Pengembangan media promosi kesehatan adalah strategi yang harus dilakukan agar
mencapai kesehatan dan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat Media promosi
kesehatan dapat dikembangkan dengan bantuan teknologi . Smartphone adalah benda yang
memudahkan individu dalam mengakses banyak hal , termasuk mengakses edukasi dan
layanan kesehatan . Maka dari itu , pembuatan konten atau isi materi promosi kesehatan perlu
disesuaikan dengan trend yang sedang berkembang sekarang ini , sebagai contoh penggunaan
hastag untuk mengkampanyekan isu - isu tentang kesehatan Kletecka - Pulker et al . , 2021 ) .
Komunikasi kesehatan berisi informasi terkait promosi kesehatan,
kebijakan pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, serta meningkatkan kesadaran
individu tentang isu, masalah, resiko serta solusi Kesehatan. Promosi kesehatan
dilakukan sebagai upaya untuk mempengaruhi audiens secara luas. Melalui promosi,
informasi dapat diberikan kepada audiens, sehingga akan mampu untuk memodifikasi
tingkah laku audiens tersebut.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menjadi hal yang tak dapat
dihindari dewasa ini karena membawa perubahan pada keinginan dan kebutuhan manusia.
Dengan adanya teknologi ini, masyarakat disuguhkan dengan segala kemudahan. Instagram
merupakan salah satu bukti perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Instagram
merupakan media sosial yang paling banyak digunakan di Indonesia setelah Facebook
(Rizkinaswara, 2019). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sari & Basit (2020),
pemanfaatan Instagram sebagai media penyampaian informasi dan edukasi merupakan
fenomena yang gencar saat ini.
Penelitian tersebut membahas tentang Instagram sebagai media edukasi parenting.
Hasilnya menyatakan bahwa mudahnya akses menjadikan Instagram sebagai referensi utama
atau media rujukan orang tua baru dalam mencari informasi tentang parenting. Hal ini
menunjukkan bahwa Instagram merupakan media promosi yang efektif, khususnya promosi
kesehatan. Instagram dapat dimanfaatkan untuk kesehatan masyarakat, meluruskan informasi
yang menyesatkan tentang kesehatan, dan memperluas pesan kesehatan kepada khalayak
yang beragam (Seltzer et al., 2017).
Berikut adalah gambaran efektivitas Trend tiga media sosial terpopuler saat ini dalam
pengembangan promosi kesehatan:
1. Efektivitas Facebook
Facebook merupakan media paling populer sebagai sebuah media jejaring.
Sebagai media dengan pengguna aktif terbanyak, Facebook sangat berpotensi sebagai
media promosi karena pada laman Facebook hampir tidak ada batasan yang berarti
untuk melakukan sebuah posting. Kita bisa sharing foto, artikel, suara, video, link
(tautan), atau apapun. media sosial (Facebook) sangat efektif sebagai media difusi
informasi yang melampaui wilayah geografis (negara) dan administratif. Hal ini
dibuktikan dengan anggota grup Facebook yang berasal dari 20 negara, meski yang
terbanyak tetap berasal dari Indonesia.
2. Efektivitas Twitter
Media sosial populer kedua adalah Twitter. Media dengan logo burung
berwarna biru ini menyebut posting pada lamannya sebagai “kicauan burung” (tweet).
Twitter telah dimanfaatkan oleh petugas kesehatan di Amerika Serikat. Pemanfaatan
utama lebih kepada komunikasi satu arah dengan topik pribadi-kesehatan, serta
informasi terkait organisasi. Ada juga bukti bahwa petugas kesehatan mulai
menggunakan Twitter dengan melibatkan audiens mereka (follower) dalam
percakapan. Sebagai media transisi kesehatan masyarakat untuk keterlibatan dan
percakapan yang lebih dialogis, potensi Twitter untuk membantu dalam usaha
membentuk kemitraan dengan masyarakat dan melibatkan mereka sebagai peserta
suatu program, dapat mengarah pada tindakan untuk meningkatkan derajat Kesehatan.
3. Efektivitas Youtube
Media sosial lain yang akan dikaji efektivitasnya adalah media hosting video
terpopuler saat ini, YouTube. Kajian pertama penelitian bidang kesehatan terkait
YouTube adalah penelitian yang dilakukan oleh Shabbir Syed-Abdul, dkk (2013)
tentang Anorexia di YouTube. Selain itu ada penelitian yang dilakukan oleh Xiaoli
Gao, dkk (2013). Penelitian dengan publikasi berjudul “Dental Fear and Anxiety in
Children and Adolescents: Qualitative Study Using YouTube” ini dilakukan secara
kualitatif pada platform YouTube dengan tujuan untuk menguji manifestasi, dampak,
dan asal-usul “Dental Fear and Anxiety”9 (DFA) pada anak-anak dan remaja dengan
perspektif publik.
Sumber: