Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kahadirat tuhan yang maha esa karena atas berkat rahmat
dan hidayah-nya, makalah ini dapat dibuat. Makalah ini dibuat dengan tujuan unyuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak. Tidak lupa diucapkan rasa terima kasih
kepada teman-teman dan keluarga yang selalu mendukung dan menyelesaikan makalah.

Kami menyadari bahwa dalam proses pembuatan dan hasil dari makalah ini terdapat
banyak kekuranganya dan kesalahan. Sehingga bagi siapapun yang ingin memberikan kritik
dan saran yang membangun. Kami berharap dengan selesainya makalah ini dengan judul
“Asuhan keperawatan Kejang pada anak” dapat bermanfaat.

Gorontalo, 23 Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….....i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………........ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………….………………1


1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………...……………….2
1.3 Tujuan……………………………………………………………….……………….3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Medis kejang….…………………………………………………………….4


2.2 Konsep Keperawatan kejang….……………………………………………………12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………27
3.2 Saran………………………………………………………………………………..27

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….28
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling umum terjadi pada
kelompok usia anak-anak. Prevelensi penderita kejang demam pada anak balita 1-5
tahun diamerika serikat masih tergolong cukup tinggi karena kejadian kejang demam
berkisaran antar 2% -5% pada anak yang berusia kurang dari 5 tahun. Angka kejadian
kejang demam di asia dilaporkan lebih tinggi sekitar 80% - 90% dari seluruh kejang
demam adalah kejang demam sederhana. Kejang demam dilaporkan di Indonesia
mencapai 2% - 4% (Pasaribu, 2013)
Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh seperti suhu rectal di atas 38℃ yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranial. Kejang demam kompleks adalah kejang fokal dan parsial, berlangsung
lebih dari 15 menit dan berulang dalam 24 jam. Sekitar 30% pasien kejang demam
ditemui dengan keadaan kejang kompleks. Kejang demam memiliki prognosisbaik
dan kejang demam bersifat benigna. Angka kematian hanya 0,64% - 0,75%. Sebagian
besar penderita kejang demam sembuh sempurna , sebagai berkembang menjadi
epilepsi sebanyak 2-7% (Sihaloho, 2013).
Menurut Candra (2012) menambahkan bahwa anak akan terlihat aneh untuk
beberapa saat, kemudian kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif
untuk beberapa waktu, nafas akan terganggu, dan kulit tampak lebih gelap dari
biasanya. Setalah kejang, anak akan segera normal kembali.
Kejang demam dalam dunia kesehatan termasuk penyakit serius yang kebanyakan
menyerang pada balita sehingga perlu ditangani denga cepat dan tepat. (Juanita, 2016).

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana konsep medis dari kejang ?
2. Bagaimana konsep keperawatan dari kejang ?
1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat membuat asuhan keperawatan dengan masalah kejang
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep medis kejang

A. Definisi
Kejang demam sederhana adalah sebagai kejang yang berlangsung selama
kurang dari 15 menit (biasanya beberapa detik hingga 10 menit), yang terjadi sekali
dalam 24 jam dan disertai dengan demam tanpa ada infeksi sistem saraf pusat (Kyle &
Carman, 2015, hal. 545)
kejang demam adalah bangkitan yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
mencapai 38℃) yang terjadi karena proses intrakranial maupun ekstrakranial.
(Nurarif & Kusuma, 2015, hal. 163)
Kejang demam adalah kejang pada anak antara usia 6 bulan sampai 5 tahun
disebabkan karena anak mengalami demam lebih dari 102◦F atau 39℃. Tetapi kejang
tidak harus terjadi ketika suhu lebih dari 39℃ karena pada demam yang temperatur
lebih rendah dari 39℃ pun juga dapat terjadi kejang. (Marmi, 2014)
B. Klasifikasi
Klasifikasi kejang demam tebagi menjadi 6 yaitu :
a. Kejang sederhana
Kejanh yang berlangsung singkat <15menit, dan umumnya akan berhenti sendiri.
Kejang berbentuk umum tonik, klonik, tanpa ada gerakan fokal dan tidak berulang
dalam waktu 24 jam
b. Kejang demam kompleks
Kejang yang berlangsung >15menit, kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang
demam umum parsial, kejang berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
c. Kejang mioklonik
Kejang demam yang berlangsung <5detik, kedutan ada daerah otot yang dapat
terjadi secara mendadak serta kehilangan kesdaran sesaat.
d. Kejang tonik-Klonik
Kejang demam yang berlangsung <1menit, disertai hilangnya kontrol pada
kandung kemih dan usus, adanya gerakan klonik pada ekstremitas, adanya letargi,
kaku pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah.
e. Kejang atonik
Kejang demam terjadi secara singkat tanpa adanya peringatan, kehilangan tonus
secara mendadak sehingga menyebabkan kelopak mata menurun
f. Kejang absence
Tidak trjadi kejang, dapat terlihat kedutan pada otot wajah, kelopak mata bergetar,
sering berkedip atau beberapa detik menatap sesuatu ruangan
C. Etiologi
Kejang demam disebabkan oleh hipertermia yang muncul secara cepat yang
berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri. Umumnya berlangsung singkat, dan
mungkin terdapat presdisposisi familial. Dan beberapa kejadian kejang dapat berlanjut
melewati masa anak – anak dan mungkin dapat mengalami kejang non demam pada
kehidupan selanjutnya.
- Penyebab kejang demam yang sering ditemukan yaitu :
a. Faktor predisposisi
1. Keturunan
Orang tua yang memiliki riwayat kejang sebelumnya dapat di turunkan
pada anaknya
2. Umur
Lebih sering pada umur <5 tahun, karena sel otak pada anak belum matang
sehingga mudah mengalami perubahan konsentrasi ketika mendapat
rangsangan tiba-tiba
b. Faktor presipitasi
1. Adanya proses infeksi ekstrakranium oleh bakteri atau virus misalnya
infeksi saluran pernafasan atas, otitis media akut, tonsilitis, gastroenteritis,
infeksitraktus urinarius dan faringitis
2. ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan elektrolit sehingga
menganggu homeostatis kimiawi neuron sehingga terjadi kelainan
depolariasis neuron misalnya hiponatremia,hipernatremia, hipoglikemia,
hipokalsemia, dan hipomagnesemia.
Menurut Wulandari & Erawati (2016, hal. 244-245) penyebab kejang demam sebagai
berikut :
1. Faktor genetika
Faktor keturunan memegang penting untuk terjadinya kejang demam 25-50%
anak yang mengalami kejang memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami
kejang demam sekurang- kurangnya sekali.
2. Penyakit Infeksi
Bakteri : Penyakit pada traktus respiratorius (pernafasan), pharingitis (radang
tenggorokan), tonsilitis (amandel), otitis media (infeksi telinga)
Virus : Varicella (cacar), morbili (campak), dengue (Virus penyebab demam
berdarah)
3. Demam
kejang demam terjadi sekali dalam 24 jam pertama waktu sakit dengan
keadaan demam atau pada waktu demam tinggi
4. Gangguan metabolisme
Gangguan metabolisme seperti uremia, hipoglikemia, kadar gula darah <30mg
% pada neonatus cukup bulan dan <20mg% pada bayi dengan berat badan lahir
rendah atau hiperglikemia.
5. Neoplasma
Neoplasma dapat menyebabkan kejang pada usia berapapun, tetapi mereka
merupakan penyebab sangat penting dari kejang pada usia pertengahan dan
kemudian ketika insiden penyakit neoplastik meningkat.
6. Trauma
kejang pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh cedera saat persalinan
sedangkan pada anak-anak bisa terjadi karena trauma biasanya kejang
berkembang minggu pertama setelah cedera kepala.
D. Patofisiologi
Infeksi yang terjadi pada jaringan diluarkranial seperti tonsilitis, otitis media
akut, bronkitis penyebab terbanyaknya adalah bakteri yang bersifat toksis. Toksis
yang dihasilkan oleh mikroorganisme dapat menyebar keseluruh tubuh melalui
hematogen maupun limfogen.
Penyebaran toksis keseluruh tubuh akan direspon oleh hipotalamus dengan menaikan
pengaturan suhu di hipotalamus sebagai tanda tubuh mengalami bahaya secara
sistemik. Naiknya pengaturan suhu di hipotalamus akan merangsang kenaikan suhu
tubuh dibagian yang lain seperti otot, kulit sehingga terjadi peningkatan kontraksi
otot.
Naiknya suhu di hipotalamus, otot, kulit dan jaringan tubuh yang lain akan
disertai pengeluaran mediator kimia seperti epinefrin dan prostlaglandin. Pengeluaran
mediator kimia ini dapat merangsang peningkatan potensial aksi pada neuron,
peningkatan potensial inilah yang merangsang perpindahan ion natrium, ion kalium
dengan cepat dari luar sel menuju kedalam sel. Peristiwa inilah yang diduga dapat
menaikkan fase deplorasi neuron dengan cepat sehingga timbul kejang.
(Sujono & Sukarmin, 2009)
E. Manifestasi klinis
Menurut Wulandari & Erawati (2016, hal. 245) tanda dan gejala dari kejang
demam adalah sebagai berikut :
1. kejang demam mempunyai insiden yang tinggi pada anak, yaitu 3-4%
2. Kejang biasanya singkat, berhenti sendiri, terjadi lebih banyak laki-laki
3. Kejang timbul dalam 24 jam setelah naiknya suhu badan akibat infeksi di luar
susunan saraf misalnya otitis media akut, bronkitis.
4. Bangkitan kejang dapat berbentuk tonik-tonik, fokal atau autonik
5. Takikardi : pada bayi, frekuensi sering diatas 150-200/menit
Gejala sesuai dengan klasifikasinya
- Gejala kejang demam sesuai klasifikasi parsial (Nurarif & Kusuma 2015, hal.
164-165)
1. Kejang sederhana
Karakteristik : Dapat bersifat motorik (gerakan abnormal unilateral),
sensorik (merasakan, membaul, mendengar, sesuatu yang abnormal)
automik ( Takikardia, bradikardia, takipneu, kemerahan, rasa tidak enak di
epigastrium), psikis (disfagia, gangguan daya ingat), biasanya berlangsung
<1 menit.
2. Kejang kompleks
Karakteristik : Gejala Motorik, gejala sensorik, otomatisme (mengecap –
ngecapkan bibir, mengunyah, menarik baju), biasanya berlangsung 1-3
menit.
F. Tanda dan Gejala
(Djamaludin, 2010), tanda dan gejala anak yang mengalami kejang demam adalah
sebagai berikut
1. Demam
2. Saat kejang, anak kehilangan kesadaran, kadang-kadang nafas dapat berhenti
beberapa saat.
3. Tubuh , termasuk tangan dan kaki menjadi kaku, kepala terkulai kebelakang,
disusul gerakan kejut yang kuat.
4. Warna kulit berubah pucat, bahkan dapat membiru, dan bola mata naik keatas
5. Gigi terkatup dan disertai muntah
6. Nafas dapat berhenti beberapa saat
7. Anak tidak dapat mengontrol BAB dan BAK
G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk penyakit kejang demam adalah :
1. Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk penyebab demam atau
kejang , pemeriksaan dapat meliputi darah perifer lengkap, gula darah, elektrolit,
urinalisis, dan biakan darah atau urin, feses
2. Pemeriksaan cairan serebrospinal di lakukan untuk menegakan atau kemungkinan
terjadinya meningitis. Pada bayi kecil sering kali sulit untuk menegakkan atau
menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasinya klinis tidak jelas. Jika
yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan fungsi lumbal, fungsi
lumbal dilakukan pada :
a. Pada bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan
b. Bayi berusia 12-18 bulan dianjurkan
c. Bayi lebih dari usia 18 bulan tidak perlu dilakukan
3. Pemeriksaan elektroensolografi (EEG) tidak direkomendasikan pemeriksaan ini
dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas, misalya : kejang demam
kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, kejang demam fokal
4. Pemeriksaan CT Scan dilakukan jika ada indikasi :
a. Kelainan neurologis fokal yang menetap atau kemungkinan adanya lesi
struktural di otak
b. Terdapat tanda dan tekanan intrakranial (kesadaran menurun, muntah
berulang, ubun-ubun menonjol, edema pupil). (Pudjiaji, 2010)
H. Penatalaksanaan
Ada 3 hal yang perlu dikerjakan :
a. Pengobatan fase akut
Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau
muntahan, dan buka semua pakaian ketat.
b. Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serbrospinal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
menginitis.
c. Pengobatan profilaksi
1. Profilaksi interitoen
Diberikan diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/hari dibagi
menjadi dalam 3 dosis saat pasien demam
2. Profilaksis terus-menerus
Dengan antikonsulvan setiap hari berguna untuk mencegah berulangnya
kejang demam berat yang dpat menyebabkan kerusakan otak tapi tidak dapat
mencegah terjadinya epilepsi dikemudian hari. (Lestari, 2016)
I. Komplikasi
Menurut Wulandari & Erawati (2016, hal. 249) komplikasi pada kejang demam
adalah sebagai berikut :
1. Kerusakan neurotransmiter
Besarnya lepas muatan listrik ini dapat meluas ke seluruh sel ataupun membran
sel yang menyebabkan kerusakan pada neuron.
2. Kelainan anatomis di otak
Kejang yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan di otak yang lebih
banyak terjadi pada anak berumur 4 bulan- 5 bulan.
3. Epilepsi
Serangan kejang berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari,
sehingga terjadi serangan epilepsi spontan
4. Kemungkinan mengalami kematian
5. Mengalami kecacatan atau kelainan neurologis karena disertai demam
 Dampak terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang penderita
kejang pada anak
Kebutuhan dasar yang terganggu pada anak dengan kejang demam adalah
kebutuhan fisiologis dan kebutuhan aman nyaman :
1. Kebutuhan fisiologis terganggu adalah : Oksigenasi
Oksigenasi merupakan gas yang sangan vital dalam kelangsungan hidup sel
dan jaringan tubuh, karena oksigen diperlukan untuk proses metabolismetubuh
secara terus-menerus. Oksigen diperoleh dari atmosfir melalui proses bernafas.
2. Kubutuhan aman nyaman yang terganggu adalah : Suhu tubuh
Keseimbangan suhu tubuh merupakan kebutuhan yang berpengaruh bagi
manusia. Pada anak yang menderita kejang demam tentunya suhu tubuh
sangatlah tidak seimbang. Naiknya pengaturan suhu tubuh di hipotalamus akan
merangsang penaikan suhu dibagiantubuh yang lain sperti otot, kulit sehingga
terjadi peningkatan kontraksi otot. Naiknya suhu di hipotalamus akan disertai
pengeluaran mediator kimia ini dapat merangsang peningkatan potensi aksi.
Peristiwa inilah yang diduga dapat menaikan fase depolarisasi neuron dengan
cepat sehingga timbul kejang. Serangan yang cepat itu itulah yang dapat
menjadikan anak mengalami penurunan respon kesadaran, otot ekstremitas
maupun bronkus juga dapat mengalami spasme sehingga anak berisiko terhadap
injuri dan kelangsungan jalan nafas oleh penutupan lidah dan spasme bronkus.
3. Kebutuhan aman nyaman yang terganggu adalah : Resiko cidera
Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang yang lebih terhindar dari
ancaman bahaya atau kecelakaan. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak
dapat di duga dan tidak dapat diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian,
sedangkan keamanan adalah kenyamanan dan tentram.
Untuk itu oksigen dan keseimbangan suhu tubuh pada anak sangatlah penting,
agar tidak terjadi kembali kejang demam ulang yang dapat mengakibatkan
rusaknya sistem saraf yang dapat menganggu pertumbuhan dan perkembangan
PATHWAY

Infeksi mikroorganisme , Infeksi bakteri

Toksik mikroorganisme ISPA


menyebar secara
hematoge dan limfogen
Peningkata
n sputum
Kenaikkan suhu
tubuh di hipotalamu
dan jaringan lain
Bersihan jalan
nafas tidak
Hipertermia efektif

Pelepasan mediator kimia


Peningkatan masukan ion
oleh neuron seperti
natrium, ion kalium
prostaglandin, epinefrin
kedalam sel neuro dengan
cepat

Kejang

Fase depolarisasi neuron


dan otot dengan cepat

Penurunan respon
Spasme otot
rangsangan dari luar
mulut, lidah
bronkus

Resiko Cedera
2.2Konsep keperawatan kejang

A. Pengkajian

I. Identitas klien

Nama : Ny. A

Usia : Tahun

Jenis Kelamin : Tidak terkaji

Agama :Tidak terkaji

Pendidikan :Tidak terkaji

Pekerjaan :Tidak terkaji

Suku bangsa :Tidak terkaji

Tanggal masuk :Tidak terkaji

Tanggal keluar :Tidak terkaji

No. Registrasi :Tidak terkaji

Diagnosa medis :Kejang

II. Identitas penanggung jawab

Nama : (Tidak di temukan)

Umur :(Tidak di temukan)

Hubungan dengan pasien :(Tidak di temukan)

Pekerjaan :(Tidak di temukan)

Alamat :(Tidak di temukan)

III. Keluhan utama

Biasanya klien sering mengeluhkan apa yang klien rasakan saat itu

IV. Riwayat keperawatan


a. Riwayat Kesehatan sekarang : Tidak Terkaji
b. Riwayat kesehatan terdahulu : Tidak Terkaji
c. Riwayat kesehatan keluarga : Tidak Terkaji
1. Riwayat keluraga (+)
2. Riwayat Keluarga (+)

V. Pola kebutuhan dasar

1. Pola persepsi dan manajemen kesehatan : Tidak terkaji

2. Pola nutrisi metabolik

Sebelum sakit :Tidak terkaji

Sesudah sakit :Tidak terkaji

3. Pola eliminasi

BAB

Sebelum sakit :Tidak terkaji

Sesudah sakit :Tidak terkaji

BAK

Sebelum sakit :Tidak terkaji

Sesudah sakit :Tidak terkaji

4. Pola eliminasi dan latihan

1. Aktivitas :Tidak terkaji

2. Latihan

Sebelum sakit :Tidak terkaji

Sesudah sakit :Tidak terkaji

VI. Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan umum :Tidak terkaji
b. Tanda-Tanda vital
Suhu badan :℃
Nadi :x/menit
RR :x/menit
TD :mmHg
SPO2 :mmHg
c. Keadaan fisik
1. Kepala dan leher :Tidak terkaji
2. Dada :Tidak terkaji
3. Paru :Tidak terkaji
4. Jantung :Tidak terkaji
5. Payudara dan ketiak :Tidak terkaji
6. Abdomen :Tidak terkaji
7. Genetika :Tidak terkaji
8. Integumen :Tidak terkaji
9. Genetalia :Tidak terkaji
10. Ekstremitas :Tidak terkaji
11. Status mental :Tidak terkaji
12. Pengkajian saraf cranial :Tidak terkaji
13. Pemeriksaan refleks :Tidak terkaji

Pola kognitif dan persepsi :Tidak terkaji

Pola persepsi dan konsep diri:Tidak terkaji

d. Pola tidur dan istirahat


Sebelum sakit :Tidak terkaji
sesudah sakit :Tidak terkaji
e. Pengkajian psikososial
1. Anak :Perkembangan psikososial, kemampuan beradaptasi dengan
penyakit, mekanisme koping yang diguakan
2. Keluarga :Respon emosional keluarga, koping yang digunakan keluarga,
penyesuaian keluarga terhadap stress
VII. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk penyakit kejang demam adalah :
1. Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk penyebab demam atau
kejang , pemeriksaan dapat meliputi darah perifer lengkap, gula darah, elektrolit,
urinalisis, dan biakan darah atau urin, feses
2. Pemeriksaan cairan serebrospinal di lakukan untuk menegakan atau kemungkinan
terjadinya meningitis. Pada bayi kecil sering kali sulit untuk menegakkan atau
menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasinya klinis tidak jelas. Jika
yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan fungsi lumbal, fungsi
lumbal dilakukan pada :
a. Pada bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan
b. Bayi berusia 12-18 bulan dianjurkan
c. Bayi lebih dari usia 18 bulan tidak perlu dilakukan
3. Pemeriksaan elektroensolografi (EEG) tidak direkomendasikan pemeriksaan ini
dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas, misalya : kejang demam
kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, kejang demam fokal
4. Pemeriksaan CT Scan dilakukan jika ada indikasi :
a. Kelainan neurologis fokal yang menetap atau kemungkinan adanya lesi
struktural di otak
b. Terdapat tanda dan tekanan intrakranial (kesadaran menurun, muntah
berulang, ubun-ubun menonjol, edema pupil).
B.Diagnosa

1. Hipertermi (D.0130)

Kategori : Lingkungan

Subkategori : Keamanan dan proteksi

2. Resiko Cedera (D.136)

Kategori : Lingkungan

Subkategori : Keamanan dan proteksi

3. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)

