(AML)
OLEH :
NI MADE PUTRI ARIASTINI
NIM. 209012548
2021
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN ACUTE MYELOID LEUKEMIA (AML)
3. EPIDEMIOLOGI
AML adalah bentuk leukemia akut yang paling sering terjadi pada dewasa
seiring dengan pertambahan usia dan jarang terjadi pada anak-anak (Rogers, 2010).
Kejadian AML diperkirakan terjadi pada dua sampai tiga orang dari 100.000 penduduk,
dengan presentase penduduk usia dewasa adalah 85% dan anak-anak adalah 15%. AML
lebih sering ditemukan pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan (American
Cancer Society, 2016).
Yayasan Onkologi Anak Indonesia menyatakan bahwa setiap tahun ditemukan
650 kasus anak dengan leukemia di seluruh Indonesia, 150 kasus di antaranya terdapat
di Jakarta dan sekitar 38% menderita jenis AML. Data kejadian AML di Indonesia
masih sangat terbatas, terdapat laporan insidens AML di Jogjakarta yaitu terdapat
delapan orang dari satu juta populasi (Supriyadi, Purwanto, Widjajanto, 2013).
5. MANIFESTASI KLINIS
Hiperleukositosis (> 100.000 sel darah putih/ mm3) terjadi pada AML dan dapat
menyebabkan gejala leukostasis, misalnya disfungsi atau perdarahan okuler dan
serebrovaskular yang termasuk kegawatdaruratan medis, walaupun hal ini jarang terjadi.
Leukositosis terjadi pada sekitar 50% kasus AML, sedangkan 15% pasien mempunyai
angka leukosit yang normal dan sekitar 35% pasien mengalami netropenia. Meskipun
demikian, sel-sel blast dalam jumlah yang signifikan di darah tepi akan ditemukan pada
85% kasus AML. Oleh karena itu sangat penting untuk memeriksa rincian jenis sel-sel
leukosit di darah tepi sebagai pemeriksaan awal, untuk menghindari kesalahan diagnosis
pada orang yang diduga menderita AML (Handayani & Haribowo, 2008).
Gejala AML biasanya terjadi setelah beberapa minggu dan dapat dibedakan
menjadi 3 tipe (Davis, Viera, & Mead, 2014). yaitu:
a. Gejala kegagalan sumsum tulang
Gejala kegagalan sumsum merupakan keluhan umum yang paling sering. Leukemia
menekan fungsi sumsum tulang sehingga menyebabkan kombinasi dari anemia,
leukopenia dan trombositopenia. Gejala yang khas adalah lelah dan sesak nafas
(akibat anemia), infeksi bakteri (akibat leukopenia) dan perdarahan (akibat
trombositopenia atau terkadang akibat koagulasi intravaskuler diseminata/DIC). Pada
pemeriksaan fisik juga sering ditemukan kulit pucat, memar dan perdarahan serta
demam sebagai tanda infeksi. Perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk purpura atau
petekia yang sering dijumpai di ekstremitas bawah atau berupa epistaksis, perdarahan
gusi dan retina (Davis, Viera, & Mead, 2014).
b. Gejala sistemik
Gejala sistemik yang ditemukan dapat berupa malaise, penurunan berat badan,
berkeringat dan penurunan nafsu makan, serta kelainan metabolik seperti
hiperkalsemia (sangat jarang) (Davis, Viera, & Mead, 2014).
c. Gejala lokal
Gejala lokal yang terkadang ditemukan berupa tanda infiltrasi leukemia/sel blast di
kulit, gusi atau sistem saraf pusat. Infiltrasi sel-sel blast di kulit akan menyebabkan
leukemia kutis yaitu berupa benjolan yang tidak berpigmen dan tanpa rasa sakit.
Infiltrasi sel-sel blast di jaringan lunak akan menyebabkan nodul di bawah kulit
(kloroma). Infiltrasi sel-sel blast di dalam tulang akan menimbulkan nyeri tulang
yang spontan atau dengan stimulasi ringan. Infiltrasi sel-sel blast ke dalam gusi akan
menyebabkan pembekakan pada gusi. Selain itu dapat terjadi hepatomegali dan
splenomegali akibat infiltrasi sel-sel blast di hati dan limpa. Meskipun jarang, pada
AML juga dapat dijumpai infiltrasi sel-sel blast ke daerah meningen (Davis, Viera, &
Mead, 2014).
6. KLASIFIKASI
French-American-British (FAB) sejak tahun 1976 telah mengklasifikasikan AML
menjadi 8 subtipe, berdasarkan pada hasil pemeriksaan morfologi sel dan pengecatan sitokimia.
Klasifikasi FAB (Davis, Viera, & Mead, 2014): Tabel 1. Klasifikasi AML menurut FAB
No Subtipe Penjelasan
1 M0 AML berdiferensiasi minimal
2 M1 AML tanpa maturasi
3 M2 AML dengan berbagai derajat maturasi
4 M3 Leukemia promielositik hipergranular
5 M4 Leukemia mielomonositik
6 M5 Leukemia monoblastik
7 M6 Eritroleukemia
8 M7 Leukemia megakarioblastik
Klasifikasi tersebut kemudian digantikan dengan klasifikasi menurut World
Health Organization (WHO) dengan kriteria abnormalitas genetika atau genetika molekuler
(Yuliana, 2017): Tabel 2. Klasifikasi AML menurut WHO
Kategori
AML with recurrent genetic abnormalities
AML with t(8;21)(q22;q22); RUNX1-RUNX1T1
AML with inv(16)(p13.1q22) atau t(16;16)(p13.1;q22); CBFB-MYH11
APL with t(15;17)(q22;q12); PML-RARA
AML with t(9;11)(p22;q23); MLLT3-MLL
AML with t(6;9)(p23;q34); DEK-NUP214
AML with inv(3)(q21q26.2) atau t(3;3)(q21;q26.2); RPN1-EVI1
AML (megakaryoblastic) with t(1;22)(p13;q13); RBM15-MKL1
AML with mutated NPM1
AML with mutated CEBPA
AML with myelodysplasia-related changes
Therapy-related myeloid neoplasms
AML, not otherwise specified (NOS)
AML with minimal differentiation
AML without maturation
AML with maturation
Acute myelomonocytic leukemia
Acute monoblastic/monocytic leukemia
Acute erythroid leukemia
Acute megakaryoblastic leukemia
Acute basophilic leukemia
Acute panmyelosis with myelofibrosis
Myeloid sarcoma
Myeloid proliferations related to Down syndrome
Transient abnormal myelopoiesis
Myeloid leukemia associated with Down syndrome
Blastic plasmocytoid dendritic cell neoplasm
Acute leukemias of ambiguous lineage
Acute undifferentiated leukemia
Mixed phenotype acute leukemia with t(9;22)(q34;q11.2); BCR-ABL1
Mixed phenotype acute leukemia with t(v;11q23); MLL rearranged
Mixed phenotype acute leukemia, B/myeloid, NOS
Mixed phenotype acute leukemia, T/myeloid, NOS
Natural killer cell lymphoblastic leukemia/lymphoma
7. PEMERIKSAAN FISIK
Pada kasus AML, hasil pemeriksaan fisik sering menunjukkan gejala akibat
anemia seperti kelelahan dan takipnea, akibat trombositopenia seperti petekie dan
ekimosis (peradarahan dalam kulit), serta adanya tanda-tanda infeksi seperti demam,
menggigil dan takikardi akibat menurunnya leukosit (leukopenia). Selain itu adanya
infiltrasi sel blast terutama pada jaringan tulang dapat menyebabkan terjadinya nyeri
tulang (Price & Wilson, 2006).
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan darah lengkap, bertujuan untuk mengetahui perubahan pada jumlah dari
masing-masing komponen darah yang ada. Dari pemeriksaan ini akan didapatkan
gambaran adanya anemia, trombositopenia, leukopenia, leukositosis ataupun kadar
leukosit yang normal(Dohner, Estey, Amadori, Appelbaum, Buchner, Burnett, et al.,
2010).
b. Morfologi, Biopsi aspirasi sumsum tulang merupakan bagian dari pemeriksaan rutin
untuk diagnosis AML. Pulasan darah dan sumsum tulang diperiksa dengan
pengecatan May-Grunwald-Giemsa atau Wright-Giemsa. Untuk hasil yang akurat,
diperlukan setidaknya 500 sel nucleated dari sumsum tulang dan 200 sel darah putih
dari perifer. Hitung blast sumsum tulang atau darah ≥ 20% diperlukan untuk
diagnosis AML, kecuali AML dengan t(15;17), t(8;21), inv(16), atau t(16;16) yang
didiagnosis terlepas dari persentase blast (Dohner, Estey, Amadori, Appelbaum,
Buchner, Burnett, et al., 2010).
