MAKALAH
Dosen pengampu :
Ns. Syaefunnuril Anwar H, Sp.Kep.MB.
oleh:
Yovi Sri Avrianti – 10121091
Tasi
kmalaya, ...........................
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Temperatur tubuh normal adalah antara 36,0–37,7°C di axilla.
Peningkatan temperatur tubuh ini diinduksi oleh pusat termoregulator di
hipotalamus sebagai respons terhadap perubahan tertentu. Demam
didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh menjadi >38,0°C.
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi karena rangsangan
demam, tanpa adanya proses infeksi intrakranial; terjadi pada sekitar 2-4%
anak berusia 3 bulan sampai 5 tahun.
Sebagian besar kejang demam merupakan kejang demam
sederhana, tidak menyebabkan menurunnya IQ, epilepsi, dan kematian.
Kejang demam dapat berulang yang kadang menimbulkan ketakutan dan
kecemasan pada keluarga. Saat pasien datang dengan kejang disertai
demam, dipikirkan tiga kemungkinan, yaitu: (1) kejang demam, (2) pasien
epilepsi terkontrol dengan demam sebagai pemicu kejang epilepsi, (3)
kejang disebabkan infeksi sistem saraf pusat atau gangguan elektrolit
akibat dehidrasi.
Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian
kejang saat demam, tidak memenuhi kriteria kejang demam. Bila anak
berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang
didahului demam, kemungkinan lain harus dipertimbangkan, misalnya
infeksi SSP/Sistem Saraf Pusat, atau epilepsi yang kebetulan terjadi
bersama dengan demam.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana penanganan pertama kejang demam yang dilakukan ibu pada
balita.
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kejang demam
2. Bagaimana kejang demam bisa terjadi pada anak
3. Bagaimana cara mengatasi kejang demam tersebut
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian
Kejang demam yang sering disebut step, merupakan kejang yang
terjadi pada saat seorang bayi ataupun anak mengalami demam tanpa
infeksi sestem saraf pusat yang dapat timbul bila seorang anak mengalami
demam tinggi (Sudarmoko, 2013).
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu 38℃ biasanya terjadi pada usia 3 bulan – 5 tahun. Sedangkan usia <
4 minggu dan pernah kejang tanpa demam tidak termasuk dalam kategori
ini. (Ridha,2017).
Ketika mengalami kejang demam, tubuh anak bisa berguncang
hebat, serta diiringi gerakan menyentak di lengan atau tungkai, dan
kehilangan kesadaran. Kondisi ini dapat membuat orang tua khawatir.
Padahal, kejang pada anak-anak saat demam umumnya tidak berbahaya
dan bukan merupakan gejala dari penyakit serius.
Meskipun umumnya tidak berbahaya dan hanya terjadi sebentar,
segera hubungi dokter jika anak mengalami kejang demam untuk pertama
kalinya. Orang tua juga perlu waspada jika kejang demam terjadi selama
lebih dari 5 menit dan diiringi muntah, leher kaku, dan sesak napas.
E. Faktor risiko kejang demam
Faktor risiko kejang demam adalah sebagai berikut:
Usia muda
Kejang demam biasanya dialami oleh anak berusia 6 bulan hingga
5 tahun. Anak berusia 12-18 bulan memiliki risiko lebih tinggi.
Riwayat keluarga
Beberapa anak mewarisi kecenderungan untuk mengalami kejang
demam. Sejumlah penelitian mengaitkan gen tertentu dengan
kerentanan terhadap kejang demam.
Bila tidak ada penyebab khusus dari kejang demam, pengobatan mungkin
tidak diperlukan. Namun, dokter dapat meresepkan obat penurun panas,
seperti paracetamol, atau obat antikejang, seperti diazepam. Umumnya,
anak tidak perlu dirawat inap di rumah sakit.
A. Kesimpulan
Kejang demam merupakan jenis kejang yang sering terjadi, terbagi
atas kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang
demam merupakan suatu kondisi yang patut diperhatikan, dan tatalaksana
yang tepat dapat mengatasi kondisi kejang dan mengatasi kausanya.
Sebagian besar kejang demam tidak menyebabkan penurunan IQ, epilepsi,
ataupun kematian. Kejang demam dapat berulang yang kadang
menimbulkan ketakutan dan kecemasan pada keluarga. Diperlukan
pemeriksaan sesuai indikasi dan tatalaksana menyeluruh. Edukasi orang
tua penting karena merupakan pilar pertama penanganan kejang demam
sebelum dirujuk ke rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA