Anda di halaman 1dari 4

RESUME DAMPAK DIARE

DAN DEMAM TERHADAP PEMENUHAN KDM


KEPERAWATAN ANAK 1
Dosen pengampu : Ns.Isra Nur Utari Syahnara Potabuga.,M.Kep

Disusun Oleh :
Anisa Rahma
S19165 / S19D

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
DAMPAK DIARE

a. Dehidrasi
Pada kebanyakan pasien diare akut, akan mengalami dehidrasi. Hal ini
disebabkan karena banyak cairan tubuh yang dikeluarkan pada saat diare.
Dehidrasi adalah suatu keadaan dimana tubuh kekurangan cairan yang dapat
berakibat kematian terutama pada bayi dan anak-anak bila tidak segera diatasi.
Dehidrasi akan menyebabkan gangguan metabolism tubuh. Gangguan ini
dapat mengakibatkan kematian pada bayi. Kematian ini disebabkan kehabisan
cairan tubuh, karena asupan cairan tidak seimbang dengan pengeluaran
melalui muntah dan berak meskipun berlangsung sedikit demi sedikit.
Dehidrasi ini dibagi menjadi tiga macam, yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi
sedang dan dehidrasi berat .
b. Gangguan pertumbuhan
Gangguan ini terjadi karena asupan makanan terhenti sementara
pengeluaran zat besi terus berjalan .

DEMAM TERHADAP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

1. Pengertian
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat bayi atau
anak yang mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang
demam terjadi pada usia 6 bulan – 5 tahun dan jarang sekali terjadi untuk
pertama kalinya pada usia < 6 bulan atau > 3 tahun. Suhu tubuh yang tinggi
dapat menimbulkan kejang, ada anak yang mempunyai ambang kejang
yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38°C sedangkan pada anak
yang ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40°C
atau lebih.
Kejang demam adalah perubahan aktifitas motorik dan behaviour
yang bersifat paroksismal dan dalam waktu terbatas akibat dari adanya
aktifitas listrik abnormal diotak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh.
Kejang demam adalah kejang bangkitan yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh suhu rektum (dubur) diatas 38°C. Kejang yang berhubungan
dengan demam (suhu diatas 38,4°C per rektal) tanpa adanya infeksi
susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut (Anurogo, 2013).
Bedasarkan dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Kejang
demam adalah kejang yang terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5
tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh dari 38°C sampai 40°C tanpa
adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut.
2. Etiologi
Kejang demam disebabkan oleh infeksi yang mengenai jaringan
ekstrakranial atau ekstrakranium seperti tonsilitis, otitis media akut,
bronkitis. Penyakit virus merupakan penyebab utama kejang demam.
Kepustakaan terbaru menunjukan keterlibatan human herpes simplex
virus 6 (HHSV-6) sebagai penyebab timbulnya roseola pada 20% dari
sekelompok klien yang datang dengan kejang demam mereka yang
pertama. Genetik juga merupakan penyebab dari kejang demam, kejang
demam cenderung terjadi pada keluarga. Bila anak terkena kejang
demam maka resiko saudara kandungnya terkena adalah sebesar 10%.
Kemungkinan ini menjadi 50% jika orangtuanya pernah menderita
kejang demam (Anurogo, 2012).
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksimal yang berlebihan
dari suatu populasi neuron yang sangat mudah terpicu sehingga
mengganggu fungsi normal otak dan juga dapat terjadi karena keseimbangan
asam basa atau elektrolit yang terganggu. Kejang itu sendiri dapat juga
menjadi manifestasi dari suatu penyakit mendasar yang membahayakan
(Pudiastuti, 2011).
Menurut pendapat NANDA (2015), kejang demam disebabkan
oleh hipertemia yang muncul secara cepat yang berkaitan dengan
infeksi virus atau bakteri. Beberapa kejadian kejang dapat berlanjut
melewati masa anak-anak dan mungkin dapat mengalami kejang non
demam pada kehidupan selanjutnya. Beberapa faktor risiko berulang
kejang yaitu :
a. Riwayat kejang dalam keluarga
b. Usia kurang dari 18 bulan
c. Tingginya suhu badan sebelum kejang makin tinggi suhu sebelum
kejang demam, semakin kecil kemungkinan kejang demam akan
berulang
d. Lamanya demam sebelum kejang semakin pendek jarak antara
mulainya demam dengan kejang, maka semakin besar resiko kejang
demam berulang.
3. Klasifikasi
Menurut NANDA (2015), kejang demam dibagi kedalam 2 jenis, yaitu :
a. Kejang demam sederhana (simple febrile sizure), merupakan kejang
demam dengan karateristik :
1) Kejang demam yang berlangsung singkat, umumnya berlangsung
<15 menit.
2) Tidak berulang dalam waktu 24 jam, atau hanya terjadi sekali dalam
24 jam.
3) Kejang bersifat umum dan tonik-klonik, tanpa gerakan fokal.
4) Kejang ini tidak meningkatkan resiko kematian, kelumpuhan
atau retardasi mental. Pada akhir kejang diakhiri dengan suatu
keadaan singkat seperti mengantuk (drowsiness).
b. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure), merupakan kejang
demam dengan karateristik :
1) Kejang demam berlangsung lama, lebih dari 15 menit.
2) Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului
kejang parsial
3) Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam.
4. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis kejang demam, menurut NANDA (2015) dan Sukarmin
(2012) adalah sebagai berikut :
a. Suhu tubuh anak (suhu rektal) lebih dari 38°C.
b. Timbulnya kejang bersifat tonik-klonik, tonik, klonik, fokal, atau
akinetik.
c. Takikardi : pada bayi frekuensi sering diatas 150-200 per menit.
d. Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang terjadi sebagai
akibat menurunnya curah jantung.

Anda mungkin juga menyukai