c. Immunophenotyping, Pemeriksaan ini menggunakan flow cytometry, sering untuk
menentukan tipe sel leukemia berdasarkan antigen permukaan. Kriteria yang
digunakan adalah ≥ 20% sel leukemik mengekpresikan penanda (untuk sebagian
besar penanda) (Dohner, Estey, Amadori, Appelbaum, Buchner, Burnett, et al.,
2010).
d. Sitogenetika, Abnormalitas kromosom terdeteksi pada sekitar 55% pasien AML
dewasa (Dohner, Estey, Amadori, Appelbaum, Buchner, Burnett, et al., 2010).
Pemeriksaan sitogenetika menggambarkan abnormalitas kromosom seperti
translokasi, inversi, delesi, adisi (American Cancer Society, 2016).
e. Sitogenetika moleculer, Pemeriksaan ini menggunakan FISH (fluorescent in situ
hybridization) yang juga merupakan pilihan jika pemeriksaan sitogenetika gagal.
Pemeriksaan ini dapat mendeteksi abnormalitas gen atau bagian dari kromosom
seperti RUNX1-RUNX1T1, CBFB-MYH11, fusi gen MLL dan EV11, hilangnya
kromosom 5q dan 7q (Dohner, Estey, Amadori, Appelbaum, Buchner, Burnett, et al.,
2010).
f. Pemeriksaan imaging, Pemeriksaan dilakukan untuk membantu menentukan
perluasan penyakit jika diperkirakan telah menyebar ke organ lain. Contoh
pemeriksaannya antara lain X-ray dada, CT scan, MRI (American Cancer Society,
2016).
11. PROGNOSIS
Dengan terapi agresif, 40 -50 % penderita yang mencapai remisi akan hidup
lama (30-40 % angka kesembuhan keseluruhan), namun jika tidak diobati, AML dapat
berdampak fatal dalam 3-6 bulan. Prognosis juga semakin buruk seiring dengan
pertambahan usia, serta apabila terdapat kelainan sel leukemia secara genetic (Price and
Wilson, 2006).
12. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi akibat AML, antara lain (Newton, Hickey, &
Marrs, 2009): Gagal sumsum tulang, Infeksi, Koagulasi Intravaskuler Diseminata
(KID/DIC), Splenomegali, Hepatomegali
Intervensi Pendukung
Transfusi Darah (I.02089)
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi rencana transfusi
2. Monitor tanda-tanda vital sebelum, selama dan setelah
transfusi
3. Monitor reaksi transfusi
Terapeutik
4. Lakukan double check pada label darah
5. Berikan transfusi dalam waktu maksimal 4 jam
Edukasi
6. Jelaskan tujuan dan prosedur transfusi
Jelaskan tanda dan gejala reaksi transfusi yang perlu
dilaporkan
2) Nyeri akut berhubungan dengan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x… jam Intervensi Utama
agen pencedera fisiologis (mis: diharapkan : 1. Manajemen Nyeri (I.08238)
inflamasi, iskemia, neoplasma) Luaran Utama : Tingkat nyeri (L.08066) menurun Tindakan
(D.0077). Observasi
Kriteria Hasil :
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
- Keluhan nyeri menurun kualitas, intensitas nyeri
- Meringis menurun 2. Identifikasi skala nyeri
- Gelisah cukup menurun 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
- Kesulitan tidur menurun 4. Monitor efek samping penggunaan analgetik
- Frekuensi nadi membaik Terapeautik
- Pola napas membaik 1. Berikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (mis : terapi music, aromaterapi, tehnik imajinasi
- Pola tidur cukup membaik
terbimbing, terapi ermain)
Luaran Tambahan : Kontrol Nyeri (L.08063) meningkat 2. Fasilitasi istirahat dan tidur
Kriteria Hasil : Edukasi
- Melaporkan nyeri terkontrol meningkat 1. Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Dukungan orang terdekat meningkat 2. Anjurkan penggunaan analgetik secara tepat
- Keluhan nyeri (penggunaan analgetik) menurun 3. Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
3) Hipertermia berhubungan dengan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x… jam Intervensi Utama
penyakit (mis: infeksi, kanker) diharapkan : 1. Manajemen hipertermia ( I.15506)
(D.0130) Luaran Utama : Termoregulasi (L.14134) membaik Observasi
Kriteria Hasil : 1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi,
- Pucat menurun terpapar lingkungan panas)
- Takikardia menurun 2. Monitor suhu tubuh
- Takipnea menurun 3. Monitor komplikasi akibat hipertermia
- Suhu tubuh membaik Terapeautik
- Pengisian kapiler membaik 1. Sediakan lingkungan yang dingin
- Tekanan darah membaik 2. Berikan cairan oral
3. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
4. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika
perlu
4) Defisit nutrisi berhubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x… jam Intervensi utama
dengan faktor psikologis (mis : diharapkan : 1. Manajemen nutrisi (I.03119)
stress, keengganan untuk makan) Luaran Utama : Defisit nutrisi (L.03030) membaik Tindakan
(D.0019) Kriteria hasil : Observasi
- Porsi makan yang dihabiskan cukup meningkat 1. Identifikasi status nutrisi
- Verbalisasi keinginan untuk meningkat nutrisi cukup 2. Identifikasi makanan yang disukai
meningkat 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis makanan
- Berat badan membaik 4. Monitor berat badan
- Nafsu makan membaik Terapeautik
- Membrane mukosa membaik 1. Sajikan makanan yang menarik dan suhu yang sesuai
2. Berikan makanan tinggi kalori dan protein
Luaran tambahan : Nafsu makan (L.03024) meningkat 3. Berikan suplemen makanan, jika perlu
Kriteria Hasil : Edukasi
- Keinginan makan meningkat 1. Ajarkan diet yang diprogramkan
- Asupan cairan meningkat Kolaborasi
- Asupan nutrisi meningkat 1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan
5) Gangguan mobilitas fisik Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x… jam Intervensi Utama :
berhubungan dengan nyeri (D.0054) diharapkan : Dukungan Mobilisasi (I.05173)
Luaran Utama : Mobilitas fisik (L.05042) meningkat Tindakan
Kriteria Hasil : Observasi
- Rentang gerak (ROM) meningkat 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Nyeri menurun 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
- Kelemahan fisik menurun Terapeutik
3. Fasilitasi melakukan pergerakan, bila perlu
4. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
5. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
6. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
7. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
(misalnya duduk di tempat tidur, duduk di sisi tempat
tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi)
6) Risiko infeksi dibuktikan dengan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x… jam Intervensi Utama
ketidakadekuatan pertahan tubuh diharapkan : 1. Pencegahan infeksi (I.14539)
sekunder (penurunan Luaran Utama : Tingkat nyeri (L.14137) menurun Tindakan
hemoglobin, imununospresi Kriteria hasil : Observasi
- Nafsu makan meningkat 1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
leukopenia, supresi respon
Terapeautik
inflamasi) (D.0142) - Nyeri menurun
1. Batasi jumlah pengunjung
- Kadar sel darah putih membaik 2. Pertahankan tehnik aseptik pada pasien berisiko tinggi
- Kultur darah membaik Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
3. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
Intervensi Pendukung
1. Manajemen medikasi (I.14517)
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi penggunaan obat sesuai resep
2. Identifikasi masa kadaluarsa obat
3. Monitor kepatuhan menjalani program pengobatan
Terapeautik
1. Fasilitasi perubahan program pengobatan, jika perlu
2. Sediakan sumber informasi program pengobatan secara
visual dan tertulis
3. Fasilitasi pasien dan keluarga melakukan penyesuaian
pola hidup akibat program pengobatan
Edukasi
1. Anjurkan menghubungi petugas kesehatan jika terjadi
efek samping obat
7) Risiko perdarahan dibuktikan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x… jam Intervensi Utama
dengan gangguan koagulasi diharapkan : 1. Pencegahan perdarahan (I.02067)
(misalnya trombositopenia) Luaran Utama : Tingkat perdarahan (L.02017) menurun Tindakan
(D.0012) Kriteria hasil : Observasi
- Kelembapan membrane mukosa meningkat 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
- Hemoglobin membaik 2. Monitor nilai hematocrit/hemoglobin sebelum dan
- Suhu tubuh membaik sesudah kehilangan darah
- Hematokrit membaik 3. Monitor koagulasi (mis. Partial Thromboplastin
Time(PTT))
Terapeautik
4. Pertahankan bed rest selama perdarahan
5. Batasi tindakan invasive, jika perlu
Edukasi
6. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
7. Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
8. Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika
perlu
10. Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Davis AS, Viera AJ, Mead MD. (2014). Leukemia: An overview for primary care. Am
Fam Physician;89(9):731-8.
Dohner H, Estey EH, Amadori S, Appelbaum FR, Buchner T, Burnett AK, et al. (2010).
Diagnosis and management of acute myeloid leukemia in adults: Recommendations
from an international expert, on behalf of the European Leukemia Net.
Blood;115:453-74.
Hockenberry, M.J & Wilson, D. (2009). Essential of Pediatric Nursing. St. Louis
Missoury: Mosby.
Moorhed, Sue, Marion Jhonson, Meridean L. Mass, dan Elizabeth Swanson. 2008. Nursing
Outcomes Classifications (NOC) Fourth Edition. Missouri: Mosby Elsevier
Newton, Susan., Hickey, Margaret., Marrs, Joyce. (2009). Oncology nursing advisor.
Canada: Elsevier.
Price and Wilson. (2006). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Vol. 1, Ed.
6. Jakarta: EGC.
Supriyadi E, Purwanto I, Widjajanto PH. (2013). Terapi leukemia mieloblastik akut anak:
Protokol Ara-C, doxorubicin dan etoposide (ADE) vs modifikasi Nordic Society of
Pediatric Hematology and Oncology (m-NOPHO). Sari Pediatri;14(6):345-50.
Suryani, Esti., Salamaha, Umi., Wiharto., Wijaya, Andreas Andy. (2014). Identifikasi
Penyakit Acute Myeloid Leukemia (AML)Menggunakan ‘ Rule Based System’
Berdasarkan Morfologi Sel Darah Putih Studi Kasus : AML2 dan AML4. Semarang:
Seminar Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi Terapan 2014. ISBN: 979-26-
0276-3.
Lampiran Pathway Acute Myloid Leukemia
2
Proliferasi sel kanker
Pada sel-sel di
Mukosa GI
sumsum yang aktif
yang aktif
membelah juga
membelah
dihambat
juga
dihambat
Lambung
Produksi Produksi Produksi stres
leukosit RBC trombosit
menurun menurun menurun
Mempengaruhi pusat
mual muntah di
Risiko Risiko
Perfusi hipotalamus
infeksi perdarahan
perifer
(D.0142) (D.0012)
tidak
efektif Mempengaruhi
(D.0009) lambung untuk
meningkatkan produksi
HCL
Gg metabolisme
protein, karbohidrat
dan lemak
Nutrisi tidak
mencukupi tubuh
Defisit nutrisi
(D.0019)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. GR DENGAN ACUTE MYELOID
LEUKEMIA (AML) DI RUANG ANGSOKA II RSUP SANGLAH DENPASAR
TANGGAL 20-23 APRIL 2021
A. PENGKAJIAN
1. Data Umum
Identitas Pasien
Nama ( Initial) : Tn. GR
Umur : 56 tahun
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Marital : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja (sudah pension)
Suku Bangsa : Bali
Alamat : Br. Jasri, Blahbatuh, Gianyar
Tanggal Masuk : 19 April 2021
Tanggal Pengkajian : 20 April 2021
No. Register : 21003236
Diagnosa Medis : Acute Myeloid Leukimia (AML) M4
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Pasien mengeluh lemas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien telah terdiagnosis Acute Myeloid Leukimia (AML) melalui hasil BMP sejak
Februari 2021. Pasien sudah menjalani kemoterapi, terakhir tanggal 3 April 2021.
Pasien riwayat demam saat MRS sampai menggigil,namun saat pengkajian demam
sudah tidak ada. Pasien riwayat perdaraan gusi saat MRS, saat pengkajian perdarahan
gusi sudah berhenti. Pasien tampak lemas dan pucat.
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Tinggal serumah
: Pasien
Riwayat Sosiokultural
Kegiatan kemasyarakatan pasien berkurang sejak sakit, namun pasien sering
dikunjungi oleh teman-temannya di rumah, istri pasien mengatakan pasien adalah
orang yang mudah bergaul dan mempunyai banyak teman. Pasien sudah pensiun dari
pekerjaannya sebagai karyawan swasta di sebuah tempat wisata di Gianyar sejak satu
tahun yang lalu, pasien tidak memiliki konflik sosial, istri pasien adalah orang yang
paling dekat dengan pasien, yang membiayai pasien selama perawatan ialah asuransi
APBD Gianyar, pasien tidak memiliki masalah keuangan. Selama pasien di rumah
sakit kadang pasien berkomunikasi dengan pasien dan penunggu pasien lainnya.
4. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan Umum : Lemah
Tingkat kesadaran : Composmetis
GCS : E4 M6 V5
2) Tanda Vital
Nadi =84 x/menit, Suhu = 37oC , TD =110/70mmHg, RR =18 x/menit
3) Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala normocephalic, rambut hitam, penyebaran rambut merata,
kulit kepala bersih.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
4) Mata
Inspeksi : Mata kanan dan kiri simetris, tidak terdapat edema pada palpebra,
konjungtiva anemis, kornea anikterik, persebaran bulu mata merata, pupil isokor,
refleks pupil +/+
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada mata
5) Hidung
Inspeksi : Hidung simetris, mukosa hidung lembab, tidak ditemukan adanya
sumbatan, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak menggunakan alat bantu
pernafasan, mimisan tidak ada
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada keempat sinus
6) Telinga
Inspeksi : Telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi, tidak ada serumen , tidak
ada pengeluaran darah atau cairan, pendengaran baik, tidak memakai alat bantu
pendengaran.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
7) Mulut
Inspeksi : Tampak sisa bekas perdarahan gusi, rembesan darah tidak ada, Gigi
cukup bersih, karies gigi (-), peradangan (-), pada pemeriksaan bibir, Keadaan lidah
bersih dan pada orofaring tidak terdapat peradangan dan pembesaran tonsil.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
8) Leher
Inspeksi : Pada leher posisi trakea berada di tengah, simetris dan tidak ada
penyimpangan. Tidak ada pembesaran tiroid, Pasien dapat berbicara, vena
jugularis tidak mengalami pembesaran.
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, denyut nadi karotis teraba
9) Dada dan Punggung
1) Dada
Paru
Inspeksi: Bentuk dada simetris, tidak ada lesi, tidak terdapat retraksi dinding
dada
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus (+), tidak ada benjolan
Perkusi: : Suara paru sonor
Auskultasi: Suara paru vesikuler
Jantung
Inspeksi: Ictus cordis tidak terlihat di ICS 5
Palpasi: Ictus cordis teraba di ICS 5
Perkusi: Perkusi jantung pekak
Auskultasi: Suara jantung S1S2 Tunggal Reguler
2) Punggung
Inspeksi: Bentuk simetris, tidak ada lesi, bentuk tulang belakang normal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
10) Abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen datar, tidak ada benjolan, tidak ada lesi.
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada
Perkusi : Perkusi abdomen timpani pada keempat kuadran
Auskultasi : Bising usus terdengar 25 x/menit
11) Ekstremitas
Atas
Inspeksi : tangan kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi, tidak ada sianosis, tidak
ada nikotin standing, tidak ada clubing finger.
Palpasi : Akral hangat, CRT 2 detik
Bawah
Inspeksi : Kaki kanan dan kiri tidak ada lesi, tidak ada odema, tidak ada clubing
finger, panggul kiri tampak bengkak
Palpasi : Akral hangat, CRT < 2 detik, nyeri tekan pada panggul kiri sampai ke
kaki
Kekuatan otot 5555 5555
5555 5555
12) Genetalia
Tidak tampak kelainan
13) Anus
Tidak tampak kelainan
5. DATA PENUNJANG (Pemeriksaan Diagnostik) :
Hasil BMP tanggal 10 Februari 2021 : AML M2.
Hasil DL tanggal 20 April 2021
Hb : 7,90 g/dL, PLT : 8,00 103/µL, Ne# : 0,00 103/µL, WBC : 0,55 103/µL
Pemeriksaan Hasil Satuan Batas normal
WBC 0,55 103/µL 4.1-11.0
RBC 2,71 103/µL 4.5-5,90
HB 7,90 g/dL 13.5-17.5
HCT 23,50 % 41.0-53.0
MCV 86,70 fL 80.0-100.0
MCH 29,20 pg 26.0-34.0
MCHC 33,60 g/dL 31-36
Trombosit 8,00 103/µL 150-440
RDW- CV 16,70 % 11.6-14.8
MPV 11,20 fL 6.80-10.0
Neutrophil 0,00 103/µL 2.50-7.50
Limfosit 0.32 103/µL 1.00-4.00
monosit 0.22 103/µL 0.10-1.2
eusinofil 0.01 103/µL 0.00-0.50
Basophil 0.00 103/µL 0.0-0.1
6. THERAPI
No Tanggal awal Nama Dosis Rute Indikasi
diberikan
1. 19 April 2021 Paracetamol 750 mg oral antipiretik
tiap 8 jam
2. 19 April 2021 GCSF 300 mg Subcutan Neutropenia
tiap 24 berat
jam
3. 19 April 2021 Cefepime 2 gram Intravena Antibiotika
tiap 8 jam profilaksis
4. 19 April 2021 Transfusi 2 x 250 ml Intravena Anemia
PRC
5. 19 April 2021 Transfusi 5 kantong Intravena Trombositopenia
TC (±250 ml)
B. ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
Kolaboratif /
Keperawatan
DS: Pasien mengatakan mengeluh Risiko perfusi
lemas Proliferasi sel kanker perifer tidak
DO: efektif
- Kulit pasien tampak pucat
- Turgor kulit menurun menghasilkan leukosit
- Hb : 7,90 g/dL yang imatur/abnormal
dalam jumlah yg
berlebihan
Hematopoiesis normal
terhambat
Penurunan jumlah
eritrosit
Hematopoiesis normal
terhambat
Penurunan jumlah
trombosit
Risiko perdarahan
DS : - Risiko infeksi
DO : Proliferasi sel kanker
- Pasien terpasang infus
- Suhu : 37C
- Nadi : 84 kali/menit menghasilkan leukosit
- TD : 110/70 mmHg yang imatur/abnormal
- RR : 18 kali/menit dalam jumlah yg
- Ne# : 0,00 103/µL, Hb : 7,90 berlebihan
g/dL
Hematopoiesis normal
terhambat
Penurunan jumlah
leukosit
Risiko infeksi
Putri A.
Pukul 2 - Melaskan tanda DS:Kelurga dan pasien
14.30 dan gejala mengatakan paham
perdarahan DO:Pasien dan keluarga
- Menganjurkan kooperatif
segera melapor
jika terjadi Putri A.
perdarahan
Pukul 1 Menginformasikan tanda DS:Kelurga dan pasien
15.00 dan gejala darurat yang mengatakan paham
harus dilaporkan (mis. DO:Pasien dan keluarga
Rasa sakit yang tidak kooperatif
hilang saat istirahat, luka
tidak sembuh, hilangnya Putri A.
rasa)
Putri A
Pukul 1,2 Mengidentifikasi rencana DS:-
16.30 transfusi DO:Pasien rencana transfusi
PRC 1 kolf, darah sudah siap
di BDRS
Putri A.
Pukul 1,2,3 Mengukur tanda – tanda DS:
16.45 vital DO:
- Suhu : 36,5 0C
- Nadi : 80 kali/menit
- TD : 110/70 mmHg
- RR: 16 kali/menit Putri A.
Pukul 1 Lakukan Double Check DS:-
16.50 pada label darah DO:sudah dilakukan double
check, identitas pasien sudah
sama dan benar
Putri A.
Pukul 1 - Melaskan tujuan DS: keluarga dan pasien
16.55 dan prosedur mengatakan sudah paham
transfusi dengan prosedur dan tanda
- Melaskan tanda gejala reaksi yang dilaporkan
dan gejala reaksi DO:Pasien dan keluarga
transfusi yang tampak kooperatif Putri A.
perlu dilaporkan
Pukul 1,2 Memasang transfusi PRC DS: - Perawat
17.00 DO: darah sudah terpasang, ruangan
tidak terdapat reaksi transfusi
Pukul 1,2,3 Mengukur tanda – tanda DS:
17.15 vital dan reaksi transfusi DO:
- Suhu : 36,4 0C
- Nadi : 84 kali/menit
- TD : 115/70 mmHg
- RR: 16 kali/menit Putri A.
- Tidak terdapat reaksi
stransfusi
Pukul 1,2,3 Transfusi selesai DS:
20.00 Mengukur tanda – tanda DO:
vital dan reaksi transfusi - Suhu : 36,5 0C
- Nadi : 80 kali/menit
- TD : 110/60 mmHg
- RR: 16 kali/menit Putri A.
- Tidak terdapat reaksi
stransfusi
Pukul 3 Membatasi jumlah DS:Keluarga dan pasien Perawat
21.00 pengunjung mengatakan akan menikuti ruangan
aturan yang berlaku
DO:Keluarga dan pasien
tampak kooperatif
Pukul 3 - Mengidentifikasi DS:Keluarga dan pasien Perawat
22.00 penggunaan obat mengatakan paham ruangan
sesuai resep : DO:Obat sudah masuk, tidak
Memberi injeksi ada reaksi alergi
Cefepime 2 gram
intravena
- Menganjurkan
menghubungi
petugas kesehatan
jika terjadi efek
samping obat
Rabu, 1,2,3 Mengukur tanda – tanda DS: Perawat
21/4/2021 vital dan reaksi transfusi DO: ruangan
Pukul - Suhu : 36,5 0C
05.00 - Nadi : 80 kali/menit
- TD : 120/60 mmHg
- RR: 16 kali/menit
Pukul 1 Memeriksa sirkulasi DS: Perawat
05.00 perifer DO: CRT < 2 detik ruangan
Edema tidak ada
Pukul 3 Memberi injeksi DS:- Perawat
06.00 Cefepime 2 gram DO:Obat sudah masuk, tidak ruangan
intravena ada reaksi alergi
Pukul 1,3 Mempertahankan tehnik DS:- Perawat
07.00 aseptik pada pasien DO: Tindakan sudah ruangan
berisiko tinggi dilakukan
Putri A.
Pukul 3 Memberi injeksi obat DS:-
16.00 GCSF 300 mg subcutan DO: Obat sudah masuk, tidak
ada reaksi alergi
Putri A
Pukul 1,2,3 Mengukur tanda – tanda DS:
16.30 vital DO:
- Suhu : 36,7 0C
- Nadi : 88 kali/menit
- TD : 110/70 mmHg
- RR: 16 kali/menit Putri A.
Pukul 3 Membatasi jumlah DS:Keluarga dan pasien Perawat
21.00 pengunjung mengatakan akan menikuti ruangan
aturan yang berlaku
DO:Keluarga dan pasien
tampak kooperatif
Pukul 3 Memberi injeksi DS:- Perawat
22.00 Cefepime 2 gram DO:Obat sudah masuk, tidak ruangan
intravena ada reaksi alergi
Kamis, 1,2,3 Mengukur tanda – tanda DS: Perawat
22/4/2021 vital DO: ruangan
Pukul - Suhu : 36,8 0C
05.00 - Nadi : 80 kali/menit
- TD : 110/60 mmHg
- RR: 16 kali/menit
Pukul 1 Memeriksa sirkulasi DS: Perawat
05.30 perifer DO: CRT < 2 detik ruangan
Edema tidak ada
Pukul 3 Memberi injeksi DS:- Perawat
06.00 Cefepime 2 gram DO:Obat sudah masuk, tidak ruangan
intravena ada reaksi alergi
Pukul 1,3 Mempertahankan tehnik DS:- Perawat
07.00 aseptik pada pasien DO: Tindakan sudah ruangan
berisiko tinggi dilakukan
Putri A.
Pukul 1,2,3 Mengukur tanda – tanda DS:
16.00 vital DO:
- Suhu : 36,7 0C
- Nadi : 84 kali/menit
- TD : 120/70 mmHg
- RR: 16 kali/menit Putri A.
Pukul 3 Membatasi jumlah DS:Keluarga dan pasien Perawat
21.00 pengunjung mengatakan akan menikuti ruangan
aturan yang berlaku
DO:Keluarga dan pasien
tampak kooperatif
Pukul 3 Memberi injeksi DS:- Perawat
22.00 Cefepime 2 gram DO:Obat sudah masuk, tidak ruangan
intravena ada reaksi alergi
Jumat, 1,2,3 Mengukur tanda – tanda DS: Perawat
23/4/2021 vital DO: ruangan
Pukul - Suhu : 36,8 0C
05.00 - Nadi : 80 kali/menit
- TD : 110/60 mmHg
- RR: 16 kali/menit
Pukul 1 Memeriksa sirkulasi DS: Perawat
05.30 perifer DO: CRT < 2 detik ruangan
Edema tidak ada
Pukul 3 Memberi injeksi DS:- Perawat
06.00 Cefepime 2 gram DO:Obat sudah masuk, tidak ruangan
intravena ada reaksi alergi
Pukul 1,3 Mempertahankan tehnik DS:- Perawat
07.00 aseptik pada pasien DO: Tindakan sudah ruangan
berisiko tinggi dilakukan