Kategori : Fisiologi

Subkategori :Respirasi
- Intervensi

N Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI RASIONAL


O
1 Hipertermia (D.130) Termoregulasi Manajemen Hipertermia Observasi :
Kategori : Lingkungan Setelah melakukan tindakan Definisi : 1. Mengidentifikasi penyebab
Subkategori : Keamanan dan keperawatan selama 3 x 24 jam Mengidentifikasi dan hipertermi (mis. dehidrasi,
Proteksi maka termoregulasi pasien mengelola peningkatan suhu terpapar lingkungan panas,
Definis dapat membaik, dengan kriteria tubuh akibat disfungsi penggunaan inkobator)
Suhu tubuh meningkat diatas hasil : termoregulasi 2. Memonitor suhu tubuh
rentang normal tubuh 1. Mengigil (menurun) 3. Memonitor komplikasi
Penyebab 2. Kulit merah (menurun) Tindakan akibat hipertermi
1. Dehidrasi 3. Kejang (menurun) Observasi : Terapeutik :
2. Terpapar lingkungan 4. Akrosianosisi 1. Identifikasi penyebab 1. Menyediakan lingkungan
panas (menurun) hipertermia (mis. lingkungan yang dingin
3. Proses penyakit (mis. 5. Konsumsi oksigen dehidrasi, terpapar longgarkan atau lepaskan
infeksi, kanker) (menurun) lingkungan panas, pakaian
4. Ketidaksesuaian Pakaian 6. Piloereksi (menurun) penggunaan inkobator) 2. Membasahi dan kipasi
dengan suhu lingkungan 7. Vaskonstriksi perifer 2. Monitor suhu tubuh permukaan tubuh
5. Peningkatan laju (menurun) 3. Monitor komplikasi 3. Memberikan cairan oral
metabolisme 8. Kutis memorata akibat hipertermia 4. Menganti linen setiap hari
6. Respon trauma (menurun) Tindakan : atau lebih sering jika
7. Aktivitas Berlebihan 9. Pucat (menurun) 1. Sediakan lingkungan mengalami hiperhidrosis
8. Penggunaan inkobator 10. Takikardi (menurun) yang dingin (keringat berlebihan)
Gejala dan Tanda Mayor 11. Takipnea (menurun) Longgarkan atau lepas 5. Melakukan pendinginan
Subjektif : - 12. Bradikardi (menurun) pakaian eksternal (mis. selimut
Objektif : 13. Dasar kuku sianotik 2. Basahi dan kipasi hipotermia atau kompres
1. Suhu tubuh di atas nilai (menurun) permukaan tubuh dingin pada dahi, leher,
normal 14. Hipoksia (menurun) 3. Berikan cairan oral dada, abdomen, aksila)
Gejala dan Tanda Minor 15. Suhu tubuh (membaik) 4. Ganti linen setiap hari 6. Menghindari pemberian obat
Subjektif : - 16. Suhu kulit ( membaik) atau lebih sering jika antipiretik atau aspirin
Objektif : 17. Kadar glukosa darah mengalami 7. Memberikan oksigen, jika
1. Kulit merah (membaik) hiperhidrosis (keringat perlu
2. Kejang 18. Ventilasi (membaik) berlebihan) Edukasi
3. Takikardi 19. Tekanan darah 5. Lakukan pendinginan 1. Menganjurkan tirah baring
4. Takipnea (membaik) eksternal (mis. selimut Kolaborasi :
5. Kulit teraa hangat hipotermia atau 1. Mengkolaborasikan
Kondisi Klinis Terkait kompres dingin pada pemberian cairan dan
1. Proses Infeksi dahi, leher, dada, elektrolit intravena, jika
2. Hipertiroid abdomen, aksila) perlu
3. Stroke 6. Hindari pemberian
4. Dehidrasi antipiretik atau aspirin
5. Trauma 7. Berikan Oksigen, jika
6. Prematuritas perlu
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
1. Kolaborasi Pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu

2 Resiko Cedera (D.0136) Kontrol kejang Manajemen Kejang Observasi :


Kategori : Lingkungan Setelah melakukan tindakan Definisi : 1. Memonitor terjadinya
Subkategori : Keamanan dan keperawatan selama 3 x 24 jam Mengidentifikasi dan kejang berulang
proteksi maka kontrol kejang pasien mengelola kontraksi otot dan 2. Memonitor karakteristik
Definisi dapat meningkat, dengan gerakan yang tidak terkendali kejang (mis. Aktivitas
Berisiko mengalami bahaya atau kriteria hasil : motorik, dan progresi
kerusakan fisik yang 1. Kemampuan Tindakan kejang)
menyebabkan seseorang tidak mengidentifikasi faktor Observasi : 3. Memonitor status neurologis
lagi sepenuhnya sehat atau resiko/pemicu kejang 1. Monitor terjadinya 4. Memonitor tanda-tanda vital
dalam kondisi baik (meningkat) kejang berulang Terapeutik :
Faktor Risiko 2. Kemampuan mencegah 2. Monitor karakteristik 1. Membaringkan pasien agar
Eksternal : faktor resiko/pemicu kejang (mis. Aktivitas tidak jatuh
1. Terpapar patogen kejang (meningkat) motorik, dan progresi 2. Memberikan alas empuk
2. Terpapar zat kimia 3. Kemampuan melapor kejang) dibawah kepala, jika
toksik efek samping obat 3. Monitor status memungkinkan
3. Terpapar zat nosokomial (meningkat) neurologis 3. Mempertahankan kepatenan
4. Ketidamanan trasportasi 4. Kepatuhan meminum 4. Monitor tanda-tanda jalan nafas
Internal : obat (meningkat) vital 4. Melonggarkan pakaian,
1. Ketidaknormalan profil 5. Sikap positif Terapeutik : terutama dibagian leher
darah (meningkat) 1. Baringan pasien agar 5. Mendapingi selama periode
2. Perubahan orientasi 6. Penggunan teknik tidak jatuh kejang
afektif reduksi strees 2. Berikan alas empuk 6. Menjauhkan benda-benda
3. Perubahan sensasi (meningkat) dibawah kepala, jika berbahaya terutama benda
4. Disfungsi autoimun 7. Penampilan peran memungkinkan tajam
5. Disfungsi biokimia (meningkat) 3. pertahankan kepatenan 7. Mencatat durasi kejang
6. Hipoksia jaringan 8. Hubungan sosial jalan nafas 8. Mengorientasikan setelah
7. Kegagalan mekanisme (meningkat) 4. Longgarkan pakaian, periode kejang
pertahanan tubuh 9. Pola tidur (meningkat) terutama dibagian leher 9. Memasang akses IV, jika
8. Manutrisi 10. Program latihan yang 5. Dampingi selama perlu
9. Perubahan fungsi sesuai (meningkat) periode kejang 10. Memberikan oksigen, jika
psikomotor 11. mendapatkan obat yang 6. Jauhkan benda-benda perlu
10. Perubahan fungsi dibutuhkan (meningkat) berbahaya terutama Edukasi :
kognitif 12. Melaporkan frekuensi benda tajam 1. Menganjurkan keluarga
Kondisi Klinis Terkait kejang (meningkat) 7. catat durasi kejang menghindari memasukkan
1. Kejang 8. Reorientasikan setelah apapun ke dalam mulut
2. Sinkop periode kejang pasien saat periode kejang
3. Vertigo 9. Dokumentasikan 2. Menganjurkan keluarga
4. Gangguan penglihatan periode terjadinya tidak menggunakan
5. Gangguan Pendengaran kejang kekerasan untuk menahan
6. Penyakit parkinson 10. Pasang akses IV, jika gerakan pasien
7. Hipotensi perlu Kolaborasi :
8. Kelainan nervus 11. Berikan Oksigen, jika 1. Mengkolaborasi pemberian
Vestibularis perlu antikonvulsan, jika perlu
9. Retarda si mental Edukasi :
1. Anjurkan keluarga
menghindari
memasukkan apapun ke
dalam mulut pasien saat
periode kejang
2. Anjurkan keluarga
tidak menggunakan
kekerasan untuk
menahan gerakan
pasien
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
antikonvulsan, jika
perlu
3 Bersihan jalan nafas tidak Bersihan jalan nafas Manajemen jalan nafas Observasi :
efektif (D.0001) Setelah melakukan tindakan Definisi : 1. Memonitor pola napas
Kategori :Fisiologis keperawatan selama 3 x 24 jam Mengidentifikasi dan (frekuensi, kedalaman,
Subkategori :Respirasi maka bersihan jalan nafas mengelolah kepatenan jalan usaha nafas
Definisi pasien dapat meningkat, nafas. Terapeutik :
Ketidakmampuan dengan kriteria hasil : 1. Mempertahankan kepatenan
membersihkan sekret atau 1. Produksi sputum Tindakan jalan nafas dengan head-tilt
obstruksi jalan nafas untuk (menurun) Observasi : dan chin-lift (jaw-thrust jika
mempertahankan jalan nafas 2. Dispnea (menurun) 1. Monitor pola napas curiga trauma servikal)
tetap paten 3. Ortopnea (menurun) (frekuensi, kedalaman, 2. Mmposisikan semi-fowler
Penyebab 4. Sulit bicara (menurun) usaha nafas atau fowler
Fisiologis : 5. Sianosis (menurun) Terapeutik 3. Memberikan minum hangat
1. Spasme jalan nafas 6. Gelisah ( menurun) 1. Pertahankan kepatenan 4. Memberikan oksigen, jika
2. Hipersekresi jalan nafas 7. Frekuensi nafas pola jalan nafas dengan perlu
3. Disfungsi nafas tidak efektif head-tilt dan chin-lift Edukasi :
neuromuskuler (membaik) (jaw-thrust jika curiga 1. Menganjurkan asupan
4. Benda asing dalam jalan 8. Pola nafas (membaik) trauma servikal) cairan 2000ml/hari, jika
nafas 2. Posisikan semi-fowler tidak kontraindikasi
5. Adanya jalan nafas atau fowler Kolaborasi :
buatan 3. Berikan minum hangat 1. Mengkolaborasi pemberian
6. Sekresi yang tertahan 4. Berikan oksigen, jika bronkodilator, ekspektoran,
7. Hiperplasia dinding perlu mukolitik, jika perlu.
jalan nafas Edukasi
8. Proses infeksi 1. Anjurkan asupan cairan
9. Respon alergi 2000ml/hari, jika tidak
10. Efek agen farmakologis kontraindikasi
(mis. ansietas) Kolaborasi
Situasional : 1. Kolaborasi pemberian
1. Merokok Aktif bronkodilator,
2. Merokok Pasif ekspektoran, mukolitik,
3. Terpajan polutan jika perlu.
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : -
Objektif :
1. Batuk tidak efektif atau
tidak mampu batuk
2. Sputum
berlebih/obstruksi di
jalan nafas/ mekonium
dijalan nafas (pada
neonatus)
3. Mengi, wheezing,
dan/atau ronkhi kering
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
1. Dispnea
2. Sulit bicara
3. ortopnea
Objektif :
1. Gelisah
2. Sianosis
3. Bunyi nafas menurun
4. Frekuensi nafas berubah
5. Pola nafas berubah
Kondisi Klinis Terkait
1. Gullian barre syndrom
2. Sklerosis multipel
3. Myasthenia gravis
4. Prosedur diagnostik
(mis. bronkoskopi,
transesophageal
echocardiograpy {TEE})
5. Depresi sistem saraf
pusat
6. Cedera kepala
7. Stroke
8. Kuadriplegia
9. Sindrom aspirasi
mekonium
10. Infeksi saluran nafas
11. Asma
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rectal diatas 38derajat celsius) yang disebabkan oleh suatu proses estrakranium.
Infeksi virus saluran pernafasan atas, roseola dan otitis media akut adalah penyebab
kejang demam yang paling sering.
Dalam penaggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan yaitu ,
memberantas kejang secepat mungkin, pengobatan penunjang, memberikan
pengobatan rumat, mencari dan mengobati penyebab.
3.2 Saran
1. Pasien dan keluarga
Keluarga dapat memeriksakan anaknya secara rutin ke pelayanan kesehatan,
sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya kejang berulang.
2. Perawat
Memberikan pengarahan kepada keluarga tentang penyakit kejang demam pada
anaknya dan memberikan motivasi cara menangani penyaki anaknya sehingga
tingkat kesehatan optimal mampu di dapatkan oleh anak
DAFTAR PUSTAKA

Kyle, T & Carman. S (2015). Buku Praktek Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC

Lestari, Titik. (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuhamedika

Nurarif, A.H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
dan Nanda Nic Noc Jilid 1. Yogyakarta : Mediction

PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator keperawatan
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Interensi Keperawatan Indonesia. Definisi dan Tindakan Keperawatan
Indonesia. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI

Pudjiadji, Antonius H et all. 2010. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta : IDAI

Anda mungkin juga menyukai