Puji syukur kami panjatkan kahadirat tuhan yang maha esa karena atas berkat rahmat
dan hidayah-nya, makalah ini dapat dibuat. Makalah ini dibuat dengan tujuan unyuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak. Tidak lupa diucapkan rasa terima kasih
kepada teman-teman dan keluarga yang selalu mendukung dan menyelesaikan makalah.
Kami menyadari bahwa dalam proses pembuatan dan hasil dari makalah ini terdapat
banyak kekuranganya dan kesalahan. Sehingga bagi siapapun yang ingin memberikan kritik
dan saran yang membangun. Kami berharap dengan selesainya makalah ini dengan judul
“Asuhan keperawatan Kejang pada anak” dapat bermanfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….....i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………27
3.2 Saran………………………………………………………………………………..27
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….28
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
A. Definisi
Kejang demam sederhana adalah sebagai kejang yang berlangsung selama
kurang dari 15 menit (biasanya beberapa detik hingga 10 menit), yang terjadi sekali
dalam 24 jam dan disertai dengan demam tanpa ada infeksi sistem saraf pusat (Kyle &
Carman, 2015, hal. 545)
kejang demam adalah bangkitan yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
mencapai 38℃) yang terjadi karena proses intrakranial maupun ekstrakranial.
(Nurarif & Kusuma, 2015, hal. 163)
Kejang demam adalah kejang pada anak antara usia 6 bulan sampai 5 tahun
disebabkan karena anak mengalami demam lebih dari 102◦F atau 39℃. Tetapi kejang
tidak harus terjadi ketika suhu lebih dari 39℃ karena pada demam yang temperatur
lebih rendah dari 39℃ pun juga dapat terjadi kejang. (Marmi, 2014)
B. Klasifikasi
Klasifikasi kejang demam tebagi menjadi 6 yaitu :
a. Kejang sederhana
Kejanh yang berlangsung singkat <15menit, dan umumnya akan berhenti sendiri.
Kejang berbentuk umum tonik, klonik, tanpa ada gerakan fokal dan tidak berulang
dalam waktu 24 jam
b. Kejang demam kompleks
Kejang yang berlangsung >15menit, kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang
demam umum parsial, kejang berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
c. Kejang mioklonik
Kejang demam yang berlangsung <5detik, kedutan ada daerah otot yang dapat
terjadi secara mendadak serta kehilangan kesdaran sesaat.
d. Kejang tonik-Klonik
Kejang demam yang berlangsung <1menit, disertai hilangnya kontrol pada
kandung kemih dan usus, adanya gerakan klonik pada ekstremitas, adanya letargi,
kaku pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah.
e. Kejang atonik
Kejang demam terjadi secara singkat tanpa adanya peringatan, kehilangan tonus
secara mendadak sehingga menyebabkan kelopak mata menurun
f. Kejang absence
Tidak trjadi kejang, dapat terlihat kedutan pada otot wajah, kelopak mata bergetar,
sering berkedip atau beberapa detik menatap sesuatu ruangan
C. Etiologi
Kejang demam disebabkan oleh hipertermia yang muncul secara cepat yang
berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri. Umumnya berlangsung singkat, dan
mungkin terdapat presdisposisi familial. Dan beberapa kejadian kejang dapat berlanjut
melewati masa anak – anak dan mungkin dapat mengalami kejang non demam pada
kehidupan selanjutnya.
- Penyebab kejang demam yang sering ditemukan yaitu :
a. Faktor predisposisi
1. Keturunan
Orang tua yang memiliki riwayat kejang sebelumnya dapat di turunkan
pada anaknya
2. Umur
Lebih sering pada umur <5 tahun, karena sel otak pada anak belum matang
sehingga mudah mengalami perubahan konsentrasi ketika mendapat
rangsangan tiba-tiba
b. Faktor presipitasi
1. Adanya proses infeksi ekstrakranium oleh bakteri atau virus misalnya
infeksi saluran pernafasan atas, otitis media akut, tonsilitis, gastroenteritis,
infeksitraktus urinarius dan faringitis
2. ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan elektrolit sehingga
menganggu homeostatis kimiawi neuron sehingga terjadi kelainan
depolariasis neuron misalnya hiponatremia,hipernatremia, hipoglikemia,
hipokalsemia, dan hipomagnesemia.
Menurut Wulandari & Erawati (2016, hal. 244-245) penyebab kejang demam sebagai
berikut :
1. Faktor genetika
Faktor keturunan memegang penting untuk terjadinya kejang demam 25-50%
anak yang mengalami kejang memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami
kejang demam sekurang- kurangnya sekali.
2. Penyakit Infeksi
Bakteri : Penyakit pada traktus respiratorius (pernafasan), pharingitis (radang
tenggorokan), tonsilitis (amandel), otitis media (infeksi telinga)
Virus : Varicella (cacar), morbili (campak), dengue (Virus penyebab demam
berdarah)
3. Demam
kejang demam terjadi sekali dalam 24 jam pertama waktu sakit dengan
keadaan demam atau pada waktu demam tinggi
4. Gangguan metabolisme
Gangguan metabolisme seperti uremia, hipoglikemia, kadar gula darah <30mg
% pada neonatus cukup bulan dan <20mg% pada bayi dengan berat badan lahir
rendah atau hiperglikemia.
5. Neoplasma
Neoplasma dapat menyebabkan kejang pada usia berapapun, tetapi mereka
merupakan penyebab sangat penting dari kejang pada usia pertengahan dan
kemudian ketika insiden penyakit neoplastik meningkat.
6. Trauma
kejang pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh cedera saat persalinan
sedangkan pada anak-anak bisa terjadi karena trauma biasanya kejang
berkembang minggu pertama setelah cedera kepala.
D. Patofisiologi
Infeksi yang terjadi pada jaringan diluarkranial seperti tonsilitis, otitis media
akut, bronkitis penyebab terbanyaknya adalah bakteri yang bersifat toksis. Toksis
yang dihasilkan oleh mikroorganisme dapat menyebar keseluruh tubuh melalui
hematogen maupun limfogen.
Penyebaran toksis keseluruh tubuh akan direspon oleh hipotalamus dengan menaikan
pengaturan suhu di hipotalamus sebagai tanda tubuh mengalami bahaya secara
sistemik. Naiknya pengaturan suhu di hipotalamus akan merangsang kenaikan suhu
tubuh dibagian yang lain seperti otot, kulit sehingga terjadi peningkatan kontraksi
otot.
Naiknya suhu di hipotalamus, otot, kulit dan jaringan tubuh yang lain akan
disertai pengeluaran mediator kimia seperti epinefrin dan prostlaglandin. Pengeluaran
mediator kimia ini dapat merangsang peningkatan potensial aksi pada neuron,
peningkatan potensial inilah yang merangsang perpindahan ion natrium, ion kalium
dengan cepat dari luar sel menuju kedalam sel. Peristiwa inilah yang diduga dapat
menaikkan fase deplorasi neuron dengan cepat sehingga timbul kejang.
(Sujono & Sukarmin, 2009)
E. Manifestasi klinis
Menurut Wulandari & Erawati (2016, hal. 245) tanda dan gejala dari kejang
demam adalah sebagai berikut :
1. kejang demam mempunyai insiden yang tinggi pada anak, yaitu 3-4%
2. Kejang biasanya singkat, berhenti sendiri, terjadi lebih banyak laki-laki
3. Kejang timbul dalam 24 jam setelah naiknya suhu badan akibat infeksi di luar
susunan saraf misalnya otitis media akut, bronkitis.
4. Bangkitan kejang dapat berbentuk tonik-tonik, fokal atau autonik
5. Takikardi : pada bayi, frekuensi sering diatas 150-200/menit
Gejala sesuai dengan klasifikasinya
- Gejala kejang demam sesuai klasifikasi parsial (Nurarif & Kusuma 2015, hal.
164-165)
1. Kejang sederhana
Karakteristik : Dapat bersifat motorik (gerakan abnormal unilateral),
sensorik (merasakan, membaul, mendengar, sesuatu yang abnormal)
automik ( Takikardia, bradikardia, takipneu, kemerahan, rasa tidak enak di
epigastrium), psikis (disfagia, gangguan daya ingat), biasanya berlangsung
<1 menit.
2. Kejang kompleks
Karakteristik : Gejala Motorik, gejala sensorik, otomatisme (mengecap –
ngecapkan bibir, mengunyah, menarik baju), biasanya berlangsung 1-3
menit.
F. Tanda dan Gejala
(Djamaludin, 2010), tanda dan gejala anak yang mengalami kejang demam adalah
sebagai berikut
1. Demam
2. Saat kejang, anak kehilangan kesadaran, kadang-kadang nafas dapat berhenti
beberapa saat.
3. Tubuh , termasuk tangan dan kaki menjadi kaku, kepala terkulai kebelakang,
disusul gerakan kejut yang kuat.
4. Warna kulit berubah pucat, bahkan dapat membiru, dan bola mata naik keatas
5. Gigi terkatup dan disertai muntah
6. Nafas dapat berhenti beberapa saat
7. Anak tidak dapat mengontrol BAB dan BAK
G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk penyakit kejang demam adalah :
1. Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk penyebab demam atau
kejang , pemeriksaan dapat meliputi darah perifer lengkap, gula darah, elektrolit,
urinalisis, dan biakan darah atau urin, feses
2. Pemeriksaan cairan serebrospinal di lakukan untuk menegakan atau kemungkinan
terjadinya meningitis. Pada bayi kecil sering kali sulit untuk menegakkan atau
menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasinya klinis tidak jelas. Jika
yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan fungsi lumbal, fungsi
lumbal dilakukan pada :
a. Pada bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan
b. Bayi berusia 12-18 bulan dianjurkan
c. Bayi lebih dari usia 18 bulan tidak perlu dilakukan
3. Pemeriksaan elektroensolografi (EEG) tidak direkomendasikan pemeriksaan ini
dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas, misalya : kejang demam
kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, kejang demam fokal
4. Pemeriksaan CT Scan dilakukan jika ada indikasi :
a. Kelainan neurologis fokal yang menetap atau kemungkinan adanya lesi
struktural di otak
b. Terdapat tanda dan tekanan intrakranial (kesadaran menurun, muntah
berulang, ubun-ubun menonjol, edema pupil). (Pudjiaji, 2010)
H. Penatalaksanaan
Ada 3 hal yang perlu dikerjakan :
a. Pengobatan fase akut
Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau
muntahan, dan buka semua pakaian ketat.
b. Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serbrospinal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
menginitis.
c. Pengobatan profilaksi
1. Profilaksi interitoen
Diberikan diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/hari dibagi
menjadi dalam 3 dosis saat pasien demam
2. Profilaksis terus-menerus
Dengan antikonsulvan setiap hari berguna untuk mencegah berulangnya
kejang demam berat yang dpat menyebabkan kerusakan otak tapi tidak dapat
mencegah terjadinya epilepsi dikemudian hari. (Lestari, 2016)
I. Komplikasi
Menurut Wulandari & Erawati (2016, hal. 249) komplikasi pada kejang demam
adalah sebagai berikut :
1. Kerusakan neurotransmiter
Besarnya lepas muatan listrik ini dapat meluas ke seluruh sel ataupun membran
sel yang menyebabkan kerusakan pada neuron.
2. Kelainan anatomis di otak
Kejang yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan di otak yang lebih
banyak terjadi pada anak berumur 4 bulan- 5 bulan.
3. Epilepsi
Serangan kejang berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari,
sehingga terjadi serangan epilepsi spontan
4. Kemungkinan mengalami kematian
5. Mengalami kecacatan atau kelainan neurologis karena disertai demam
Dampak terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang penderita
kejang pada anak
Kebutuhan dasar yang terganggu pada anak dengan kejang demam adalah
kebutuhan fisiologis dan kebutuhan aman nyaman :
1. Kebutuhan fisiologis terganggu adalah : Oksigenasi
Oksigenasi merupakan gas yang sangan vital dalam kelangsungan hidup sel
dan jaringan tubuh, karena oksigen diperlukan untuk proses metabolismetubuh
secara terus-menerus. Oksigen diperoleh dari atmosfir melalui proses bernafas.
2. Kubutuhan aman nyaman yang terganggu adalah : Suhu tubuh
Keseimbangan suhu tubuh merupakan kebutuhan yang berpengaruh bagi
manusia. Pada anak yang menderita kejang demam tentunya suhu tubuh
sangatlah tidak seimbang. Naiknya pengaturan suhu tubuh di hipotalamus akan
merangsang penaikan suhu dibagiantubuh yang lain sperti otot, kulit sehingga
terjadi peningkatan kontraksi otot. Naiknya suhu di hipotalamus akan disertai
pengeluaran mediator kimia ini dapat merangsang peningkatan potensi aksi.
Peristiwa inilah yang diduga dapat menaikan fase depolarisasi neuron dengan
cepat sehingga timbul kejang. Serangan yang cepat itu itulah yang dapat
menjadikan anak mengalami penurunan respon kesadaran, otot ekstremitas
maupun bronkus juga dapat mengalami spasme sehingga anak berisiko terhadap
injuri dan kelangsungan jalan nafas oleh penutupan lidah dan spasme bronkus.
3. Kebutuhan aman nyaman yang terganggu adalah : Resiko cidera
Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang yang lebih terhindar dari
ancaman bahaya atau kecelakaan. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak
dapat di duga dan tidak dapat diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian,
sedangkan keamanan adalah kenyamanan dan tentram.
Untuk itu oksigen dan keseimbangan suhu tubuh pada anak sangatlah penting,
agar tidak terjadi kembali kejang demam ulang yang dapat mengakibatkan
rusaknya sistem saraf yang dapat menganggu pertumbuhan dan perkembangan
PATHWAY
Kejang
Penurunan respon
Spasme otot
rangsangan dari luar
mulut, lidah
bronkus
Resiko Cedera
2.2Konsep keperawatan kejang
A. Pengkajian
I. Identitas klien
Nama : Ny. A
Usia : Tahun
Biasanya klien sering mengeluhkan apa yang klien rasakan saat itu
3. Pola eliminasi
BAB
BAK
2. Latihan
1. Hipertermi (D.0130)
Kategori : Lingkungan
Kategori : Lingkungan
Kategori : Fisiologi
Subkategori :Respirasi
- Intervensi
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rectal diatas 38derajat celsius) yang disebabkan oleh suatu proses estrakranium.
Infeksi virus saluran pernafasan atas, roseola dan otitis media akut adalah penyebab
kejang demam yang paling sering.
Dalam penaggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan yaitu ,
memberantas kejang secepat mungkin, pengobatan penunjang, memberikan
pengobatan rumat, mencari dan mengobati penyebab.
3.2 Saran
1. Pasien dan keluarga
Keluarga dapat memeriksakan anaknya secara rutin ke pelayanan kesehatan,
sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya kejang berulang.
2. Perawat
Memberikan pengarahan kepada keluarga tentang penyakit kejang demam pada
anaknya dan memberikan motivasi cara menangani penyaki anaknya sehingga
tingkat kesehatan optimal mampu di dapatkan oleh anak
DAFTAR PUSTAKA
Kyle, T & Carman. S (2015). Buku Praktek Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC
Nurarif, A.H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
dan Nanda Nic Noc Jilid 1. Yogyakarta : Mediction
PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator keperawatan
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Interensi Keperawatan Indonesia. Definisi dan Tindakan Keperawatan
Indonesia. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI