH KADEK ARTINI (C2122098)
NI KADEK AYU ARINI (C2122098)
NI WAYAN JULIANTINI (C2122100)
NI KETUT MELANY GAPARINA (C2122101)
AYU TUTY SURYANINGSIH (C2122102)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2022

I. Laporan Pendahuluan
A. Definisi
Meningitis adalah peradangan pada meningia, yang mempunyai gejala-gejala
berupa bertambahnya jumlah dan berubahnya susunan cairan serebro-spinal
(CSF). Infeksi yang terjadi mungkin disebabkan bakteri atau virus dan diagnosis
dapat dilakukan dengan memeriksa cairan serebro-spinal yang di ambil melalui
fungsi lumbal (Pearce, 2009).
Meningitis bakterialis adalah peradangan pada selaput otak (meningens) yang
disebabkan infeksi bakteri, ditandai adanya bakteri penyebab dan peningkatan
sel-sel polimorfonuklear pada analisis cairan serebrospinal (CSS). Meningitis
bakterialis merupakan salah satu infeksi yang paling berbahaya pada anak karena
tingginya kejadian komplikasi akut dan kecacatan neurologis permanen di
kemudian hari (Lilihata, Handryastuti, 2013).
Meningitis tuberkulosis adalah proses inflamasi di meningens (khususnya
arakhnoid dan plamater) akibat infeksi Mycobacterium tuberculosis. Meningitis
tuberkulosis ekstrapulmonal kelima yang paling sering ditemui sekaligus yang
paling berbahaya, dan kejadian terbanyak ditemukan pada anak-anak. Bila tidak
diobati dengan tepat akan menyebabkan gejala sisa neurologis permanen, bahkan
dapat menyebabkan kematian (Lilihata, Handryastuti, 2013).

B. Patofisiologi
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater.
Cairan otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir
melalui sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum
tulang belakang, direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-
jari di dalam lapisan subarachnoid.
Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis,
memasuki cairan otak melaui aliran darah merah pada blood brain barrier,
masuknya dapat melalui trauma penetrasi, prosedur pembedahan atau pecahnya
abses serebral atau kelainan system saraf pusat.  Otorrea atau rhinhorea akibat
fraktur dasar tengkorak dapat menimbulkan meningitis, dimana terjadi hubungan
antar CSF dan dunia luar.

Efek peradangan akan menyebabkan peningkatan cairan serebrospinal yang


dapat menyebabkan obstruksi dan selanjutnya terjadi hedrosefalus dan
peningkatan intra cranial. Efek patologi dari peradangan tersebut adalah Hiperemi
pada meningen.
Masuknya mikro organisme ke susunan saraf pusat melelui ruang sub arachnoid
dan menimbulkan respon peradangan pada arachnoid, CSF dan ventrikel.

C. Pathway

D. Data Fokus Pengkajian


1. Identitas
Insiden tertinggi pada anak usia 2 bulan sampai 2 tahun, laki-laki lebih banyak
dari perempuaan
2. Keluhan Utama
Kejang dan sakit kepala
3. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Pada neonatus : kaji adnya perilaku menolak untuk makan, reflek mengisap
kurang, muntah atau diare, tonus otot kurang, kurang tegak, dan menangis.
b. Pada bayi dan anak-anak ( usia 3 bulan hingga 2 tahun) : kaji adanya
demam, malas makan, muntah, mudah terstimulasi, kejang menangis
dengan merintih, ubun-ubun menonjol, kaku kuduk dan tanda kernig dan
budzinsky positif.
c. Pada anak-anak dan remaja : kaji adanya demam tinggi sakit kepala,
muntah yang di ikuti dengan perubahan sensori, kejang, mudah terstimulasi
dan teragitasi, foto fobia, delirium, halusinasi, perilaku agresif, penurunsn
kesadaran, kaku kuduk, tanda kernig dan brudzinsky, reflek fisiologis
hiperaktif, pruritus.  
d. Gejala tekanan intra kranial: anak sering muntah, nyeri kapala (pada orang
dewasa), pada neonatus kesadaran menurun dari apatis sampai koma,
kejang
4. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Antenatal: adanya defisiensi konginental 3 kelas imunoglobin utama yaitu
fungsi limfosit T, Kelainan gabungan dari sel T dan B
b. Natal: -
c. Post natal : anak yang mempunyai antibodi terhadap polibosefosfat
mempunyai kekebalan terhadap infeksi H, influensa yang biasanya
terbentuk pada anak berusia dibawah 1 tahun (Nelson:1993:35)
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga ada yang menderita penyakit tuberkulosis paru pada meningen
tuberculosis

6. Nutrisi      : menurunnya nafsu makan, mual, muntah dan klien mengalami


kesukaran/tidak dapat menelan, dampak dari penurunan kesadaran
7. Aktivitas  : mengalami kelumpuhan dan kelemahan yang mengakibatkan gerak
serta ketergantungan dalam memenuhi kebutuhan
8. Istirahat   : terdapat gangguan akibat nyeri kepala yang dialami.
9. Eleminasi : terjadi obstipasi
10. Personal hygiene : tergantung perawatan diri sehubungan dengan penurunan
kesadaran dan kelumpuhan.
11. Pemeriksaan umum
Suhu          : lebih dari 38 ° C
Nadi          : tachicardi, tetapi jika terjadi peningkatan intrakranial nadi
menjadi cepat .
Pernapasan: lebih dari 24 x/ menit
12. Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan leher : ubun-ubun besar dan menonjol, strabismus dan
stignasmus, pada wajah terdapat ptichiae, lesi purpura, bibir kering, sianosis
dan pada leher terjadi kaku kuduk.
b. Thorak/ dada       : bentuk simetris, pernapasan tachipnue, bila koma
pernapasan chyne stroke, adanya tarikan otot-otot pernapasan, jantung S1-
S2
c. Abdomen            : turgor kulit menurun, peristaltik usus menurun
d. Ekstremitas         : pada kulit petiachae, lesi purpura
e. Genetalia             : inkontensia urie pada stadium lanjut

E. Data penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan
otak. Lumbal punksi tidak bisa dikerjakan pada pasien dengan peningkatan
tekanan tintra kranial. Analisa cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein,
dan konsentrasi glukosa.
Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang biasanya
meningkat diatas nilai normal.

Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya


ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi.

Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak.


Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan
pada pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai
normal.
2. Pemeriksaan Radiografi
CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema cerebral atau penyakit
saraf lainnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit yang sudah
sangat parah.

F. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (iritasi lapisan otak)
3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan gangguan
neuromuskular

G. Rencana keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan peningkatan tekanan
intracranial
Tujuan :
a. Pasien kembali pada,keadaan status neurologis sebelum sakit
b. Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris
Kriteria hasil :
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal
b. Rasa sakit kepala berkurang
c. Kesadaran meningkat
d. Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda
tekanan intrakranial yang meningkat.
Rencana Tindakan :

INTERVENSI RASIONALISASI
a. Pasien bed rest total dengan posisi Perubahan pada tekanan intakranial
tidur terlentang tanpa bantal akan dapat meyebabkan resiko untuk
terjadinya herniasi otak

a. Monitor tanda-tanda status Dapat mengurangi kerusakan otak


neurologis dengan GCS. lebih lanjut

b. Monitor tanda-tanda vital seperti Pada keadaan normal autoregulasi


TD, Nadi, Suhu, Resoirasi dan mempertahankan keadaan tekanan
hati-hati pada hipertensi sistolik darah sistemik berubah secara
fluktuasi. Kegagalan autoreguler akan
menyebabkan kerusakan vaskuler
cerebral yang dapat dimanifestasikan
dengan peningkatan sistolik dan
diiukuti oleh penurunan tekanan
diastolik. Sedangkan peningkatan
suhu dapat menggambarkan
perjalanan infeksi.

c. Monitor intake dan output hipertermi dapat menyebabkan


peningkatan IWL dan meningkatkan
resiko dehidrasi terutama pada pasien
yang tidak sadra, nausea yang
menurunkan intake per oral

d. Bantu pasien untuk membatasi Aktifitas ini dapat meningkatkan


muntah, batuk. Anjurkan pasien tekanan intrakranial dan
untuk mengeluarkan napas intraabdomen. Mengeluarkan napas
apabila bergerak atau berbalik di sewaktu bergerak atau merubah
tempat tidur. posisi dapat melindungi diri dari efek
valsava
e. Kolaborasi dalam pemberian Meminimalkan fluktuasi pada beban
cairan perinfus dengan perhatian vaskuler dan tekanan intrakranial,
ketat. vetriksi cairan dan cairan dapat
menurunkan edema cerebral

f. Monitor AGD, bila diperlukan Adanya kemungkinan asidosis


pemberian oksigen disertai dengan pelepasan oksigen
pada tingkat sel dapat menyebabkan
terjadinya iskhemik serebral

g. Berikan terapi sesuai advis dokter Terapi yang diberikan dapat


seperti : Steroid, Aminofel, menurunkan permeabilitas kapiler,
Antibiotika. menurunkan edema serebri dan
menurunkan metabolik sel dan
kejang.

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi


Tujuan dan kriteri hasil (NOC) :
a. Mengenali awitan nyeri
b. Menggunakan tindakan pencegahan
c. Melaporkan nyeri dapat dikendaikan
Kriteria evaluasi :
a. Pasien dapat tidur dengan tenang
b. Memverbalisasikan penurunan rasa sakit.
Rencana Tindakan :

INTERVENSI RASIONALISASI
a. Usahakan membuat lingkungan Menurukan reaksi terhadap
yang aman dan tenang rangsangan ekternal atau
kesensitifan terhadap cahaya dan
menganjurkan pasien untuk
beristirahat
b. Kompres dingin (es) pada kepala Dapat menyebabkan vasokontriksi
dan kain dingin pada mata pembuluh darah otak

c. Lakukan latihan gerak aktif atau Dapat membantu relaksasi otot-otot


pasif sesuai kondisi dengan lembut yang tegang dan dapat menurunkan
dan hati-hati rasa sakit / disconfort

d. Kolaborasi dalam pemberian obat Mungkin diperlukan untuk


analgesik menurunkan rasa sakit. Catatan :
Narkotika merupakan kontraindikasi
karena berdampak pada status
neurologis sehingga sukar untuk
dikaji.

3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi


Tujuan : Suhu tubuh klien menurun dan kembali normal.
Kriteria hasil : Suhu tubuh 36,5 - 37,5 ° C
INTERVENSI RASIONALISASI
a. Monitor uhu paling tidak setiap 2 Suhu 38,9 – 41,1 menunjukkan
jam, sesuai kebutuhan proses penyakit infeksius
b. Pantau suhu lingkungan Untuk mempertahankan suhu badan
mendekati normal
c. Berikan kompres hangat Untuk mengurangi demam dengan
proses konduksi
d. Monitor warna kulit, tekanan Mengetahui adanya perubahan
darah, nadi, respirasi dan suhu kondisi pasien secara kontinyu
pasien
e. Kolaborasi dengan tim medis : Untuk mengurangi demam dengan
pemberian antipiretik aksi sentralnya di hipotalamus
II. Laporan Aplikasi Kasus

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK “D” DENGAN MENINGITIS


DI RUANG CILINAYA RSD MANGUSADA

Pengkajian dilakukan tanggal : 03-10-2022 Jam 08.00 WITA


Diagnosa medis  : Meningitis bacterial
No. RM  : 419492
Tgl MRS  : 30-09-2022
Tindakan operasi : Tidak ada
A. Identitas data
1. Inisial nama : An “IB”
2. Alamat : Jl. Abianbase Mengwi
3. TTL : Mengwi, 10-12-2010
4. Agama : Hindu
5. Usia : 10 tahun
6. Nama ayah/Ibu : Tn “A”
7. Pendidikan : SMP
8. Pekerjaan Ayah : Tani
9. Nama ibu : Ny”R”
10. Pendidikan : SMP
11. Pekerjaan ibu : IRT

B. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan utama
Kejang, demam, tungkai dan lengan kanan tidak bisa bergerak
2. Riwayat kehamilan dan kelahiran
a. Prenatal : Pada waktu hamil ibu secara rutin memeriksakan kehamilannya
sebanyak 9 kali
b. Intranatal : Lahir cukup bulan, ditolong bidan, partus spontan langsung
menangis
c. Postnatal : ASI sejak lahir sampai 1 ½ tahun, bubur susu, 4 bulan sampai 8
bulan, nasi tim 8 bulan – 1 tahun, nasi biasa, 1 tahun sampai sekarang
3. Riwayat masa lampau
a. Penyakit waktu kecil : Tidak pernah sakit
b. Pernah dirawat dirumah sakit : Tidak pernah
c. Obat obatan yang digunakan : pasien tidak pernah mengonsumsi obat-
obatan rutin sebelumnya
d. Tindakan (operasi) : pasien tidak pernah melakukan prosedur operasi
e. Alergi : Tidak ada
f. Kecelakaan : Tidak ada
g. Imunisasi : Lengkap
4. Riwayat Sosial
a. Yang mengasuh : Orang tua
b. Hubungan dengan anggota keluarga  : Klien sangat akrab dengan orang
tua dan adiknya
c. Hubungan dengan teman sebaya : Klien sangat ramah dan baik dengan
teman – teman sebayanya
d. Pembawaan secara umum : Periang, peramah
e. Lingkungan rumah : Klien disenangi oleh keluarga dan tetangga serta
saudara

C. Kebutuhan Dasar
a. Makanan yang disukai / tidak disukai : ibu pasien mengatakan pasien tidak
susah dalam hal makanan. Pasien lebih menyukai produk yang
mengandung cokelat.                                             
Alat makan yang dipakai : Pasien terpasang NGT
Pola makan / jam : 6 kali sehari
b. Pola tidur : 9 jam pukul 21.00 – 05.00 – 15.00 wib
Kebiasaan sebelum tidur : Tidak ada
Tidur siang : 1 jam pukul 14.00-15.00 wib
c. Mandi : 2 x sehari
d. Aktivitas bermain : Klien sedang dalam perawatan
e. Eliminasi : di bantu oleh keluarga   
                                            :
D. Keadaan kesehatan saat ini
a. Keadaan umum : pasien tampak lemah, berbaring di tempat tidur
b. Kesadaran : Somnolen
c. GCS : E2V2M4
d. Status nutrisi : pasien terpaang NGT dengan jadwal pemberian makanan
sebanyak 6 kali sehari
e. Status cairan : Cairan yang diberikan adalah IVFD RL gtt 18 x/mnt, IVFD
D5 %, NaCl 15 % ( 7,5%) gtt 15 %

E. Terapi
a. Dopamin10 mg/ kg BB/menit IV
b. Injeksi Ceftriaxon 1 x 2 gram IV
c. Injeksi Ampicilyn 4 x 1 gram IV
d. Kutoin 2 x 50 mg peroral
e. Rifampicyn 1 x 300 gram IV
f. Injeksi Streptomisin 1 x 500 mg IV

H. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
a) Ureum : 31 ml/dl
b) Creatinin 0,7 mg/dl
c) Natrium           138 mmol/L
d) Kalium 3,9 mmol/L
e) HB : 13 g/dl
f) Ht : 40 Vol%
g) Trombosit : 200 ribu/mm3
h) Leukosit : 18000 sel/mm
b. Hasil rontgen
a) CT scan : Atropi cerebri
I. Pemeriksaan Fisik
a. Data klinis : GCS : E2V2M4, Suhu : 37.8oC, Nadi  140 x/mnt dan teraba
teratur, Takanan darah lengan kanan : 100/600 mmHg, TB 135 cm, BB 26
Kg, kesadaran Somnolen
b. Kulit : Suhu : teraba hangat
c. Kepala : Rambut : warna hitam, tidak mudah rontok
d. Mata : jernih, pupil : isokor, positif, KI : negatif, konjungtiva : merah
jambu
e. Telinga : Simetris, pendengaran : baik
f. Hidung : Simetris, tidak tampak epistaksis
g. Mulut : Bibir tampak pucat
h. Tenggorokan : tidak ada benjolan
i. Leher : Simetris, tidak ada benjolan JVP
j. Dada : bentuk ; simetris, tampak retraksi dada
a) Paru – paru :
1) Inspeksi : RR : 34 x/mnt, takipnea,
2) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, benjolan ataupun krepitasi
3) Perkusi : terdengar suara sonor paru
4) Auskultasi : irama pernapasan teratur, vesikuler
b) Jantung
1) Inspeksi : tampak normal, HR : 134 x/mnt, pengembangan dada
tampak simetris
2) Palpasi : normal perabaan ictus cordis normal  
3) Perkusi : terdengan suara pekak jantung
4) Auskultasi  SI normal, S2 : normal
k. Abdomen : bentuk : simetris, peristaltik ada 6 kali
l. Genitalia dan anus : vagina tidak ada masalah
m. Ektremitas :

Superior Inferior
Warna -/- -/-
Edema -/- -/-
     
Luka -/- -/-
J. Pe
Tremor -/- -/-
mer
Clubing -/- -/-
iksa
Sensibilitas -/- -/-
an
Spastik -/- -/-
Flacids -/- -/-
Parese +/+ +/ +
ROMLain – Lain 3/3 3/3
-/- -/-
Tingkat Perkembangan (DDST)
a. Kemandirian dan bergaul : pasien masih sangat bergantung pada keluarga
dan petugas kesehatan sepenuhnya
b. Motorik halus : pasien tampak lemah, namun dalam hal kegiatan seperti
menggenggam masih sangat lemas
c. Kognitif dan bahasa : Tidak dilakukan pemeriksaan

K. Informasi Lain
a. Kaku kuduk (-), bubinsky (+)
L. Analisa Data
No             Data Etiologi Masalah
1 DS: Invasi bakteri Perubahan Perfusi
ibu mengatakan anaknya ↓ Jaringan Serebral
Proses peradangan
tidak sadar, merintih dan

gelisah perubahan
DO: - ditemukan
sebagian besar
TTV :
pada dasar otak
RR : 34 atau batang otak
T : 37,8 ↓
vasodilatasi
Nadi 34

TD : 100/60 penurunan pada
Tingkat kesadaran somnolen kekanan onkotik
klien tampak gelisah ↓
perpindahan cairan
GCS : 8, E2, M4, V2 dari intrasel ke
ekstra sel

vili arachnoideus

Proses reabsorbsi
tertahan
akumulasi cairan
terhadap eksudat
dan tuberkel
obstruksi pada
sistem basalis

penurunan suplai
ke otak dan
jaringan

hipoksia jaringan
otak

Perubahan perfusi
jaringan serebral
2 DS : inflamasi Intoleransi Aktivitas
ibu mengatakan bahwa ↓
peradangannpada
anaknya dalam aktifitas
ruang epidural dan
(mandi, makan) dibantu oleh subdural
ibunya ↓
kerusakan
pembuluh darah
DO : bersekat
Kekuatan otot lemah ↓
penumpukan darah
rentang gerak :

ekstremitas kaki ektensi tekanan dalam
M. Daftar Masalah
No Tgl/Jam Diagnosa keperawatan TTD
1 03-10-2022 Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan penurunan suplai oksigen ke otak

2 03-10-2022 Hipertermi berhubungan dengan proses imflamasi

3 03-10-2022 Nyeri berhubungan dengan adanya proses infeksi

4 03-10-2022 Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan


kerusakan neuromuskuler, penurunan
kekuatan/ketahanan otot.
N. Rencana Asuhan Keperawatan
DiagnosaPkepera Perencanaan
No Tgl/jam
watan Tujuan Intervensi Rasional
1 03-10- perubahan perfusi Tujuan : a. Tinggikan a. peningkatkan
2022 jaringan mempertahankan perfu bagian kepala, aliran vena dari
berhubungan si jaringan serebral pertahankan kepala akan
dengan penurunan yang adekuat kepala dan leher menurunkan TIK
suplai oksigen ke Kriteria hasil : b. Berikan b. Meningkatkan
otak a. TTV stabil tindakan istirahat dan
b. Sakit kepala kenyamanan menurunkan
berkurang misalnya masase stimulasi sensori
c. Tingkat pada punggung, yang berlebihan
kesadaran beri lingkungan
membaik yang tenang
c. Pantau TTV c. Mengetahui
keadaan umum
secara dini

2 03-10- Hipertermi Tujuan umum : Suhu a. Monitor suhu a. Peningkatan Suhu


2022 berhubungan tubuh dalam batas tubuh dan tanda Menunjukkan
dengan proses normal vital Infeksi
inflamasi / proses Kriteria hasil : b. Berikan pakaian b. Membantu
penyakit a. Suhu tubuh 36- yang tipis dan Penggunaan Suhu
37,5oC menyerap Panas
b. Klien keringat, hindari
tenang  tidak selimut tebal
gelisah c. Berikan c. Mengeluarkan
c. Keadaan umum kompres hangat panas dengan cara
baik evaporasi
d. Klien tidak d. Kolaborasi d. Atipiretik sangat
teraba panas dengan tim efektif untuk
dokter dalam mengurangi
pemberian peningkatan suhu
antipiretik tubuh
3 03-10- Nyeri berhubungan Tujuan : nyeri dapat a. Kaji skala a. Mengidentifikasi
2022 dengan adanya terkontrol / hilang nyeri, intensitas intervensi yang
proses infeksi Krteria hasil : nyeri, lokasi tepat dengan hasil
a. skala nyeri nyeri observasi
berkurang b. Pertahankan b. Menurunkan
(skala nyeri tirah baring, gerakan yang dapat
ringan 1-3) bantu kebutuhan meningkatkan
b. klien tampak keperawatan nyeri
tenang klien
c. klien dapat c. Fasilitasi klien c. Menurunkan iritasi
menerapkan dalam posisi dan rangsangan
tekhnik yang nyaman meningeal
pengalihan d. Ajarkan tekhnik d. Mengalihkan
nyeri distraksi perhatian klien
relaksasi terhadap rasa
nyerinya
e. Lakukan e. Menghilangkan
tindakan nyeri yang berat
kolaborasi,
berikan
analgesik sesuai
terapi 
4 03-10- Intoleransi Tujuan : a. Kaji kekuatan a. Mengetahui
2022 aktivitasberhubunga mempertahankan otot pasien kemampuan paien
n dengan penurunan fungsi optimal dari dalam melakukan
kekuatan otot pergerakan. aktivitas
Kriteria hasil : b. Ubah posisi b. Perubahan posisi
a. kekuatan otot secara teratur yang teratur
meningkat meningkatkan
b. rentang gerak sirkulasi darah
tidak terbatas c. Bantu pasien c. mempertahankan
untuk mobilisasi dan
melakukan fungsi
latihan rentang
gerak, sesuai
kebutuhan
d. Libatkan d. membantu klien
keluarga dalam dalam beraktivitas
aktivtas klien

O. Tindakan Keperawatan
No Hari/Tgl No. DX Implementasi Respon TTD
1 03-10-22 1 a. Menaikan kepala pasien klien terlihat
08.00 30o nyaman
08.10 4 b. Masase pada klien tampak
punggung, memberi nyaman
lingkungan yang
tenang, penerangan
yang cukup
08. 30 2 c. Mengukur suhu: Tanda-tanda
37.60 c nadi: 128 vital klien
x/m  dan respirasi: 30 masih belum
x/m stabil.
08.30 1 d. Memonitor frekuensi klien masih
pola napas RR : 30x/m dalam keadaan
dan irama pernapasan sesak
vesikuler kulit klien
masih pucat
e. Memberikan O2 pada
08.35 1 klien tampak
pasien
nyaman
f. Mengobservasi kulit
dalam keadaan pucat,
08.40 2 klien
dan membran mukosa
kooperatif
mulut kering
g. Mengubah posisi klien
dengan memberikan
08.45 4 handuk dikedua lengan klien
klien kooperatif
h. Mengukur skala
nyeri  skala nyeri 5,
09.00 3 Intensitas nyeri sedang, klien tampak
lokasi nyeri dikepala merintih
i. Membantu klien
berbaring ditempat
09.15 4 tidur dan membantu klien tampak
perawatan diri klien nyaman
dengan menggunakan
air hangat
j. Kolaborasi pemberian
obat analgetik
09.05 3 k. Melakukan rentang obat masuk,
gerak sendi, tidak ada
10.00 3 pergerakan kaki dan reaksi alergi
tangan
l. Melakukan perawatan
kulit di daerah
10.30 3 belakang punggung Klien tampak
m. Memberikan terapi menangis
Rifampicin 1x300 mg,
12.00 1 Dopamin 10 mg/kg obat mauk,
BB, Inj Cefriaxone 2 tidak ada
gr, Inj.ampi Ampicilyn reaksi alergi
1 gr IV.

P.
Q. XI.     Catatan perkembangan
R. Evaluasi Keperawatan
No. Tgl/Waktu No DP Perkembangan Paraf
1 06-10-22 1 S: Ibu mengatakan bahwa anaknya dalam aktivitas
13.00 O:   (mandi, makan) masih dibantu oleh ibunya
          Klien tampak lemah
          Mandi dibantu oleh ibunya
          Makan menggunakan melalui selang NGT
A:  Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
          Lakukan rentang pergerakan sendi
          Berikan lingkungan yang nyaman
2 06-10-2022 2 S: Ibu klien mengatakan badan anaknya panas masih
12.30 hilang timbul
O: T : 37.8oc
- Badan Terasa Panas
- Klien Tampak Gelisah Dan Rewel
A: Masalah Belum Teratasi
P: Intervensi Dilanjutkan
          Pantau suhu tubuh
          Kompres air hangat

3 13.00 3 S: Ibu klien mengatakan anaknya selalu merintih


kesakitan
O: Skala nyeri 5
Klien tampak meringis kesakitan
TTV: TD :100/90 mmhg, RR 34 x/menit, temp 37,8 C
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
          kolaborasi dengan dokter
          monitor skala nyri
          Ajarkan tekhnik pengalihan nyeri

4 4 S: Ibu mengatakan bahwa anaknya dalam aktivitas


(mandi, makan) masih dibantu oleh ibunya
O:           Klien tampak lemah
          Mandi dibantu oleh ibunya
          Makan menggunakan melalui selang NGT
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
          Lakukan rentang pergerakan sendi
          Berikan lingkungan yang nyaman

DAFTAR PUSTAKA
Suriadi & Yuliani, Rita. (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. (Edisi pertama).
KDT. Jakarta

Kapita Selekta Kedokteran FKUI, (1999) Media Aesculapius, Jakarta

Brunner / Suddarth,( 2000). Buku saku keperawatan medikal bedah,EGC, Jakarta,

Anda mungkin juga menyukai