Anda di halaman 1dari 12

Penanganan Kegawatdaruratan Kejang Demam pada Balita dan Anak

Ns.Metha Kemala Rahayu, M.Kep., Sp.Kep.An


Universitas Negeri Padang

1. Definisi
Kejang demam dapat menimpa anak usia 3 bulan hingga 5 tahun. Namun, umumnya
kondisi ini lebih sering dialami oleh anak berusia 1–1,5 tahun (Cleveland Clinic,
(2022)

Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas 380C yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium) (Hasan & Alatas, 2012). Kejang demam merupakan kelainan
neurologist yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada anak umur 6 bulan
sampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah
menderita kejang demam (Ngastiyah, 2005).

Kejang demam (febrile seizures) adalah kejang yang terjadi akibat kenaikan suhu
tubuh di atas 38.40C tanpa adanya infeksi SSP atau gangguan elektrolit pada anak di
atas usia 1 bulan tanpa riwayat kejang tanpa demam sebelumnya. Umumnya terjadi
pada anak berusia 6 bulan – 5 tahun (Purwoko, 2011).

Kejang demam umumnya berlangsung selama 1–2 menit. Setelah itu, anak mungkin
akan menjadi lebih rewel dan kebingungan selama beberapa jam, sebelum ia
kelelahan dan akhirnya terlelap (KidsHealth, 2018).

1
Pendekatan Kejang pada Anak
(Leung, A. K., Hon, K. L., & Leung, T. N., 2018)

Kejang

Disertai demam Tanpa demam

Kejang Epilepsi Kelainan


Tumor
demam Infeksi metabolik
SSP

Epilepsi dengan
infeksi ekstrakranial

2. Etiologi
Penyebab kejang demam belum dapat dipastikan. Namun, kondisi ini diketahui
berkaitan dengan kenaikan suhu tubuh yang terlalu cepat dan kemampuan tubuh anak
untuk beradaptasi terhadap peningkatan suhu tubuh. Hingga kini belum diketahui
secara pasti, tetapi dikaitkan faktor resiko yang penting adalah demam. Demam
sering disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia,
gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih. Faktor resiko lainnya adalah riwayat
keluarga kejang demam, masalah pada masa neonatus, kadar natrium rendah. Setelah
kejang demam pertama, kira-kira 33% anak akan mengalami satu kali rekurensi atau
lebih, dan kira-kira 9% akan mengalami 3x recurrent atau lebih. (Mansjoer, 2010).

3. Tanda dan gejala kejang demam


a. Suhu tubuh meningkat hingga lebih dari 38°C

2
b. Seluruh tubuh anak, terutama tungkai dan lengan, terlihat gemetar, kaku, atau
menyentak-nyentak tidak terkontrol
c. Anak mengerang, menggigit keras lidahnya, atau buang air kecil tiba-tiba, dan
bola matanya berputar ke atas
d. Anak tidak merespons saat diajak bermain atau berbicara
e. Anak pingsan atau kehilangan kesadaran setelah kejang
(Current Management in Child Neurology, 2006).

4. Patofisiologi
Sel dikelilingi oleh suatu membrane yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid
danp ermukaan luar adalah ionic. Dalam keadaan normal membrane sel neuron dapat
dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium
(Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+
dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar sel terdapat
keadaan sebaliknya). Karena perbedaan jenis dan konsentrasi di dalam dan di luar
sel, maka disebut potensial membrane. Untuk menjaga keseimbangan potensial
membaran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada
permukaan sel (Miles, 2020).

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1ºC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat 20%. Kenaikan suhu tubuh tertentu
dapat mempengaruhi keseimbangan dari membrane sel neuron dan dalam waktu
yang singkat terjadi difusi dari ion kalium dan natrium dari membrane tadi, dengan
akibat lepasnya muatan listrik (Miles, 2020).

Lepasnya muatan listrik ini demikian besar sehingga dapat meluas ke seluruh sel
maupun membrane sel tetangganya dengan bantuan neurotransmitter dan
terjadilah kejang (Miles, 2020).

Tiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda, pada anak yang ambang
kejangnya rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38ºC, sedangkan pada anak dengan
ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40ºC atau lebih (Miles, 2020).

3
Kejang demam yang berlangsung singkat tidak berbahaya dan tidak menimbulkan
gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya
disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi kontraksi otot skelet
yang akhirnya menyebabkan hipoksemia, hiperkapnea, asidosis lactate, hipotensi
(Miles, 2020).

Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah kejang berlangsung lama
yang dapat menjadi matang di kemudian hari, sehingga terjadi serangan epilepsy
spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat menenyebabkan kelainan
anatomis di otaksehinggga terjadi epilepsy (Hasan & Alatas, 2012).

Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam,


berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, tonik,
klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti
anak tidak memberi reaksi apapun untuks ejenak, tetapi setelah beberapa detik atau
menit anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf
(Mansjoer, 2010).

5. Klasifikasi
Untuk ini Livingston membuat kriteria kejang demam atas 2 golongan, yaitu:
a. Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion)
Singkat, tonik-klonik, tidak berulang. Menurut Hasan & Alatas (2012) dengan
penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik atau tidak menyebabkan
kematian.
b. Kejang demam kompleks
 Kejang lama > 15 menit (PD persi, 2022).
 Kejang fokal atau parsial menjadi umum (PD persi, 2022)
 Berulang dalam 24 jam (PD persi, 2022)

Risiko yang dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam
tergantung dari faktor:
a. Riwayat kejang tanpa demam dalam keluarga

4
b. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang
demam
c. Kejang yang berlangung lama atau kejang fokal (WebMD, 2021)

6. Penanganan kejang demam
Penanggulangan kejang demam terdapat 2 faktor yang perlu dikerjakan menurut
Ngastiyah (2005), yaitu:
a. Memberantas kejang secepat mungkin. Bila pasien datang dalam keadaan status
convulsifus, obat pilihan utama adalah diazepam.
b. Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan perlunya pengobatan penunjang:
 Posisi kepala dimiringkan untuk mencegah aspirasi isi lambung
 Letakkan anak di tempat yang datar dan luas, sehingga anak tidak terbentur atau
tertimpa benda tertentu saat kejang.
 Posisikan anak tidur menyamping untuk mencegahnya tersedak saat kejang.
 Longgarkan pakaiannya, terutama pada bagian leher.
 Jangan memaksa untuk menahan gerakan tubuh anak. Cukup jaga agar posisi
tubuhnya tetap aman
 Jangan memasukkan benda apa pun ke mulutnya, termasuk minuman, sendok,
atau obat-obatan.
 Panggil nama anak atau ucapkanlah kata-kata yang menenangkan agar anak
merasa lebih nyaman.
 Catat berapa lama anak mengalami kejang.
 Amati kondisinya saat kejang, terutama bila dia kesulitan bernapas atau
wajahnya menjadi pucat dan kebiruan. Ini menandakan bahwa ia kekurangan
oksigen dan membutuhkan penanganan medis secepatnya.
 Jika memungkinkan, rekam kejadian saat anak sedang kejang, sehingga dokter
bisa mengetahui dengan pasti seperti apa kejang yang dialami anak.
 Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen; bila perlu
dilakukan intubasi atau trakeostomic.
 Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur
 Diberikan oksigen.

5
 Semua pakaian ketat dibuka
 Awasi secara ketat kesadaran
 Kompres hangat

Menurut Mansjoer (2010) anak yang mengalami panas tinggi dan berisiko terjadi
kejang demam, sebaiknya dilakukan:
a. Buka pakaian sampai hanya tinggal celana dalamnya saja. Pastikan ia memperoleh
banyak udara segar tanpa menjadi kedinginan
b. Singkirkan benda-benda disekelilingnya agar ia terlindung dari cedera. Basuh
tubuhnya dengan air hangat dimulai dari kepala dan turun ke arah tubuhnya. Jangan
biarkan tubuhnya menjadi terlalu dingin
c. Setelah tubuh mendingin, kejangnya akan berhenti, letakkan recovery
position/gulingkan tubuhnya hingga ia berbaring miring dan jaga agar kepalanya
tetap menengadah ke belakang. Selimuti tubuhnya dengan selimut atau seprei tipis
d. Tenangkan dirinya. Jika suhu tubuhnya naik lagi, basuhlah kembali.
 
Mencari dan mengobati penyebab untuk menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi
di otak diperlukan pungsi lumbal. Pada pasien yang kejang lama pemeriksaan lebih
intensif seperti pungsi lumbal, darah rutin, gula darah, faal hati, elektrolit, Bila perlu
rontgen kepala, EEG, ensefalografi (Ngastiyah, 2005)

7. Kondisi kejang demam yang membutuhkan penanganan darurat


a. Kejang selama lebih dari 5 menit
b. Kejang hanya pada beberapa bagian tubuh, bukan seluruhnya
c. Kesulitan bernapas dan wajah atau bibirnya menjadi kebiruan
d. Kejang berulang dalam waktu 24 jam
Saat anak kejang, dokter akan memberikan obat khusus, seperti diazepam rektal,
untuk meredakan kejang yang dialami anak. Sebagian besar kejang demam pada
anak tidaklah berbahaya dan bukan merupakan tanda adanya epilepsi atau kerusakan
otak. Kejang demam juga tidak membuat anak mengalami penurunan kemampuan
belajar atau gangguan mental (Mangunatmadja, 2016)

6
8. Tata laksana kejang
a. Penghentian kejang
b. Pengobatan jangka panjang
 Lakukan pengkajian:
 Tipe kejang --> Kejang fokal atau kejang umum
 Tanda infeksi --> Demam, diare, nyeri tenggorokan, ruam kulit
 Peningkatan tekanan intrakranial --> UUB membonjol, “high pitch cry”, sakit
kepala, muntah, penurunan kesadaran, defisit neurologis, hemiparesis, paresis saraf
kranial
 Observasi pasca kejang – pasien sadar
 Observasi aktifitas motorik pasca kejang
 Observasi penglihatan
 Gerak bola mata
 Kontak visual
 Observasi pendengaran --> dipanggil menengok
 Pasca kejang – pasien tidak sadar
 Skala koma Glasgow
Dinilai: Buka mata (E4), motorik (M6) dan lisan (V5). Skala berkisar 3 – 15.
Skala 12 – 14: gangguan kesadaran ringan. Skala 9 -11: gangguan kesadaran
sedang. Skala < 8: ggn kesadaran berat - koma
c. Pengobatan intermiten (saat demam)
 Antipiretik
 Sangat dianjurkan walaupun tidak terbukti mengurangi risiko berulangnya
kejang
 Asetaminofen 10 – 15 mg/kg diberikan 3-4 kali (Camfield, 1980; Schnaiderman,
1993)
 Antikonvulsan
 Diazepam oral 0,3 – 0,5 mg/kg setiap 8 jam saat demam, menurunkan risiko
berulangnya kejang (Knudsen, 1991; Rosman, 1993)
d. Pengobatan rumatan (terus menerus)
 Fenobarbital 3 – 6 mg/kg atau asam valproat 15 – 40 mg/kg setiap hari efektif
menurunkan risiko berulangnya kejang (Mamelle,1984; Farwell, 1990)

7
e. Tatalaksana dan Perawatan anakpasca kejang
 Pemeriksaan fisis - neurologis
 ABC – jalan napas, pernapasan, sirkulasi
 Derajat kesadaran – Skala koma Glasgaw
 Sistemik: tanda vital, pola napas, irama jantung
 Pemeriksaan Saraf Otak, gerakan bola mata, respon pupil, funduskopi
 Pemeriksaan motorik: kelumpuhan
 Pemeriksaan Penunjang
 Darah lengkap, elektrolit, glukosa, fungsi hati – ginjal
 Pemeriksaan khusus: laktat, kreatinin kinase, EKG
 Infeksi SSP – Pungsi lumbal
 CT scan atau MRI --> Perdarahan, trauma kepala – CT scan; Batang otak,
mielinisasi -- MRI

8
DAFTAR PUSTAKA

Cleveland Clinic. (2022). Febrile Seizures.


Current Management in Child Neurology. (2006). Crit Care Med , 34:31-41
Hassan & Alatas. (2012). Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Cetakan kesepuluh.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Universitas Indonesia
KidsHealth. (2018). Parents. First Aid: Febrile Seizures.
Leung, A. K., Hon, K. L., & Leung, T. N. (2018). Febrile Seizures: An Overview.
Drugs in Context, 7. doi: 10.7573/dic.212536.
Mansjoer. (2010). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3, Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius
Mayo Clinic (2021). Diseases & Conditions. Febrile Seizure.
Mc Closkey & Bulechek (2004). Nursing intervention Classification (NIC). Fourth
edition, Mosby, St. Louis
Mangunatmadja, I. (2016). Pendekatan diagnosis kejang pada anak. Jakarta:
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM.
Miles, K. (2020). Febrile Seizures in a Child: What to Do and What to Know.
Ngastiyah. (2005). Perawatan anak sakit. Cetakan I. Jakarta: EGC
North American Nursing Diagnosis Association (2004).
Nursing Diagnosis: Definition & Classification 2005-2006.
Philadelphia: NANDA .
Nursing Diagnosis Outcome & Intervention. Diakses dari
http:/www.us.elsevierhealth.com
PD persi. (2022). Bagaimana menolong anak kejang. Diakses dari Pusat Data &
Informasi PERSI.Co. Id
Purwoko, S. (2011). Pertolongan pertama untuk anak. Jakarta: Gramedia
WebMD. (2021). What Are Febrile (Fever) Seizures?

9
Ns.Metha Kemala Rahayu, M.Kep., Sp.Kep.An

Ketertarikan penulis terhadap ilmu keperawatan anak dimulai pada tahun 2006 silam.
Hal tersebut membuat penulis memilih untuk masuk ke Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Andalas dan tahun 2010 memilih topik skripsi anak
berkebutuhan khusus dan berhasil lulus pada tahun 2010. Penulis kemudian
melanjutkan pendidikan ke Program Studi Ners dan selesai tahun 2011. Kemudian
penulis melanjutkan Magister Keperawatan peminatan Keperawatan Anak tahun
2013 di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dan selesai tahun 2015.
Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan Spesialis Keperawatan Anak di Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dan selesai tahun 2016 (cumlaude). Penulis
memiliki kepakaran di bidang keperawatan anak. Dan untuk mewujudkan karir
sebagai dosen profesional, penulis pun aktif sebagai peneliti di bidang kepakarannya
tersebut. Beberapa penelitian yang telah dilakukan didanai oleh internal perguruan
tinggi. Selain peneliti, penulis juga aktif menulis buku dengan harapan dapat
memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan negara yang sangat tercinta ini. Email
Penulis: methakemala@gmail.com

10
DATA PENGIRIMAN DAN PENGAJUAN HKI
1. Untuk Pengiriman buku cetak, mohon isi data berikut
Nama Penerima : Ns.Metha Kemala Rahayu, M.Kep., Sp.Kep.An
Alamat (lengkap): Faham Mart (Minang Mart) Indarung, Kelurahan Indarung,
Kecamatan Lubuk Kilangan, Padang, Sumatera Barat (Titip di Kasir)
HP. Aktif : 087804254717

2. Untuk pengajuan HKI, mohon mengisi data berikut sesuai yang tertera pada
KTP:
Nama Lengkap: Ns.Metha Kemala Rahayu, Nama Lengkap: Ns.Metha Kemala Rahayu,
M.Kep., Sp.Kep.An M.Kep., Sp.Kep.An
Alamat: Perum CRV Residen B4 No 6 RT/RW: Alamat: Perum CRV Residen B4 No 6
002/007 Kel/Desa: Jatiluhur, Kec.: Jatiasih RT/RW: 002/007 Kel/Desa: Jatiluhur, Kec.:
Jatiasih
Kab./Kota: Bekasi Kab./Kota: Bekasi
Provinsi: Jawa Barat Provinsi: Jawa Barat
Kode Pos: 17425 Kode Pos: 17425
Email : methakemala@gmail.com Email: methakemala@gmail.com
Hp. Aktif: 087804254717 Hp. Aktif: 087804254717

FOTO KTP
(bidang data saja tidak perlu bolak-balik)

TTD DIATAS MATERAI

11
Pastikan Bertandatangan diatas MATERAI
10.000 menggunakan kertas putih bersih (tanpa
nama dibawahnya) dan warna pulpen yang jelas
(hitam atau biru)

NOTE:
1. Untuk pengajuan HKI mohon isi data sesuai yang tertera di KTP bukan alamat
tinggal sekarang
2. Seluruh data wajib diisi, termasuk Kode Pos, Email, dan Hp. Aktif

12

Anda mungkin juga menyukai