Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHANKEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN ACUTE MYELOIDLEUKEMIA

(AML)

OLEH :
I WAYAN SUKARTIKA YASA
NIM. 219012769

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI

STIKES WIRA MEDIKA BALI

2022
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN ANAK DENGAN ACUTE MYELOID LEUKEMIA (AML)

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFINISI
AML adalah kelompok neoplasma dari sumsum tulang yang
menyebabkan menurunnya jumlah eritrosit, neutrofil dan trombosit yang dapat
terjadi pada semua umur, namun frekuensinya semakin meningkat dengan
bertambahnya umur seseorang.Acute Myeloid Leukemia merupakan suatu
bentuk kelainan sel hematopoetik yang dikarakteristikkan dengan adanya
proliferasi berlebihan dari sel myeloid yang dikenal dengan myeloblas (Rogers,
2010).
Leukemia mieloid akut (Acute Myeloid Leukemia atau AML) dapat
disebut dengan beberapa nama diantaranya adalah leukemia mielositik akut,
leukemia myelogenous akut, leukemia granulositik akut, dan leukemia non-
limfositik akut. Istilah akut diartikan sebagai leukemia yang dapat berkembang
cepat jika tidak diterapi dan berakibat fatal dalam beberapa bulan, sedangkan
istilah mieloid merujuk pada tipe sel asal, yaitu sel-sel mieloid imatur (sel
darah putih selain limfosit, sel darah merah, atau trombosit) (American Cancer
Society, 2016).AML merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan
transformasi neoplastik dan gangguan diferensiasi sel-sel progenitor dari seri
myeloid, meliputi neutrofil, eosinofil, monosit, basofil, megakariosit dan
sebagainya (Suryani, Salamah, Wiharto, & Wijaya, 2014).

2. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO


Lebih dari 90% kasus AML pada anak-anak, belum diketahui
pastipenyebab dasarnya.Muculnya penyakitAML diperkirakan bukan penyebab
tunggal tetapi gabungan daribeberapa faktor risiko seperti genetik, lingkungan,
infeksi, dan diperantaraiimun.Penelitian menununjukan kurang
mengkonsumsibuah-buahan dan sayur dapat menyebabkan perubahan DNA
yangmungkin terjadi pengembangan sel leukemia.Kekurangan asam
folat,vitamin B12, dan B6 juga menjadi faktor risiko AML (American Cancer
Society, 2016).
Penelitian menunjukan teori virus sebagai penyebab AML, yaitu
enzyme reverse transcriptase ditemukan dalam darah manusia.Enzim ini
ditemukan dalam virus onkogenik seperti virus C atau retrovirus tipe C, yaitu
jenis virus RNA yang menyebabkan leukemia pada binatang. Adapun
penelitian yang mendukung teori virus penyebab leukemia yaitu Gross yang
mengemukakan telah ditemukan virus C pada mikroskop electron dari
penderita AML. Selain lain itu, Virus Epstein-Barr (virus RNA)
menyebabkan penyakit Burkitt (sejenis tumor kelenjar limpe (limpoma)
terdapat pada anak-anak) yang kelak berkaitan dengan terjadinya keganasan.
Faktor risiko leukemia yaitu genetik, terjadi karena keabnormalan
kromosom.Jenis keabnormalan kromosom yang berhubungan dengan leukemia
pada anak yaitu sindrom Bloom, anemia Flanconi, sindrom klinefelter,
ataxiatelangiectasia, trisomi G, neurofibromatosis, dan sindrom. Anak dengan
sindrom down mempunyai insiden leukemia akut 20 kali lipat. Selain itu,
terdapat insiden leukemia lebih tinggi dari saudara kandung anak yang
terserang, dengan insiden yang meningkat sampai 20% pada kembar
monozigot (American Cancer Society, 2016).
Faktor lingkungan berupa pajanan dengan radiasi ionisasi atau pergion
dosis tinggi dan zat-zat kimia (misal, benzen, arsen, peptisida, kloramfenikol,
fenilbutazon, dan agen antineoplastik) berhubungan dengan peningkatan risiko
terjadinya AML.Paparan radiasi dapat ditemui pada pengobatan kanker
(kemoterapi), sinar nuklir, dan sinar X-ray. Benzen ditemukan pada asap rokok
atau di beberapa area kerja industri yang berhubungan dengan minyak/gas.
Benzen terdapat dalam perekat, lem karet, aerosol spray,pelumas, bensin,
semir sepatu cair, cat, pengencer cat, dan perekat adesif (American Cancer
Society, 2016).
Pada sebagian besar kasus, etiologi dari AML tidak diketahui. Namun
terdapat beberapa faktor prediposisi dari AML pada populasi tertentu (Suryani,
Salamah, Wiharto, & Wijaya, 2014):
a. Obat-obatan seperti chloramphenicol, phenylbutazone, chloroquine dan
methoxypsoralen dapat merangsang terjadinya kerusakan pada sumsum
tulang yang kemudian beresiko terhadap terjadinya AML.
b. Senyawa kimia seperti yang terkandung pada rokok, pestisida, herbisida,
dan benzene diketahui berpotensi merangsang perkembangan AML.
c. Radiasi ionik juga diketahui dapat menyebabkan AML, seperti pada orang-
orang yang selamat dari bom atom di Hirosima dan Nagasaki pada 1945.
Efek leukomogenik dari paparan ion radiasi tersebut mulai tampak sejak 1,5
tahun sesudah pengeboman dan mencapai puncaknya 6 atau 7 tahun sesudah
pengeboman.
d. Penyakit yang berhubungan dengan gangguan kromosom, seperti pada
sindrom Down (trisomi kromosom 21), sindrom Bloom, anemia Fanconi
dan klinefelter, diketahui mempunyai resiko yang jauh lebih tinggi
dibandingkan populasi normal untuk menderita AML.
e. Terapi radiasi dengan menggunakan golongan alkylating agent dan
topoisomerase II inhibitor diketahui dapat meningkatkan resiko terjadinya
AML. Golongan alkylating agent seperti cychlophospamide, melphalan,
dan nitrogen mustard sering dihubungkan dengan kejadian abnormalitas
pada kromosom 5 dan/atau 7. Terpapar golongan topoisomerase II inhibitor
seperti etoposide dan teniposide sering menyebabkan abnormalitas pada
kromosom 11 dan/atau 27.

3. EPIDEMIOLOGI
AML adalah bentuk leukemia akut yang paling sering terjadi pada
dewasa seiring dengan pertambahan usia dan jarang terjadi pada anak-anak
(Rogers, 2010). Kejadian AML diperkirakan terjadi pada dua sampai tiga orang
dari 100.000 penduduk, dengan presentase penduduk usia dewasa adalah 85%
dan anak-anak adalah 15%. AML lebih sering ditemukan pada laki-laki
dibandingkan dengan perempuan (American Cancer Society, 2016).
Yayasan Onkologi Anak Indonesia menyatakan bahwa setiap tahun
ditemukan 650 kasus anak dengan leukemia di seluruh Indonesia, 150 kasus di
antaranya terdapat di Jakarta dan sekitar 38% menderita jenis AML.Data
kejadian AML di Indonesia masih sangat terbatas, terdapat laporan insidens
AML di Jogjakarta yaitu terdapat delapan orang dari satu juta populasi
(Supriyadi, Purwanto, Widjajanto, 2013).

4. PATOFISIOLOGI (PATHWAY TERLAMPIR)


Patogenesis utama AML adalah adanya gangguan pematangan yang
menyebabkan proses diferensiasi sel-sel mieloid terhenti pada sel-sel muda
(blast) dengan akibat terjadi akumulasi blast di sumsum tulang. Akumulasi
Blast di dalam sumsum tulang akan menyebabkan terjadinya gangguan
hematopoesis normal yang akhirnya akan mengakibatkan sindrom kegagalan
sumsum tulang (bone marrow failure syndrome) yang ditandai dengan adanya
sitopenia (anemia, leukopeni, trombositopeni). Adanya anemia akan
menyebabkan pasien mudah lelah dan pada kasus yang lebih berat akan sesak
nafas, adanya trombositopenia akan menyebabkan tanda-tanda perdarahan,
serta adanya leukopenia akan menyebabkan pasien rentan terhadap infeksi.
Selain itu, sel-sel blast yang terbentuk juga dapat bermigrasi keluar sumsum
tulang atau berinfiltrasi ke organ-organ lain seperti kulit, tulang, jaringan lunak
dan sistem saraf pusat dan merusak organ-organ tersebut (American Cancer
Society, 2016).
Pada hematopoiesis normal, myeloblast merupakan sel myeloid yang
belum matang yang normal dan secara bertahap akan tumbuh menjadi sel darah
putih dewasa. Namun, pada AML myeloblast mengalami perubahan genetik
atau mutasi sel yang mencegah adanya diferensiasi sel dan mempertahankan
keadaan sel yang imatur, selain itu mutasi sel juga menyebabkan terjadinya
pertumbuhan tidak terkendali sehingga terjadi peningkatan jumlah sel blast
(Suryani, Salamah, Wiharto, & Wijaya, 2014).

5. MANIFESTASI KLINIS
Hiperleukositosis (> 100.000 sel darah putih/ mm3) terjadi pada AML
dan dapat menyebabkan gejala leukostasis, misalnya disfungsi atau perdarahan
okuler dan serebrovaskular yang termasuk kegawatdaruratan medis, walaupun
hal ini jarang terjadi. Leukositosis terjadi pada sekitar 50% kasus AML,
sedangkan 15% pasien mempunyai angka leukosit yang normal dan sekitar
35% pasien mengalami netropenia. Meskipun demikian, sel-sel blast dalam
jumlah yang signifikan di darah tepi akan ditemukan pada 85% kasus AML.
Oleh karena itu sangat penting untuk memeriksa rincian jenis sel-sel leukosit di
darah tepi sebagai pemeriksaan awal, untuk menghindari kesalahan diagnosis
pada orang yang diduga menderita AML (Handayani & Haribowo, 2008).
Gejala AML biasanya terjadi setelah beberapa minggu dan dapat
dibedakan menjadi 3 tipe (Davis, Viera, & Mead, 2014).yaitu:
a. Gejala kegagalan sumsum tulang
Gejala kegagalan sumsum merupakan keluhan umum yang paling
sering.Leukemia menekan fungsi sumsum tulang sehingga menyebabkan
kombinasi dari anemia, leukopenia dan trombositopenia.Gejala yang khas
adalah lelah dan sesak nafas (akibat anemia), infeksi bakteri (akibat
leukopenia) dan perdarahan (akibat trombositopenia atau terkadang akibat
koagulasi intravaskuler diseminata/DIC).Pada pemeriksaan fisik juga sering
ditemukan kulit pucat, memar dan perdarahan serta demam sebagai tanda
infeksi.Perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk purpura atau petekia yang
sering dijumpai di ekstremitas bawah atau berupa epistaksis, perdarahan
gusi dan retina (Davis, Viera, & Mead, 2014).
b. Gejala sistemik
Gejala sistemik yang ditemukan dapat berupa malaise, penurunan berat
badan, berkeringat dan penurunan nafsu makan, serta kelainan metabolik
seperti hiperkalsemia (sangat jarang) (Davis, Viera, & Mead, 2014).
c. Gejala lokal
Gejala lokal yang terkadang ditemukan berupa tanda infiltrasi leukemia/sel
blast di kulit, gusi atau sistem saraf pusat. Infiltrasi sel-sel blast di kulit akan
menyebabkan leukemia kutis yaitu berupa benjolan yang tidak berpigmen
dan tanpa rasa sakit. Infiltrasi sel-sel blast di jaringan lunak akan
menyebabkan nodul di bawah kulit (kloroma). Infiltrasi sel-sel blast di
dalam tulang akan menimbulkan nyeri tulang yang spontan atau dengan
stimulasi ringan. Infiltrasi sel-sel blast ke dalam gusi akan menyebabkan
pembekakan pada gusi. Selain itu dapat terjadi hepatomegali dan
splenomegali akibat infiltrasi sel-sel blast di hati dan limpa.Meskipun
jarang, pada AML juga dapat dijumpai infiltrasi sel-sel blast ke daerah
meningen (Davis, Viera, & Mead, 2014).

6. KLASIFIKASI
French-American-British (FAB) sejak tahun 1976 telah
mengklasifikasikan AML menjadi 8 subtipe, berdasarkan pada hasil
pemeriksaan morfologi sel dan pengecatan sitokimia. Klasifikasi FAB (Davis,
Viera, & Mead, 2014): Tabel 1. Klasifikasi AML menurut FAB
No Subtipe Penjelasan
1 M0 AML berdiferensiasi minimal
2 M1 AML tanpa maturasi
3 M2 AML dengan berbagai derajat maturasi
4 M3 Leukemia promielositik hipergranular
5 M4 Leukemia mielomonositik
6 M5 Leukemia monoblastik
7 M6 Eritroleukemia
8 M7 Leukemia megakarioblastik
Klasifikasi tersebut kemudian digantikan dengan klasifikasi menurut
World Health Organization (WHO) dengan kriteria abnormalitas genetika atau
genetika molekuler (Yuliana, 2017): Tabel 2. Klasifikasi AML menurut WHO
Kategori
AML with recurrent genetic abnormalities
AML with t(8;21)(q22;q22); RUNX1-RUNX1T1
AML with inv(16)(p13.1q22) atau t(16;16)(p13.1;q22); CBFB-MYH11
APL with t(15;17)(q22;q12); PML-RARA
AML with t(9;11)(p22;q23); MLLT3-MLL
AML with t(6;9)(p23;q34); DEK-NUP214
AML with inv(3)(q21q26.2) atau t(3;3)(q21;q26.2); RPN1-EVI1
AML (megakaryoblastic) with t(1;22)(p13;q13); RBM15-MKL1
AML with mutated NPM1
AML with mutated CEBPA
AML with myelodysplasia-related changes
Therapy-related myeloid neoplasms
AML, not otherwise specified (NOS)
AML with minimal differentiation
AML without maturation
AML with maturation
Acute myelomonocytic leukemia
Acute monoblastic/monocytic leukemia
Acute erythroid leukemia
Acute megakaryoblastic leukemia
Acute basophilic leukemia
Acute panmyelosis with myelofibrosis
Myeloid sarcoma
Myeloid proliferations related to Down syndrome
Transient abnormal myelopoiesis
Myeloid leukemia associated with Down syndrome
Blastic plasmocytoid dendritic cell neoplasm
Acute leukemias of ambiguous lineage
Acute undifferentiated leukemia
Mixed phenotype acute leukemia with t(9;22)(q34;q11.2); BCR-ABL1
Mixed phenotype acute leukemia with t(v;11q23); MLL rearranged
Mixed phenotype acute leukemia, B/myeloid, NOS
Mixed phenotype acute leukemia, T/myeloid, NOS
Natural killer cell lymphoblastic leukemia/lymphoma

7. PEMERIKSAAN FISIK
Pada kasus AML, hasil pemeriksaan fisik sering menunjukkan gejala
akibat anemia seperti kelelahan dan takipnea, akibat trombositopenia seperti
petekie dan ekimosis (peradarahan dalam kulit), serta adanya tanda-tanda
infeksi seperti demam, menggigil dan takikardi akibat menurunnya leukosit
(leukopenia).Selain itu adanya infiltrasi sel blast terutama pada jaringan tulang
dapat menyebabkan terjadinya nyeri tulang (Price & Wilson, 2006).

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan darah lengkap, bertujuan untuk mengetahui perubahan pada
jumlah dari masing-masing komponen darah yang ada. Dari pemeriksaan ini
akan didapatkan gambaran adanya anemia, trombositopenia, leukopenia,
leukositosis ataupun kadar leukosit yang normal(Dohner, Estey, Amadori,
Appelbaum, Buchner, Burnett, et al., 2010).
b. Morfologi, Biopsi aspirasi sumsum tulang merupakan bagian dari
pemeriksaan rutin untuk diagnosis AML. Pulasan darah dan sumsum tulang
diperiksa dengan pengecatan May-Grunwald-Giemsa atau Wright-Giemsa.
Untuk hasil yang akurat, diperlukan setidaknya 500 sel nucleated dari
sumsum tulang dan 200 sel darah putih dari perifer. Hitung blast sumsum
tulang atau darah ≥ 20% diperlukan untuk diagnosis AML, kecuali AML
dengan t(15;17), t(8;21), inv(16), atau t(16;16) yang didiagnosis terlepas
dari persentase blast (Dohner, Estey, Amadori, Appelbaum, Buchner,
Burnett, et al., 2010).
c. Immunophenotyping, Pemeriksaan ini menggunakan flow cytometry, sering
untuk menentukan tipe sel leukemia berdasarkan antigen permukaan.
Kriteria yang digunakan adalah ≥ 20% sel leukemik mengekpresikan
penanda (untuk sebagian besar penanda) (Dohner, Estey, Amadori,
Appelbaum, Buchner, Burnett, et al., 2010).
d. Sitogenetika, Abnormalitas kromosom terdeteksi pada sekitar 55% pasien
AML dewasa (Dohner, Estey, Amadori, Appelbaum, Buchner, Burnett, et
al., 2010). Pemeriksaan sitogenetika menggambarkan abnormalitas
kromosom seperti translokasi, inversi, delesi, adisi (American Cancer
Society, 2016).
e. Sitogenetika moleculer, Pemeriksaan ini menggunakan FISH (fluorescent in
situ hybridization) yang juga merupakan pilihan jika pemeriksaan
sitogenetika gagal. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi abnormalitas gen atau
bagian dari kromosom seperti RUNX1-RUNX1T1, CBFB-MYH11, fusi gen
MLL dan EV11, hilangnya kromosom 5q dan 7q (Dohner, Estey, Amadori,
Appelbaum, Buchner, Burnett, et al., 2010).
f. Pemeriksaan imaging, Pemeriksaan dilakukan untuk membantu menentukan
perluasan penyakit jika diperkirakan telah menyebar ke organ lain. Contoh
pemeriksaannya antara lain X-ray dada, CT scan, MRI (American Cancer
Society, 2016).

9. DIAGNOSIS ATAU KRITERIA DIAGNOSIS


Secara klasik diagnosis AML ditegakkan berdasarkan pemeriksaan
fisik, morfologi sel dan pengecatan sitokinoia. Diagnosis AML dapat
ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan morfologi sel dan pengecatan
sitokimia (Sutoyo dan Setiyohadi, 2006).Ketika ditemukan ≥30% sel blast pada
aspirasi sumsum tulang belakang (berdasarkan pada kriteria French-American-
British (FAB) Cooperative Group) atau minimal 20% (berdasarkan kriteria
WHO), maka dapat ditegakkan leukemia akut. Kemudian akan dilakukan
pemeriksaan pengecatan sitokimia dengan menggunakan Suddan Black B atau
myeloperoxidase untuk mengetahui jenis leukemia yang terjadi. Jika hasil
pengecatan sitokimia positif maka dapat ditegakkan diagnosis AML (American
Cancer Society, 2016).

10. TERAPI ATAU TINDAKAN PENANGANAN


Pengobatan AML dilakukan dalam 2 fase, yaitu fase induksi, yang
bertujuan untuk mencapai remisi, dan fase paska remisi untuk mempertahankan
remisi.
a. Terapi induksi remisi
Remisi dicapai ketika dalam sumsum tulang ataupun darah tepi ditemukan
kurang dari 5% sel blast.Terapi induksi remisi menggunakan kombinasi dari
anthracycline (seperti idarubicin, daunorubicin) dan cytaribine. Golongan
anthracycline biasanya diberikan 40-60 mg/m2 secara rutin selama 3 hari
sedangkan cytaribine diberikan 100-200 mg/m2 secara rutin selama 7 hari
(Newton, Hickey, & Marrs, 2009). Penggunaan kombinasi golongan
anthracycline dan cytaribine secara rutin menghasilkan persentase CR
(complete remission) 70-80% pada usia ≤60 tahun dan 50% pada usia lebih
tua (Newton, Hickey, & Marrs, 2009).
b. Terapi postremisi
Terapi postremisi bertujuan untuk mencegah terjadinya
kekambuhan.Terdapat 2 pilihan terapi postremisi, yaitu transplantasi
sumsum tulang (autolog atau alogenik) dan kemoterapi. Transplantasi yang
bersifat autolog dilakukan dengan cara mengambil sel sumsum tulang
sebelum pasien mendapatkan terapi induksi untuk kemudian diinfusikan
kembali ke paien, sedangkan transplantasi yang bersifat alogenik dilakukan
dengan mengambil sel sumsum tulang dari donor yang memiliki kecocokan
HLA atau dari saudara kandung (Newton, Hickey, & Marrs, 2009). Selain
terapi standar untuk mengatasi AML, terdapat beberapa penanganan
terhadap tanda gejala yang muncul atau tindakan resusitasi untuk
memperbaiki kondisi umum pasien yaitu dengan pemberian antibiotic dosis
tinggi untuk mengatasi infeksi, serta pemberian transfusi darah dengan PCR
(Packed red cell) atau darah lengkap untuk mengatasi anemi dan transfusi
konsetrat trombosit untuk mengatasi trombositopenia yang terjadi (Newton,
Hickey, & Marrs, 2009).
c. Terapi Biologi
Metode ini, juga dikenal sebagai immunotherapy, menggunakan zat yang
memperkuat respon sistem kekebalan terhadap kanker.Salah satu bentuk
terapi biologi dikenal sebagai antibodi monoklonal.Meskipun antibodi ini
diproduksi dalam laboratorium, namun dapat meniru protein dalam sistem
kekebalan tubuh (antibodi) yang menyerang benda asing pada sel-sel
leukemia.Gemtuzumab ozogamicin adalah salah satu antibodi monoklonal
yang digunakan sebagai terapi biologis dalam AML (Newton, Hickey, &
Marrs, 2009).
d. Transplantasi stem cell sumsum tulang
Metode ini dapat membantu dalam membangun kembali sel-sel induk yang
sehat dengan mengganti sumsum tulang yang tidak sehat dengan sel yang
bebas dari sel induk leukimia yang akan menumbuhkan sumsum tulang
yang sehat. Metode ini dapat digunakan untuk terapi konsolidasi. Untuk
menghancurkan sumsum tulang dan menghasilkan manfaat pada penyakit
leukemia pasien, maka akan diberi dosis yang sangat tinggi dari kemoterapi
atau terapi radiasi sebelum transplantasi sel induk. Setelah itu, akan
diberikan infus sel induk dari donor yang kompatibel (transplantasi
alogenik). Sel induk sendiri seseorang juga dapat digunakan (transplantasi
autologous), yaitu dengan mengambil dan menyimpan sel-sel sehat induk
mereka untuk transplantasi di masa depan (Newton, Hickey, & Marrs,
2009).
e. Terapi obat lain
Ada obat anti kanker yang dapat digunakan sendiri atau dalam kombinasi
dengan kemoterapi untuk induksi remisi dari subtipe tertentu dari AML
disebut promyelocytic leukemia, seperti arsenik trioksida dan semua jenis
trans retinoic acid (ATRA) (Newton, Hickey, & Marrs, 2009).

11. PROGNOSIS
Dengan terapi agresif, 40 -50 % penderita yang mencapai remisi akan
hidup lama (30-40 % angka kesembuhan keseluruhan), namun jika tidak
diobati, AML dapat berdampak fatal dalam 3-6 bulan. Prognosis juga semakin
buruk seiring dengan pertambahan usia, serta apabila terdapat kelainan sel
leukemia secara genetic (Price and Wilson, 2006).
12. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi akibat AML, antara lain (Newton,
Hickey, & Marrs, 2009): Gagal sumsum tulang, Infeksi, Koagulasi
Intravaskuler Diseminata (KID/DIC), Splenomegali, Hepatomegali

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
a. Pengkajian secara umum yang dapat dilakukan pada pasien adalah
meliputi:
1) Identitas, meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register,
serta diagnosa medis.
2) Keluhan utama:
Biasanya keluhan utama klien adalah adanya tanda-tanda perdarahan
pada kulit seperti petekie, tanda-tanda infeksi seperti demam, menggigil,
serta tanda anemia seperti kelelahan dan pucat.
3) Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien tampak lemah dan pucat, mengeluh lelah,dan sesak.
Selain itu disertai juga dengan demam dan menggigil,penurunan nafsu
makan dan penurunan berat badan.
4) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit dengan gangguan pada kromosom atau pernah
mengalami kemoterapi atau terapi radiasi.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Adanya keluarga yang pernah menderita leukemia atau penyakit
keganasan lain sebelumnya.
6) Riwayat kehamilan dankelahiran
7) Riwayatimunisasi
8) Riwayat TumbuhKembang

b. Pola kebutuhan dasar


1) Persepsi dan PenangananKesehatan
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan
kesehatan. Persepsi terhadap arti kesehatan, dan piñata
laksanaan kesehatan, kemampuan menyusun tujuan,
pengetahuan tentang praktek kesehatan.
Komponen:
a) Gambaran kesehatan secara umum dan saatini,
b) Alasan kunjungan danharapan
c) Gambaran terhadap sakit dan penyebabnya dan penanganan
yangdilakukan:
1) Kepatuhan terhadappengobatan
2) Pencegahan/tindakan dalam menjagakesehatan
3) Penggunaan obat resep danwarung,
4) Penggunaan produk atau zat didalam kehidupan sehari-
hari dan frekuensi (misal : rokok,alkohol)
5) Penggunaan alat keamanan dirumah/sehari-hari, dan faktor resiko
timbulnyapenyakit
6) Gambaran kesehatankeluarga
2) Nutrisi-Metabolik
Menggambarkan intake makanan, keseimbangan cairan dan
elektrolit, nafsu makan, pola makan, diet, fluktuasi BB
dalam 6 bulan terakhir, kesulitan menelan, mual / muntah,
kebutuhan julah zat gizi, masalah / penyembuhan kulit,
akanan kesukaan.
Komponen:
a) Gambaran yang biasa dimakan (Pagi,siang,sore,snack)
b) Tipe dan intake cairan
c) Gambaran bagaimana nafsu makan, kesulitan dan keluhan yang
mempengaruhi makan dan nafsu makan
d) Penggunaan obat diet
e) Makanan Kesukaan, Pantangan,alergi
f) Penggunaan suplemen makanan
g) Gambaran BB, perubahan BB dalam 6-9 bln,
h) Perubahan pada kulit (lesi, kering, membengkak,gatal)
i) Proses penyembuhan luka (cepat-lambat)
j) Adakah faktor resiko terkait ulcer kulit (penurunan
sirkulasi, defisit sensori,penurunan mobilitas)
3) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan kulit.
Komponen :
a) Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin
b) Adakah masalah dalam proses miksi, adakah penggunaan alat bantu
untuk miksi
c) Gambaran pola BAB, karakteritik
d) Penggunaan alat bantu
e) Bau bdn, Keringat berlebih,lesi & pruritus

4) Aktivitas-Latihan
Menggambarkan pola aktivitas dan latihan, fungsi pernafasan dan
sirkulasi.
Komponen:
a) Gambaran level aktivitas, kegiatan sehari-hari dan olahraga
b) Aktivitas saat senggang/waktuluang
c) Apakah mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah,
batuk, nyeri dada,palpitasi,nyeri pada tungkai, gambaran
dalam pemenuhan ADL : Level Fungsional (0-IV),
Kekuatan Otot(1-5)
5) Tidur-Istirahat
Menggambarkan pola tidur-istirahat dan persepsi pada level energi.
Komponen:
a) Berapa lama tidur dimalamhari
b) Jam berapatidur-Bangun
c) Apakah terasa efektif
d) Adakah kebiasaan sebelumtidur
e) Apakah mengalami kesulitan dalamtidur
6) Kognitif-Persepsi
Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, taktil,
penciuman, persepsi nyeri, bahasa, memori dan pengambilan
keputusan.
Komponen:
a) Kemampuan menulis dan membaca
b) Kemampuanberbahasa
c) Kemampuanbelajar
d) kesulitan dalammendengar
e) Penggunaan alat bantumendengar/melihat
f) Bagaimanavisus
g) Adakah keluhan pusing bagaimanagambarannya
h) Apakah mengalami insensitivitas terhadap dingin,panas,nyeri
i) Apakah merasa nyeri(Skala dankaraketeristik)
7) Persepsi Diri – KonsepDiri
Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap
kemampuan,harga diri,gambaran diri dan perasaan terhadap diri sendiri.
Komponen:
a) Bagaimana menggambarkan dirisendiri
b) Apakah ada kejadian yang akhirnya mengubah gambaran
terhadapdiri
c) Apa hal yang paling menjadipikiran
d) Apakah sering merasa marah, cemas, depresi, takut,
bagaimanagambarannya
8) Peran –Hubungan
Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga-
lainnya.
Komponen:
a) Bagaimana gambaran pengaturan kehidupan (hidup
sendiri/bersama)
b) Apakah mempunyai orang dekat?Bagaimana kualitashubungan?
Puas?
c) Apakah ada perbedaan peran dalam keluarga, apakah ada
salingketerikatan
d) Bagaimana dalam mengambil keputusan dan penyelesaiankonflik
e) Bagaimana keadaankeuangan
f) Apakah mempunyai kegiatansosial?
9) Seksualitas –Reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah dalam seksualitas-reproduksi.
Komponen:
a) Apakah kehidupan seksualaktif
b) Apakah menggunakan alatbantu/pelindung
c) Apakah mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan
kebutuhanseks
d) Khusus wanita : TMA, gambaran pola haid, usia
menarkhe/ menopause riwayat kehamilan, masalah
terkait denganhaid
10) Koping – ToleransiStres
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stres dan menggunakan
sistem pendukung.
Komponen:
a) Apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam beberapa
tahunterakhir
b) Dalam menghadapi masalah apa yangdilakukan?efektif?
c) Apakah ada orang lain tempat berbagi?apakah orang tersebut ada
sampaisekarang?
d) Apakah anda selalu santai/tegang setiapsaat
e) Adakah penggunaan obat/zattertentu

11) Nilai –Kepercayaan


Menggambarkan spiritualitas, nilai, sistem kepercayaan dan tujuan
dalam hidup. Komponen:
a. Apakah anda selalu mendapatkan apa yangdiinginkan
b. Adakah tujuan,cita-cita,rencana di masa yang akan datang
c. Adakah nilai atau kepercayaan pribadi yang ikutberpengaruh
d. Apakah agama merupakan hal penting dalam hidup? Gambarkan
c. Pemeriksaan Fisik
1) KeadaanUmum
Keadaan umum pada penderita leukemia tampak
lemah, kesadaran bersifat composmentis selama
belum terjadi komplikasi.
2) Tanda-TandaVital
Tekanan darah : tidak normal (TD normal 120/80
mmHg)
Nadi : meningkat jika demam atau nyeri
Suhu : meningkat jika terjadi infeksi
RR : Dispneu, takhipneu
3) Antropometri
- TB : Tinggibadan
- BB : Beratbadan
- LLA : Lingkar lenganatas
4) Pemeriksaan fisik Head ToToe
a) PemeriksaanKepala
Bentuk : Perhatikan bentuk kepala apakah simetris
atau tidak. Biasanya pada penderita leukemia betuk
kepala simetris.
Rambut : Perhatikan keadaan rambut mudah dicabut atau
tidak,warna, hygiene
Nyeri tekan: Palpasi nyeri tekan, ada atau tidak.
Biasanya pada penderita tidak ada nyeri tekan.
b) PemeriksaanMata
Palpebra : Perhatikan kesimetrisan kiri dankanan
Konjungtiva :Anemis atau tidak. Pada
penderita leukemia akan ditemukan
konjungtiva yang anemis.
Sclera : Ikterik atau tidak. Sclera penderita leukemia akan terlihat
tidakikterik.
c) PemeriksaanHidung
Inspeksi kesimetrisan bentuk hidung, mukosa hidung,
palpasi adanya polip.Penderita leukemia memiliki
pemeriksaan hidung yang normal.
d) PemeriksaanMulut
Inspeksi apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur
atau bakteri ), perdarahan gusi. Biasa papa penderita
leukemia, ditemukan bibir pucat, sudut – sudut bibir
pecah – pecah.
e) PemeriksaanTelinga
Inspeksi simetris kiri dan kanan, sirumen.Palpasi nyeri
tekan.Periksa fungsi pendengaran dan
keseimbangan.Pada penderita leukemia biasanya tidak
ditemukan kelainan dan bersifat normal.
f) PemeriksaanLeher
Inspeksi dan palpasi adanya pembesaran getah bening
kelenjer tiroid, JVP, normalnya 5-2.Penderita leukemia
tidak mengalami pembesaran kelenjertiroid.
g) Pemeriksaan Thorak Jantung:
Inspeksi : Iktus terlihat atau tidak, inspeksi kesimetrisan.
Pada penderita leukemia, iktus terlihat
Palpasi : Raba iktus kordis. Normalnya, iktus teraba.
Perkusi : Tentukan batasjantung.
Auskultasi : Terdengar bunyi jantung 1 dan 2, normal.
h) Paru – paru:
Inspeksi : Kesimetrisan kiri dan kanan saat inspirasi dan ekspirasi,
biasanya normal.
Palpasi : Vokal femoris teraba, simetris kiri dankanan.
Auskultasi : Biasanya bunyi nafas vesikuler.
i) Pemeriksaanabdomen
Inspeksi : Apakah dinding abdomen mengalami memar,
bekas operasi, dsb.
Auskultasi : Bising ususnormal
Palpasi : Palpasi apakah ada nyeri tekan, hepar teraba atau tidak.
Biasanya terdapat nyeri tekan, dan hepar akanteraba.
Perkusi : Lakukan perkusi, biasa didapat bunyi tympani untuk
semua daerah abdomen
j) PemeriksaanEkstremitas
Inspeksi kesemetrisan, palpasi adanya nyeri tekan pada
ekstremitas atas dan bawah. Biasanya pada penderita
leukemia akan mengalami nyeri pada tulang dan
persendian.
5) Hasil pemeriksaan penunjang
 Dari hasil pemeriksaan darah akan didapatkan adanya penurunan jumlah
eritrosit sampai dengan ≤7,5 g/dl (anemia berat), penurunan trombosit
<100.000 g/ml (trombositopenia) dan penurunan leukosit
(leukositopenia).
 Dari hasil biopsi sumsum tulang belakang akan didapatkan gambaran
adanya peningkatan jumlah sel blast (myeloblas) ≥20%.
 Dari hasil pemeriksaan pengecatan sitokimia dengan menggunakan
Suddan Black B atau myeloperoxidase akan didapatkan hasil yang
positif.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap
pengalaman atau respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah
kesehatan, pada risiko masalah kesehatan atau pada proses kehidupan (PPNI,
2016) . Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi pada anak dengan
leukimia antara lain :
1. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009) berhubungan dengan penurunan
konsentrasi hemoglobin
2. Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis:
inflamasi, iskemia, neoplasma)
3. Hipertermia (D.0130) berhubungan dengan penyakit ( mis: infeksi, kanker).
4. Defisit nutrisi (D.0019) berhubungan dengan faktor psikologis (mis : stress,
keengganan untuk makan)
5. Gangguan mobilitas fisik (D.0054) berhubungan dengan nyeri
6. Nausea (D.0076) berhubungan dengan efek agen farmakologis
(kemoterapi)
7. Risiko infeksi (D.0142) dibuktikan dengan ketidakadekuatan pertahan
tubuh sekunder (penurunan hemoglobin, imununospresi leukopenia, supresi
respon inflamasi)
8. Risiko perdarahan (D.0012) dibuktikan dengan gangguan koagulasi
(misalnya trombositopenia).
3. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1) Perfusi perifer tidak efektif Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x… Intervensi Utama
berhubungan dengan penurunan jam diharapkan : Perawatan Sirkulasi (I.02079)
konsentrasi hemoglobin(D.0009) Luaran Utama : Perfusi Perifer (L.02011) meningkat Tindakan
Kriteria Hasil : Observasi
- Warna kulit pucat meningkat 1. Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer, edema,
- Nyeri ekstremitas menurun pengisian kapiler, warna, suhu, anklebrachial index)
- Paratesia menurun 2. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada
- Kelemahan otot menurun ekstremitas
- Akral membaik Terapeautik
- Turgor kulit membaik 1. Lakukan pencegahan infeksi
2. Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah
di area keterbatasan perfusi
Edukasi
1. anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi
(mis. Rendah lemak jenuh, minyak ikan omega 3)
2. informasikan tanda dan gejala darurat yang harus
dilaporkan (mis. Rasa sakit yang tidak hilang saat
istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa)

Intervensi Pendukung
Transfusi Darah (I.02089)
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi rencana transfusi
2. Monitor tanda-tanda vital sebelum, selama dan
setelah transfusi
3. Monitor reaksi transfusi
Terapeutik
4. Lakukan double check pada label darah
5. Berikan transfusi dalam waktu maksimal 4 jam
Edukasi
6. Jelaskan tujuan dan prosedur transfusi
Jelaskan tanda dan gejala reaksi transfusi yang perlu
dilaporkan
2) Nyeri akut berhubungan dengan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x… Intervensi Utama
agen pencedera fisiologis (mis: jam diharapkan : 1. Manajemen Nyeri (I.08238)
inflamasi, iskemia, neoplasma) Luaran Utama : Tingkat nyeri (L.08066) menurun Tindakan
(D.0077). Kriteria Hasil : Observasi
- Keluhan nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
- Meringis menurun kualitas, intensitas nyeri
- Gelisah cukup menurun 2. Identifikasi skala nyeri
- Kesulitan tidur menurun 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
- Frekuensi nadi membaik 4. Monitor efek samping penggunaan analgetik
- Pola napas membaik Terapeautik
- Pola tidur cukup membaik 1. Berikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi
Luaran Tambahan : Kontrol Nyeri(L.08063) rasa nyeri (mis : terapi music, aromaterapi, tehnik
meningkat imajinasi terbimbing, terapi ermain)
Kriteria Hasil : 2. Fasilitasi istirahat dan tidur
- Melaporkan nyeri terkontrol meningkat Edukasi
- Dukungan orang terdekat meningkat 1. Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Keluhan nyeri (penggunaan analgetik) menurun 2. Anjurkan penggunaan analgetik secara tepat
3. Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
3) Hipertermia berhubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x… Intervensi Utama
dengan penyakit (mis: infeksi, jam diharapkan : 1. Manajemen hipertermia ( I.15506)
kanker)(D.0130) Luaran Utama : Termoregulasi (L.14134) membaik Observasi
Kriteria Hasil : 1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi,
- Pucat menurun terpapar lingkungan panas)
- Takikardia menurun 2. Monitor suhu tubuh
- Takipnea menurun 3. Monitor komplikasi akibat hipertermia
- Suhu tubuh membaik Terapeautik
- Pengisian kapiler membaik 1. Sediakan lingkungan yang dingin
- Tekanan darah membaik 2. Berikan cairan oral
3. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
4. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
4) Defisit nutrisi berhubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x… Intervensi utama
dengan faktor psikologis (mis : jam diharapkan : 1. Manajemen nutrisi (I.03119)
stress, keengganan untuk makan) Luaran Utama : Defisit nutrisi (L.03030) membaik Tindakan
(D.0019) Kriteria hasil : Observasi
- Porsi makan yang dihabiskan cukup meningkat 1. Identifikasi status nutrisi
- Verbalisasi keinginan untuk meningkat nutrisi 2. Identifikasi makanan yang disukai
cukup meningkat 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis makanan
- Berat badan membaik 4. Monitor berat badan
- Nafsu makan membaik Terapeautik
- Membrane mukosa membaik 1. Sajikan makanan yang menarik dan suhu yang sesuai
2. Berikan makanan tinggi kalori dan protein
Luaran tambahan : Nafsu makan (L.03024) 3. Berikan suplemen makanan, jika perlu
meningkat Edukasi
Kriteria Hasil : 1. Ajarkan diet yang diprogramkan
- Keinginan makan meningkat Kolaborasi
- Asupan cairan meningkat 1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
- Asupan nutrisi meningkat jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan
5) Gangguan mobilitas fisik Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x… Intervensi Utama :
berhubungan dengan jam diharapkan : Dukungan Mobilisasi (I.05173)
nyeri(D.0054) Luaran Utama : Mobilitas fisik (L.05042) meningkat
Tindakan
Kriteria Hasil : Observasi
- Rentang gerak (ROM) meningkat 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Nyeri menurun 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
- Kelemahan fisik menurun Terapeutik
3. Fasilitasi melakukan pergerakan, bila perlu
4. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
5. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
6. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
7. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
(misalnya duduk di tempat tidur, duduk di sisi
tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi)
6) Nausea (D.0076) berhubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 Intervensi Utama
dengan efek agen farmakologis jam diharapkan : Manajemen mual (I.03117)
(kemoterapi) Luaran Utama : Tingkat nausea(L.08065) menurun Tindakan
Kriteria hasil : Observasi
- Nafsu makan meningkat 1. Monitor mual
- Keluhan mual menurun 2. Monitor asupan nutrisi dan kalori
- Perasaan ingin muntah menurun 3. Identifikasi faktor penyebab mual
Terapeutik
4. Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
Edukasi
5. Anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika
merangsang mual
6. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi
mual (akupresure pada titikm P6)
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu
7) Risiko infeksi dibuktikan dengan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 Intervensi Utama
ketidakadekuatan pertahan tubuh jam diharapkan : Pencegahan infeksi (I.14539)
sekunder (penurunan Luaran Utama : Tingkat infeksi (L.14137) menurun Tindakan
hemoglobin, imununospresi Kriteria hasil : Observasi
leukopenia, supresi respon - Kadar sel darah putih membaik 1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
inflamasi)(D.0142) Terapeutik
2. Batasi jumlah pengunjung
3. Pertahankan tehnik aseptik pada pasien berisiko
tinggi
Edukasi
4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

8) Risiko perdarahan dibuktikan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x… Intervensi Utama
dengan gangguan koagulasi jam diharapkan : 1. Pencegahan perdarahan (I.02067)
(misalnya trombositopenia) Luaran Utama : Tingkat perdarahan (L.02017) Tindakan
(D.0012) menurun Observasi
Kriteria hasil : 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
- Kelembapan membrane mukosa meningkat 2. Monitor nilai hematocrit/hemoglobin sebelum dan
- Hemoglobin membaik sesudah kehilangan darah
- Suhu tubuh membaik 3. Monitor koagulasi (mis. Partial Thromboplastin
- Hematokrit membaik Time(PTT))
Terapeautik
4. Pertahankan bed rest selama perdarahan
5. Batasi tindakan invasive, jika perlu
Edukasi
6. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
7. Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan
vitamin K
8. Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan,
jika perlu
10. Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society.(2016). Leukemia-Acute Myeloid (Myelogenous). Diakses pada 1


Juni 2021: http://www.cancer.org/acs/groups/ cid/documents/webcontent/003110.

Bulecheck, Gloria N. & Joanne McCloskey Doctherman.(2008). Nursing Interventions


Clasification (NIC).Fifth Edition. Missouri: Mosby Elsevier.

Davis AS, Viera AJ, Mead MD. (2014). Leukemia: An overview for primary care. Am
Fam Physician;89(9):731-8.

Dohner H, Estey EH, Amadori S, Appelbaum FR, Buchner T, Burnett AK, et al. (2010).
Diagnosis and management of acute myeloid leukemia in adults: Recommendations
from an international expert, on behalf of the European Leukemia Net.
Blood;115:453-74.

Herdman, T.Heather & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA International Diagnoses:


Definitions and Classification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell.

Hockenberry, M.J & Wilson, D. (2009).Essential of Pediatric Nursing. St. Louis Missoury:
Mosby.

Moorhed, Sue, Marion Jhonson, Meridean L. Mass, dan Elizabeth Swanson. 2008. Nursing
Outcomes Classifications (NOC) Fourth Edition. Missouri: Mosby Elsevier

Newton, Susan., Hickey, Margaret., Marrs, Joyce. (2009). Oncology nursing advisor.
Canada: Elsevier.

Price and Wilson. (2006). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Vol. 1, Ed.
6. Jakarta: EGC.

Rogers, B. B. (2010). Advances in the Management of Acute Myeloid Leukemia in Older


Adult Patients.Oncology Nursing Forum, 37(3): 168-179. (Online), diakses pada
tanggal 1 Juni 2021, melalui:
http://media.proquest.com/media/pq/classic/doc/2038231261/...3D.

Supriyadi E, Purwanto I, Widjajanto PH. (2013). Terapi leukemia mieloblastik akut anak:
Protokol Ara-C, doxorubicin dan etoposide (ADE) vs modifikasi Nordic Society of
Pediatric Hematology and Oncology (m-NOPHO). Sari Pediatri;14(6):345-50.

Suryani, Esti., Salamaha, Umi., Wiharto., Wijaya, Andreas Andy. (2014). Identifikasi
Penyakit Acute Myeloid Leukemia (AML)Menggunakan ‘ Rule Based System’
Berdasarkan Morfologi Sel Darah Putih Studi Kasus : AML2 dan AML4. Semarang:
Seminar Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi Terapan 2014. ISBN: 979-26-
0276-3.
Lampiran Pathway Acute Myloid Leukemia

Faktor eksogen Faktor endogen

Ras Kongenital Herediter


Sinar x, sinar hormon Bahan kimia
radioaktif

AML (ACUTE MYLOID LEUKEMIA Tindakan kemoterapi

2
Proliferasi sel kanker

1 menghasilkan leukosit yang imatur/abnormal dalam jumlah yg berlebihan

Leukosit yang abnormal menyusup Hematopoiesis normal terhambat


sumsum tulang

Proliferasi limfositimatur ke Penurunan Penurunan Penurunan


sumsum tulang jumlah eritrosit jumlah trombosit jumlah leukosit

Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)


Risiko perdarahan Risiko infeksi
(D.0012) (D.0142)
1

Infiltrasi leukosit imatur ke organ

Terganggunya perkembangan sel


organ normal oleh sel kanker

Pembuluh limfe Infiltrasi Hati limpa Sel tulang


periosteal

limfadenopati Peningkatan hepatomegali Splenomegali Nyeri pada tulang


tekanan dan persendian
intrakranial
Fungsi pembuluh
limfe untuk Gangguan fungsi hati dan limpa Nyeri akut
menyaring (D.0077)
mikroorganisme Peningkatan
terganggu TIK
2 Tindakan pengobatan kemoterapi Gangguan mobilitas fisik
(D.0054)
Risiko infeksi Hipertermia
(D.0142) (D.0130)

Pada sel-sel di
Mukosa GI
sumsum yang aktif
yang aktif
membelah juga
membelah
dihambat
juga dihambat

Supresi sumsum Mempengaruhi


tulang mukosa lambung

Lambung
Produksi Produksi Produksi stres
leukosit RBC trombosit
menurun menurun menurun
Mempengaruhi pusat
mual muntah di
Risiko Risiko
Perfusi hipotalamus
infeksi perdarahan
perifer
(D.0142) (D.0012)
tidak
efektif Mempengaruhi lambung
(D.0009) untuk meningkatkan
produksi HCL

Nausea
(D.0076) Mual dan muntah

Gangguan
Asupan nutrisi tidak metabolisme protein,
adekuat karbohidrat dan lemak

Nutrisi tidak
mencukupi tubuh

Defisit nutrisi
(D.0019)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. LA DENGAN LEUKIMIA (ALL dd AML)
DI RUANG PUDAK RSUP SANGLAH DENPASAR
TANGGAL 14 JUNI - 16 JUNI 2022

Nama Mahasiswa : I WAYAN SUKARTIKA YASA


NIM : 219012769
Tempat Praktek : Ruang Pudak
Tanggal Pengkajian : 14 juni 2022
Tanggal Praktek : 13 juni– 2 juli 2022

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. LA
No Rekam Medis : 21050658
Tempat/ tanggal lahir : Karangasem, 02 April 2014
Umur : 8 tahun 2 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku bangsa : Bali
Bahasa yang dimengerti : Indonesia dan Bahasa Daerah Bali
Agama : Hindu
Nama Ayah/ Ibu/ wali : Tn. TW
Pendidikan ayah/ibu/wali : SMA
Pekerjaan ayah/ibu/wali : Swasta
Alamat/ no telp :BR Dinas Seraya Kangin Karangasem/082145869510
Tanggal MRS : 9 juni 2022
Tanggal pengkajian : 14 juni 2022
Diagnosa medis : Suspek Leukimia (ALL dd AML) + Febril Netropenia

