Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

KEJANG DEMAM SEDERHANA (KDS) PADA ANAK


DI STATE KEPERAWATAN ANAK

Disusun Oleh :

Nama : Dumeriwati Panggabean

NIM : P2305083

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA


PROGRAM PROFESI NERS TAHUN
2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kejang demam merupakan bangkitan kejang pada anak berusia 6 bulan - 5 tahun
yang mengalami peningkatan suhu tubuh (di atas 38°C dengan alat pengukur suhu tubuh
apa saja yang digunakan) yang tidak diakibatkan oleh proses intrakranial (Hasibuan et
al., 2020). Kejang deman (Febrile seizure) adalah penyakit yang umum pada anak-anak,
terutama anak-anak berusia 6 bulan sampai 5 tahun, terhitung sekitar 2% sampai 4%.
Kejang disebabkan oleh peningkatan suhu tubuh secara tiba-tiba (>38oC) tanpa
penyebab atau kondisi lain yang menyebabkan kejang, seperti infeksi SSP, gangguan
elektrolit, trauma, atau epilepsi (Sianturi et al, 2023).
Kejang yang berlangsung lama biasanya disertai apneu (henti nafas)yang dapat
mengakibatkan terjadinya hipoksia (berkurangnya kadar oksigen jaringan) sehingga
meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan
kerusakan sel neuron otak. Apabila anak sering kejang,akan semakin banyak sel otak
yang rusak dan mempunyai risikomenyebabkan keterlambatan perkembangan, retardasi
mental, kelumpuhandan juga 2-10% dapat berkembang menjadi epilepsi (Mahmoud
Mohammadi, 2010 dalam Maulana, 2018).
Kejang demam lebih familiar dengan istilah “step” di telingamasyarakat,
merupakan kejadian kejang yang disebabkan oleh peningkatansuhu tubuh di atas normal
(demam). Suatu keadaan yang hampir selalumembuat panik keluarga penderita.
Masyarakat awam menggambarkan “step”dengan gejala kekakuan otot tubuh mendadak,
kejang – kejang, wajahmembiru, mata melirik – lirik ke satu arah terus menerus, dan
kesadaranmenurun disertai suhu tubuh yang tinggi
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep penyakit kejang demam ?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada kejang demam ?
C. Tujuan
1. Untuk megetahui konsep penyakit kejang demam.
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada kejang demam
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Kejang Demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38ºC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.Kejang demam
merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai padaanak terutama pada
golongan anak berumur 6 bulan sampai 4 tahun. Pada setiapanak memiliki ambang
kejang yang berbeda-beda, hal ini tergantung dari tinggiserta rendahnya ambang kejang
seorang anak. Anak dengan kejang rendah, kejangdapat terjadi pada suhu 38ºC, tetapi
pada anak dengan ambang kejang yang tinggikejang baru akan terjadi pada suhu 40ºC
atau bahkan lebih (Jasni, 2020).
Kejang Demam Sederhana terjadi pada kenaikan suhu diatas 38ºC berlangsung
singkat kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri.Kejang berbentuk
tonik dan klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulangdalam waktu 24 jam
(Dirgantarasyah, 2020).
B. Etiologi
Penyebab dari Kejang Demam Sederhana antara lain:
1. Faktor genetika
Faktor keturunan memegang penting untuk terjadinya kejang demam 25-50% anak
yang mengalami kejang memiliki anggota keluarga yang pernahmengalami kejang
demam sekurang- kurangnya sekali.
2. Infeksi
a. Bakteri : penyakit pada traktus respiratorius (pernapasan), pharyngitis (radang
tenggorokan), tonsillitis (amandel), dan otitismedia (infeksi telinga).
b. Virus : varicella (cacar), morbili (campak), dan dengue (virus penyebab demam
berdarah).
3. Demam Kejang demam cenderung timbul dalam 24 jam pertama padawaktu sakit
dengan demam atau pada waktu demam tinggi.
4. Gangguan metabolisme Hipoglikemia, gangguan elektrolit (Na dan K)misalnya pada
pasien dengan riwayat diare sebelumnya.
5. Trauma
C. Klasifikasi Kejang Demam
Klasifikasi kejang demam dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Kejang demam sederhana
Kejang demam yang berlangsung singkat kurang dari 15 menit, dan umumnya akan
berhenti sendiri. Kejang berbentuk tonik dan klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang
tidak berulang dalam waktu 24 jam
2. Kejang demam kompleks
Kejang lebih dari 15 menit, kejang fokal atau persial, kejang berulangatau lebih dari 1
kali dalam 24 jam (Dervis, 2017 dalam Sintyawati et al, 2021).
Berdasarkan epidemiologi, kejang demam dibagi 3 jenis, yaitu :
1. Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion), biasanya terjadi pada anak
umur 6 bulan sampai 5 tahun, yang disertai kenaikan suhutubuh yang mencapai ≥
39C. Kejang bersifat umum, umumnya berlangsung beberapa detik/ menit dan jarang
sampai 15 menit. Pada akhir kejang diakhiri dengan suatu keadaan singkat seperti
mengantuk (drowsiness), dan bangkitan kejang terjadi hanya sekali dalam 24
jam,anak tidak mempunyai kelainan neurologik pada pemeriksaan fisik dan riwayat
perkembangan normal, demam bukan disebabkan karena meningitis atau penyakit
lain dari otak.
2. Kejang demam kompleks (complex or complicated febrile convulsion) biasanya
kejang terjadi selama ≥ 15 menit atau kejang berulang dalam24 jam dan terdapat
kejang fokal atau temuan fokal dalam masa pasca bangkitan. Umur pasien, status
neurologik dan sifat demam adalah sama dengan kejang demam sederhana.
3. Kejang demam simtomatik (symptomatic febrile seizure) biasanya sifat dan umur
demam adalah sama pada kejang demam sederhana dansebelumnya anak mempunyai
kelainan neurologi atau penyakit akut. Faktor resiko untuk timbulnya epilepsi
merupakan gambaran kompleks waktu bangkitan. Kejang bermula pada umur < 12
bulan dengan kejang kompleks terutama bila kesadaran pasca iktal meragukan maka
pemeriksaan CSS sangat diperlukan untuk memastikan kemungkinan adanya
meningitis
D. Manisfestasi klinis
Gambaran klinis yang dapat dijumpai pada pasien dengan kejang demam diantaranya :
1. Suhu tubuh mencapai >38C⁰
2. Anak sering hilang kesadaran saat kejang
3. Mata mendelik, tungkai dan lengan mulai kaku, bagian tubuh anak berguncang
(gejala kejang bergantung pada jenis kejang)
4. Kulit pucat dan membiru
5. Akral dingin
E. Patofisiologi
Pada demam, kenaikan suhu 10C akan mengakibatkan kenaikanmetabolisme
basal 10 - 15 % dan kebutuhan O2 meningkat 20 %. Pada seorang anak berumur 3 tahun
sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa
(hanya 15%) oleh karena itu, apabila suhu tubuh naik dapat mengubah keseimbangan
membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium dan natrium
melalui membran listrik. dengan bantuan ”neurotransmitter”, perubahan yang terjadi
secara tiba-tiba ini dapat menimbulkan kejang.
Patofisiologi kejang demam masih belum jelas, tetapi faktor genetik memainkan
peran utama dalam pengambilan sampel darah dilakukan saat pasien datang di
kerentanan kejang. Kejadian kejang demam dipengaruhi oleh usia dan maturitas otak.
Postulat ini didukung oleh fakta bahwa sebagian besar (80-85%)kejang demam terjadi
antara usia 6 bulan dan 5 tahun, dengan puncak insiden pada 18 bulan.
F. Pathway

Gambar 4.2 Pathway Kejang Demam Sederhana (Dirgantarasyah, 2020).


G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk penyakit kejang demam adalah :
1. Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk penyebab demam atau
kejang, pemeriksaan dapat meliputi darah perifer lengkap,19 gula darah, elektrolit,
urinalisi, dan biakan darah, urin atau feses.
2. Pemeriksaan cairan serebrosphinal dilakukan untuk menegakkan atau kemungkinan
terjadinya meningitis. Pada bayi kecil sering kali sulit untuk menegakkan atau
menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Jika
yakin bukam meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan fungsi lumbal, fungsi
lumbal dilakukan pada :
a. Bayi usia kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan
b. Bayi berusia 12-18 bulan dianjurkan
c. Bayi lebih usia dari 18 bulan tidak perlu dilakukan
3. Pemeriksaan elektroenselografi (EEG) tidak direkomendasikan, pemeriksaan ini
dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas,misalnya kejang demam
kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun,kejang demam fokal. d. Pemeriksaan CT
Scan dilakukan jiak ada indikasi :
a. Kelainan neurologis fokal yang menetap atau kemungkinan adanya lesi
structural di otak
b. Terdapat tanda tekanan intracranial (kesadaran menurun, muntah berulang,
ubun-ubun menonjol, edema pupil) (Yulianti, 2017 dalam Khairunnisa, 2021).
H. Penatalaksanaan
Menurut Maiti & Bidinger (2018). Pengobatan medis saat terjadi kejang :
1. Pemberian diazepam supositoria pada saat kejang sangat efektif dalam
menghentikan kejang, dengan dosis pemberian:
a. 5 mg untuk anak < 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak > 3 tahun
b. 4 mg untuk BB < 10 kg dan 10 mg untuk anak dengan BB > 10 kg0,5 – 0,7
mg/kgBB/kali
2. Diazepam intravena juga dapat diberikan dengan dosis sebesar 0,2 – 0,5 mg/kgBB.
Pemberian secara perlahan – lahan dengan kecepatan 0,5 – 1 mg/menit untuk
menghindari depresi pernafasan, bila kejang berhenti sebelum obat habis, hentikan
penyuntikan. Diazepam dapat diberikan 2 kali dengan jarak 5 menit bila anak masih
kejang, Diazepam tidak dianjurkan diberikan per IM karena tidak diabsorbsi dengan
baik
3. Bila tetap masih kejang, berikan fenitoin per IV sebanyak 15mg/kgBB perlahan –
lahan, kejang yang berlanjut dapat diberikan pentobarbital 50 mg IM dan pasang
ventilator bila perlu.
4. Setelah kejang berhenti Bila kejang berhenti dan tidak berlanjut, pengobatan cukup
dilanjutkan dengan pengobatan intermetten yang diberikan pada anak demam untuk
mencegah terjadinya kejang demam. Obat yang diberikan berupa :
a. Antipirentik Parasetamol atau asetaminofen 10 – 15 mg/kgBB/kali diberikan 4
kali atau tiap 6 jam. Berikan dosis rendah dan pertimbangan 21 efek samping
berupa hiperhidrosis
b. Ibuprofen 10 mg/kgBB/kali diberikan 3 kali
c. Antikonvulsan
d. Berikan diazepam oral dosis 0,3 – 0,5 mg/kgBB setiap 8 jam padasaat demam
menurunkan risiko berulang
e. Diazepam rektal dosis0,5 mg/kgBB/hari sebanyak 3 kali perhari Bila kejang
berulang Berikan pengobatan rumatan dengan fenobarbital atau asam nvalproat
dengan dosis asam valproat 15 – 40 mg/kgBB/hari dibagi 2 – 3 dosis, sedangkan
fenobarbital 3 – 5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
5. Pengobatan keperawatan saat terjadi kejang demam menurut adalah :
a. Saat terjadi serangan mendadak yang harus diperhatikan pertamakali adalah ABC
(Airway, Breathing, Circulation)
b. Setelah ABC aman, Baringkan pasien ditempat yang rata untuk mencegah
terjadinya perpindahan posisi tubuh kearah danger
c. Kepala dimiringkan dan pasang sundip lidah yang sudah di bungkus kasa
d. Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien yang bisamenyebabkan bahaya
e. Lepaskan pakaian yang mengganggu pernapasan
f. Bila suhu tinggi berikan kompres hangat
g. Setelah pasien sadar dan terbangun berikan minum air hangat
h. Jangan diberikan selimut tebal karena uap panas akan sulit dilepaskan (Nayiro,
2017 dalam Khairunisa, 2021).
I. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada anak penderita KDS ini, antara lain :
1. Kerusakan neurotransmitter lepasnya muatan listrik ini demikian besarnya sehingga
dapat meluas ke seluruh sel ataupun membrane sel yang menyebabkan kerusakan
pada neuron.
2. Epilepsi Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapa tserangan
kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian hari sehingga
terjadi serangan epilepsi yang spontan.
3. Kelainan anatomis di otak Serangan kejang yang berlangsung lama yang dapat
menyebabkan kelainan di otak yang lebih banyak terjadi pada anak baru berumur 4
bulan - 5 tahun.
4. Mengalami kecacatan atau kelainan neurologis karena disertai demam.
5. Kemungkinan mengalami kematian
J. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan pada penderita kejang demam sederhana, antara lain :
1. Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tempattanggal lahir, agama,
pendidikan, nama orang tua, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, tempat
tinggal
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Orang tua klien mengatakan badan anaknya terasa panas, anaknyasudah mengalami
kejang 1 kali atau berulang dan durasi kejangnya berapalama, tegantung jenis kejang
demam yang dialami anak
3. Riwayat kesehatan lalu
Khusus anak usia 0-5 tahun dilakukan pengkajian prenatal care,natal dan post natal.
Untuk semua usia biasanya pada anak 13 kejang demam sederhana, anak pernah
mengalami jatuh atau kecelakaan, sering mengkonsumsi obat bebas dan biasanya
perkermbangannya lebih lambat
4. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya orang tua anak atau salah satu dari orang tuanya ada yang memiliki riwayat
kejang demam sejak kecil
5. Riwayat imunisasi
Anak yang tidak lengkap melakukan imunisasi biasanya lebih rentan terkena infeksi
atau virus seperti virus influenza
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Anak rewel dan menangis, kesadaran composmentis.
b. TTV (tanda-tanda vital) suhu tubuh biasanya >38 °c, respirasi untuk anak 20-30
kali / menit, nadi pada anak usia 2 - 4 tahun 100 - 110kali /menit
c. BB (berat badan), biasanya pada anak kejang demam sederhana tidak mengalami
penurunan berat badan yang berarti.
d. Kepala, tampak simetris dan tidak ada kelainan yang tampak
e. Mata, kedua mata simetris antara kiri dan kanan, sklera anemis dan konjungtiva
pucat.
f. Hidung, penciuman baik dan tidak ada pernapasan cuping hidung, bentuk hidung
simetris, mukosa hidung berwarna merah mudah.
g. Mulut, gigi lengkap dan tidak ada caries, mukosa bibir pucat dan pecah pecah,
tongsil tidak hiperemis.
h. Leher, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
i. Thoraks (dada), inspeksi biasanya gerakan dada simetris, tidak ada penggunaan
otot bantu pernafasan. Palpasi, biasanya vremitus kirikanan sama. Auskultasi,
biasanya ditemukan suara nafas tambahan
j. Jantung, biasanya mengalami penurunan dan peningkatan denyut jantung
k. Abdomen, lemas dan datar, tidak ada kembung, tidak ada nyeri tekan.
l. Anus, biasanya tidak terjadi kelainan pada genitalia dan tidak ada lecet pada anus
Pengkajian pola Gordon
1. Persepsi kesehatan – pola pemeliharaan Kesehatan
DS : Alasan masuk RS, Riwayat Kesehatan sebelum dan sesudah sakit
DO : Observasi keadaan umum, TTV dan Pernafasan
2. Pola nutrisi metabolic
DS : Kebiasaan pemenuhan nutrisi sebelum dan saat sakit, alergimakanan atau
minuman, BB
DO : Pola pemenuhan nutrisi baik atau tidak
3. Pola Eliminasi
DS : Pola, Konsistensi dan frekuensi BAB/BAK sebelum dan saat masuk rumah sakit
DO : Observasi dan pemeriksaan fisik bagian abdomen nyeri atau tidak
4. Pola Aktivitas dan Latihan
DS : Pola aktivitas sebelum atau saat MRS
DO : Observasi dan pemeriksaan fisik pada saat melakukan aktivitas
5. Pola Istirahat dan Tidur
DS : Pola tidur pada saat sebelum dan saat MRS,apakah mengalami gangguan atau
tidak
DO : Observasi kondisi wajah apakah terlihat lesu, mengantuk atau tidak
6. Pola kognitif Perseptual
DS : apakah mengalani gangguan penciuman, pendengaran atau pengelihatan
sebelum dan saat MRS
DO : Observasi dan pemeriksaan neurologi
7. Pola Persepsi Diri/ Konsep diri
DS : apakah pasien tampak lemas atau lesu sebelum dan saat MRS
DO : Observasi dan pemeriksaan apakah terdapat kelainan pada fisik pasien
8. Pola peran hubungan
DS : Pola Hubungan terhadap lingkungan sosial sebelum dan saat MRS
DO : observasi pola komunikasi
9. Pola Seksualitas
DS : apakah terjadi gangguan reproduksi sebelum dan saat MRS
10. Pola Koping Toleransi Terhadap Stres
DS : pola koping orang tua saat anak menangis atau gelisah sebelum dan saat MRS
DO : Observasi wajah klien
11. Pola Sistem Nilai Kepercayaan
DS : Pola kepercayaan pasien sebelum dan saat MRS
DO : Observasi pola dalam menjalankan ajaran atau kebiasaan kepercayaan yang
dianut
K. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses keperawatan yang merupakan bagian dari
penilaian klinis tentang pengalaman atau tanggapan individu, keluarga, atau masyarakat
terhadap masalah kesehatan aktual, potensial, dan proses kehidupan yang dimana juga
bertujuan untuk menilai atau mengidentifikasi respon pasien mengenai Kesehatan yang
dialaminya. Adapun diagnose yang dapat muncul dariKejang Demam Sederhana (KDS)
sebagai berikut :
1. Ansietas b.d Ancaman terhadap konsep diri
2. Pola nafas tidak efektif b.d Gangguan neurologis (mis.Elektriensefalogram (EEG)
positif, cedera kepala, gangguan kejang
3. Hipertermia b.d Peningkatan laju metabolisme
4. Risiko Cedera b.d perubahan fungsi psikomotor
5. Defisit pengetahuan b.d kurangnya terpapar informasi
N0 Diagnosa Tujuan dan Kreteria Hasil Intervensi (SIKI)
Keperawatan(SDKI (SLKI)
)
1 Ansietas b.d Tingkat Ansietas Terapi Relaksasi
Ancamanterhadap (L.09093) a.Observasi
konsep diri Setelah dilakukan - Identifikasi penurunan tingkat energy,
Tindakankeperawatan 3 x ketidakmampuan berkonsentrasi, atau
24 jam pasien gejalalain yang menganggu
merasanyerinya kemampuan kognitif
berkurangKretertia - Identifikasi teknik relaksasi yang pern
Hasil:1.Perilaku gelisah ahefektif digunakan
cukup - Identifikasi kesediaan, kemampuan, d
menurun(4)2.Perilaku an penggunaan teknik sebelumnya
tegang cukup menurun(4) - Periksa ketegangan otot, frekuensi na
di,tekanan darah, dan suhu sebelum d
ansesudah latihan
- Monitor respons terhadap
terapi relaksasi
b..Terapeutik
- Ciptakan lingkungan tenang dan
tanpagangguan dengan pencahayaan
dan suhu ruang nyaman, jika
memungkinkan
- Berikan informasi tertulis tentang
persiapandan prosedur teknik
relaksasi-Gunakan pakaian longgar
- Gunakan nada suara lembut dengan
irama lambat dan berirama
- Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain, jika sesuai
c. Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan
jenis,relaksasi yang tersedia (mis.
music,meditasi, napas dalam,
relaksasi otot progresif)
- Jelaskan secara rinci intervensi
relaksasi yang dipilih
- Anjurkan mengambil psosisi nyaman
- Anjurkan rileks dan merasakan
sensasi relaksasi
- Anjurkan sering mengulang atau
melatihteknik yang dipilih
- Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi(mis. napas dalam,
pereganganm atauimajinasi
terbimbing

2 Pola nafas tidak Pola Nafas (L.01004) Manajemen Jalan Napas (I.01011)
efektif b.d Setelah dilakukan Tindaka a.Observasi:
Gangguan nkeperawatan 3 x 24 jam - Monitor pola napas (frekuensi,
neurologis pasien merasanyerinya kedalaman,usaha napas)
(mis.Elektriensefal berkurangKretertia Hasil: - Monitor bunyi napas tambahan (mis.g
ogram (EEG) 1. Dispnea cukup urgling, mengi, wheezing, ronchi
positif, cedera menurun (4) kering)
kepala,gangguan 2. Penggunaan otot bantu - Monitor sputum (jumlah, warna,
kejang) nafas menurun(3) aroma)
3. Frekuensi nafas cukup b..Terapeutik:
membaik (4) - Pertahankan kepatenan jalan napas de
nganheadtilt dan chin-lift (jawthrust ji
ka curiga trauma servical)
- Posisikan semi-fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapidada, jika perlu
- Lakukan penghisapan lendir kurang
dari 15detik
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum pen
ghisapan endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda pada deng
anforsep McGill
- Berikan oksigen, jika perlu
c.. Edukasi:
- Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak kontraindikasi
- Ajarkan tehnik batuk efektif
d. Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian bronkodilator,e
kspektoran, mukolitik, jika perlu

3 Hipertermia b.d Termoregulasi (L.14134) MANAJEMEN


Peningkatanlaju Setelah dilakukan Tindaka HIPERTERMIA (I.15506)
metabolisme nkeperawatan 2 x 24 jam a. Observasi
pasien merasa nyerinya - Identifkasi penyebab hipertermi (mis.
berkurang Kretertia Hasil : dehidrasi terpapar lingkungan panas p
1. Kulit memerah cukup enggunaan incubator)
menurun(4) - Monitor suhu tubuh
2. Kejang menurun (3) - Monitor kadar elektrolit
3. Menggigil - Monitor haluaran urine
cukup menurun (4) b..Terapeutik
4. Suhu tubuh - Sediakan lingkungan yang dingin
cukup membaik (4) - Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau lebih
sering jikamengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih)
- Lakukan pendinginan eksternal (mis.s
elimut hipotermia atau kompres dingi
n
pada dahi, leher, dada,
abdomen,aksila)
- Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin
- Batasi oksigen, jika perlu
c.Edukasi
- Anjurkan tirah baring
d. Kolaborasi
- Kolaborasi cairan dan elektrolit intrav
ena, jika perlu

4 Risiko Cedera b.d Tingkat Cedera Manajemen keselamatan lingkungan


perubahanfungsi (L.14136) (I.14513)
psikomotor Setelah dilakukan a. Observasi
Tindakankeperawatan 2 x - Identafikasi kebutuhan keselamatan
24 jam pasien merasa (mis.Kondisi fisik, fungsi kgnitif dan
nyerinya berkurang Riwayat perilaku
Kretertia Hasil : - Monitor perubahan status
1. Kejadian cedera cukup keselamatanlingkungan
menurun(4) b. Terapeutik
2. Keegangan oto sedang - Hilangkan bahaya keselamatan
(3)3.Ekspresi wajah lingkungan (mis. Fisik, biologi dan
kesakitansedang kimia, jika memungkinkan)
(3)4.Pola istirahat/tidur
- Modifikasi lingkungan untuk
sedang (3) meminimalkan bahaya dan resiko
- Sediakan alat bantu keamanan
lingkungan(mis, commode chair dan
pegangan tangan)
- Gunakan perangkat pelindung
(mis.Pengekangan fisik, rel samping,
pintuterkunci, pagar)
- Hubungi pihak berwenang sesuai
masalahkomunitas (mis. Puskesmas,
polisi, damkar)
- Fasilitasi relokasi ke lingkungan yang
aman
- Lakukan program skrining bahaya
lingkungan (mis.timbal)
c. Edukasi
- Anjurkan individu, keluarga dan
kelompok risiko tinggi bahaya
lignkungan
5 Deficit pengetahua Tingkat Pengetahuan Edukasi Kesehatan (I.12435)
n b.d kurangnya (L.12111)) a. Observasi
terpapar informasi Setelah dilakukan Tindaka - Identifikasi kesiapan dan kemampuan
nkeperawatan 2 x 24 jam menerima informasi
pasien merasanyerinya b. Terapeutik
berkurang Kretertia Hasil : - Sediakan materi dan media
1. Perilaku sesuai anjuran pendidikan Kesehatan-Jadwalkan
sedang(3) pendidikan kesehatan sesuai
2. Pertanyaan tentang mas kesepakatan
alahyang dihadapi - Berikan kesempatan untuk bertanya
sedang (3) - Gunakan variasi metode
3. Presepsi yang keliru ter pembelajaran
hadapmasalah cukup - Gunakan pendekatan promosi
menurun (4) kesehatandengan memperhatikan
4. Perilaku cukup pengaruh dan hambatan dari
membaik (4) lingkungan, sosial serta budaya
- Berikan pujian dan dukungan
terhadapusaha positif dan
pencapaiannya
c. Edukasi
- Jelaskan penanganan masalah
Kesehatan
- Informasikan sumber yang tepat yang
tersedia di masyarakat
- Anjurkan menggunakan fasilitas
Kesehatan
- Anjurkan mengevaluasi tujuan secara
periodic
- Ajarkan menentukan perilaku spesifik
yangakan diubah (mis. keinginan men
gunjungifasilitas kesehatan)
- Ajarkan mengidentifikasi tujuan yang
akandicapai
- Ajarkan program kesehatan dalam
kehidupansehari-hari
- Ajarkan pencarian dan penggunaan si
stemfasilitas pelayanan Kesehatan
- Ajarkan cara pemeliharaan kesehatan

L. Implementasi/ Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah inisiatf dari rencana tindakan untuk mencapaitujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan
pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh
karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.
M. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proseskeperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan,rencana tindakan, dan pelaksanaan
sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasimemungkinkan perawat untuk memonitor
“kealpaan” yang terjadi
selamatahap pengkajian, analisa data, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan. Tujuan
dan intervensi dievaluasi adalah untuk menentukan apakah tujuantersebut, dapat dicapai
secara efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Dirgantarasyah (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien An. H Yang MengalamiKejang


Demam ( KDS ) Diruang Melati Rumah Sakit Umum AbdulWahab Sjahranie
Samarinda
Hasibuan, D. K., & Dimyati, Y. (2020). Kejang Demam sebagai Faktor Predisposisi Epilepsi
pada Anak. Cermin Dunia Kedokteran, 47(9), 668-672.
Jasni (2020). Asuhan Keperawatan Pada An. K Dengan Diagnosa Medik KejangDemam
Sederhana Di Ruang Anggrek B Rumah Sakit Umum DaerahTarakan.
Khairunnisa (2021) ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. C.R
DENGANDIAGNOSA MEDIS KEJANG DEMAM DIRUANG PICU RSUDPROF.
DR. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria
HasilKeperawatan. Jakarta: DPP PPNI
Sianturi, R., & Laili, S. I. (2023). ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN
RIWAYAT KEJANG DEMAM MELALUI PEMBERIAN KOMPRES HANGAT DI RSU
ANWAR MEDIKA SI
Sintyawati, K. A. A., Saniathi, N. K. E., & Evayanti, L. G. (2023). Karakteristik Kejang
Demam pada Anak di RSUD Tabanan pada Tahun 2021-2022. AMJ (Aesculapius
Medical Journal), 3(3), 427-436. DOARJO (Doctoral dissertation, Perpustakaan
Universitas Bina Sehat).
TRISNA MAULANA, R. I. Z. K. I. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
KEJANG DEMAM SIMPLEKS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
HIPERTERMI DI RUANG KALIMAYA ATAS RSUD dr. SLAMET GARUT.

Anda mungkin juga menyukai