Anda di halaman 1dari 4

Definisi Kejang Demam Sederhana

Kejang demam didefinisikan sebagai bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh, di
mana suhu rektal mencapai >38°C. Berdasarkan konsensus penatalaksanaan kejang demam dari
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), diagnosis kejang demam dapat ditegakkan jika tidak ditemukan
penyakit intrakranial, seperti meningitis atau ensefalitis, dan perlu dipastikan bahwa pasien memiliki
status neurologi yang normal dari anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Kejang demam sederhana: durasi <15 menit dan umumnya berhenti sendiri. Kejang dapat berupa
kejang umum (tonik dan/atau klonik) dengan maksimal 1 bangkitan kejang dalam 24 jam.

Etiologi

Etiologi kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang memicu eksitasi sel saraf otak sehingga
menimbulkan kejang. Terdapat faktor predisposisi genetik yang dicurigai berperan dalam terjadinya
kejang demam. Oleh sebab itu, riwayat pada keluarga merupakan faktor risiko terjadinya kejang
demam. Selain itu, faktor lingkungan juga dianggap berkaitan dengan kejadian kejang demam pada
anak.

Faktor Risiko

Faktor risiko kejang demam adalah usia <5 tahun dan riwayat keluarga. Beberapa risiko kejang
demam adalah:

Usia 6 bulan hingga 5 tahun, di mana kejang demam jarang terjadi di luar usia ini

Gangguan neurologis, seperti palsi serebral

Gangguan mineral, seperti defisiensi zinc dan zat besi

Riwayat keluarga yang memiliki kejang demam[1,5,12]

Patofisiologi

Patofisiologi kejang demam masih belum diketahui dengan jelas. Kejang demam terjadi karena
adanya peningkatan suhu tubuh secara mendadak. Kejang terjadi tanpa adanya faktor penyebab lain
seperti faktor intrakranial ataupun kelainan metabolik. Faktor predisposisi yang diduga menyebabkan
kejang demam adalah genetik.[4,5]

Predisposisi Genetik

Melalui berbagai penelitian yang dilakukan, terdapat bukti-bukti yang menunjukkan adanya
hubungan faktor genetik dengan kejadian kejang demam. Riwayat kejang demam pada keluarga
derajat pertama (orang tua atau saudara) meningkatkan risiko kejadian kejang demam pada individu.
[4,5]
Hingga saat ini, terdapat beberapa lokus genetik yang dianggap berkaitan dengan kejadian kejang
demam. Beberapa lokus genetik tersebut antara lain adalah 19q, 19p13.3, 18p11.12, 8q13-21, 6q22-
24, 5q14-15, dan 2q23-34. Mutasi pada kanal natrium, kanal nukleotida siklik, dan reseptor GABA
juga ditemukan berhubungan dengan kejadian kejang demam.

Gejala

Gejala kejang demam bervariasi berdasarkan pada dua jenis. Gejala kejang demam sederhana, yaitu
hilang kesadaran, kaki dan tangan kejang-kejang, serta kebingungan atau kelelahan setelah kejang.
Kejang demam sederhana lebih umum jika dibandingkan dengan kejang demam kompleks. Kejang
demam sederhana biasanya berlangsung kurang dari 2 menit atau paling lama bisa sampai 15 menit.

Sedangkan kejang demam kompleks ditandai hilang kesadaran, kaki dan tangan kejang-kejang, serta
kelemahan di satu lengan atau kaki. Kejang demam kompleks dapat berlangsung lebih dari 15 menit.
Selain itu, kejang dapat datang kembali dalam periode 30 menit. Kondisi ini bisa terjadi lebih dari
sekali selama jangka waktu 24 jam.

Diagnosis

Cara mendiagnosis kejang demam sederhana, dokter perlu meninjau riwayat medis dan riwayat
perkembangan sang anak untuk mengetahui apakah kondisi yang dialami kejang demam atau
epilepsi. Pada anak yang mendapatkan vaksin, dokter mungkin tidak memerlukan tes. Bagi anak yang
belum mendapatkan vaksin, dokter perlu melakukan sejumlah tes untuk mencari infeksi. Tes yang
dapat dilakukan, yaitu:

Tes darah;

Tes urine;

Ketukan tulang belakang (lumbar puncture), untuk mengetahui apakah anak memiliki infeksi sistem
saraf pusat.

Sedangkan untuk kasus kejang demam kompleks, dokter perlu melakukan electroencephalogram
(EEG), yaitu tes untuk mengukur aktivitas otak. Dokter juga dapat merekomendasikan MRI untuk
memeriksa otak anak apabila ia memiliki:

Ukuran kepala yang besar;

Hasil neurologis yang abnormal;

Tanda dan gejala peningkatan tekanan di tengkorak;


Kejang demam yang berlangsung sangat lama.

Pencegahan dan pengobatan

Meskipun step sering tidak menyebabkan masalah yang berkepanjangan, ada beberapa langkah
penting yang harus diambil ketika anak Anda mengalaminya.

Untuk melindungi anak dari cedera, berikut yang orang tua dapat lakukan di rumah:

Baringkan anak di tempat yang aman, misalnya lantai. Hal ini berguna untuk mencegah anak terjatuh
saat kejang terjadi

Miringkan posisi tubuh anak agar tidak tersedak oleh air liur atau muntahnya.

Jangan memasukkan apa pun ke mulut si kecil

Longgarkan pakaian anak

Hitung berapa lama kejang berlangsung dan perhatikan tingkah laku anak saat kejang

Setelah kejang demam berakhir, segera bawa anak ke dokter untuk mengetahui penyebab demam
yang dialami anak.

Dokter biasanya akan meresepkan obat penurun panas, seperti paracetamol atau ibuprofen, untuk
menurunkan demam yang dapat menyebabkan kejang.

Apabila anak Anda datang dalam keadaan kejang, dokter atau perawat biasanya akan memberikan
obat antikejang (diazepam) melalui dubur anak.

Selain itu dokter/perawat juga akan memberikan oksigen bila memang diperlukan.

Umumnya, kejang demam tidak membutuhkan perawatan rumah sakit. Namun, jika terjadi kejang
demam kompleks, perawatan rumah sakit akan dibutuhkan untuk mencari penyebab infeksi.

Komplikasi

Kejang demam tidak sama dengan epilepsi. Kejang demam sederhana tidak menyebabkan kerusakan
otak atau memengaruhi kemampuan anak Anda untuk belajar.

Jika kejang demam terjadi sebelum usia 12 bulan, ada sekitar 50 persen kemungkinan kejang demam
dapat berulang di kemudian hari.
Anak-anak dengan kejang demam berulang atau kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit
memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami epilepsi di kemudian hari.

Kapan Harus ke Dokter?

Segera bawa si kecil ke dokter atau rumah sakit apabila ditemukan gejala berikut:

Demam mencapai 40ºC

Durasi kejang lebih dari 5 menit

Anak Anda mengalami sesak napas

Anak Anda terlihat sangat mengantuk atau kehilangan kesadaran

Muntah

Leher kaku

Anda mungkin juga menyukai