DISUSUN OLEH :
NAMA : YENNI KRISTIWATI SARAGIH
NIM: 062022013
2.1.4 Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam
yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel
neuron dapat dilalui dengan mudah ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion
Natriun (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (CI-). Akibatnya konsentrasi
ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang diluar sel neuron
terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan
luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran
dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan
bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan
potensial membran ini dapat diubah oleh :
a) Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraselular
b) Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran
listrik darisekitarnya
c) Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan
tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung lama ( lebih
dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatkanya kebutuhan oksigen dan energi
untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis
laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung
yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya
aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian
diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama
berlangsungnya kejang (Lestari, 2016).
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Pudiastuti (2019) pemeriksaan penunjang kejang demam yaitu :
1. EEG (electroencephalogram) adalah pemeriksaan gelombang otak untuk meneliti
ketidaknormalan gelombang. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk dilakukan
pada kejag demam yang baru terjadi sekali tanpa adanya defisit (kelainan)
neurologis. Walaupun dapat diperoleh gambaran gelombang yang abnormal setelah
kejang demam, gambaran tersebut tidak bersifat prediktif terhadap risiko
berulangnya kejang demam atau risiko epilepsi.
2. Punksi lumbal merupakan pemeriksaan cairan yang ada di otak dank anal tulang
belakang (cairan serebrospinal) untuk meneliti kecurigaan meningitis. Pemeriksaan
ini dilakukan setelah kejang demam pertama pada bayi (usia <12 bulan ) karena
gejala dan tanda meningitis pada bayimengkin sangat minimal atau tidak tampak.
Pada anak dengan usia >18 bulan, fungsi lumbal dilakukan jika tampak tanda
peradangan selaput otak, atau ada riwayat yang menimbulkan kecurigaan infeksi
system saraf pusat.
3. Neuroimaging Pemeriksaan neuroimaging antara lain adalah CT- scan dan MRI
kepala. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada kejang demam yang baru terjadi
untuk pertama kalinya.
2. Keluhan utama pada umumnya klien panas yang meninggi disertai kejang
(Hipertermi).
3. Riwayat penyakit sekarang menanyakan tentang keluhan yang dialami
sekarang mulai dari panas, kejang, kapan terjadi, berapa kali, dan keadaan
sebelum, selama dan setalah kejang.
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita Penyakit yang diderita saat kecil
seperti batuk, pilek, panas. Pernah di rawat dinama, tindakan apa yang
dilakukan, penderita pernah mengalami kejang sebelumnya, umur berapa
saat kejang.
5. Riwayat penyakit keluarga tanyakan pada keluarga tentang di dalam
keluarga ada yang menderita penyakit yang diderita oleh klien seperti
kejang atau epilepsi.
6. Riwayat alergi bila pasien sebelumnya sudah minum obat-obatan seperti
antiepilepsi, perlu dibedakan apakah ini suatu efek samping dari
gastrointestinal atau efek reaksi hipersensitif. Bila terdapat semacam
“rash” perlu dibedakan apakah ini terbatas karena efek fotosensitif yang
disebabkan eksposur dari sinar matahari atau karena efek hipersensitif
yang sifatnya lebih luas.
7. Riwayat pengobatan bila pasien sebelumnya sudah minum obat-obatan
antiepilepsi, perlu ditanyakan bagaimana kemanjuran obat tersebut, berapa
kali diminum sehari dan berapa lama sudah diminum selama ini, berapa
dosisnya, ada atau tidak efek sampingnya.
8. Riwayat psiko sosial peran terhadap keluarga akan menurun yang
diakibatkan oleh adanya perubahan kesehatan sehingga dapat
menimbulkan psikologis klien dengan timbul gejala-gejala yang di alami
dalam proses penerimaan terhadap penyakitnya.
9. Riwayat imunisasi apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka
kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindari.
10. Riwayat gizi status gizi anak yang menderitaEpilepsi dapat bervariasi.
Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila
terdapat faktor predisposisinya. Anak yang menderita epilepsi sering
mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila
kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang
mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga
status gizinya menjadi kurang.
11. Kondisi lingkungan bagaimana keadaan lingkungan yang mengakibatkan
gangguan kesehatan.
12. Pola kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme : Pada umumnya klien kesukaran menelan.
Kaji frekuensi, jenis, pantangan, nafsumenurun.
b. Eliminasi : Pada klien febris convulsi tidak mengalami gangguan.
c. Tidur dan istirahat : Pada umumnya klien mengalami gangguan waktu
tidur karena panas yang meninggi.
d. Pola aktifitas dan latihan : Pada umumnya klien mengalami gangguan
dalam melakukan aktifitas.
13. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi dari
ujung rambut sampai kaki.
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi dari
ujung rambut sampai kaki.
14. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Elektrolit, glukosa, Ureum atau kreatinin.
2) Pungsi lumbal (PL) : untuk mendeteksi tekanan abnormal dari CSS,
tanda- tanda infeksi, perdarahan (hemoragik subarachnoid,
subdural) sebagai penyebab kejang tersebut.
b. Pemeriksaan EEG
c. MRI : melokalisasi lesi-lesi fokal.
d. Pemeriksaan radiologis : Foto tengkorak.
e. Pneumoensefalografi dan ventrikulografi
untuk melihat gambaran ventrikel, sisterna, rongga sub arachnoid serta
gambaran otak. Arteriografi untuk mengetahui pembuluh darah di otak : anomali
pembuluh darah otak, penyumbatan, neoplasma dan hematoma.
IDENTIFIKASI
KLIEN
Nama Initial : An. M
Nama Panggilan : An. M
Tempat/Tgl Lahir (umur) : 26-03- 2021
Jenis Kelamin : √ Laki-laki Perempuan
Anak ke : 2 dari 2 bersaudara
Agama/Suku : Islam/Jawa
Warga Negara : √ Indonesia Asing
Bahasa yang Digunakan : Indonesia
Pendidikan :-
Alamat Rumah : Perumahan Green Nongsa
ORANG TUA/PENANGGUNG JAWAB
Ayah Ibu Penanggung Jawab
Nama (Initial) : Tn. A Ny. D ……………………
Umur : 29 Tahun 27 Tahun ……………………
Agama/Suku : Islam/Jawa Islam/Jawa ……………………
Kebangsaan : Indonesia Indonesia ……………………
Pendidikan : SMA SMA ……………………
Pekerjaan : Wiraswasta Wiraswasta ……………………
Alamat rumah : Green Nongsa Green Nongsa ……………………
Alamat kantor : Batam Ampar - ……………………
DATA MEDIK
Dikirim oleh : √ UGD Dokter praktek
Diagnosa Medik :
Saat Masuk : Kejang Demam
Arteri Radialis
Cheynes-Stokes
Ket.symbol genogram
:Pria : Wanita : Pasien
: Tinggal serumah
Vaksinasi Ya Tidak
Riwayat Kelahiran
√ Cukup bulan Kurang bulan Lewat bulan √ Spontan
Mudah/sulit Dengan alat: Vakum/Forceps Sectio Caesaria
Tidak ada
Kapan Catatan
Tidak ada
Kapan Catatan
Tidak ada
Riwayat Vaksinasi
BCG : Sudah
DPT I II III : Sudah
Polio I II III : Sudah
Campak : Sudah
MMR : Belum
Hepatitis : Sudah
Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit
Orangtua mengatakan anak aktif dirumah dan dapat fokus saat bermain
2. Data Obyektif
a. Observasi
Porsi makanan anak hanya dihabiskan ½ porsi
b. Pemeriksaan Fisik
Keadaan rambut : Lembut
Hidrasi kulit : Baik
Palpebrae : Normal
Conjungtiva : An Anemis
Sclera : Ikterik
Hidung : Normal
Rongga mulut : Bersih
Gusi : Bersih
Bibir : Kering
Gigi Geligi : Normal
Kemampuan mengunyah keras : Mampu
Lidah : Pink
Kelenjar getah bening leher : Normal
Kelenjar parotis : Normal
Kelenjar tyroid : Normal
Abdomen
Inspeksi : Bentuk Simetris
Bayangan vena: Tampak
Benjolan vena: Tidak ada
Auskultasi : Peristaltik 6 X / menit
Palpasi : Tanda nyeri umum : Tidak ada
Massa : Tidak ada
Hidrasi kulit : Tidak ada
R. Supra Pubica
R. Illiaca
Hepar : Normal
Lien : Normal
Perkusi
Ascites √ Negatif
Positif, Lingkar perut …… / …… / ……. Cm
d. Terapi
IVFD D5 ¼ NS 20 Tpm Mikrodrips
Inj Cefotaxime 3x250 mg IV
Inj Ranitidne 2x10 mg IV
Diazepam 3x3 mg Pulvis
Bufect Syr 4x2.5 ml Jika Demam
Nozepav 5 mg Supp Jika Kejang
2. Data Obyektif
a. Observasi
Anak menggunakan pempres
b. Pemeriksaan Fisik
Peristaltik usus : 6 X / Menit
Palpasi Supravibiki : kandung kemih Penuh √ kosong
Fisura : Negatif
√ Positif
2. Data Obyektif
a. Observasi
0 : mandiri
Aktivitas Harian
1 : bantuan dengan alat
Makan
2 : bantuan orang
2 3 : bantuan orang dan alat
Mandi 4 : bantuan penuh
2
Berpakaian
2
Kerapian
2
Buang air besar 2
Mobilisasi 2
b. Pemeriksaan Fisik
b. Thorax dan Pernafasan
Inspeksi : Bentuk Thorax : Simetris
Stridor Negatif Positif
Dyspnea d’Effort Negatif Positif
c. Jantung
Inspeksi : Normal
Ictus Cordis :
Palpasi : Normal
Ictus Cordis :
HR : 124 X/menit
Thrill : Negatif Postitif
Columna Vertebralis
Inspeksi :Kelainan bentuk: Tidak ada
Palpasi : Nyeri tekan √ Negatif Positif
1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit
Orangtua mengatakan anak tidur siang 2 jam dan tidur malam dari jam 19:00 sampai
07:00 wib
b. Keadaan sejak sakit
Orangtua mengatakan anak sering bangun tengah malam
2. Data Obyektif
a. Observasi :
Anak tampak sering bangun tengah malam
2. Data Obyektif
a. Observasi
Orangtua tampak mendampingi anak
b. Pemeriksaan Fisik
Penglihatan
Cornea : Normal
Visus : Normal
Pupil : Normal
Lensa Mata : Normal
Tekanan Intra Ocular (TIO) : Normal
Pendengaran
Pina : Normal
Canalis : Normal
Membran Tympani : Normal
Tes Pendengaran : Normal
marah tenang
( Yenni saragih )
ANALISA DATA
00:30
Mengompres anak dengan air S: Orangtua mengatakan
hangat anak kejang
02:00 O:
Anak kejang 1 menit, mata
Keadaan umum: Sedang
mendelik keatas dan badan
Kesadaran: Compos
kelonjotan
mentis
02:00 Badan teraba hangat
Memberikan Nozepav Supp 5 mg
Anak kejang 1 menit, mata
02:05 mendelik keatas dan badan
Memberikan oksigen nasal canul 2
kelonjotan
lpm Sp02 99%
A: Masalah belum
04:00 teratasi
Menyambung IVFD D5 ¼ NS 20 P: Lanjutkan intervensi
Tpm Mikrodrips keperawatan
04:05
Memberikan terapi Inj:
Cefotaxime 250 mg IV
04:30
Memberikan posisi yang nyaman
05:00 pada anak
Mengompres anak dengan air
05:00 hangat
Memonitor Vital Sign
H:
HR:120x/i
RR:26 x/i
06:00
S: 38*Celsius
07:00
Memberikan Bufect Syr 2.5 ml
Memberikan terapi oral Diazepam
1 Pulv
Herdman, T . H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi
2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.
Indriyani, R. (2017). Asuhan keperawatan pada anak yang mengalami kejang demam
dengan hipertermi. Diakses pada tanggal 22 februari 2022
Kakalang, J.P, dkk, (2016). Profil Kejang Demam di Bagian Ilmu Kesehatan Anak
RSUP Prof. Dr. R. D. Kondou Manado periode Januari 2014-Juni 2016.
http://download.portalgaruda.org . Diaskes pada tanggal 20 Februari 2022
Nurarif, Amin & Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC-NOC Jilid 2. Media Action Publising: Yogyakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia