Anda di halaman 1dari 12

KEJANG DEMAM PADA ANAK

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Keperawatan Kritis

Dosen pengampu :
Ns. Syaefunnuril Anwar H, Sp.Kep.MB.

oleh:
Yovi Sri Avrianti – 10121091

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt yang telah


melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “Kejang Demam” dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang kejang demam pada
anak bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Tidak lupa ucapan terimakasih kepada Dosen dan Orang-Orang yang telah
berpartisipasi atas terselesaikannya makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan
saran sangat dibutuhkan agar makalah ini kedepannya dapat disempurnakan.

Tasi
kmalaya, ...........................

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Temperatur tubuh normal adalah antara 36,0–37,7°C di axilla.
Peningkatan temperatur tubuh ini diinduksi oleh pusat termoregulator di
hipotalamus sebagai respons terhadap perubahan tertentu. Demam
didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh menjadi >38,0°C.
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi karena rangsangan
demam, tanpa adanya proses infeksi intrakranial; terjadi pada sekitar 2-4%
anak berusia 3 bulan sampai 5 tahun.
Sebagian besar kejang demam merupakan kejang demam
sederhana, tidak menyebabkan menurunnya IQ, epilepsi, dan kematian.
Kejang demam dapat berulang yang kadang menimbulkan ketakutan dan
kecemasan pada keluarga. Saat pasien datang dengan kejang disertai
demam, dipikirkan tiga kemungkinan, yaitu: (1) kejang demam, (2) pasien
epilepsi terkontrol dengan demam sebagai pemicu kejang epilepsi, (3)
kejang disebabkan infeksi sistem saraf pusat atau gangguan elektrolit
akibat dehidrasi.
Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian
kejang saat demam, tidak memenuhi kriteria kejang demam. Bila anak
berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang
didahului demam, kemungkinan lain harus dipertimbangkan, misalnya
infeksi SSP/Sistem Saraf Pusat, atau epilepsi yang kebetulan terjadi
bersama dengan demam.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana penanganan pertama kejang demam yang dilakukan ibu pada
balita.

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kejang demam
2. Bagaimana kejang demam bisa terjadi pada anak
3. Bagaimana cara mengatasi kejang demam tersebut
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian
Kejang demam yang sering disebut step, merupakan kejang yang
terjadi pada saat seorang bayi ataupun anak mengalami demam tanpa
infeksi sestem saraf pusat yang dapat timbul bila seorang anak mengalami
demam tinggi (Sudarmoko, 2013).
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu 38℃ biasanya terjadi pada usia 3 bulan – 5 tahun. Sedangkan usia <
4 minggu dan pernah kejang tanpa demam tidak termasuk dalam kategori
ini. (Ridha,2017).
Ketika mengalami kejang demam, tubuh anak bisa berguncang
hebat, serta diiringi gerakan menyentak di lengan atau tungkai, dan
kehilangan kesadaran. Kondisi ini dapat membuat orang tua khawatir.
Padahal, kejang pada anak-anak saat demam umumnya tidak berbahaya
dan bukan merupakan gejala dari penyakit serius.
Meskipun umumnya tidak berbahaya dan hanya terjadi sebentar,
segera hubungi dokter jika anak mengalami kejang demam untuk pertama
kalinya. Orang tua juga perlu waspada jika kejang demam terjadi selama
lebih dari 5 menit dan diiringi muntah, leher kaku, dan sesak napas.

B. Penyebab Kejang Demam


Penyebab terjadinya kejang demam belum diketahui dengan pasti.
Kondisi ini biasanya terjadi pada anak ketika mengalami demam dengan
suhu 38 C atau lebih tanpa kondisi lain yang dapat menyebabkan kejang,
seperti infeksi otak, cedera kepala, gangguan elektrolit, dan epilepsi.
Demam yang menimbulkan kejang pada anak-anak bisa dipicu oleh
beberapa hal, yaitu:
1. Setelah imunisasi
Pada beberapa anak, pemberian imunisasi bisa menimbulkan demam
yang dapat memicu kejang demam.
2. Infeksi
Anak dapat mengalami kejang pada saat mengalami demam akibat
infeksi virus atau infeksi bakteri.
Anak usia 12–18 bulan memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami
kejang demam dibandingkan anak yang lebih tua. Selain itu, anak yang
lahir dari keluarga dengan riwayat kejang demam juga lebih berisiko
mengalami kejang demam.

C. Tanda Dan Gejala Kejang Demam


Gejala kejang demam paling sering terjadi dalam 24 jam sejak
permulaan demam, dan dapat menjadi tanda pertama bahwa anak
mengalami sakit.
Biasanya, seorang anak yang mengalami kejang demam akan mengalami
gemetar hebat pada seluruh tubuh dan kehilangan kesadaran. Terkadang
anak akan menjadi sangat kaku atau berkedut hanya dalam satu area tubuh.
Gejala kejang demam antara lain:
 Demam dengan suhu tubuh lebih dari 38°C
 Kehilangan kesadaran atau pingsan selama 30 detik-5 menit
 Kedutan seluruh otot dan kaku selama 15-20 detik
 Gemetar hebat atau menyentakkan tangan dan kaki, biasanya
berlangsung selama 1-2 menit
 Menggigit pipi atau lidah
 Gigi dan rahang yang menegang
 Mata berputar hingga ke belakang kepala atau bergeser ke satu sisi
 Mengompol atau buang air besar
 Tidak bisa bernapas atau sulit bernapas selama kejang
 Kulit tampak kebiruan
 Setelah kejang, anak mengambil napas dalam
 Perlu diingat bahwa gejaala pada setiap anak berbeda-beda.
Seorang anak mungkin hanya mengalami beberapa gejala,
sementara anak lainnya mengalami beberapa gejala di atas.

D. Jenis-jenis kejang demam


Terdapat dua jenis kejang demam, yaitu kejang demam sederhana dan
kejang demam kompleks. Berikut penjelasannya:
1. Kejang demam sederhana
Kejang demam sederhana adalah tipe kejang demam yang paling
umum terjadi dan berlangsung beberapa detik sampai 15 menit.
Kejang demam sederhana tidak akan muncul kembali dalam kurun
waktu 24 jam dan tidak spesifik terjadi pada satu bagian tubuh.
2. Kejang demam kompleks
Tipe ini berlangsung lebih dari 15 menit, dan terjadi lebih dari satu
kali dalam 24 jam atau terjadi pada satu sisi tubuh anak.

E. Faktor risiko kejang demam
Faktor risiko kejang demam adalah sebagai berikut:
 Usia muda
Kejang demam biasanya dialami oleh anak berusia 6 bulan hingga
5 tahun. Anak berusia 12-18 bulan memiliki risiko lebih tinggi.
 Riwayat keluarga
Beberapa anak mewarisi kecenderungan untuk mengalami kejang
demam. Sejumlah penelitian mengaitkan gen tertentu dengan
kerentanan terhadap kejang demam.

F. Diagnosis Kejang Demam


Kejang demam dapat timbul pada anak dengan pertumbuhan dan
perkembangan yang normal. Riwayat penyakit dan riwayat tumbuh
kembang anak diperlukan untuk melihat faktor risiko lain terhadap
epilepsi. Pada anak dengan tumbuh kembang normal, mengidentifikasi
penyebab dari kejang demam adalah tahap pertama dalam penanganan
kejang demam.
Diagnosis kejang demam ditegakkan berdasarkan jenisnya.
1. Kejang demam sederhana
Anak yang mengalami kejang demam pertama setelah vaksinasi tidak
memerlukan pemeriksaan. Sebab, diagnosis dapat ditentukan dari
riwayat medis. Pada anak dengan imunisasi terlambat atau sistem
kekebalan tubuh yang lemah, diperlukan pemeriksaan untuk
menemukan infeksi berat, dengan cara:
 Tes darah
 Tes urine
 Tes pungsi lumbal, untuk mendeteksi infeksi sistem saraf pusat
seperti meningitis
2. Kejang demam kompleks
Untuk menunjang diagnosis kejang demam kompleks, pasien akan
disarankan untuk menjalani pemeriksaan electroencephalogram (EEG).
Tujuannya, untuk memeriksa aktivitas otak,
Dokter juga akan menyarankan untuk pemeriksaan lebih lanjut dengan
MRI untuk memeriksa otak anak, terutama bila anak memiliki kondisi
seperti:
 Ukuran kepala yang besarnya tidak wajar
 Adanya abnormalitas dalam penilaian neurologis
 Mengalami tanda dan gejala adanya kenaikan tekanan di dalam
tengkorak
 Kejang demam yang berlangsung lama secara tidak wajar.

G. Pengobatan Kejang Demam


Pada banyak kasus, kejang demam akan berhenti dengan sendirinya
setelah beberapa menit. Namun, untuk melindungi anak dari cedera selama
mengalami kejang, orang tua dapat melakukan beberapa hal berikut di
rumah:
1. Baringkan anak di lantai. Pada bayi, rebahkan di pangkuan dengan
posisi wajah bayi menghadap ke bawah dan jangan menahan tubuh
anak.
2. Miringkan posisi tubuh anak agar muntah atau air liur dapat keluar dari
rongga mulut, serta mencegah lidah menyumbat saluran pernapasan.
3. Longgarkan pakaian anak dan jangan menaruh apa pun pada mulut
anak untuk mencegah tergigitnya lidah.
4. Hitung durasi terjadinya kejang demam dan perhatikan tingkah laku
anak saat kejang. Informasikan hal tersebut saat berkonsultasi ke
dokter.

Jika anak mengalami kejang demam sederhana, anak tidak perlu


dibawa ke dokter setelah kejang berhenti. Namun, akan lebih baik jika
Anda tetap memeriksakannya ke dokter untuk mengetahui penyebab
demam yang dialami anak.

Bila tidak ada penyebab khusus dari kejang demam, pengobatan mungkin
tidak diperlukan. Namun, dokter dapat meresepkan obat penurun panas,
seperti paracetamol, atau obat antikejang, seperti diazepam. Umumnya,
anak tidak perlu dirawat inap di rumah sakit.

Kejang demam atau penyakit step merupakan kondisi yang tidak


berbahaya dan bisa terjadi pada anak yang menderita demam tanpa
menimbulkan komplikasi. Setelah mengalami kejang demam, umumnya
anak dapat beraktivitas kembali seperti biasa.

H. Komplikasi Kejang Demam


Kejang demam sederhana tidak mengakibatkan kerusakan otak atau
cacat mental. Salah satu komplikasi dari kejang demam adalah
kemungkinan mengalami kejang demam kembali di kemudian hari. Risiko
tersebut akan lebih besar jika:
 Jeda waktu antara awal demam dengan munculnya kejang cukup
singkat
 Kejang demam pertama kali terjadi ketika suhu tubuh tidak terlalu
tinggi
 Usia anak di bawah 18 bulan ketika mengalami kejang demam
pertama
 Ada riwayat kejang demam pada anggota keluarga lain

Anak yang menderita kejang demam berisiko menderita epilepsi di


kemudian hari, tetapi risiko ini ada pada anak yang mengalami kejang
demam kompleks. Selain epilepsi, anak penderita kejang demam berisiko
menderita kelainan otak atau ensefalopati. Namun, kasus ini sangat jarang
terjadi.

I. Pencegahan Kejang Demam


Kejang demam umumnya tidak dapat dicegah, termasuk dengan
pemberian obat-obatan penurun panas atau obat antikejang. Namun, jika
anak mengalami demam, dokter tetap dapat memberikan obat penurun
panas. Pemberian obat antikejang lewat dubur biasanya hanya diberikan
bila kejang terjadi lebih dari 5 menit.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kejang demam merupakan jenis kejang yang sering terjadi, terbagi
atas kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang
demam merupakan suatu kondisi yang patut diperhatikan, dan tatalaksana
yang tepat dapat mengatasi kondisi kejang dan mengatasi kausanya.
Sebagian besar kejang demam tidak menyebabkan penurunan IQ, epilepsi,
ataupun kematian. Kejang demam dapat berulang yang kadang
menimbulkan ketakutan dan kecemasan pada keluarga. Diperlukan
pemeriksaan sesuai indikasi dan tatalaksana menyeluruh. Edukasi orang
tua penting karena merupakan pilar pertama penanganan kejang demam
sebelum dirujuk ke rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Arief, R. F. (2015). Penatalaksanaan Kejang Demam. Continuing Medical


Education, 685. Retrieved from google schoolar:
http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?
article=2468414&val=23521&title=Penatalaksanaan%20Kejang
%20Demam
Felicia, d. L. (2021, Juni 1). Kejang Demam. Retrieved from SehatQ:
https://www.sehatq.com/penyakit/kejang-demam
Pebrisundari. (2018). Kejang Demam. repository poltekkes denpasar. Retrieved
from http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2352/3/BAB%20II.pdf
Pittara, d. (2022, April 14). Kejang Demam. Retrieved from alodokter:
https://www.alodokter.com/kejang-demam

Anda mungkin juga menyukai