Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN ACUTE MYELOID LEUKEMIA

(AML)

OLEH :
NI MADE PUTRI ARIASTINI
NIM. 209012548

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES WIRA MEDIKA BALI

2021
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN ACUTE MYELOID LEUKEMIA (AML)

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFINISI
AML adalah kelompok neoplasma dari sumsum tulang yang menyebabkan
menurunnya jumlah eritrosit, neutrofil dan trombosit yang dapat terjadi pada semua
umur, namun frekuensinya semakin meningkat dengan bertambahnya umur seseorang.
Acute Myeloid Leukemia merupakan suatu bentuk kelainan sel hematopoetik yang
dikarakteristikkan dengan adanya proliferasi berlebihan dari sel myeloid yang dikenal
dengan myeloblas (Rogers, 2010).
Leukemia mieloid akut (Acute Myeloid Leukemia atau AML) dapat disebut
dengan beberapa nama diantaranya adalah leukemia mielositik akut, leukemia
myelogenous akut, leukemia granulositik akut, dan leukemia non-limfositik akut. Istilah
akut diartikan sebagai leukemia yang dapat berkembang cepat jika tidak diterapi dan
berakibat fatal dalam beberapa bulan, sedangkan istilah mieloid merujuk pada tipe sel
asal, yaitu sel-sel mieloid imatur (sel darah putih selain limfosit, sel darah merah, atau
trombosit) (American Cancer Society, 2016). AML merupakan suatu penyakit yang
ditandai dengan transformasi neoplastik dan gangguan diferensiasi sel-sel progenitor
dari seri myeloid, meliputi neutrofil, eosinofil, monosit, basofil, megakariosit dan
sebagainya (Suryani, Salamah, Wiharto, & Wijaya, 2014).

2. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO


Lebih dari 90% kasus AML pada anak-anak, belum diketahui pasti penyebab
dasarnya. Muculnya penyakit AML diperkirakan bukan penyebab tunggal tetapi
gabungan dari beberapa faktor risiko seperti genetik, lingkungan, infeksi, dan
diperantarai imun. Penelitian menununjukan kurang mengkonsumsi buah-buahan dan
sayur dapat menyebabkan perubahan DNA yang mungkin terjadi pengembangan sel
leukemia. Kekurangan asam folat, vitamin B12, dan B6 juga menjadi faktor risiko AML
(American Cancer Society, 2016).
Penelitian menunjukan teori virus sebagai penyebab AML, yaitu enzyme reverse
transcriptase ditemukan dalam darah manusia. Enzim ini ditemukan dalam virus
onkogenik seperti virus C atau retrovirus tipe C, yaitu jenis virus RNA yang
menyebabkan leukemia pada binatang. Adapun penelitian yang mendukung teori virus
penyebab leukemia yaitu Gross yang mengemukakan telah ditemukan virus C pada
mikroskop electron dari penderita AML. Selain lain itu, Virus Epstein-Barr (virus
RNA) menyebabkan penyakit Burkitt (sejenis tumor kelenjar limpe (limpoma) terdapat
pada anak-anak) yang kelak berkaitan dengan terjadinya keganasan. Faktor risiko
leukemia yaitu genetik, terjadi karena keabnormalan kromosom. Jenis keabnormalan
kromosom yang berhubungan dengan leukemia pada anak yaitu sindrom Bloom, anemia
Flanconi, sindrom klinefelter, ataxiatelangiectasia, trisomi G, neurofibromatosis, dan
sindrom. Anak dengan sindrom down mempunyai insiden leukemia akut 20 kali lipat.
Selain itu, terdapat insiden leukemia lebih tinggi dari saudara kandung anak yang
terserang, dengan insiden yang meningkat sampai 20% pada kembar monozigot
(American Cancer Society, 2016).
Faktor lingkungan berupa pajanan dengan radiasi ionisasi atau pergion dosis
tinggi dan zat-zat kimia (misal, benzen, arsen, peptisida, kloramfenikol, fenilbutazon,
dan agen antineoplastik) berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya AML.
Paparan radiasi dapat ditemui pada pengobatan kanker (kemoterapi), sinar nuklir, dan
sinar X-ray. Benzen ditemukan pada asap rokok atau di beberapa area kerja industri
yang berhubungan dengan minyak/gas. Benzen terdapat dalam perekat, lem karet,
aerosol spray, pelumas, bensin, semir sepatu cair, cat, pengencer cat, dan perekat adesif
(American Cancer Society, 2016).
Pada sebagian besar kasus, etiologi dari AML tidak diketahui. Namun terdapat
beberapa faktor prediposisi dari AML pada populasi tertentu (Suryani, Salamah,
Wiharto, & Wijaya, 2014):
a. Obat-obatan seperti chloramphenicol, phenylbutazone, chloroquine dan
methoxypsoralen dapat merangsang terjadinya kerusakan pada sumsum tulang yang
kemudian beresiko terhadap terjadinya AML.
b. Senyawa kimia seperti yang terkandung pada rokok, pestisida, herbisida, dan
benzene diketahui berpotensi merangsang perkembangan AML.
c. Radiasi ionik juga diketahui dapat menyebabkan AML, seperti pada orang-orang
yang selamat dari bom atom di Hirosima dan Nagasaki pada 1945. Efek
leukomogenik dari paparan ion radiasi tersebut mulai tampak sejak 1,5 tahun sesudah
pengeboman dan mencapai puncaknya 6 atau 7 tahun sesudah pengeboman.
d. Penyakit yang berhubungan dengan gangguan kromosom, seperti pada sindrom
Down (trisomi kromosom 21), sindrom Bloom, anemia Fanconi dan klinefelter,
diketahui mempunyai resiko yang jauh lebih tinggi dibandingkan populasi normal
untuk menderita AML.
e. Terapi radiasi dengan menggunakan golongan alkylating agent dan topoisomerase II
inhibitor diketahui dapat meningkatkan resiko terjadinya AML. Golongan alkylating
agent seperti cychlophospamide, melphalan, dan nitrogen mustard sering
dihubungkan dengan kejadian abnormalitas pada kromosom 5 dan/atau 7. Terpapar
golongan topoisomerase II inhibitor seperti etoposide dan teniposide sering
menyebabkan abnormalitas pada kromosom 11 dan/atau 27.

3. EPIDEMIOLOGI
AML adalah bentuk leukemia akut yang paling sering terjadi pada dewasa
seiring dengan pertambahan usia dan jarang terjadi pada anak-anak (Rogers, 2010).
Kejadian AML diperkirakan terjadi pada dua sampai tiga orang dari 100.000 penduduk,
dengan presentase penduduk usia dewasa adalah 85% dan anak-anak adalah 15%. AML
lebih sering ditemukan pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan (American
Cancer Society, 2016).
Yayasan Onkologi Anak Indonesia menyatakan bahwa setiap tahun ditemukan
650 kasus anak dengan leukemia di seluruh Indonesia, 150 kasus di antaranya terdapat
di Jakarta dan sekitar 38% menderita jenis AML. Data kejadian AML di Indonesia
masih sangat terbatas, terdapat laporan insidens AML di Jogjakarta yaitu terdapat
delapan orang dari satu juta populasi (Supriyadi, Purwanto, Widjajanto, 2013).

4. PATOFISIOLOGI (PATHWAY TERLAMPIR)


Patogenesis utama AML adalah adanya gangguan pematangan yang
menyebabkan proses diferensiasi sel-sel mieloid terhenti pada sel-sel muda (blast)
dengan akibat terjadi akumulasi blast di sumsum tulang. Akumulasi Blast di dalam
sumsum tulang akan menyebabkan terjadinya gangguan hematopoesis normal yang
akhirnya akan mengakibatkan sindrom kegagalan sumsum tulang (bone marrow failure
syndrome) yang ditandai dengan adanya sitopenia (anemia, leukopeni, trombositopeni).
Adanya anemia akan menyebabkan pasien mudah lelah dan pada kasus yang lebih berat
akan sesak nafas, adanya trombositopenia akan menyebabkan tanda-tanda perdarahan,
serta adanya leukopenia akan menyebabkan pasien rentan terhadap infeksi. Selain itu,
sel-sel blast yang terbentuk juga dapat bermigrasi keluar sumsum tulang atau
berinfiltrasi ke organ-organ lain seperti kulit, tulang, jaringan lunak dan sistem saraf
pusat dan merusak organ-organ tersebut (American Cancer Society, 2016).
Pada hematopoiesis normal, myeloblast merupakan sel myeloid yang belum
matang yang normal dan secara bertahap akan tumbuh menjadi sel darah putih dewasa.
Namun, pada AML myeloblast mengalami perubahan genetik atau mutasi sel yang
mencegah adanya diferensiasi sel dan mempertahankan keadaan sel yang imatur, selain
itu mutasi sel juga menyebabkan terjadinya pertumbuhan tidak terkendali sehingga
terjadi peningkatan jumlah sel blast (Suryani, Salamah, Wiharto, & Wijaya, 2014).

5. MANIFESTASI KLINIS
Hiperleukositosis (> 100.000 sel darah putih/ mm3) terjadi pada AML dan dapat
menyebabkan gejala leukostasis, misalnya disfungsi atau perdarahan okuler dan
serebrovaskular yang termasuk kegawatdaruratan medis, walaupun hal ini jarang terjadi.
Leukositosis terjadi pada sekitar 50% kasus AML, sedangkan 15% pasien mempunyai
angka leukosit yang normal dan sekitar 35% pasien mengalami netropenia. Meskipun
demikian, sel-sel blast dalam jumlah yang signifikan di darah tepi akan ditemukan pada
85% kasus AML. Oleh karena itu sangat penting untuk memeriksa rincian jenis sel-sel
leukosit di darah tepi sebagai pemeriksaan awal, untuk menghindari kesalahan diagnosis
pada orang yang diduga menderita AML (Handayani & Haribowo, 2008).
Gejala AML biasanya terjadi setelah beberapa minggu dan dapat dibedakan
menjadi 3 tipe (Davis, Viera, & Mead, 2014). yaitu:
a. Gejala kegagalan sumsum tulang
Gejala kegagalan sumsum merupakan keluhan umum yang paling sering. Leukemia
menekan fungsi sumsum tulang sehingga menyebabkan kombinasi dari anemia,
leukopenia dan trombositopenia. Gejala yang khas adalah lelah dan sesak nafas
(akibat anemia), infeksi bakteri (akibat leukopenia) dan perdarahan (akibat
trombositopenia atau terkadang akibat koagulasi intravaskuler diseminata/DIC). Pada
pemeriksaan fisik juga sering ditemukan kulit pucat, memar dan perdarahan serta
demam sebagai tanda infeksi. Perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk purpura atau
petekia yang sering dijumpai di ekstremitas bawah atau berupa epistaksis, perdarahan
gusi dan retina (Davis, Viera, & Mead, 2014).
b. Gejala sistemik
Gejala sistemik yang ditemukan dapat berupa malaise, penurunan berat badan,
berkeringat dan penurunan nafsu makan, serta kelainan metabolik seperti
hiperkalsemia (sangat jarang) (Davis, Viera, & Mead, 2014).
c. Gejala lokal
Gejala lokal yang terkadang ditemukan berupa tanda infiltrasi leukemia/sel blast di
kulit, gusi atau sistem saraf pusat. Infiltrasi sel-sel blast di kulit akan menyebabkan
leukemia kutis yaitu berupa benjolan yang tidak berpigmen dan tanpa rasa sakit.
Infiltrasi sel-sel blast di jaringan lunak akan menyebabkan nodul di bawah kulit
(kloroma). Infiltrasi sel-sel blast di dalam tulang akan menimbulkan nyeri tulang
yang spontan atau dengan stimulasi ringan. Infiltrasi sel-sel blast ke dalam gusi akan
menyebabkan pembekakan pada gusi. Selain itu dapat terjadi hepatomegali dan
splenomegali akibat infiltrasi sel-sel blast di hati dan limpa. Meskipun jarang, pada
AML juga dapat dijumpai infiltrasi sel-sel blast ke daerah meningen (Davis, Viera, &
Mead, 2014).

6. KLASIFIKASI
French-American-British (FAB) sejak tahun 1976 telah mengklasifikasikan AML
menjadi 8 subtipe, berdasarkan pada hasil pemeriksaan morfologi sel dan pengecatan sitokimia.
Klasifikasi FAB (Davis, Viera, & Mead, 2014): Tabel 1. Klasifikasi AML menurut FAB
No Subtipe Penjelasan
1 M0 AML berdiferensiasi minimal
2 M1 AML tanpa maturasi
3 M2 AML dengan berbagai derajat maturasi
4 M3 Leukemia promielositik hipergranular
5 M4 Leukemia mielomonositik
6 M5 Leukemia monoblastik
7 M6 Eritroleukemia
8 M7 Leukemia megakarioblastik
Klasifikasi tersebut kemudian digantikan dengan klasifikasi menurut World
Health Organization (WHO) dengan kriteria abnormalitas genetika atau genetika molekuler
(Yuliana, 2017): Tabel 2. Klasifikasi AML menurut WHO
Kategori
AML with recurrent genetic abnormalities
AML with t(8;21)(q22;q22); RUNX1-RUNX1T1
AML with inv(16)(p13.1q22) atau t(16;16)(p13.1;q22); CBFB-MYH11
APL with t(15;17)(q22;q12); PML-RARA
AML with t(9;11)(p22;q23); MLLT3-MLL
AML with t(6;9)(p23;q34); DEK-NUP214
AML with inv(3)(q21q26.2) atau t(3;3)(q21;q26.2); RPN1-EVI1
AML (megakaryoblastic) with t(1;22)(p13;q13); RBM15-MKL1
AML with mutated NPM1
AML with mutated CEBPA
AML with myelodysplasia-related changes
Therapy-related myeloid neoplasms
AML, not otherwise specified (NOS)
AML with minimal differentiation
AML without maturation
AML with maturation
Acute myelomonocytic leukemia
Acute monoblastic/monocytic leukemia
Acute erythroid leukemia
Acute megakaryoblastic leukemia
Acute basophilic leukemia
Acute panmyelosis with myelofibrosis
Myeloid sarcoma
Myeloid proliferations related to Down syndrome
Transient abnormal myelopoiesis
Myeloid leukemia associated with Down syndrome
Blastic plasmocytoid dendritic cell neoplasm
Acute leukemias of ambiguous lineage
Acute undifferentiated leukemia
Mixed phenotype acute leukemia with t(9;22)(q34;q11.2); BCR-ABL1
Mixed phenotype acute leukemia with t(v;11q23); MLL rearranged
Mixed phenotype acute leukemia, B/myeloid, NOS
Mixed phenotype acute leukemia, T/myeloid, NOS
Natural killer cell lymphoblastic leukemia/lymphoma

7. PEMERIKSAAN FISIK
Pada kasus AML, hasil pemeriksaan fisik sering menunjukkan gejala akibat
anemia seperti kelelahan dan takipnea, akibat trombositopenia seperti petekie dan
ekimosis (peradarahan dalam kulit), serta adanya tanda-tanda infeksi seperti demam,
menggigil dan takikardi akibat menurunnya leukosit (leukopenia). Selain itu adanya
infiltrasi sel blast terutama pada jaringan tulang dapat menyebabkan terjadinya nyeri
tulang (Price & Wilson, 2006).

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan darah lengkap, bertujuan untuk mengetahui perubahan pada jumlah dari
masing-masing komponen darah yang ada. Dari pemeriksaan ini akan didapatkan
gambaran adanya anemia, trombositopenia, leukopenia, leukositosis ataupun kadar
leukosit yang normal(Dohner, Estey, Amadori, Appelbaum, Buchner, Burnett, et al.,
2010).
b. Morfologi, Biopsi aspirasi sumsum tulang merupakan bagian dari pemeriksaan rutin
untuk diagnosis AML. Pulasan darah dan sumsum tulang diperiksa dengan
pengecatan May-Grunwald-Giemsa atau Wright-Giemsa. Untuk hasil yang akurat,
diperlukan setidaknya 500 sel nucleated dari sumsum tulang dan 200 sel darah putih
dari perifer. Hitung blast sumsum tulang atau darah ≥ 20% diperlukan untuk
diagnosis AML, kecuali AML dengan t(15;17), t(8;21), inv(16), atau t(16;16) yang
didiagnosis terlepas dari persentase blast (Dohner, Estey, Amadori, Appelbaum,
Buchner, Burnett, et al., 2010).
c. Immunophenotyping, Pemeriksaan ini menggunakan flow cytometry, sering untuk
menentukan tipe sel leukemia berdasarkan antigen permukaan. Kriteria yang
digunakan adalah ≥ 20% sel leukemik mengekpresikan penanda (untuk sebagian
besar penanda) (Dohner, Estey, Amadori, Appelbaum, Buchner, Burnett, et al.,
2010).
d. Sitogenetika, Abnormalitas kromosom terdeteksi pada sekitar 55% pasien AML
dewasa (Dohner, Estey, Amadori, Appelbaum, Buchner, Burnett, et al., 2010).
Pemeriksaan sitogenetika menggambarkan abnormalitas kromosom seperti
translokasi, inversi, delesi, adisi (American Cancer Society, 2016).
e. Sitogenetika moleculer, Pemeriksaan ini menggunakan FISH (fluorescent in situ
hybridization) yang juga merupakan pilihan jika pemeriksaan sitogenetika gagal.
Pemeriksaan ini dapat mendeteksi abnormalitas gen atau bagian dari kromosom
seperti RUNX1-RUNX1T1, CBFB-MYH11, fusi gen MLL dan EV11, hilangnya
kromosom 5q dan 7q (Dohner, Estey, Amadori, Appelbaum, Buchner, Burnett, et al.,
2010).
f. Pemeriksaan imaging, Pemeriksaan dilakukan untuk membantu menentukan
perluasan penyakit jika diperkirakan telah menyebar ke organ lain. Contoh
pemeriksaannya antara lain X-ray dada, CT scan, MRI (American Cancer Society,
2016).

9. DIAGNOSIS ATAU KRITERIA DIAGNOSIS


Secara klasik diagnosis AML ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik,
morfologi sel dan pengecatan sitokinoia. Diagnosis AML dapat ditegakkan berdasarkan
hasil pemeriksaan morfologi sel dan pengecatan sitokimia (Sutoyo dan Setiyohadi,
2006). Ketika ditemukan ≥30% sel blast pada aspirasi sumsum tulang belakang
(berdasarkan pada kriteria French-American-British (FAB) Cooperative Group) atau
minimal 20% (berdasarkan kriteria WHO), maka dapat ditegakkan leukemia akut.
Kemudian akan dilakukan pemeriksaan pengecatan sitokimia dengan menggunakan
Suddan Black B atau myeloperoxidase untuk mengetahui jenis leukemia yang terjadi.
Jika hasil pengecatan sitokimia positif maka dapat ditegakkan diagnosis AML
(American Cancer Society, 2016).

10. TERAPI ATAU TINDAKAN PENANGANAN


Pengobatan AML dilakukan dalam 2 fase, yaitu fase induksi, yang bertujuan
untuk mencapai remisi, dan fase paska remisi untuk mempertahankan remisi.
a. Terapi induksi remisi
Remisi dicapai ketika dalam sumsum tulang ataupun darah tepi ditemukan kurang
dari 5% sel blast. Terapi induksi remisi menggunakan kombinasi dari anthracycline
(seperti idarubicin, daunorubicin) dan cytaribine. Golongan anthracycline biasanya
diberikan 40-60 mg/m2 secara rutin selama 3 hari sedangkan cytaribine diberikan
100-200 mg/m2 secara rutin selama 7 hari (Newton, Hickey, & Marrs, 2009).
Penggunaan kombinasi golongan anthracycline dan cytaribine secara rutin
menghasilkan persentase CR (complete remission) 70-80% pada usia ≤60 tahun dan
50% pada usia lebih tua (Newton, Hickey, & Marrs, 2009).
b. Terapi postremisi
Terapi postremisi bertujuan untuk mencegah terjadinya kekambuhan. Terdapat 2
pilihan terapi postremisi, yaitu transplantasi sumsum tulang (autolog atau alogenik)
dan kemoterapi. Transplantasi yang bersifat autolog dilakukan dengan cara
mengambil sel sumsum tulang sebelum pasien mendapatkan terapi induksi untuk
kemudian diinfusikan kembali ke paien, sedangkan transplantasi yang bersifat
alogenik dilakukan dengan mengambil sel sumsum tulang dari donor yang memiliki
kecocokan HLA atau dari saudara kandung (Newton, Hickey, & Marrs, 2009). Selain
terapi standar untuk mengatasi AML, terdapat beberapa penanganan terhadap tanda
gejala yang muncul atau tindakan resusitasi untuk memperbaiki kondisi umum
pasien yaitu dengan pemberian antibiotic dosis tinggi untuk mengatasi infeksi, serta
pemberian transfusi darah dengan PCR (Packed red cell) atau darah lengkap untuk
mengatasi anemi dan transfusi konsetrat trombosit untuk mengatasi trombositopenia
yang terjadi (Newton, Hickey, & Marrs, 2009).
c. Terapi Biologi
Metode ini, juga dikenal sebagai immunotherapy, menggunakan zat yang
memperkuat respon sistem kekebalan terhadap kanker. Salah satu bentuk terapi
biologi dikenal sebagai antibodi monoklonal. Meskipun antibodi ini diproduksi
dalam laboratorium, namun dapat meniru protein dalam sistem kekebalan tubuh
(antibodi) yang menyerang benda asing pada sel-sel leukemia. Gemtuzumab
ozogamicin adalah salah satu antibodi monoklonal yang digunakan sebagai terapi
biologis dalam AML (Newton, Hickey, & Marrs, 2009).
d. Transplantasi stem cell sumsum tulang
Metode ini dapat membantu dalam membangun kembali sel-sel induk yang sehat
dengan mengganti sumsum tulang yang tidak sehat dengan sel yang bebas dari sel
induk leukimia yang akan menumbuhkan sumsum tulang yang sehat. Metode ini
dapat digunakan untuk terapi konsolidasi. Untuk menghancurkan sumsum tulang dan
menghasilkan manfaat pada penyakit leukemia pasien, maka akan diberi dosis yang
sangat tinggi dari kemoterapi atau terapi radiasi sebelum transplantasi sel induk.
Setelah itu, akan diberikan infus sel induk dari donor yang kompatibel (transplantasi
alogenik). Sel induk sendiri seseorang juga dapat digunakan (transplantasi
autologous), yaitu dengan mengambil dan menyimpan sel-sel sehat induk mereka
untuk transplantasi di masa depan (Newton, Hickey, & Marrs, 2009).
e. Terapi obat lain
Ada obat anti kanker yang dapat digunakan sendiri atau dalam kombinasi dengan
kemoterapi untuk induksi remisi dari subtipe tertentu dari AML disebut
promyelocytic leukemia, seperti arsenik trioksida dan semua jenis trans retinoic acid
(ATRA) (Newton, Hickey, & Marrs, 2009).

11. PROGNOSIS
Dengan terapi agresif, 40 -50 % penderita yang mencapai remisi akan hidup
lama (30-40 % angka kesembuhan keseluruhan), namun jika tidak diobati, AML dapat
berdampak fatal dalam 3-6 bulan. Prognosis juga semakin buruk seiring dengan
pertambahan usia, serta apabila terdapat kelainan sel leukemia secara genetic (Price and
Wilson, 2006).

12. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi akibat AML, antara lain (Newton, Hickey, &
Marrs, 2009): Gagal sumsum tulang, Infeksi, Koagulasi Intravaskuler Diseminata
(KID/DIC), Splenomegali, Hepatomegali

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
Pengkajian secara umum yang dapat dilakukan pada pasien adalah meliputi:
1) Identitas, meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,
suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, serta diagnosa medis.
2) Keluhan utama:
Biasanya keluhan utama klien adalah adanya tanda-tanda perdarahan pada kulit
seperti petekie, tanda-tanda infeksi seperti demam, menggigil, serta tanda anemia
seperti kelelahan dan pucat.

3) Riwayat penyakit sekarang


Biasanya klien tampak lemah dan pucat, mengeluh lelah, dan sesak. Selain itu
disertai juga dengan demam dan menggigil, penurunan nafsu makan dan penurunan
berat badan.
4) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit dengan gangguan pada kromosom atau pernah mengalami
kemoterapi atau terapi radiasi.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Adanya keluarga yang pernah menderita leukemia atau penyakit keganasan lain
sebelumnya.
6) Hasil pemeriksaan fisik
Dari hasil pemeriksaan fisik, bisa didapatkan:
 Inspeksi
Kelemahan, tampak pucat, tanda-tanda perdarahan seperti petekie, ekimosis,
perdarahan pada gusi, serta adanya luka yang menandakan kelemahan imun tubuh
(sariawan/ stomatitis).
 Palpasi
Dapat terjadi leukemia kutis akibat infiltrasi sel blast pada kulit yaitu berupa
benjolan yang tidak berpigmen dan tanpa rasa sakit, pembekakan pada gusi,
hepatomegali dan splenomegali.
 Auskultasi
Ditemukan adanya perubahan pada suara dan frekuensi nafas karena sesak akibat
anemia.
7) Hasil pemeriksaan penunjang
 Dari hasil pemeriksaan darah akan didapatkan adanya penurunan jumlah eritrosit
sampai dengan ≤7,5 g/dl (anemia berat), penurunan trombosit <100.000 g/ml
(trombositopenia) dan penurunan leukosit (leukositopenia).
 Dari hasil biopsi sumsum tulang belakang akan didapatkan gambaran adanya
peningkatan jumlah sel blast (myeloblas) ≥20%.
 Dari hasil pemeriksaan pengecatan sitokimia dengan menggunakan Suddan Black
B atau myeloperoxidase akan didapatkan hasil yang positif.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL


Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau
respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada risiko masalah
kesehatan atau pada proses kehidupan (PPNI, 2016) . Diagnosis atau masalah
keperawatan yang terjadi pada anak dengan leukimia antara lain :
1. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009) berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin
2. Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis: inflamasi,
iskemia, neoplasma)
3. Hipertermia (D.0130) berhubungan dengan penyakit ( mis: infeksi, kanker).
4. Defisit nutrisi (D.0019) berhubungan dengan faktor psikologis (mis : stress,
keengganan untuk makan)
5. Gangguan mobilitas fisik (D.0054) berhubungan dengan nyeri
6. Risiko infeksi (D.0142) dibuktikan dengan ketidakadekuatan pertahan tubuh
sekunder (penurunan hemoglobin, imununospresi leukopenia, supresi respon
inflamasi)
7. Risiko perdarahan (D.0012) dibuktikan dengan gangguan koagulasi (misalnya
trombositopenia)
3. RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1) Perfusi perifer tidak efektif Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x… jam Intervensi Utama
berhubungan dengan penurunan diharapkan : Perawatan Sirkulasi (I.02079)
konsentrasi hemoglobin (D.0009) Luaran Utama : Perfusi Perifer (L.02011) meningkat Tindakan
Kriteria Hasil : Observasi
- Warna kulit pucat meningkat 1. Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer, edema,
- Nyeri ekstremitas menurun pengisian kapiler, warna, suhu, anklebrachial index)
- Paratesia menurun 2. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada
- Kelemahan otot menurun ekstremitas
Terapeautik
- Akral membaik
1. Lakukan pencegahan infeksi
- Turgor kulit membaik 2. Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di
area keterbatasan perfusi
Edukasi
1. anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (mis.
Rendah lemak jenuh, minyak ikan omega 3)
2. informasikan tanda dan gejala darurat yang harus
dilaporkan (mis. Rasa sakit yang tidak hilang saat
istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa)

Intervensi Pendukung
Transfusi Darah (I.02089)
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi rencana transfusi
2. Monitor tanda-tanda vital sebelum, selama dan setelah
transfusi
3. Monitor reaksi transfusi
Terapeutik
4. Lakukan double check pada label darah
5. Berikan transfusi dalam waktu maksimal 4 jam
Edukasi
6. Jelaskan tujuan dan prosedur transfusi
Jelaskan tanda dan gejala reaksi transfusi yang perlu
dilaporkan
2) Nyeri akut berhubungan dengan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x… jam Intervensi Utama
agen pencedera fisiologis (mis: diharapkan : 1. Manajemen Nyeri (I.08238)
inflamasi, iskemia, neoplasma) Luaran Utama : Tingkat nyeri (L.08066) menurun Tindakan
(D.0077). Observasi
Kriteria Hasil :
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
- Keluhan nyeri menurun kualitas, intensitas nyeri
- Meringis menurun 2. Identifikasi skala nyeri
- Gelisah cukup menurun 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
- Kesulitan tidur menurun 4. Monitor efek samping penggunaan analgetik
- Frekuensi nadi membaik Terapeautik
- Pola napas membaik 1. Berikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (mis : terapi music, aromaterapi, tehnik imajinasi
- Pola tidur cukup membaik
terbimbing, terapi ermain)
Luaran Tambahan : Kontrol Nyeri (L.08063) meningkat 2. Fasilitasi istirahat dan tidur
Kriteria Hasil : Edukasi
- Melaporkan nyeri terkontrol meningkat 1. Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Dukungan orang terdekat meningkat 2. Anjurkan penggunaan analgetik secara tepat
- Keluhan nyeri (penggunaan analgetik) menurun 3. Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
3) Hipertermia berhubungan dengan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x… jam Intervensi Utama
penyakit (mis: infeksi, kanker) diharapkan : 1. Manajemen hipertermia ( I.15506)
(D.0130) Luaran Utama : Termoregulasi (L.14134) membaik Observasi
Kriteria Hasil : 1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi,
- Pucat menurun terpapar lingkungan panas)
- Takikardia menurun 2. Monitor suhu tubuh
- Takipnea menurun 3. Monitor komplikasi akibat hipertermia
- Suhu tubuh membaik Terapeautik
- Pengisian kapiler membaik 1. Sediakan lingkungan yang dingin
- Tekanan darah membaik 2. Berikan cairan oral
3. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
4. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika
perlu
4) Defisit nutrisi berhubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x… jam Intervensi utama
dengan faktor psikologis (mis : diharapkan : 1. Manajemen nutrisi (I.03119)
stress, keengganan untuk makan) Luaran Utama : Defisit nutrisi (L.03030) membaik Tindakan
(D.0019) Kriteria hasil : Observasi
- Porsi makan yang dihabiskan cukup meningkat 1. Identifikasi status nutrisi
- Verbalisasi keinginan untuk meningkat nutrisi cukup 2. Identifikasi makanan yang disukai
meningkat 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis makanan
- Berat badan membaik 4. Monitor berat badan
- Nafsu makan membaik Terapeautik
- Membrane mukosa membaik 1. Sajikan makanan yang menarik dan suhu yang sesuai
2. Berikan makanan tinggi kalori dan protein
Luaran tambahan : Nafsu makan (L.03024) meningkat 3. Berikan suplemen makanan, jika perlu
Kriteria Hasil : Edukasi
- Keinginan makan meningkat 1. Ajarkan diet yang diprogramkan
- Asupan cairan meningkat Kolaborasi
- Asupan nutrisi meningkat 1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan
5) Gangguan mobilitas fisik Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x… jam Intervensi Utama :
berhubungan dengan nyeri (D.0054) diharapkan : Dukungan Mobilisasi (I.05173)
Luaran Utama : Mobilitas fisik (L.05042) meningkat Tindakan
Kriteria Hasil : Observasi
- Rentang gerak (ROM) meningkat 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Nyeri menurun 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
- Kelemahan fisik menurun Terapeutik
3. Fasilitasi melakukan pergerakan, bila perlu
4. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
5. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
6. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
7. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
(misalnya duduk di tempat tidur, duduk di sisi tempat
tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi)
6) Risiko infeksi dibuktikan dengan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x… jam Intervensi Utama
ketidakadekuatan pertahan tubuh diharapkan : 1. Pencegahan infeksi (I.14539)
sekunder (penurunan Luaran Utama : Tingkat nyeri (L.14137) menurun Tindakan
hemoglobin, imununospresi Kriteria hasil : Observasi
- Nafsu makan meningkat 1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
leukopenia, supresi respon
Terapeautik
inflamasi) (D.0142) - Nyeri menurun
1. Batasi jumlah pengunjung
- Kadar sel darah putih membaik 2. Pertahankan tehnik aseptik pada pasien berisiko tinggi
- Kultur darah membaik Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
3. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

Intervensi Pendukung
1. Manajemen medikasi (I.14517)
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi penggunaan obat sesuai resep
2. Identifikasi masa kadaluarsa obat
3. Monitor kepatuhan menjalani program pengobatan
Terapeautik
1. Fasilitasi perubahan program pengobatan, jika perlu
2. Sediakan sumber informasi program pengobatan secara
visual dan tertulis
3. Fasilitasi pasien dan keluarga melakukan penyesuaian
pola hidup akibat program pengobatan
Edukasi
1. Anjurkan menghubungi petugas kesehatan jika terjadi
efek samping obat
7) Risiko perdarahan dibuktikan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x… jam Intervensi Utama
dengan gangguan koagulasi diharapkan : 1. Pencegahan perdarahan (I.02067)
(misalnya trombositopenia) Luaran Utama : Tingkat perdarahan (L.02017) menurun Tindakan
(D.0012) Kriteria hasil : Observasi
- Kelembapan membrane mukosa meningkat 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
- Hemoglobin membaik 2. Monitor nilai hematocrit/hemoglobin sebelum dan
- Suhu tubuh membaik sesudah kehilangan darah
- Hematokrit membaik 3. Monitor koagulasi (mis. Partial Thromboplastin
Time(PTT))
Terapeautik
4. Pertahankan bed rest selama perdarahan
5. Batasi tindakan invasive, jika perlu
Edukasi
6. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
7. Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
8. Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika
perlu
10. Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. (2016). Leukemia-Acute Myeloid (Myelogenous). Diakses pada


8 Juli 2017: http://www.cancer.org/acs/groups/ cid/documents/webcontent/003110.

Bulecheck, Gloria N. & Joanne McCloskey Doctherman. (2008). Nursing Interventions


Clasification (NIC). Fifth Edition. Missouri: Mosby Elsevier.

Davis AS, Viera AJ, Mead MD. (2014). Leukemia: An overview for primary care. Am
Fam Physician;89(9):731-8.

Dohner H, Estey EH, Amadori S, Appelbaum FR, Buchner T, Burnett AK, et al. (2010).
Diagnosis and management of acute myeloid leukemia in adults: Recommendations
from an international expert, on behalf of the European Leukemia Net.
Blood;115:453-74.

Herdman, T.Heather & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA International Diagnoses:


Definitions and Classification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell.

Hockenberry, M.J & Wilson, D. (2009). Essential of Pediatric Nursing. St. Louis
Missoury: Mosby.

Moorhed, Sue, Marion Jhonson, Meridean L. Mass, dan Elizabeth Swanson. 2008. Nursing
Outcomes Classifications (NOC) Fourth Edition. Missouri: Mosby Elsevier

Newton, Susan., Hickey, Margaret., Marrs, Joyce. (2009). Oncology nursing advisor.
Canada: Elsevier.

Price and Wilson. (2006). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Vol. 1, Ed.
6. Jakarta: EGC.

Rogers, B. B. (2010). Advances in the Management of Acute Myeloid Leukemia in Older


Adult Patients. Oncology Nursing Forum, 37(3): 168-179. (Online), diakses pada
tanggal 5 Juli 2017, melalui:
http://media.proquest.com/media/pq/classic/doc/2038231261/...3D.

Supriyadi E, Purwanto I, Widjajanto PH. (2013). Terapi leukemia mieloblastik akut anak:
Protokol Ara-C, doxorubicin dan etoposide (ADE) vs modifikasi Nordic Society of
Pediatric Hematology and Oncology (m-NOPHO). Sari Pediatri;14(6):345-50.

Suryani, Esti., Salamaha, Umi., Wiharto., Wijaya, Andreas Andy. (2014). Identifikasi
Penyakit Acute Myeloid Leukemia (AML)Menggunakan ‘ Rule Based System’
Berdasarkan Morfologi Sel Darah Putih Studi Kasus : AML2 dan AML4. Semarang:
Seminar Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi Terapan 2014. ISBN: 979-26-
0276-3.
Lampiran Pathway Acute Myloid Leukemia

Faktor eksogen Faktor endogen

Sinar x, sinar hormon Bahan kimia Ras Kongenital Herediter


radioaktif

AML (ACUTE MYLOID LEUKEMIA Tindakan kemoterapi

2
Proliferasi sel kanker

1 menghasilkan leukosit yang imatur/abnormal dalam jumlah yg berlebihan

Leukosit yang abnormal menyusup Hematopoiesis normal terhambat


sumsum tulang

Proliferasi limfosit imatur ke Penurunan Penurunan Penurunan


sumsum tulang jumlah eritrosit jumlah trombosit jumlah leukosit

Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)


Risiko perdarahan Risiko infeksi
(D.0012) (D.0142)
1

Infiltrasi leukosit imatur ke organ

Terganggunya perkembangan sel


organ normal oleh sel kanker

Pembuluh limfe Infiltrasi Hati limpa Sel tulang


periosteal

limfadenopati Peningkatan hepatomegali Splenomegali Nyeri pada tulang


tekanan dan persendian
intrakranial
Fungsi pembuluh
limfe untuk Gangguan fungsi hati dan limpa Nyeri akut
menyaring (D.0077)
mikroorganisme Peningkatan
terganggu TIK
2 Tindakan pengobatan kemoterapi Gangguan mobilitas fisik
(D.0054)
Risiko infeksi Hipertermia
(D.0142) (D.0130)

Pada sel-sel di
Mukosa GI
sumsum yang aktif
yang aktif
membelah juga
membelah
dihambat
juga
dihambat

Supresi sumsum Mempengaruhi


tulang mukosa
lambung

Lambung
Produksi Produksi Produksi stres
leukosit RBC trombosit
menurun menurun menurun
Mempengaruhi pusat
mual muntah di
Risiko Risiko
Perfusi hipotalamus
infeksi perdarahan
perifer
(D.0142) (D.0012)
tidak
efektif Mempengaruhi
(D.0009) lambung untuk
meningkatkan produksi
HCL

Mual dan muntah

Gg metabolisme
protein, karbohidrat
dan lemak

Nutrisi tidak
mencukupi tubuh

Defisit nutrisi
(D.0019)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. GR DENGAN ACUTE MYELOID
LEUKEMIA (AML) DI RUANG ANGSOKA II RSUP SANGLAH DENPASAR
TANGGAL 20-23 APRIL 2021

A. PENGKAJIAN
1. Data Umum
Identitas Pasien
Nama ( Initial) : Tn. GR
Umur : 56 tahun
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Marital : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja (sudah pension)
Suku Bangsa : Bali
Alamat : Br. Jasri, Blahbatuh, Gianyar
Tanggal Masuk : 19 April 2021
Tanggal Pengkajian : 20 April 2021
No. Register : 21003236
Diagnosa Medis : Acute Myeloid Leukimia (AML) M4

Identitas Penanggung Jawab


Nama (Initial) : Ny. IT
Umur : 51 tahun
Hub. Dengan Pasien : Istri pasien
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Br. Jasri, Blahbatuh, Gianyar

2. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Pasien mengeluh lemas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien telah terdiagnosis Acute Myeloid Leukimia (AML) melalui hasil BMP sejak
Februari 2021. Pasien sudah menjalani kemoterapi, terakhir tanggal 3 April 2021.
Pasien riwayat demam saat MRS sampai menggigil,namun saat pengkajian demam
sudah tidak ada. Pasien riwayat perdaraan gusi saat MRS, saat pengkajian perdarahan
gusi sudah berhenti. Pasien tampak lemas dan pucat.

Riwayat Kesehatan Dahulu


1) Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan selama ini jarang sakit, hanya mengalami batuk pilek dan demam
biasa, yang sembuh dengan istirahat. Pasien telah terdiagnosis Acute Myeloid
Leukimia (AML) melalui hasil BMP sejak Februari 2021.
2) Pernah dirawat
Pasien mengatakan sebelum terdiagnosa leukemia, pasien tidak pernah sakit parah
yang sampai mengharuskan pasien dirawat inap. Pasien sempat dirawat di RS pada
Bulan Maret selama 9 hari untuk penegakan diagnose dilanjutkan dengan pemberian
kemoterapi
3)  Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan, obat, debu dan dingin.
4) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)
Pasien mengatakan kadang mengkonsumsi kopi saat ingin atau saat kumpul-kumpul
dengan teman-temannya, namun tidak setiap hari. Merokok dan minum minuman
beralkohol disangkal.

Riwayat Kesehatan Keluarga


Dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit keganasan maupun penyakit
keturunan seperti Diabetes Mellitus dan Hipertensi serta penyakit menular seperti
Hepatitis dan TBC.
Genogram :

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan

: Meninggal
: Tinggal serumah
: Pasien

Riwayat Sosiokultural
Kegiatan kemasyarakatan pasien berkurang sejak sakit, namun pasien sering
dikunjungi oleh teman-temannya di rumah, istri pasien mengatakan pasien adalah
orang yang mudah bergaul dan mempunyai banyak teman. Pasien sudah pensiun dari
pekerjaannya sebagai karyawan swasta di sebuah tempat wisata di Gianyar sejak satu
tahun yang lalu, pasien tidak memiliki konflik sosial, istri pasien adalah orang yang
paling dekat dengan pasien, yang membiayai pasien selama perawatan ialah asuransi
APBD Gianyar, pasien tidak memiliki masalah keuangan. Selama pasien di rumah
sakit kadang pasien berkomunikasi dengan pasien dan penunggu pasien lainnya.

3. Pengkajian per Sistem Tubuh (ROS /Review of System)


a. Sistem Respirasi (Pernafasan)
1) Keadaan umum lemah, nafas spontan dengan oksigen ruangan
2) Respiratory rate (RR) : 18 kali/menit, irama teratur
3) Inspeksi: Bentuk dada simetris, tidak ada lesi, tidak terdapat retraksi dinding
dada
4) Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus (+), tidak ada benjolan, posisi
trakea berada di tengah, simetris dan tidak ada penyimpangan
5) Perkusi: : Suara paru sonor
6) Auskultasi: Suara paru vesikuler
7) Keluhan batuk dan sesak nafas tidak ada
8) Riwayat merokok, pasien sudah berhenti merokok sejak 2 tahun yang lalu.
b. Sistem Kardiovaskular
1) Kardio (Jantung)
a) Nadi : 84 kali/menit, kuat, teratur, isi cukup
b) Inspeksi: Ictus cordis tidak terlihat di ICS 5
c) Palpasi: Ictus cordis teraba di ICS 5
d) Perkusi: Perkusi jantung pekak
e) Auskultasi: Suara jantung S1S2 Tunggal Reguler, murmur tidak ada
2) Vaskular (Pembuluh darah)
Warna kuku sianosis tidak ada, CRT 2 detik
c. Sistem Persarafan
1) Tingkat kesadaran : Composmetis
GCS : E4 M6 V5
2) Tingkat kenyamanan : Nyeri tidak ada, skala nyeri : 0 skala 0-10
3) Fungsi sensori : tidak ada kelainan (hilang rasa, rasa terbakar / panas dan baal
tidak ada)
Fungsi motorik : tidak ada kelainan (pasien dapat menggenggam dengan kuat,
pergerakan aktif.
4) Kejang atau tremor tidak ada
d. Sistem Pencernaan
1) Inspeksi : Bentuk abdomen datar, tidak ada benjolan, tidak ada lesi.
2) Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, distensi tidak ada, massa atau acites tidak ada
3) Perkusi : Perkusi abdomen timpani pada keempat kuadran
4) Auskultasi : Bising usus terdengar 25 x/menit
5) Pasien tidak ada mual ataupun muntah
6) Saat ini pasien diet TKTP
7) Saat ini selera makan pasien masih baik dan tidak mengalami masalah saat
menelan makanan
8) Pasien sempat mengalami penurunan berat badan pada bulan Februari 2021,
namun saat ini berat badan pasien telah kembali ke berat badan semula, yaitu 56
kg, tinggi badan : 170 cm, IMT : 19,4 kg/m2 (normal).
9) Pasien mengatakan rutin BAB 1x sehari, setiap pagi hari dengan konsistensi
lunak, dan Pasien jarang mengalami gangguan pencernaan seperti diare atau
konstipasi.
e. Sistem Perkemihan
1) Pasien BAK kurang lebih 5-6 kali sehari, warna kuning jernih.
2) Nyeri saat BAK disangkal, nocturia tidak ada
f. Sistem Indera :
1) Mata
Inspeksi : Mata kanan dan kiri simetris, tidak terdapat edema pada palpebra,
konjungtiva anemis, kornea anikterik, persebaran bulu mata merata, pupil
isokor, refleks pupil +/+, pasien menggunakan kacamata plus
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada mata
2) Hidung
Inspeksi : Hidung simetris, mukosa hidung lembab, tidak ditemukan adanya
sumbatan, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak menggunakan alat bantu
pernafasan, mimisan tidak ada
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada keempat sinus
Pasien dapat mengenali bau, tidak ada gangguan dalam penciuman
3) Telinga
Inspeksi : Telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi, tidak ada serumen ,
tidak ada pengeluaran darah atau cairan, pendengaran baik, tidak memakai alat
bantu pendengaran.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
4) Mulut
Inspeksi : Tampak sisa bekas perdarahan gusi, rembesan darah tidak ada, Gigi
cukup bersih, karies gigi (-), peradangan (-), pada pemeriksaan bibir, Keadaan
lidah bersih dan pada orofaring tidak terdapat peradangan dan pembesaran
tonsil.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Pasien dapat mengenali rasa manis, asam, asin dan pahit dengan baik
5) Kulit
Warna kulit pucat, pruritus tidak ada, nyeri, edema, dan penurunan suhu tidak
ada, pasien mampu membedakan sensasi dingin dan panas.
g. Sistem Muskuloskeletal
1) Nyeri pada tulang dan otot tidak ada, kram atau spasme tidak ada
2) Kekakuan sendi dan nyeri sendi tidak ada
3) Pergerakan ekstremitas tangan dan kaki bebas, ROM (range of motion) tidak
terbatas, kekuatan otot 5555 5555
5555 5555
4) Pasien mampu duduk, berjalan, berdiri, postur tubuh normal
5) Tanda-tanda fraktur atau dislokasi tidak ada
h. Sistem Integumen
1) Integritas kulit utuh dan membrane mukosa lembab, turgor kulit menurun, dan
keadaan umum kulit jaundice (tidak ada)
2) Warna kulit pucat, pruritus tidak ada
3) Luka tidak ada, bekas operasi/skar tidak ada, dekubitus tidak ada
4) Palpasi : nyeri, edema, dan penurunan suhu tidak ada
i. Sistem Endokrin
Pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, berdebar dan keringat berlebihan tidak ada,
polifagi, poliuri dan polidipsi tidak ada
j. Sistem Imun
Pasien merupakan pasien immunocompromise, dengan febrile neutropenia
(Neutrofil : 0,00%)
k. Sistem Reproduksi
Tidak ada kelainan

4. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan Umum : Lemah
Tingkat kesadaran : Composmetis
GCS : E4 M6 V5
2) Tanda Vital
Nadi =84 x/menit, Suhu = 37oC , TD =110/70mmHg, RR =18 x/menit
3) Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala normocephalic, rambut hitam, penyebaran rambut merata,
kulit kepala bersih.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
4) Mata
Inspeksi : Mata kanan dan kiri simetris, tidak terdapat edema pada palpebra,
konjungtiva anemis, kornea anikterik, persebaran bulu mata merata, pupil isokor,
refleks pupil +/+
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada mata
5) Hidung
Inspeksi : Hidung simetris, mukosa hidung lembab, tidak ditemukan adanya
sumbatan, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak menggunakan alat bantu
pernafasan, mimisan tidak ada
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada keempat sinus
6) Telinga
Inspeksi : Telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi, tidak ada serumen , tidak
ada pengeluaran darah atau cairan, pendengaran baik, tidak memakai alat bantu
pendengaran.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
7) Mulut
Inspeksi : Tampak sisa bekas perdarahan gusi, rembesan darah tidak ada, Gigi
cukup bersih, karies gigi (-), peradangan (-), pada pemeriksaan bibir, Keadaan lidah
bersih dan pada orofaring tidak terdapat peradangan dan pembesaran tonsil.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
8) Leher
Inspeksi : Pada leher posisi trakea berada di tengah, simetris dan tidak ada
penyimpangan. Tidak ada pembesaran tiroid, Pasien dapat berbicara, vena
jugularis tidak mengalami pembesaran.
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, denyut nadi karotis teraba
9) Dada dan Punggung
1) Dada
 Paru
Inspeksi: Bentuk dada simetris, tidak ada lesi, tidak terdapat retraksi dinding
dada
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus (+), tidak ada benjolan
Perkusi: : Suara paru sonor
Auskultasi: Suara paru vesikuler
 Jantung
Inspeksi: Ictus cordis tidak terlihat di ICS 5
Palpasi: Ictus cordis teraba di ICS 5
Perkusi: Perkusi jantung pekak
Auskultasi: Suara jantung S1S2 Tunggal Reguler
2) Punggung
Inspeksi: Bentuk simetris, tidak ada lesi, bentuk tulang belakang normal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
10) Abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen datar, tidak ada benjolan, tidak ada lesi.
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada
Perkusi : Perkusi abdomen timpani pada keempat kuadran
Auskultasi : Bising usus terdengar 25 x/menit
11) Ekstremitas
 Atas
Inspeksi : tangan kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi, tidak ada sianosis, tidak
ada nikotin standing, tidak ada clubing finger.
Palpasi : Akral hangat, CRT 2 detik
 Bawah
Inspeksi : Kaki kanan dan kiri tidak ada lesi, tidak ada odema, tidak ada clubing
finger, panggul kiri tampak bengkak
Palpasi : Akral hangat, CRT < 2 detik, nyeri tekan pada panggul kiri sampai ke
kaki
Kekuatan otot 5555 5555
5555 5555
12) Genetalia
Tidak tampak kelainan
13) Anus
Tidak tampak kelainan
5. DATA PENUNJANG (Pemeriksaan Diagnostik) :
Hasil BMP tanggal 10 Februari 2021 : AML M2.
Hasil DL tanggal 20 April 2021
Hb : 7,90 g/dL, PLT : 8,00 103/µL, Ne# : 0,00 103/µL, WBC : 0,55 103/µL
Pemeriksaan Hasil Satuan Batas normal
WBC 0,55 103/µL 4.1-11.0
RBC 2,71 103/µL 4.5-5,90
HB 7,90 g/dL 13.5-17.5
HCT 23,50 % 41.0-53.0
MCV 86,70 fL 80.0-100.0
MCH 29,20 pg 26.0-34.0
MCHC 33,60 g/dL 31-36
Trombosit 8,00 103/µL 150-440
RDW- CV 16,70 % 11.6-14.8
MPV 11,20 fL 6.80-10.0
Neutrophil 0,00 103/µL 2.50-7.50
Limfosit 0.32 103/µL 1.00-4.00
monosit 0.22 103/µL 0.10-1.2
eusinofil 0.01 103/µL 0.00-0.50
Basophil 0.00 103/µL 0.0-0.1

6. THERAPI
No Tanggal awal Nama Dosis Rute Indikasi
diberikan
1. 19 April 2021 Paracetamol 750 mg oral antipiretik
tiap 8 jam
2. 19 April 2021 GCSF 300 mg Subcutan Neutropenia
tiap 24 berat
jam
3. 19 April 2021 Cefepime 2 gram Intravena Antibiotika
tiap 8 jam profilaksis
4. 19 April 2021 Transfusi 2 x 250 ml Intravena Anemia
PRC
5. 19 April 2021 Transfusi 5 kantong Intravena Trombositopenia
TC (±250 ml)

B. ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
Kolaboratif /
Keperawatan
DS: Pasien mengatakan mengeluh Risiko perfusi
lemas Proliferasi sel kanker perifer tidak
DO: efektif
- Kulit pasien tampak pucat
- Turgor kulit menurun menghasilkan leukosit
- Hb : 7,90 g/dL yang imatur/abnormal
dalam jumlah yg
berlebihan

Hematopoiesis normal
terhambat

Penurunan jumlah
eritrosit

Risiko perfusi perifer


tidak efektif

DS : Pasien mengatakan riwayat Risiko


perdarahan pada gusi kemarin Proliferasi sel kanker perdarahan
DO : Keadaan umum lemah, saat
ini perdarahan gusi sudah berhenti,
PLT : 8.00 103/µL menghasilkan leukosit
yang imatur/abnormal
dalam jumlah yg
berlebihan

Hematopoiesis normal
terhambat

Penurunan jumlah
trombosit

Risiko perdarahan
DS : - Risiko infeksi
DO : Proliferasi sel kanker
- Pasien terpasang infus
- Suhu : 37C
- Nadi : 84 kali/menit menghasilkan leukosit
- TD : 110/70 mmHg yang imatur/abnormal
- RR : 18 kali/menit dalam jumlah yg
- Ne# : 0,00 103/µL, Hb : 7,90 berlebihan
g/dL

Hematopoiesis normal
terhambat

Penurunan jumlah
leukosit

Risiko infeksi

C. TABEL DAFTAR MASALAH KOLABORATIF / DIAGNOSA


KEPERAWATAN
No. Tanggal Diagnosa Keperawatan Tanggal
dan jam dan jam
ditemuka teratasi
n
1. 20 April Risiko perfusi perifer tidak efektif (D.0015) 23 April
2021 pk. berhubungan dengan penurunan konsentrasi 2021
14.00 hemoglobin dibuktikan dengan pasien mengeluh pk.14.00
merasa lemas, warna kulit pucat, turgor kulit
menurun, Hb : 7,90 g/dL
2 20 April Risiko perdarahan (D.0012) dibuktikan dengan 23 April
2021 pk. gangguan koagulasi (trombositopenia PLT : 8.00 2021
14.00 103/µL) pk.14.00
2 20 April Risiko infeksi (D.0142) dibuktikan dengan (belum
2021 pk. ketidakadekuatan pertahan tubuh sekunder teratasi)
14.00 (penurunan hemoglobin Hb : 7,90 g/dL,
imununospresi neutropenia Ne# : 0,00 103/µL)

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS


1. Risiko perfusi perifer tidak efektif (D.0015) berhubungan dengan penurunan
konsentrasi hemoglobin dibuktikan dengan warna kulit pucat, turgor kulit menurun,
Hb : 7,90 g/dL
2. Risiko perdarahan (D.0012) dibuktikan dengan gangguan koagulasi
(trombositopenia PLT : 8.00 103/µL)
3. Risiko infeksi (D.0142) dibuktikan dengan ketidakadekuatan pertahan tubuh
sekunder (penurunan hemoglobin Hb : 7,90 g/dL, imununospresi neutropenia Ne# :
0,00 103/µL)
No No. Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
Diagnosa hasil
1. 1 Setelah diberikan Intervensi Utama Perawatan Sirkulasi (I.02079)
asuhan keperawatan Perawatan Sirkulasi (I.02079) 1. Memeriksa sirkulasi perifer merupakan
selama 3x24 jam Tindakan suatu hal yang sangat penting untuk
E. PE
diharapkan : Observasi mengetahui adanya gangguan sirkulasi.
RE
Luaran Utama : 1. Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi 2. Adanya panas, kemerahan nyeri dan
NC
Perfusi Perifer perifer, edema, pengisian kapiler, bengkak pada ekstremitas menunjukkan
AN
(L.02011) meningkat warna, suhu, anklebrachial index) adanya tanda-tanda infeksi
AA
Kriteria Hasil : 2. Monitor panas, kemerahan, nyeri, 3. Pentingnya melakukan pencegahan
N
- Warna kulit atau bengkak pada ekstremitas infeksi karena pada pasien dengan
pucat menurun Terapeutik gangguan perfusi perifer rentan terjadi
- Turgor kulit 3. Lakukan pencegahan infeksi infeksi pada ekstremitas
membaik 4. Hindari pemasangan infus atau 4. Untuk mencegah terjadinya infeksi
pengambilan darah di area 5. Pasien paham tanda dan gejala darurat
keterbatasan perfusi sehingga mendapatkan penanganan
Edukasi segera.
5. informasikan tanda dan gejala darurat
yang harus dilaporkan (mis. Rasa
sakit yang tidak hilang saat istirahat, Transfusi Darah (I.02089)
luka tidak sembuh, hilangnya rasa) 1. Untuk mengetahui program transfusi
sesuai instruksi dokter
Intervensi Pendukung 2. Tanda-tanda vital pasien sebelum
Transfusi Darah (I.02089) tranfusi untuk memastikan pasien tidak
Tindakan dalam kondisi demam saat akan
Observasi diberikan transfusi, sedangkan selama
1. Identifikasi rencana transfusi dan setelah transfusi tanda-tanda vital
2. Monitor tanda-tanda vital sebelum, penting dimonitor untuk mengetahui
selama dan setelah transfusi secara dini adanya tanda reaksi transfusi.
F. IMPLEMENTASI
No
Hari/ Nama
Diagno Tindakan Keperawatan Evaluasi
tgl/jam dan ttd
sa
Selasa, 20 1,3 Jelaskan tanda dan gejala DS:Kelurga dan pasien
April infeksi mengatakan paham
2021 DO:Pasien dan keluarga
Pukul kooperatif
14.00
Putri A.
Pukul 1,3 Mempertahankan tehnik DS:-
14.05 aseptik pada pasien DO: Tindakan sudah
berisiko tinggi dilakukan

Putri A.
Pukul 2 - Melaskan tanda DS:Kelurga dan pasien
14.30 dan gejala mengatakan paham
perdarahan DO:Pasien dan keluarga
- Menganjurkan kooperatif
segera melapor
jika terjadi Putri A.
perdarahan
Pukul 1 Menginformasikan tanda DS:Kelurga dan pasien
15.00 dan gejala darurat yang mengatakan paham
harus dilaporkan (mis. DO:Pasien dan keluarga
Rasa sakit yang tidak kooperatif
hilang saat istirahat, luka
tidak sembuh, hilangnya Putri A.
rasa)

Pukul 3 Memberi injeksi obat DS:-


16.00 GCSF 300 mg subcutan DO: Obat sudah masuk, tidak
ada reaksi alergi

Putri A
Pukul 1,2 Mengidentifikasi rencana DS:-
16.30 transfusi DO:Pasien rencana transfusi
PRC 1 kolf, darah sudah siap
di BDRS

Putri A.
Pukul 1,2,3 Mengukur tanda – tanda DS:
16.45 vital DO:
- Suhu : 36,5 0C
- Nadi : 80 kali/menit
- TD : 110/70 mmHg
- RR: 16 kali/menit Putri A.
Pukul 1 Lakukan Double Check DS:-
16.50 pada label darah DO:sudah dilakukan double
check, identitas pasien sudah
sama dan benar

Putri A.
Pukul 1 - Melaskan tujuan DS: keluarga dan pasien
16.55 dan prosedur mengatakan sudah paham
transfusi dengan prosedur dan tanda
- Melaskan tanda gejala reaksi yang dilaporkan
dan gejala reaksi DO:Pasien dan keluarga
transfusi yang tampak kooperatif Putri A.
perlu dilaporkan
Pukul 1,2 Memasang transfusi PRC DS: - Perawat
17.00 DO: darah sudah terpasang, ruangan
tidak terdapat reaksi transfusi
Pukul 1,2,3 Mengukur tanda – tanda DS:
17.15 vital dan reaksi transfusi DO:
- Suhu : 36,4 0C
- Nadi : 84 kali/menit
- TD : 115/70 mmHg
- RR: 16 kali/menit Putri A.
- Tidak terdapat reaksi
stransfusi
Pukul 1,2,3 Transfusi selesai DS:
20.00 Mengukur tanda – tanda DO:
vital dan reaksi transfusi - Suhu : 36,5 0C
- Nadi : 80 kali/menit
- TD : 110/60 mmHg
- RR: 16 kali/menit Putri A.
- Tidak terdapat reaksi
stransfusi
Pukul 3 Membatasi jumlah DS:Keluarga dan pasien Perawat
21.00 pengunjung mengatakan akan menikuti ruangan
aturan yang berlaku
DO:Keluarga dan pasien
tampak kooperatif
Pukul 3 - Mengidentifikasi DS:Keluarga dan pasien Perawat
22.00 penggunaan obat mengatakan paham ruangan
sesuai resep : DO:Obat sudah masuk, tidak
Memberi injeksi ada reaksi alergi
Cefepime 2 gram
intravena
- Menganjurkan
menghubungi
petugas kesehatan
jika terjadi efek
samping obat
Rabu, 1,2,3 Mengukur tanda – tanda DS: Perawat
21/4/2021 vital dan reaksi transfusi DO: ruangan
Pukul - Suhu : 36,5 0C
05.00 - Nadi : 80 kali/menit
- TD : 120/60 mmHg
- RR: 16 kali/menit
Pukul 1 Memeriksa sirkulasi DS: Perawat
05.00 perifer DO: CRT < 2 detik ruangan
Edema tidak ada
Pukul 3 Memberi injeksi DS:- Perawat
06.00 Cefepime 2 gram DO:Obat sudah masuk, tidak ruangan
intravena ada reaksi alergi
Pukul 1,3 Mempertahankan tehnik DS:- Perawat
07.00 aseptik pada pasien DO: Tindakan sudah ruangan
berisiko tinggi dilakukan

Pukul 3 Menganjurkan DS:Kelurga dan pasien Perawat


08.00 meningkatkan asupan mengatakan paham ruangan
nutrisi DO: makan habis 1 porsi

Pukul 1,2 Mengidentifikasi rencana DS:- Perawat


08.45 transfusi DO:Pasien rencana transfusi ruangan
TC 5 kolf, darah sudah siap di
BDRS
Pukul 1,2,3 Mengukur tanda – tanda DS: Perawat
08.50 vital DO: ruangan
- Suhu : 36,5 0C
- Nadi : 80 kali/menit
- TD : 110/70 mmHg
- RR: 16 kali/menit
Pukul 1 Lakukan Double Check DS:- Perawat
08.55 pada label darah DO:sudah dilakukan double ruangan
check, identitas pasien sudah
sama dan benar
Pukul 1 - Melaskan tujuan DS: keluarga dan pasien
08.55 dan prosedur mengatakan sudah paham
transfusi dengan prosedur dan tanda
- Melaskan tanda gejala reaksi yang dilaporkan
dan gejala reaksi DO:Pasien dan keluarga
transfusi yang tampak kooperatif
perlu dilaporkan
Pukul 1,2 Memasang transfusi TC DS: - Perawat
09.00 DO: darah sudah terpasang, ruangan
tidak terdapat reaksi transfusi
Pukul 1,2,3 Mengukur tanda – tanda DS: Perawat
09.15 vital dan reaksi transfusi DO: ruangan
- Suhu : 36,5 0C
- Nadi : 84 kali/menit
- TD : 110/70 mmHg
- RR: 18 kali/menit
- Tidak terdapat reaksi
stransfusi
Pukul 1,2,3 Transfusi selesai DS: Perawat
10.15 Mengukur tanda – tanda DO: ruangan
vital dan reaksi transfusi - Suhu : 36,4 0C
- Nadi : 80 kali/menit
- TD : 110/70 mmHg
- RR: 16 kali/menit
- Tidak terdapat reaksi
stransfusi
Pukul 3 Memberi injeksi DS:-
14.00 Cefepime 2 gram DO:Obat sudah masuk, tidak
intravena ada reaksi alergi

Putri A.
Pukul 3 Memberi injeksi obat DS:-
16.00 GCSF 300 mg subcutan DO: Obat sudah masuk, tidak
ada reaksi alergi

Putri A
Pukul 1,2,3 Mengukur tanda – tanda DS:
16.30 vital DO:
- Suhu : 36,7 0C
- Nadi : 88 kali/menit
- TD : 110/70 mmHg
- RR: 16 kali/menit Putri A.
Pukul 3 Membatasi jumlah DS:Keluarga dan pasien Perawat
21.00 pengunjung mengatakan akan menikuti ruangan
aturan yang berlaku
DO:Keluarga dan pasien
tampak kooperatif
Pukul 3 Memberi injeksi DS:- Perawat
22.00 Cefepime 2 gram DO:Obat sudah masuk, tidak ruangan
intravena ada reaksi alergi
Kamis, 1,2,3 Mengukur tanda – tanda DS: Perawat
22/4/2021 vital DO: ruangan
Pukul - Suhu : 36,8 0C
05.00 - Nadi : 80 kali/menit
- TD : 110/60 mmHg
- RR: 16 kali/menit
Pukul 1 Memeriksa sirkulasi DS: Perawat
05.30 perifer DO: CRT < 2 detik ruangan
Edema tidak ada
Pukul 3 Memberi injeksi DS:- Perawat
06.00 Cefepime 2 gram DO:Obat sudah masuk, tidak ruangan
intravena ada reaksi alergi
Pukul 1,3 Mempertahankan tehnik DS:- Perawat
07.00 aseptik pada pasien DO: Tindakan sudah ruangan
berisiko tinggi dilakukan

Pukul 3 Menganjurkan DS:Kelurga dan pasien Perawat


08.00 meningkatkan asupan mengatakan paham ruangan
nutrisi DO: makan habis 1 porsi

Pukul 1,2,3 Mengukur tanda – tanda DS: Perawat


10.00 vital DO: ruangan
- Suhu : 36,4 0C
- Nadi : 80 kali/menit
- TD : 110/70 mmHg
- RR: 16 kali/menit
Pukul 3 Memberi injeksi DS:-
14.00 Cefepime 2 gram DO:Obat sudah masuk, tidak
intravena ada reaksi alergi

Putri A.
Pukul 1,2,3 Mengukur tanda – tanda DS:
16.00 vital DO:
- Suhu : 36,7 0C
- Nadi : 84 kali/menit
- TD : 120/70 mmHg
- RR: 16 kali/menit Putri A.
Pukul 3 Membatasi jumlah DS:Keluarga dan pasien Perawat
21.00 pengunjung mengatakan akan menikuti ruangan
aturan yang berlaku
DO:Keluarga dan pasien
tampak kooperatif
Pukul 3 Memberi injeksi DS:- Perawat
22.00 Cefepime 2 gram DO:Obat sudah masuk, tidak ruangan
intravena ada reaksi alergi
Jumat, 1,2,3 Mengukur tanda – tanda DS: Perawat
23/4/2021 vital DO: ruangan
Pukul - Suhu : 36,8 0C
05.00 - Nadi : 80 kali/menit
- TD : 110/60 mmHg
- RR: 16 kali/menit
Pukul 1 Memeriksa sirkulasi DS: Perawat
05.30 perifer DO: CRT < 2 detik ruangan
Edema tidak ada
Pukul 3 Memberi injeksi DS:- Perawat
06.00 Cefepime 2 gram DO:Obat sudah masuk, tidak ruangan
intravena ada reaksi alergi
Pukul 1,3 Mempertahankan tehnik DS:- Perawat
07.00 aseptik pada pasien DO: Tindakan sudah ruangan
berisiko tinggi dilakukan

Pukul 2 Memantau tanda – tanda DS:- Perawat


09.00 perdarahan DO: Tidak ada tanda ruangan
perdarahan
Pukul 1,2,3 Mengukur tanda – tanda DS: Perawat
10.00 vital DO: ruangan
- Suhu : 36,4 0C
- Nadi : 80 kali/menit
- TD : 110/70 mmHg
- RR: 16 kali/menit
Pukul 1,2 Memonitor nilai DS :
14.00 laboratorium DO : Hb 10,2 g/dL
WBC 2,84 103/µL
Neutrofil 0,82 %
PLT 40,00 103/µL Putri A.
Pukul 3 Memonitor tanda dan DS:
14.00 gejala infeksi DO: Tidak terdapat tanda dan
gejala infeksi Putri A.
G. EVALUASI KEPERAWATAN
No Tanggal /No. Evaluasi Nama /
Jam Diagnosa TTD
1 23-04- 1 S: -Pasien mengatakan lemas berkurang
2021 O: Warna kulit pucat menurun, turgor kulit
14.00 membaik, Hb : 10,2 g/dL
A: Masalah keperawatan teratasi Putri
P: Pertahankan kondisi pasien Ariastini
2 23-04- 2 S : Pasien mengatakan tidak ada perdarahan gusi
2021 ataupun yang lainnya
14.00 O : Tidak ada tanda dan gejala perdarahan, Hb
10,2 g/dL, HCT : 30,30 103/µL PLT 40,00 103/µL Putri
A : Masalah keperawatan teratasi Ariastini
P: Pertahankan kondisi pasien

3 23-04- 3 S : Demam tidak ada


2021 O : Tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
14.00 tidak ada, WBC 2,84 103/µL, Neutrofil 0,82 %,
hasil kultur darah : tidak ada pertumbuhan kuman
A : Masalah keperawatan teratasi sebagian Putri
P : Lanjutkan intervensi No. 1,2 dan 3 Ariastini

Anda mungkin juga menyukai