KEJANG DEMAM
Disusun oleh :
Eka Fadilah Khoerunisa
PI7320119410
B. Etiologi
Hingga saat ini penyebab kejang demam belum diketahui secara pasti,
namun kejang demam yang disebabkan oleh hipertermia yang muncul secara cepat
yang berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri. Pada umumnya berlangsung
secara singkat, dan mungkin terdapat predisposisi familiar. (Kusuma, 2015).
Menurut (Lestari, 2016) kejang demam dapat disebabkan infeksi saluran
pernapasan atas, otitis media, pneumonia, dan infeksi saluran kemih, sedangkan
menurut (Ridha , 2014) mengatakan bahwa faktor resiko terjadinya kejang demam
diantaranya :
1) Faktor-faktor prenatal
2) Malformasi otak congenital
3) Faktor genetika
4) Demam
5) Gangguan metabolisme
6) Trauma
7) Neoplasma
8) Gangguan Sirkulasi
Faktor penyebab pada kejang demam adalah demam, umur, genetic,
riwayat prenatal dan pernatal. Infeksi saluran napas atas merupakan penyakit yang
paling sering berhubungan dengan kejang demam. Gastroenteritis, terutaman yang
di sebabkan oleh shigella atau campylobacter, dan infeksi saluran kemih
merupakan penyebab lain yang lebih jarang (Moe,et al, 2007 dalam Badrul, 2015).
C. Patofisiologi
Patofisiologi kejang demam sampai saat ini belum jelas. Di duga penyebab
kejang demam adalah respon otak imatur terhadap peningkatan suhu yang cepat.
Penyebab kejang di duga berhubungan dengan puncak suhu. Hipertermia
mengurangi mekanisme yang menghambat aksi potensial dan meningkatkan
transmisi sinaps eksitatorik. Pada penelitian binatang didapatkan peningkatan
eksitabilitas neuron otak selama proses maturasinya. Suhu yang sering
menimbulkan kejang demam adalah 38,5oC (Basuki,2009 dalam Badrul, 2015).
Penelitian genitik pada kejang demam berhasil mengidentifikasi febrile
seizures susceptibility genes pada 2 lokus, yaitu FEB (kromosom 8q13 – q21) dan
FEB (kromosom 19p13.3), bersifat autosomal dominan dengan penetrasi tidak
lengkap. Hal ini menjelaskan mengapa kejang demam lebih sering terjadi dalam
satu keluarga. Memutasi genetic dari kanal ion natrium atau Na+channelopathy dan
geminobutiric acid A receptor merupakan gangguan genetic yang mendasari
terjadinya kejang demam (basuki,2009 dalam Badrul, 2015). Penelitian pada hewan
coba menunjukkan kemungkinan peran patogen endogen seperti interleukin 1β,
yang dengan meningkatkan eksitabilitas neuron, mungkin menghubungkan demam
dengan bangkitan kejang. Penelitian pendahuluan pada anak mendukung hipotesa
bahwa cytokine network teraktifasi dan diduga berperan dalam pathogenesis kejang
demam. Namun signifikasi klinis dan patologis pengamatan ini masih belum jelas
(Gatti,2002 dalam Badrul, 2015).
Beberapa factor yang mungkin berperan dalam menyebabkan kejang
demam antara lain:
1) Demam itu sendiri
2) Efek produk toksik dari mikroorganisme terhadap otak
3) Respon alergik atau keadaan imun yang abnormaloleh infeksi
4) Perubahan keseimbangan atau elektroliat Ensefalitas viral
5) Gabungan semua factor tersebut di atas
D. WOC
E. Manifestasi Klinis
Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Saat kejang, anak akan
terlihat aneh untuk beberapa saat, hilang kesadaran, tangan dan kaki kaku,
tersentak- sentak atau kelojotan, dan mata berputar-putar sehingga hanya putih
mata yang terlihat. Anak tidak responsive untuk beberapa waktu, napas akan
terganggu dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Namun, tidak seberapa
lama kemudian, anak akan segera normal kembali (Sudarmoko, 2017).
Djamaludin, menjelaskan bahwa tanda pada anak yang mengalami kejang
adalah sebagai berikut :
1) Suhu badan mencapai 39 derajat Celcius
2) Saat kejang anak kehilangan kesadaran, kadang-kadang napas dapat terhenti
beberapa saat
3) Tubuh termasuk tangan dan kaki jadi kaku, kepala terkulai ke belakang disusul
munculnya gejala kejut yang kuat
4) Warna kulit berubah pucat bahkan kebiruan dan bola mata naik ke atas
5) Gigi terkatup dan terkadang disertai muntah
6) Napas dapat berhenti selama beberapa saat
7) Anak tidak dapat mengontrol untuk buang air besar atau kecil.
F. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tepi lengkap, elektrolit,
dan glukosa darah dapat dilakukan walaupun kadang tidak menunjukkan
kelainan yang berarti.
2) Indikasi lumbal fungsi pada kejang demam adalah untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Indikasi lumbal fungsi pada pasien
dengan kejang demam meliputi :
a. Bayi < 12 bulan harus dilakukan lumbal fungsi karena gejala meningitis
sering tidak jelas.
b. Bayi antara 12 bulan-1 tahun dianjurkan untuk melakukan lumbal fungsi
kecuali pasti bukan meningitis
3) Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas.
4) Pemeriksaan foto kepala, CT-scan/ MRI tidak dianjurkan pada pasien anak
tanpa kelainan nuerologist karena hampir semuanya menunjukkan gambaran
normal. CT-scan / MRI direkomendasikan untuk kasus kejang demam fokal
untuk mencari lesi organil di otak.(Nurarif, 2015)
G. Penatalaksanaan
1) Penatalaksana Medis
a. Menghentikan kejang secepat mungkin Diberikan antikonvulsan secara
intravena jika klien masih kejang.
b. Pemberian oksigen
c. Penghisapan lendir kalau perlu
d. Mencari dan mengobati penyebab
2) Penatalaksanaan keperawatan
a. Semua pakaian ketat dibuka
b. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
c. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen
d. Monitor suhu tubuh, Cara paling akurat adalah dengan suhu rektal
e. Obat untuk penurun panas, pengobatan ini dapat mengurangi
ketidaknyamanan anak dan menurunkan suhu 1 sampai 1,5 oC.
f. Berikan Kompres Hangat
Mengompres dilakukan dengan handuk atau washcloth (washlap
atau lap khusus badan) yang dibasahi dengan dibasahi air hangat (30oC)
kemudian dilapkan seluruh badan. Penurunan suhu tubuh terjadi saat air
menguap dari permukaan kulit. Oleh karena itu, anak jangan “dibungkus”
dengan lap atau handuk basah atau didiamkan dalam air karena penguapan
akan terhambat. Tambah kehangatan airnya bila demamnya semakin tinggi.
Sebenarmya mengompres kurang efektif dibandingkan obat penurun
demam. Karena itu sebaiknya digabungkan dengan pemberian obat penurun
demam, kecuali anak alergi terhadap obat tersebut.
g. Menaikkan Asupan Cairan Anak
Anak dengan demam dapat merasa tidak lapar dan sebaiknya tidak
memaksa anak untuk makan. Akan tetapi cairan seperti susu (ASI atau atau
susu formula) dan air harus tetap diberikan atau bahkan lebih
C. Intervensi Keperawatan
No Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan pada keluarga 1. Untuk
keperawatan selama 1 x 30 menit klien tentang pentingnya menambah
diharapkan anak tidak mengalami memodifikasi lingkungan pengetahuan
resiko jatuh. Dengan kriteria hasil : untuk mencegah resiko keluarga klien
a. Keluarga klien mampu jatuh
menjelaskan kembali tentang
pentingnya memodifikasi 2. Anjurkan pada keluarga 2. Untuk mencegah
lingkungan. untuk selalu berada resiko jatuh pada
b. Keluarga klien mau untuk didekat klien klien.
6. Untuk pemberian
obat dengan tepat
DAFTAR PUSTAKA
Huda, Amin. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC NOC. MediAction : Jakarta.
Indra, Adrian. 2020. Asuhan Keperawatan Pada Anak “A” Dengan Diagnosa Medis
Kejang Demam Di Ruang Ashoka Rsud Bangil Pasuruan. Akademi Keperawatan
Kerta Cendekia : Sidoarjo. Diakses 08 Desember 2021
Indriani, Reva. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Anak yang Mengalami Kejang Demam
Dengan Hipertermia Di Ruang Melati RSUD Karanganyar. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kusuma Husada : Surakarta. Diakses 08 Desember 2021
Pebrisundari, PD. 2019. Kejang Demam. repository.poltekkes-denpasar.ac.id com Diakses
08 Desember 2021
Putri, Firda Kusuma Cahyaning. 2019. ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM
PADA An. D DAN An. M DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HIPERTERMI
DI RUANG BOUGENVILE RSUD dr.
HARYOTO LUMAJANG. Jember: repository.unej.ac.id Diakses 08 Desember 2021
Salam, Harista Miranda. 2016. Pathway Kejang Demam. Scribd.com Diakses 08 Desember
2021
Susanti, Yurika Elizabeth dan Wahyudi, Teguh. 2020. KARAKTERISTIK KLINIS PASIEN
KEJANG DEMAM YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT BAPTIS BATU. Kota
Batu: ejournal.atmajaya.ac.id Diakses 08 Desember 2021
Yuliastati. 2016. Keperawatan Anak. PPSDM Kemenkes RI.