Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN KEJANG DEMAM

Oleh:

NI WAYAN SINTA APRILLIA


NIM: 20.901.2608
KELOMPOK 16

PROGRAM STUDI PROFESI NERS NON REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kejang demam merupakankelainan neurologis yang paling sering

terjadi pada anak, 1 dari 25 anak akan mengalami satu kali kejang demam.

Hal ini dikarenakan, anak yang masih berusia dibawah 5 tahun sangat rentan

terhadap berbagai penyakit disebabkan sistem kekebalan tubuh belum

terbangun secara sempurna (Harjaningrum, 2011).

Serangan kejang demam pada anak yang satu dengan yang lain

tidaklah sama, tergantung nilai ambang kejang masing-masing. Oleh karena

itu, setiap serangan kejang harus mendapat penanganan yang cepat dan tepat,

apalagi kejang yang berlangsung lama dan berulang.Sebab, keterlambatan

dan kesalahan prosedur bisa mengakibatkan gejala sisa pada anak, bahkan

bisa menyebabkan kematian (Fida&Maya, 2012).

Kejang yang berlangsung lama biasanya disertai apneu (henti

nafas) yang dapat mengakibatkan terjadinya hipoksia (berkurangnya kadar

oksigen jaringan) sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul

edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Apabila anak

sering kejang, akan semakin banyak sel otak yang rusak dan

mempunyai risiko menyebabkan keterlambatan perkembangan, retardasi

mental, kelumpuhan dan juga 2-10% dapat berkembang menjadi epilepsi

(Mohammadi, 2010).
Insiden terjadinya kejang demam diperkirakan mencapai 4-5% dari jumlah
penduduk di Amerika Serikat, Amerika Selatan, dan Eropa Barat.Namun di Asia
angka kejadian kejang demam lebih tinggi, seperti di Jepang dilaporkan antara 6-9%
kejadian kejang demam, 5-10% di India, dan 14% di Guam (Hernal, 2010).
Kejang pada anak dapat mengganggu kehidupan keluarga dan kehidupan

sosial orang tua khususnya ibu, karena ibu dibuat stress dan rasa cemas yang luar

biasa.Bahkan, ada yang mengira anaknya bisa meninggal karena kejang. Beberapa

ibu panik ketika anak mereka demam dan melakukan kesalahan dalam mengatasi

demam dan komplikasinya.Kesalahan yang dilakukan ibu salah satunya disebabkan

karena kurang pengetahuan dalam menangani. Memberikan informasi kepada ibu

tentang hubungan demam dan kejang itu sendiri merupakan hal yang penting untuk

menghilangkan stress dan cemas mereka (Hazaveh, 2011).

Sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan ibu dalam mengatasi demam

pada anak sebelum terjadi kejang dan selanjutnya membawa ke rumah

sakit.Mengukur suhu dan memberi obat penurun panas, kompres air hangat (yang

suhunya kurang lebihsama dengan suhu badan anak) dan memberikan cairan yang

cukup dapat menurunkan suhu tubuh anak.Ibu harus menyadari bahwa demam

merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kejang, dikarenakan adanya

peningkatan suhu tubuh yang cepat (Raftery, 2008).

1.2 Rumusan Masalah

1. Jelaskan Pengertian dari kejang demam ?


2. Jelaskan klasifikasi dari kejang demam ?
3. Jelaskan penyebab dari kejang demam ?
4. sebutkan tanda dan gejala dari kejang demam ?
5. jelaskan patofisiologi dari kejang demam ?
6. Jelaskan pemeriksaan penunjang dari kejang demam ?
7. jelaskan penatalaksanaan dari kejang demam ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan Memahami pengertian dari kejang demam
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari kejang demam
3. Mengetahui dan Memahami penyebab dari kejang demam
4. Mengetahui dan Memahami tanda dan gejala dari kejang demam
5. Mengetahui dan Memahami patofisiologi dari kejang demam
6. Mengetahui dan Memahami pemeriksaan penunjang dari kejang demam
7. Mengetahui dan Memahami penatalaksanaan dari kejang demam
1.4 Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini yaitu sebagai bahan pembelajaran untuk

menambah wawasan baik kami maupun para pembaca lainnya tentang konsep kejang

demam.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI KEJANG DEMAM

Demam merupakan salah satu bentuk pertahanan tubuh terhadap

masalah yang terjadi dalam tubuh. Demam pada umumnya tidak berbahaya,

tetapi bila demam tinggi dapat menyebabkan masalah serius pada anak.

Masalah yang sering terjadi pada kenaikan suhu tubuh diatas 38ºC yaitu

kejang demam (Ngastiyah, 2012 dalam (Regina Putri, 2017).

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

suhu 38℃ biasanya terjadi pada usia 3 bulan – 5 tahun. Sedangkan usia < 4

minggu dan pernah kejang tanpa demam tidak termasuk dalam kategori ini.

(Ridha,2017). Kejang demam yang sering disebut step, merupakan kejang

yang terjadi pada saat seorang bayi ataupun anak mengalami demam tanpa

infeksi sestem saraf pusat yang dapat timbul bila seorang anak mengalami

demam tinggi (Sudarmoko, 2013).

Jadi bedasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kejang demam

adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di

atas 38℃) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium terutama pada anak

umur 3 bulan- 5 tahun.

2.2 KLASIFIKASI KEJANG DEMAM

Ada 2 golongan kejang demam menurut Ridha 2017:

a. Kejang demam sederhana


1) Dikeluarga penderita tidak ada riwayat epilepsi

2) Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyakit apapun

3) Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan – 6 tahun

4) Lamanya kejang berlangsung < 20 menit

5) Kejang tidak bersifat tonik klonik

6) Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang

7) Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurology atau

abnormalitas perkembangan

8) Kejang tidak berulang dalam waktu singkat

9) Tanpa gerakan fokal dan berulang dalam 24 jam.

b. Bila kejang tidak memenuhi kriteria tersebut diatas, maka golongan

sebagai kejang demam kompleks. (Ridha, 2017).

2.3 ETIOLOGI KEJANG DEMAM

Penentuan etiologi kejang berperan penting dalam tata laksana kejang

selanjutnya. Keadaan ini sangat penting terutama pada kejang yang sulit diatasi

atau kejang berulang. Etiologi kejang yang tersering pada anak dapat dilihat

pada tabel 1.
Tabel 1
Etiologi Kejang
pada Anak

Kejang Demam Sederhana Gangguan metabolik


Infeksi : hipoglikemia
- Infeksi intrakranial: - hiponatremia
meningitis, ensefalitis - hipoksemia
- hipokalsemia
- Shigellosis - Gangguan elektrolit atau dehidrasi
Keracunan : - Defisiensi piridoksin
- Alkohol - Gagal ginjal
- Gagal hati
- Teofilin
- Kelainan metabolik bawaan
- Kokain
Lain-lain:
- Ensefalopati hipertensi Penghentian obat anti epilepsi Trauma
kepala
- Tumor otak
- Perdarahan intrakranial
- Idiopatik

Dikutip dari: Schweich Pj, dkk. Oski’s pediatrics,1999. Dalam


(Pudjiadi, et al, 2011)

2.4 MANIFESTASI KLINIS

Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Saat kejang, anak

akan terlihat aneh untuk beberapa saat, hilang kesadaran, tangan dan kaki

kaku, tersentak- sentak atau kelojotan, dan mata berputar-putar sehingga hanya

putih mata yang terlihat. Anak tidak responsive untuk beberapa waktu, napas

akan terganggu dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Namun, tidak
seberapa lama kemudian, anak akan segera normal kembali (Sudarmoko,

2017).

2.5 PATOFISIOLOGI KEJANG DEMAM

Pada keadaan demam, kenaikan suhu sebanyak 1℃ akan menyebabkan

kenaikan kebutuhan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen

meningkat sebanyak 20%. Pada seorang anak yang berumur 3 tahun

sirkulasi otak mencapai

65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%.

Pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat menyebabkan terjadinya perubahan

keseimbangan dari membran sel neuron. Dalam waktu yang singkat terjadi

difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, akibatnya

terjadinya lepasan muatan listrik. Lepasan muatan listrik ini dapat meluas ke

seluruh sel maupun membran sel tetangganya dengan bantuan neurotransmitter

dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan

tergantung pada tinggi atau rendahnya ambang kejang seseorang anak pada

kenaikan suhu tubuhnya. Kebiasaannya, kejadian kejang pada suhu 38ºC,

anak tersebut mempunyai ambang kejang yang rendah, sedangkan pada suhu

40ºC atau lebih anak tersebut mempunyai ambang kejang yang tinggi. Dari

kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih

sering terjadi pada ambang kejang yang rendah (Ngastiyah, 2007).


2.5 PATHWAY

Infeksi bakteri,
virus, dan parasit Rangsang mekanik
dan biokimia

Reaksi Perubahan konsentrasi


Inflamasi ion di ruang ekstraseluler

Proses demam Keseimbangan potensial


membrane ATPASE

Difusi Na+ dan K+

Resiko kejang berulang Kejang Aktivitas otot


meningkat

Kurang informasi Kurang dari Lebih dari


Metabolisme
pengobatan perawatan : 15 menit 15 menit
meningkat
kondisi, prognosis,
lanjut, dan diet. Tidak menimbulkan Perubahan suplay
gejala sisa darah ke otak
Suhu tubuh
Kurang Pengetahuan meningkat
Resiko kerusakan
sel neuron otak
Hipertermi
Ketidaefektifan perfusi
jaringan cerebral
Inkordinasi
konstraksi otot
mulut dan lidah

Resiko cidera Kurang


kesadaran
1
0

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Mansjoer (2000), beberapa pemeriksaan penunjang

yang dilakukan pada pasien dengan kejang demam adalah meliputi:

1. Elektro encephalograft (EEG)

Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai

prognostik. EEG abnormal tidak dapat digunakan untuk

menduga kemungkinan terjadinya epilepsi atau kejang

demam yang berulang dikemudian hari. Saat ini

pemeriksaan EEG tidak lagi dianjurkan untuk pasien kejang

demam yang sederhana. Pemeriksaan laboratorium rutin

tidak dianjurkan dan dikerjakan untuk mengevaluasi

sumber infeksi.

2. Pemeriksaan cairan cerebrospinal

Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya

meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang

pertama. Pada bayi yang masih kecil seringkali gejala

meningitis fidak jelas sehingga. harus dilakukan lumbal

pungsi pada bayi yang berumur kurang dari 6 bulan dan

dianjurkan untuk yang berumur kurang dari 18 bulan.

2.7 PENATALAKSANAAN KEJANG DEMAM

Tatalaksana yang dilakukan saat anak datang dalam keadaan kejang adalah:

 Diazepam intravena 0.3 – 0.5 mg/kgBB bolus pelan 1 – 2 mg/menit (3 – 5

menit), dosis maksimal 20 mg.


1
1

 Bila belum terpasang akses intravena atau dilakukan di Rumah, bisa diberikan

diazepam rektal 0.5 – 0.75 mg/kgBB atau 5 mg untuk BB < 10 kg dan 10 mg

untuk BB > 10 kg

 Bila diazepam rektal diberikan oleh orang tua di Rumah, dengan 2 kali

pemberian diazepam rektal berselang 5 menit, kejang masih belum berhenti,

anjurkan ke Rumah Sakit dan diberikan diazepam intravena

 Bila kejang belum berhenti setelah tatalaksana awal, berikan Fenitoin intravena

dosis awal 10 – 20 mg/kgBB/pemberian (kecepatan 1 mg/kgBB/menit atau kurang

dari 50 mg/menit)

 Bila kejang berhenti, fenitoin diberikan kembali 4 – 8 mg/kgBB/hari 12 jam

setelah dosis awal.

 Bila kejang belum berhenti, rawat ruang intensif untuk diberikan obat-obatan

anestesi.

Berobat Jalan

Tatalaksana rumatan diberikan sampai pada waktu 1 tahun periode bebas kejang,

dan diberhentikan bertahap (tappering off) dalam waktu 1 – 2 bulan pada:

 Kejang demam kompleks, atau

 Timbulnya kelainan neurologis sebelum atau sesudah kejang (contoh: paresis

Todd, hemiparesis, cerebral palsy, hidrosefalus dan retardasi mental), atau

 Kejang lebih dari 2x dalam 24 jam, atau kurang usia 12 bulan, atau lebih sama

dengan 4x kejadian kejang demam dalam 1 tahun (dipertimbangkan).

Berdasarkan analisis keuntungan dan kerugian, obat-obatan anti-konvulsan tidak

direkomendasikan pada pasien kejang demam sederhana yang terjadi satu kali

atau lebih.
1
2

Persiapan Rujukan Ke Rumah Sakit

Anjurkan orang tua atau pengasuh untuk lakukan hal-hal berikut bila sedang

terjadi kejang demam anak:

 Jangan tahan anak dalam keadaan kejang, posisikan anak di tempat yang aman

(contoh: lantai)

 Sebisa mungkin kepala dimiringkan ke samping agar bila anak muntah, tidak

terjadi aspirasi

 Jangan diberikan apapun ke dalam mulutnya

 Bila orang tua memiliki diazepam sediaan rektal, berikan dengan dosis 5 mg

untuk < 10 kg, atau 10 mg untuk > 10 kg

 Bila kejang tidak berhenti dalam 10 menit, segera bawa anak ke Unit Gawat

Darurat terdekat. [1,3]

Medikamentosa

Obat anti-konvulsi yang digunakan saat kejang demam:

Diazepam

Dosis saat terjadi kejang:

 5 mg sediaan per rectal untuk berat badan < 10 kg

 10 mg sediaan per rectal untuk berat badan > 10 kg

 0.2 – 0.5 mg/kgBB/kali dapat diulang dalam 4 – 12 jam

IDAI menyarankan pemberian diazepam oral dengan dosis 0.3 mg/kgBB atau

diazepam rektal dengan 0.5 mg/kgBB pada saat demam karena dapat menurunkan

risiko terjadinya kejang. Bekerja sebagai neurotransmitter inhibitor dengan

meningkatkan aktivitas GABA, menekan pada semua tingkatan sistem saraf pusat.

Fenitoin
1
3

Dosis awal fenitoin 10 – 20 mg/kgBB/pemberian (kecepatan 1 mg/kgBB/menit

atau kurang dari 50 mg/menit).

Dosis rumatan: 4 – 8 mg/kgBB/hari 12 jam setelah dosis awal.

Fenitoin bekerja dengan menurunkan aktivitas neuron dengan mengganggu kerja

dari kanal natrium. Tidak boleh diberikan pada cairan yang mengandung

dekstrosa karena risiko presipitasi. Cairan pengencer yang disarankan adalah

NaCl 0.9%.

Fenobarbital

Dosis fenobarbital adalah 15 – 20 mg/kgBB/hari IV dengan pemberian yang tidak

melebihi kecepatan 2 mg/kgBB/menit, dan tidak melebihi 1000 mg/dosis. Dapat

diulangi dengan dosis 5 – 10 mg/kgBB bolus setelah 15 – 30 menit bila

diperlukan. Dosis maksimal kumulatif adalah 40 mg/kgBB.

Beberapa dokter spesialis anak mempertimbangkan pemberian fenobarbital ketika

golongan barbiturat (diazepam) tidak memberikan efek klinis. Tidak ditemukan

superioritas antara fenobarbital dengan fenitoin.

Antikonvulsan Rumatan

Pemberian obat anti-konvulsan yang terus menerus seperti fenobarbital dan asam

valproat serta terapi intermiten dengan diazepam ditemukan efektif untuk

mengurangi kejadian kejang demam. Pertimbangan efek samping dari obat-obatan

ini dianggap lebih berbahaya bila dibandingkan dengan risiko yang terjadi akibat

kejang demam sederhana.

Obat rumatan disarankan oleh IDAI untuk kejang demam yang berpotensi

menjadi epilepsi yaitu kejang demam kompleks. Obat anti-konvulsi rumatan yang

dapat diberikan:
1
4

 Asam Valproat. Dosis: 15 – 40 mg/kgBB/hari dalam 2 – 3 dosis, namun

memiliki risiko gangguan fungsi hati terutama pada usia di bawah 2 tahun

 Fenobarbital. Dosis: 3 – 4 mg/kgBB/hari dalam 1 – 2 dosis. Penggunaan setiap

hari meningkatkan risiko terjadinya kesulitan belajar dan gangguan perilaku.

Antipiretik

Pemberian obat anti-piretik secara rutin tidak dianjurkan karena hasilnya tidak

berbeda bermakna dengan pemberiannya hanya pada saat kejadian demam dalam

menurunkan kejadian kejang demam berulang. Obat anti-piretik yang dianjurkan

IDAI adalah:

 Paracetamol 10 – 15 mg/kgBB/kali, sampai 4 kali sehari

 Ibuprofen 5 – 10 mg/kgBB/kali, 3 – 4 kali sehari

Terapi Suportif

Tidak ada terapi suportif yang direkomendasikan untuk kejang demam.

Zink

Zink diduga berperan dalam patogenesis kejang demam dan pemberiannya

sebagai terapi suportif masih dalam pro dan kontra. Studi cochrane menyimpulkan

bahwa pemberian zink tidak memberikan keuntungan.

2.8 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas

Lakukan pengkajian identitas seperti nama, alamat, dan pada umur


anak di bawah 6 bulan sampai 4 tahun (Sodidin,2012 dlm Farida &
Selviana, 2016), jenis kelamin, agama, pendidikan, orang tua klien, dll.

b. Keluhan Utama
1
5

Kejang merupakan gangguan tersier pada anak yang sering


terjadi bersamaan dengan demam yang melebihi 38oC (Juanita &
Manggarwati, 2016). Keluhan utama pada kejang demam dapat
mengakibatkan hipertermi. Hipertermi yaitu peningkatan suhu tubuh di
atas normal (wilkison, 2016).
c. Riwayat Penyakit Sekarang
kejang demam merupakan bangkitan kejang akibat kenaikan suhu tubuh
di atas 38oC yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium(Badrul, 2015).
Menurut Nurhayati et al., 2017 dalam penelitian menyebutkan bahwa
demam memiliki resiko lebih besar terjadinya kejang demam pada anak.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pasien pernah mengalami kejadian yang sedang di alami
sekarang atau pernah di rawat dengan sakit tertentu. Dewanti (2012)
mendapatkan 86 anak mengalami kejang demam, dan 47,7% diantaranya
mengalami kejang demam berulang. Perbandingan kejadian kejang demam
yang diperoleh peneliti pada kejang demam pertama dan kejang demam
berulang adalah 2 : 1. Hal ini menunjukkan ada perubahan kejadian kejang
demam berulang.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga dengan riwayat pernah menderita kejang demam sebagai
factor resiko untuk terjadi kejang demam pertama adalah kedua orang tua
ataupun saudara.

f. Pemeriksaan Fisik
Batas suhu yang bias mencetuskan kejang demam 38oC atau lebih, tapi

suhu sebenarnya pada waktu kejang sering tidak di ketahui (Soetomongolo,

1999 dalam Badrul, 2015).

Pemeriksaan fisik yang lainnya bertujuan untuk mencari sumber

infeksi dan kemungkinan adanya infeksi intracranial meningitis atau ensevalitis

(Basuki, 2009 dalam Badrul, 2015).


1
6

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral
2) Hipertermi
3) Resiko Cidera
4) Defisit Pengetahuan
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Kriteria Hasil dan Intervensi (SIKI)
Keperawatan Tujuan (SLKI)
Ketidakefektifan Setelah dilakukan Perawatan Sirkulasi
perfusi jaringan asuhan keperawatan Observasi
cerebral selama ... x 24 jam 1. Periksa sirkulasi perifer

tingkat nyeri menurun (mis. Nadi perifer, suhu,


warna)
dengan kriteria hasil:
Manajemen Sensasi Perifer
1. tingkat kesadaran Observasi
membaik (5) 1. periksa perbedaan sensasi
2. tekanan panas atau dingin
intracranial menurun 2. identifikasi penyebab
(5) perubahan sensasi
3. Sakit kepala Terapiutik
menurun (5) 1. Hindari prmakian benda-
4. Gelisah menurun benda yang berlebihan
(5) suhunya
5. Kecemasan Edukasi
menurun (5) 1. Anjurkan penggunaan
6. Demam menurun thermometer untuk menguji
(5) suhu
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika perlu
1
7

Hipertermi Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia


asuhan keperawatan Observasi
selama ... x 24 jam 1. Identifikasi penyebab

tingkat nyeri menurun hipertermia (mis. Dehidrasi)


2. Monitor suhu tubuh
dengan kriteria hasil:
3. Monitor kadar elektrolit
1. menggigil Terapiutik
menurun (1) 1. Sediakan lingkungan yang
2. Kejang menurun dingin
(1) 2. Longgarkan atau lepaskan
3. suhu tubuh pakian
membaik (5) 3. Berikan cairan oral
Suhu kulit membaik Edukasi
(5) 1. Anjurkan tirah baring

Kolaborasi
1. Kolaborasi dalam
pemberian cairan intravena ,
jika perlu
Resiko Cidera Setelah dilakukan Pencegahan Cidera
asuhan keperawatan Observasi
selama ... x 24 jam 1. Identifikasi area

tingkat nyeri menurun lingkungan yang berpotensi


menyebabkan cidera
dengan kriteria hasil:
Terapiutik
1. kejadian cidera 1. sediakan pencahayaan
menurun (5) yang memadai
2. gunakan lampu tidur
selama jam tidur
1
8
1
9

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

suhu 38℃ biasanya terjadi pada usia 3 bulan – 5 tahun. Sedangkan usia < 4

minggu dan pernah kejang tanpa demam tidak termasuk dalam kategori ini.

(Ridha,2017).

3.2 SARAN

Kami sebagai penulis dapat berharap kepada para pembaca, dimana

setelah membaca makalah yang kami buat ini para pembaca apalagi para

mahasiswa keperawatan dapat memahami tentang Konsep kejang demam

pada anak.
2
0

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.A., 2012. Riset Keperawatan Dan Penulisan Teknik


Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.

Hk, N., Susilawati, F. & Amatiria, G., 2017. Faktor-Faktor Yang


Berpengaruh Dengan Kejadian Kejang Demam Pada Pasien
Anak D
Diarini, E.D.A., 2017. Asuhan Keperawatan Anak Kejang Demam Pada Klien An.
Y Dan An. H Dengan Masalah Keperawatan Hipertermi Di
Ruang Bougenvile Di Rsud Dr. Haryoto Lumajang. Karya Tulis
Ilmiah. Lumajang : Akademi Keperawatan Lumajang Akademi
Keperawatan Lumajang.

Farida, J. & Selviana, M., 2016. Peningkatan Self Efficacy Ibu Melalui
Metode Chalk And Talk Tentang Penanganan Pertama Kejang
Demam Pada Balita Di Desa Plosowahyu Kabupaten Lamongan.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 9, No. 2, Pp.178-85.
2
1

FORMAT LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. T


DENGAN KEJANG DEMAM
DI ABIMANYU

A. PENGKAJIAN
1. Data Umum
Identitas Klien
Nama ( Initial) : An. T
Umur : 3 th
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Status Marital :
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Suku Bangsa : Bali
Alamat : Gianyar
Tanggal Masuk : 20 april 2021
Tanggal Pengkajian :20 april 2021
No. Register :-
Diagnosa Medis : Kejang Demam

Identitas Penanggung Jawab


Nama (Initial) : Tn. A
Umur : 34 th
Hub. Dengan Klien : Ayah
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Gianyar

2. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
pasien mengeluh demam, batuk dan pilek
I. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI
Pasien dibawa ke UGD RSUD Sanjiwani Gianyar tanggal 21 April 2021 oleh
orang tuanya karena pasien kejang pukul 02.00 wita serta demam, setelah
diperiksa didapatkan hasil suhu tubuh pasien 39,2oC. Pasien dianjurkan untuk
rawat inap dan dirawat di Ruang Abimanyu. Pengkajian dilakukan tanggal 21
April 2021 pukul 09.00 Wita, didapatkan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital :
HR = 120x/menit, RR = 22 x/menit, suhu = 38,3oC
2
2

II. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


a. Pre natal
Saat hamil : Ibu merokok : (ya/ tidak)
Ibu minum minuman keras : (ya/ tidak)
b. Intra dan post natal
Intranatal
• Lama persalinan : ± 8 jam
• Saat persalinan : prematur/ matur/ serotinus
• Komplikasi persalinan :-
• Terapi yang diberikan : -
• Cara melahirkan : Pervaginam normal (√)
Dengan vakum ekstraksi ( ) Operasi caesar ( )
Lainnya ....................
• Tempat melahirkan : Rumah Sakit (√) Rumah Bersalin (
)
Rumah ( ) Lainnya ......................
Postnatal
• Usaha nafas : Dengan bantuan ( ) Tanpa bantuan (√)
• Kebutuhan resusitasi : -
• Apgar skor :9
• Bayi langsung menangis : ya/ tidak
• Tangisan bayi :kuat/lemah/ lainnya
(sebutkan).......................
• Obat-obatan yang diberikan setelah lahir :
• Trauma lahir : Ada ( ) Tidak (√)
• Narkosis : Ada ( ) Tidak (√)
• Keluarnya urin/ BAB : Ada ( ) Tidak (√)

c. Penyakit yang pernah diderita : -


d. Hospitalisasi : Januari 2020 karena penyakit yang
sama
2
3

e. Operasi : tidak ada


f. Injuri/ kecelakaan : tidak pernah
g. Alergi : tidak ada
h. Imunisasi : lengkap

III. RIWAYAT PERTUMBUHAN


Ibu pasien mengatakan dalam masa kehamilan tidak ada masalah dengan
kadungannya, ibu mengandung selama 9 bulan dan lahir secara
normal/spontan dan dibantu oleh tenaga medis (dokter dan bidan). Berat anak
saat lahir yaitu 2900 gram dan panjang badan 50 cm.

IV. TINGKAT PERKEMBANGAN (Gunakan Format DENVER II dan


lampirkan)
a. Sosial
Pasien (An.T) berstatus anak dalam keluarga dan dirawat oleh orang
tuanya, hubungan pasien dengan teman sebaya dan lingkungan rumah juga
baik
b. Motorik halus
Anak mampu mengamati dengan baik
c. Bahasa
Anak mampu memberikan respon terhadap suara (pada saat diajak
berbincang), dan mampu mengikuti perintah dan berbicara dengan spontan
d. Motorik kasar
Anak mampu duduk, berdiri, berjalan dan berlari
V. RIWAYAT SOSIAL
a. Hubungan dengan anggota keluarga :
Orang tua pasien mengatakan jika anaknya memiliki hubungan yang baik
dengan keluarganya serta saudara-saudaranya
b. Hubungan dengan teman sebaya :
Pasien mengatakan punya banyak teman di sekolah dan sering bermain
dengan tetangga (anak yang seumuran)
VI. RIWAYAT KELUARGA
2
4

a. Sosial ekonomi :
Ibu pasien mengatakan jika kebutuhannya anaknya dapat tercukupi dengan
baik

b. Lingkungan rumah :
Ibu pasien mengatakan jika An.T tinggal bersama dengan kedua orang tua
serta kakaknya, penduduk di sekitar lingkungannya cukup padat, rumah
dekat dengan jalan dan ventilasi serta penerangan di rumahnya baik.
c. Penyakit keluarga :
Ibu pasien mengatakan di keluarganya tidak ada yang mengidap penyakit
yang sama dengan yang dialami pasien, tidak ada penyakit keturunan
seperti DM, hipertensi dan tidak ada riwayat penyakit menular seperti
TBC, hepatitis dan lain sebagainya

d. Genogram :

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal Serumah
: Hubungan Dekat

Riwayat Sosiokultural
2
5

Keluarga meyakini penyakit yang diderita anaknya murni karena medis.


Jika pasien maupun anggota keluarga lainnya sakit biasanya dilakukan
penanganan dirumah terdahulu selalu di periksakan ke pelayanan kesehatan.

3. 3.    Pola Fungsi Kesehatan Gordon


a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Keluarga mengatakan jika anggota keluarganya ada yang sakit mereka
selalu membawanya ke klinik atau ke praktek dokter terdekat
b. Pola Nutrisi-Metabolik
Sebelum sakit : makan 3-4x/hari, dengan satu porsi habis, dan minum air
700ml/hari
Sesudah sakit : makan 3x/hari dengan satu porsi habis, minum sedikit2
tapi sering 500ml/hari
c. Pola Eleminasi
Sebelum sakit : BAB 1x/hari ada ampasnya, berbau, warna kuning, BAK
berwarna kuning pucat
Saat sakit : BAB 1x/hari, cair ada sedikit ampas, tidak berbau, warna
kuning, BAK berwarna kuning, berbau khas.

d. Pola Aktivitas dan Latihan


Sebelum sakit : keluarga mengatakan An. T aktif bermain dengan
kakaknya dirumah
Saat sakit : An. T hanya bisa terbaring lemas di tempat tidur
e. Pola koqnitif dan Persepsi
An. T bisa berbicara dengan normal dengan menggunakan bahasa sehari-
hari yaitu Bahasa bali, kemampuan interaksi sesuai (mudah
berinteraksi). Klien tidak mengalami mual muntah.
f. Pola Persepsi-Konsep diri
Gambaran diri : keluarga mengatakan anaknya adalah anak yang aktif
dirumah
Ideal diri :
Peran diri : An. T berperan sebagai anak kedua dari dua bersaudara

g. Pola Tidur dan Istirahat


Sebelum sakit : keluarga mengatakan An. T tidur pukul 21.30 wita dan
bangun tidur pukul 07.30 wita.
Saat sakit : keluarga mengatakan An. T tidur pukul 21.30 wita dan
bangun tidur 06.00 wita
h. Pola Peran-Hubungan
Peran pasien sebagai anak kedua dari dua bersaudara, dan hubungan
dengan kakaknya maupun orangtuanya sangat baik
i. Pola Seksual-Reproduksi
Tidak terkaji
j. Pola Toleransi Stress-Koping
Tidak terkaji
2
6

k. Pola Nilai-Kepercayaan
Pasien sembahyang pada hari suci saja

4. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan Umum
Composmentis
b. Tanda Vital
Suhu : 39,1oC , RR : 20x/mnt, Nadi : 130x/mnt

c. Kepala
Inspeksi : Bentuk simetris, rambut lurus, warna hitam
Palpasi : tidak ada lesi
d. Mata
Inspeksi : mata simetris, Konjungtiva merah muda, tidak ada
pembesaran pupil
e. Hidung
Inspeksi : bentuk simetris, terdapat bulu bulu halus, tidak ada pernapasan
cuping hidung
Palpasi : tidak ada lesi dan pembengkakan pada hidung

f. Telinga
Inspeksi : telinga simetris, tidak ada lesi, tidak ada perdarahan, tidak ada
serumen
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
g. Mulut
Inspeksi : bibir lembab, tidak ada perdarahan pada gusi,tidak ada lesi
h. Leher
Inspeksi : tidak ada lesi,
Palpasi : tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada nyeri tekan
i. Dada dan Punggung
Paru
Inspeksi : bentuk dada normal chest, tidak ada retraksi dada, ekspansi
dada sama
Palpasi : vocal fremitus teraba sama
Perkusi : suara paru sonor
Auskultasi : suara paru vesikolor
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : tidak ada pembesaran jantung
Perkusi : suara pekak
Auskultasi : s1 s2 tunggal, reguler
j. Abdomen
Inspeksi : tidak ada lesi, perut datar
Auskultasi : bising usus normal
2
7

Palpasi : tidak ada nyeri tekan


Perkusi : suara tympanni
k. Ekstremitas
Inspeksi : tidak lesi pada tangan maupun kaki
Palpasi : kekuatan otot tangan dan kaki normal
l. Genetalia
Tidak terkaji
m. Anus
Tidak terkaji

4. DATA PENUNJANG (Pemeriksaan Diagnostik) :

HEMATOLOGI
TANGGAL DARAH
LENGKAP
20-04-2021 Trombosit 319 10ˆ3/uL 150-450
20-04-2021 RDW-SD 38,5 fl 35.0 – 56.0
20-04-2021 RDW-CV 12,8 % 11.5 – 14.5
20-04-2021 PDW 15.7 fl 9.0 – 17.0
20-04-2021 PCT 0.265 % 0.108 –
0.282
20-04-2021 Neu% 81.1 % 50.0 – 70.0
20-04-2021 Neu# 13.40 10ˆ3/uL 2.00 – 7.00
20-04-2021 MPV 8.3 Fl 7.0 – 11.0
20-04-2021 Mon% 4.9 % 3.0 – 8.0
20-04-2021 Mon# 0.80 10ˆ3/uL 0.12 – 0.8
20-04-2021 MCV 77.5 fl 80.0 –
100.0
20-04-2021 MCHC 33.2 g/dL 32.0 – 36.0
20-04-2021 MCH 25.8 pg 27.0 – 31.0
20-04-2021 Lym% 13.6 % 20.0 – 40.0
20-04-2021 Lym# 2.25 10ˆ3/uL 0.80 -4.00
20-04-2021 Lekosit 16.52 10ˆ3/uL 4.00 –
10.00
20-04-2021 HGB 11.6 g/dL 11.0 –
16.00
20-04-2021 HCT 34.8 % 37.0 – 54.0
20-04-2021 RBC 4.49 10ˆ3/uL 3.50-5.50
20-04-2021 Eos% 0.3 % 0.5-5.0
20-04-2021 Eos# 0.05 10ˆ3/uL 0.02 – 0.5
20-04-2021 Bas% 0.1 % 0.0 – 1.0
20-04-2021 Bas# 0.02 10ˆ3/uL 00.0-0.10

6. DATA TAMBAHAN

7. THERAPI
2
8

No Tanggal awal diberikan Nama Dosis Rute Indikasi


1 20-04-2021 D5 ½ NS 14 tpm iv
2 20-04-2021 Paracetamol 15 ML iv
3 20-04-2021 Cefotaxime 3 x 500 mg iv
4 20-04-2021 Ondasentrone 3 x 3 mg iv
5 20-04-2021 Diazepam 1x po
1mg(puyer)
6 20-04-2021 L Bio K/P 2 x 1 sach po

B. ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah


Kolaboratif /
Keperawatan
S : Keluarga mengatakan Kejang Hipertemi
pasien demam, muntah
tidak ada
O: Aktivitas otot meningkat
S : 39.1
N : 130 x/mnt
RR : 20 x/mnt Metabolisme meningkat

Suhu tubuh meningkat

S : Keluarga mengatakan Batuk pilek Bersihan


pasien batuk dan pilek jalan napas
O : Ku lemah tidak efektif
S : 39.1 Resiko Inflamasi
N : 130 x/mnt
RR : 20 x/mnt

S : Keluarga mengatakan Resiko kejang berulang Resiko


masih anak masih usia 3 cidera
th akan rawan terjadinya Inkordinasi konstraksi otot
resiko cidera mulut dan lidah
O : Ku lemah
Pasien tampak teraring
diatas tempat tidur

C. TABEL DAFTAR MASALAH KOLABORATIF / DIAGNOSA


KEPERAWATAN
No Tanggal dan jam ditemukan Diagnosa Tanggal
keperawatan dan jam
teratasi
1 21– 04- 2021 pukul : 12.00 Hipertermi Belum
teratasi
2
9

2 21-04-2021 pukul 12.00 Bersihan jalan Belum


napas tidak efektif teratasi
3 21-04-2021 pukul 12.10 Resiko cidera Belum
teratasi
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS
1. Hipertermi berhubungan dengan suhu tubuh diatas nilai normal
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan batuk tidak efektif
3. Resiko cidera berhubungan dengan kejang

E. PERENCANAAN
Diagnosa Kriteria Hasil dan Tujuan Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan
Hipertemi Luaran Utama: Termogulasi Intervensi Utama :
Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipertermia
Obsevasi
keperawatan selama ... x 24 Observasi
1. untuk mengetahui
jam tingkat nyeri menurun 1. Identifikasi penyebab
pemicu terjadi suhu
dengan kriteria hasil: hipertermia (mis. tubuh meningkat
1. Kejang menurun (5) Dehidrasi, terpapar
2. Suhu tubuh membaik (5) lingkungan panas) 2. suhu tubuh >37.5oC
dapat menandakan
3. Suhu kulit membaik (5) 2. Monitor suhu tubuh
terjadinya proses
4. Kulit merah menurun (5) 3. Monitor kadar elektrolit infeksius
3. dapat mengurangi
Terapiutik
demam dan terjadinya
1. Sediakan lingkungan dehidrasi dalam tubuh
Terapiutik
yang dingin
1. Lingkungan yang
2. longgarkan atau lepaskan dingin dapat mebantu
menurunkan demam
pakian
2. pakian yang
3. berikan cairan oral digunakan dapat
membantu menurunkan
4. lakukan pendinginan
suhu mendekati normal
eksternal (mis. Kompres 3. pemberian cairan
dalam tubuh dapat
dingin pada dahi, leher,
menurunkan demam
dada dan aksila, abdomen) 4. dapat membantu
menurunkan panas
Edukasi
tubuh akibat efek
1. Anjurkan tirah baring validilatasi dalam
tubuh
Kolaborasi
Edukasi
1. Kolaborasi dalam 1. dengan istirahat
3
0

pemberian cairan dan yang cukup dapat


mengurangi aktivitas
elektrolit intravena, jika
dalam tubuh
perlu Kolaborasi
1. pemberian cairan
dapat mengurangi
demam dalam tubuh
Bersihan jalan Luaran Utama : Bersihan Pemantauan respirasi Observasi
napas tidak 1. gerakan dada yang
jalan napas Observasi
efektif tidak simetris sering
Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor frekuensi , terjadi karena gerakan
pada dinding dada
keperawatan selama ... x 24 irama, kedalaman dan
jam tingkat nyeri menurun upaya napas 2. untuk mengetahui
pergerakan napas
dengan kriteria hasil: 2. monitor pola napas
3. batuk efektif dapat
1. Batuk efektif meningkat (5) 3. monitor kemampuan mengeluarkan sekret
pada jalan napas
2. Frekuensi napas membaik (5) batuk efektif
4. untuk mengetahui
4. monitor adanya sputum adanya sputum dalam
jalan napas
5. auskultasi bunyi napas
4. jika terdapat mengi
dalam paru dapat
merespon adanya
sekret dalam paru-paru

Resiko Cidera Setelah dilakukan asuhan Pencegahan Cidera


Observasi
keperawatan selama ... x 24 Observasi
1. untuk mengetahui
jam tingkat nyeri menurun 1. Identifikasi area area lingkungan yang
lingkungan yang berbahaya
dengan kriteria hasil:
berpotensi
1. kejadian cidera menurun (5) menyebabkan cidera
Terapiutik Terapiutik
1. sediakan 1. untuk memadai
lingkungan yang aman
pencahayaan yang
memadai
2. gunakan lampu tidur 2. untuk mencegah
selama jam tidur terjadi cedera saat tidur
3
1

F. IMPLEMENTASI
No Nama
Hari/ tgl/jam Tindakan Keperawatan Evaluasi
Diagnosa dan ttd
DS : keluarga mengatakan
1 1. Monitor suhu tubuh demam
DO :
21 April Suhu : 38.5 oC
2021 RR : 20 x/mnt
Nadi : 126 x/mnt

1 DS : -
2. longgarkan atau lepaskan
DO :
21 april pakian
Pasien tampak hanya
2021
mengunakan pakian dalam
dan popok
1 3. lakukan pendinginan DS : keluarga melakukan
kompres pada dahi dan
eksternal (mis. Kompres
ketiak
21 april dingin pada dahi, leher, DO :
2021 Terlihat kompres pada dahi
dada dan aksila, abdomen)
dan ketiak

1 4. Anjurkan tirah baring DS : -


DO :
21 april
Pasien hanya tertidur lemas
2021
diatas kasur

1 5. Kolaborasi dalam DS : -
pemberian cairan dan
DO : terpasang infus D5 ½
21 april Ns
2021 elektrolit intravena, jika
perlu

No Nama
Hari/ tgl/jam Tindakan Keperawatan Evaluasi
Diagnosa dan ttd
21 April DS : keluarga mengatakan
2021 2 1. Monitor frekuensi , batuk dan pilek
irama, kedalaman dan DO :
upaya napas RR : 20 x/mnt
N : 126 x/mnt
Suhu : 38.5 oC
3
2

2 monitor kemampuan batuk DS : -


21 april
efektif DO : pasien mampu
2021
melakukan batuk efektif

No Nama
Hari/ tgl/jam Tindakan Keperawatan Evaluasi
Diagnosa dan ttd
1. Identifikasi area DS : -
3 DO :
lingkungan yang
Klien memiliki riwayat
berpotensi kejang
21 April menyebabkan cidera
2021

3 2. sediakan DS : -
DO : tampak pencahayaan
21 april pencahayaan yang
di kamar pasien memadai
2021 memadai

3. gunakan lampu tidur DS : keluarga mengatakan


21 april jika selama jam tidur
selama jam tidur
2021 pencahyaan selalu hidup
DO : -

No Nama
Hari/ tgl/jam Tindakan Keperawatan Evaluasi
Diagnosa dan ttd
DS : keluarga mengatakan
1 1. Monitor suhu tubuh demam sudah menurun
DO :
22 April Suhu : 37.6 oC
2021 RR : 20 x/mnt
Nadi : 120 x/mnt

1 2. longgarkan atau lepaskan DS : -


DO :
22 april pakian
Pasien tampak hanya
2021
mengunakan pakian dalam
dan popok
3
3

1 3. lakukan pendinginan DS : keluarga melakukan


kompres pada dahi dan
eksternal (mis. Kompres
ketiak
22 april dingin pada dahi, leher, DO :
2021 Terlihat kompres pada dahi
dada dan aksila, abdomen)
dan ketiak

1 4. Anjurkan tirah baring DS : -


DO :
22 april
Pasien hanya tertidur lemas
2021
diatas kasur

1 5. Kolaborasi dalam DS : -
pemberian cairan dan
DO : terpasang infus D5 ½
22 april Ns
2021 elektrolit intravena, jika
perlu

No Nama
Hari/ tgl/jam Tindakan Keperawatan Evaluasi
Diagnosa dan ttd
DS : keluarga mengatakan
2 1. Monitor frekuensi , batuk dan pilek sudah
irama, kedalaman dan berkurang
upaya napas DO :
22 April
RR : 20 x/mnt
2021
N : 120 x/mnt
Suhu : 37.6 oC

2 monitor kemampuan batuk DS : -


22 april
efektif DO : pasien mampu
2021
melakukan batuk efektif

No Nama
Hari/ tgl/jam Tindakan Keperawatan Evaluasi
Diagnosa dan ttd
22 April 1. Identifikasi area DS : -
2021 3 DO :
lingkungan yang
Klien memiliki riwayat
berpotensi kejang
menyebabkan cidera
3
4

3 2. sediakan DS : -
DO : tampak pencahayaan
22 april pencahayaan yang
di kamar pasien memadai
2021 memadai

3. gunakan lampu tidur DS : keluarga mengatakan


22 april jika selama jam tidur
selama jam tidur
2021 pencahyaan selalu hidup
DO : -

No Nama
Hari/ tgl/jam Tindakan Keperawatan Evaluasi
Diagnosa dan ttd
DS : keluarga mengatakan
1 1. Monitor suhu tubuh sudah bekurang
DO :
23 April Suhu : 37.4 oC
2021 RR : 20 x/mnt
Nadi : 120 x/mnt

1 2. longgarkan atau lepaskan DS : -


DO :
23 april pakian
Pasien tampak hanya
2021
mengunakan pakian dalam
dan popok
1 4. Anjurkan tirah baring DS : -
DO :
23 april
Pasien hanya tertidur lemas
2021
diatas kasur

1 5. Kolaborasi dalam DS : -
pemberian cairan dan
DO : terpasang infus D5 ½
23 april Ns
2021 elektrolit intravena, jika
perlu

No Nama
Hari/ tgl/jam Tindakan Keperawatan Evaluasi
Diagnosa dan ttd
23 April 1. Identifikasi area DS : -
2021 3 DO :
lingkungan yang
Klien memiliki riwayat
berpotensi kejang
menyebabkan cidera
3
5

3 2. sediakan DS : -
DO : tampak pencahayaan
23 april pencahayaan yang
di kamar pasien memadai
2021 memadai

3. gunakan lampu tidur DS : keluarga mengatakan


23 april jika selama jam tidur
selama jam tidur
2021 pencahyaan selalu hidup
DO : -

G. EVALUASI

No Nama dan
No Hari/tgl Evaluasi
Diagnosa ttd
1 21 1
april S : keluarga mengatakan demam
2021 O : pasien tampak meringis
S : 38,6oC
RR : 20 x/mnt
Nadi : 128 x/mnt
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi

21 2 S : kelurga mengatakan batuk dan pilek


2 April O:
2021 S : 38,6oC
RR : 20 x/mnt
Nadi : 128 x/mnt
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi

3 21 3 S : Keluarga mengatakan anak masih usia 3


april tahun bisa saja rawan terjadinya cedera
2021 O : Ku lemah
Pasien tampak terbaring lemas di tempat
tidur
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
4 22 1 S : keluarga mengatakan demam sudah
april berkurang
2021 O:
S : 37,6oC
3
6

RR : 20 x/mnt
Nadi : 124 x/mnt
A : Masalah belum teratasi
P : Lamjutkan intervensi
5. 22 2 S : keluarga mengatakan batuk dan pilek
april sudah berkurang
2021 O:
S : 37,6oC
RR : 20 x/mnt
Nadi : 124 x/mnt
Pasien tidak tampak sesak
Mampu batuk efektif
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
6 22 S : Keluarga mengatakan anak masih usia 3
april tahun bisa saja rawan terjadinya cedera
2021 O : Ku lemah
Pasien tampak terbaring lemas di tempat
tidur
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
.7 23 1 S : keluarga mengatakan demam sudah
april berkurang
2021 O:
S : 36,4oC
RR : 20 x/mnt
Nadi : 120 x/mnt
A : Masalah teratasi
P : pasien pulang
8 23 3 S : Keluarga mengatakan anak masih usia 3
april tahun bisa saja rawan terjadinya cedera
2021 O : Ku baik
A : Masalah teratasi
P : pasien pulang

Anda mungkin juga menyukai