II. KELUHAN UTAMA


a.Saat MRS
Pasien dikeluhkan demam
b.Saat Pengkajian
Pasien masih demam dan lemas serta nafsu makan menurun.
III. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI
Pasien datang ke triage anak RSUP Sanglah dengan keluhan demam sejak ±1 bulan
sebelum masuk rumah sakit. Demam dikatakan hilang timbul dengan demam
tertinggi yaitu 39,50Celcius. Sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit,pasien
dikeluhkan demam tinggi. Demam dikatakan turun hanya 1 jam setelah pemberian
obat penurun panas, kemudian suhu tubuh naik lagi. Setiap pasien mengeluh
demam selalu sampai menggigil. Pasien tidak ada keluhan mual muntah. BAB dan
BAK dalam batas normal.
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
a. Pre natal
Saat hamil : Ibu merokok : tidak
Ibu minum minuman keras : tidak
b. Intra dan post natal
Intranatal
• Lama persalinan : ± 8 jam
• Saat persalinan : matur
• Komplikasi persalinan : tidak ada
• Terapi yang diberikan : tidak ada
• Cara melahirkan : Operasi Caesar
• Tempat melahirkan : Rumah Sakit
Postnatal
• Usaha nafas : Tanpa bantuan
• Kebutuhan resusitasi : Tidak ada
• Apgar skor : 10
• Bayi langsung menangis : ya
• Tangisan bayi :kuat
• Obat-obatan yang diberikan setelah lahir : tidak ada
• Trauma lahir : Tidak
• Narkosis : Tidak
• Keluarnya urin/ BAB : Ada
c. Penyakit yang pernah diderita :
Orang tua pasien mengatakan selama ini jarang sakit, hanya mengalami batuk
pilek dan demam biasa, yang sembuh dengan istirahat. Saat ini pasien
dikeluhkan demam sejak ± 1 bulan naik turun. Demam menetap sejak 2 hari
yang lalu dengan suhu hingga 39,50celcius.
d. Hospitalisasi :
Orang tua pasien mengatakan sebelumnya pasien tidak pernah sakit parah yang
sampai mengharuskan pasien dirawat inap.
e. Injuri/ kecelakaan : Tidak pernah
f. Alergi : Orang tua pasien mengatakan pasien tidak memiliki
alergi terhadap makanan, obat, debu dan dingin.
g. Imunisasi : Orang tua pasien mengatakan pasien sudah
mendapatkan imunisasi lengkap (BCG, Polio 4 kali, Hepatitis B 4 kali, DPT 3
kali, Campak 1 kali, dan JE 1 kali).
h. Pengobatan : Tidak ada

V. RIWAYAT PERTUMBUHAN
BB : 20 kg
TB : 125 cm
BBI : 25 kg
BB 20 20
IMT : = = = 12,8 kg/m2
TBXTB 1,25 X 1,25 1,5625
BB/TB : -3-(-2) SD
Status gizi : Malnutrisi ringan
Kebutuhan energi 118,2 kkal

VI. TINGKAT PERKEMBANGAN


Pasien dapat menegakkan kepala pada umur 4 bulan, membalik badan pada umur 6
bulan, duduk : 7 bulan, merangkak pada umur 8 bulan, berdiri : 10 bulan, berjalan :
14 bulan, senyum pertama kali dengan orang lain pada umur 2 bulan, berbicara : 2
tahun

VII. RIWAYAT SOSIAL


a. Hubungan dengan anggota keluarga : Pasien memiliki hubungan yang baik
dengan semua anggota keluarga.
b. Hubungan dengan teman sebaya : Ibu pasien mengatakan pasien merupakan
anak yang ceria dan biasa bermain dengan sepupunya yang berusia satu tahun
lebih besar dari pasien.

VIII. RIWAYAT KELUARGA


a. Sosial ekonomi : Ayah pasien bekerja di sebuah villa di karangasem, sementara
Ibu pasien bekerja di pasien bekerja jualan di pasar, namun sejak pasien sakit
sudah berhenti bekerja. Pasien mempunyai asuransi BPJS untuk membiayai
perawatan di RS.
b. Lingkungan rumah : Pasien tinggal di lingkungan pedesaan.
c. Penyakit keluarga : Orang tua pasien mengatakan dalam keluarga pasien tidak
ada yang mempunyai penyakit keganasan atau kelainan darah, maupun penyakit
keturunan seperti Diabetes Mellitus dan Hipertensi serta penyakit menular
seperti Hepatitis dan TB.
d. Genogram :

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan

: Meninggal
: Tinggal serumah
: Pasien

IX. POLA KESEHATAN


a. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan :
Pasien mengatakan bahwa penyakit yang dialaminya murni karena penyakit
medis. Pasien mengatakan memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk berobat.
b. Nutrisi (makanan dan cairan) :
1). Sebelum sakit :
BB : 25 kg, tinggi badan : 125 cm, status gizi : baik. Pasien mampu
menghabiskan tiap porsi makanan yang disajikan. Pasien mengatakan tidak
mempunyai pantangan terhadap makanan, Pasien minum 5-6gelas
(±1200cc)
2). Saat sakit :
BB : 20 kg, tinggi badan : 125 cm, IMT 12,8 kg/m2 , status gizi : malnutrisi
ringan. Pasien dikeluhkan nafsu makan menurun, pasien mampu
menghabiskan 2/3 porsi makanan yang diberikan. Pasien mengatakan tidak
mempunyai pantangan terhadap makanan, Pasien minum 5-6 gelas (±1000-
1200cc) setiap hari.
3). Saat pengkajian :
BB : 20 kg, tinggi badan : 125 cm, IMT 12,8 kg/m2 , status gizi : malnutrisi
ringan. Pasien dikeluhkan nafsu makan menurun, pasien mampu
menghabiskan 2/3 porsi makanan yang diberikan. Pasien mengatakan tidak
mempunyai pantangan terhadap makanan, Pasien minum 5-6 gelas (±1000-
1200cc) setiap hari.

c. Aktifitas :
1). Sebelum sakit pasien bisa bermain dan melakukan aktivitas sesuai usianya,
bermain bersama kakak dan saudara sepupunya.
2). Saat sakit pasien dikeluhkan lemas dan tidak bisa bermain. Pasien hanya
menonton televisi didalam kamarnya.
3). Saat pengkajian pasien hanya terbaring di atas tempat tidur,sambil menonton
dari handphone
d. Tidur dan istirahat
1). Sebelum sakit :
Pasien dikeluhkan sebelum sakit biasa tidur selama selama 7 jam sehari,
mulai tidur pukul 22.00 dan bangun pukul 06.00. Pasien biasa tidur siang
selama ±1 jam, dan dapat tidur dengan nyenyak pada malam hari, dan
bangun di pagi hari dalam kondisi yang segar.
2). Saat sakit :
Pasien dikeluhkan saat sakit biasa tidur selama selama 9 jam sehari, mulai
tidur pukul 22.00 dan bangun pukul 07.00. Pasien lebih banyak tidur karena
demam. Pasien bangun di pagi hari dan tampak lemas.
3). Saat pengkajian :
Pasien dikeluhkan lebih banyak tidur dari pada beraktivitas karena pasien
merasa lemas. Pasien tidur siang dan pada malam hari ±10-11 jam dalam 24
jam.
e. Eliminasi :
1). BAB
Sebelum sakit dan saat sakit :
Pasien dikeluhkan rutin BAB 1x sehari, setiap pagi hari dengan konsistensi
lunak, bau khas feses dan pasien jarang mengalami gangguan pencernaan
seperti diare atau konstipasi.
2). BAK
Sebelum sakit dan saat sakit :
Pasien dikeluhkan BAK kurang lebih 5-6 kali sehari, warna kuning jernih.
f. Pola peran dan hubungan :
Pasien merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Pasien memiliki seorang
kakak laki-laki yang berusia 10 tahun dan seorang adik perempuan yang berusia
6 tahun
g. Kognitif :
Pasien mampu menyebutkan nama-nama benda disekitarnya dan nama kakak
dan adiknya.
h. Konsep diri :
Citra diri : Pasien mengatakan senang dengan kulitnya yang berwarna putih
Identitas diri : Pasien mengatakan bernama An. LA, umur 8 tahun, berasal dari
SERAYA
Peran diri : Pasien mengatakan merupakan anak kedua dari 3 bersaudara
Ideal diri : Pasien mengatakan ingin cepat sembuh
Harga diri : Pasien dikeluhkan ingin cepat pulang dan tidak mau di ruamah
sakit
i. Seksual dan Reproduksi : pasien merupakan anak perempuan dan pasien senang
menggunakan rok yang merupakan ciri khas anak perempuan
j. Nilai dan Keyakinan :
Pasien beragama Hindu, dan selama dirawat di RS Ibu pasien selalu
memintakan pasien air suci (Tirta) di Pura RS, untuk diberikan ke pasien dan
berdoa di tempat tidur

X. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : Lemah
Tingkat kesadaran : Composmentis, E4 M6 V5
Tanda vital : Suhu: 38,5o C,, Nadi: 90 kali/menit, RR: 20 kali/menit,TD :
110/70 mmHg
BB : 20 kg, TB : 125cm
b. Kepala :
Inspeksi : Bentuk kepala normocephalic, rambut hitam, penyebaran rambut
merata, kulit kepala bersih.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
c. Mata :
Mata kanan dan kiri simetris, tidak terdapat edema pada palpebra, konjungtiva
pucat, kornea anikterik, persebaran bulu mata merata, pupil isokor, refleks
pupil +/+
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada mata
d. Telinga :
Inspeksi : Telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi, tidak ada serumen ,
tidak ada pengeluaran darah atau cairan, pendengaran baik, tidak memakai alat
bantu pendengaran.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
e. Hidung :
Inspeksi : Hidung simetris, mukosa hidung lembab, tidak ditemukan adanya
sumbatan, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak menggunakan alat bantu
pernafasan, mimisan tidak ada
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada keempat sinus
f. Mulut :
Inspeksi : Gigi bersih, karies gigi (+), peradangan (-), pada pemeriksaan bibir,
keadaan gusi dan gigi bersih, lidah bersih dan pada orofaring tidak terdapat
peradangan dan pembesaran tonsil.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
g. Leher :
Inspeksi : Pada leher posisi trakea berada di tengah, simetris dan tidak ada
penyimpangan. Tidak ada pembesaran tiroid, pasien dapat berbicara, vena
jugularis tidak mengalami pembesaran dan denyut nadi karotis teraba.
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
h. Dada :
1). Paru-paru :
Inspeksi: Bentuk dada simetris, tidak ada lesi, tidak terdapat retraksi dinding
dada
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, ocal fremitus (+), tidak ada benjolan
Perkusi: : Suara paru sonor
Auskultasi: Suara paru vesikuler
2). Jantung :
Inspeksi: Ictus cordis tidak terlihat di ICS 5
Palpasi: Ictus cordis teraba di ICS 5
Perkusi: Perkusi jantung pekak
Auskultasi: Suara jantung S1S2 Tunggal Reguler
i. Abdomen :
Inspeksi : Bentuk abdomen datar, tidak ada benjolan, tidak ada lesi.
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada
Perkusi : Perkusi abdomen timpani pada keempat kuadran
Auskultasi : Bising usus terdengar 25 x/menit
j. Genetalia : Tidak tampak kelainan
k. Ekstrimitas :
1). Atas
Inspeksi : tangan kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi, tidak ada sianosis,
tidak ada clubing finger,terpasang infus di tangan kiri D5 ½ NS
Palpasi : Akral hangat, CRT < 2 detik
2). Bawah
Inspeksi : Kaki kanan dan kiri tidak ada lesi, tidak ada odema, tidak ada
clubing finger, panggul kiri tampak bengkak
Palpasi : Akral hangat, CRT < 2 detik, nyeri tekan pada panggul kiri sampai
ke kaki
Kekuatan otot 5555 5555
5555 5555
l. Neurologi : Pemeriksaan Nervus I-XII normal
XI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PENUNJANG
Hasil laboratorium tanggal 09/06/2022

XII. TERAPI YANG DIPEROLEH


Nama obat Dosis Rute Indikasi
Cefoperazon 500 mg tiap 8 jam Intra vena Antibiotic
Sulbactam
Paracetamol 120 mg bila suhu ≥380celcius Oral Antipiretik

XIII. ANALISIS DATA


SIGN & SYMPTON ETIOLOGI PROBLEM
DS :Pasien dikeluhkan demam dan badan Terganggunya Hipertermi
hangat perkembangan sel
DO :Pasien teraba hangat, suhu organ normal oleh sel
38,5 celcius, pasien tampak menggigil
0
kanker

Pembuluh limfe
terganggu

hipertermi

DS : pasien dikeluhkan nafsu makan Nausea Defisit nutrisi


menurun dan BB menurun 5 kg
sejak sakit Asupan nutrisi tidak
DO : Pasien tampak menghabiskan 2/3 adekuat
porsi makan yang disediakan, BB 20
kg , Hb 9,10 gr/dl, konjungtiva Deficit nutrisi
pucat, IMT 12,8 kg/m2

DS : Pasien dikeluhkan demam Terganggunya Resiko infeksi


DO : pasien tampak lemas, badan teraba perkembangan sel organ
panas, suhu 38,50celcius, WBC 3,64 normal oleh sel kanker
103µL, Hb 9,10 gr/dl, Ne 15,2 %,NE
0,55
Pembuluh limfe

Limfadenopati

Resiko infeksi

XIV. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS MASALAH :


1. Hipertermi (D.0130) berhubungan dengan proses penyakit kanker dibuktikan dengan
pasien dikeluhkan demam, badan teraba hangat, suhu suhu 38,50celcius, pasien tampak
menggigil.
2. Defisit nutrisi (D.0019) berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat dibuktikan
dengan nafsu makan menurun, mampu makan 2/3 porsi, BB turun 1 kg, Hb 9,1 gr/dl,
konjungtiva pucat, IMT 13,5 kg/m2
3. Risiko infeksi (D.0142) dibuktikan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder, WBC 3,64 103µL, Hb 9,10 gr/dl, Ne 0,55 103µL, suhu 38,5 0celcius.
XV. RENCANA KEPERAWATAN
No No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional Nama/
Keperawatan Kriteria Hasil TTD
1 1 Setelah diberikan asuhan Intervensi Utama
keperawatan selama Manajemen hipertermia ( I.15506)
3x24 jam diharapkan : Tindakan
Luaran Utama : Observasi  Mengetahui penyebab Yasa
Termoregulasi 1. Identifikasi penyebab hipertermia hipertermi
( L.14134) membaik (mis. Dehidrasi, terpapar lingkungan  Memantau suhu tubuh pasien
Kriteria hasil : panas)
- Menggigil menurun 2. Monitor suhu tubuh  Mencegah terjadinya
- Suhu tubuh membaik 3. Monitor komplikasi akibat takikardia dan gangguan pada
(36 - 37,5 0celcius) hipertermia otak

Terapeautik  Memberikan kenyamanan


1. Sediakan lingkungan yang dingin pada pasien
2. Berikan cairan oral  Mencegah dehidrasi
3. Berikan oksigen, jika perlu  Memberikan rasa nyaman
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
 Mencegah dehidrasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, dan atau
antipiretik jika perlu

2 2 Setelah diberikan asuhan Intervensi utama


keperawatan selama 3x Manajemen nutrisi (I.03119)
24 jam diharapkan Tindakan
Luaran Utama : Status Observasi
nutrisi (L. 03030) 1. Identifikasi status nutrisi  Mengetahui status nutrisi
membaik 2. Identifikasi makanan yang disukai pasien
Kriteria hasil : 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan  Meningkatkan asupan Yasa
- Porsi makan yang jenis makanan makanan pasien
dihabiskan 4. Monitor berat badan  Mengetahui kebutuhan
meningkat Terapeautik pasien
- Adanya 1. Sajikan makanan yang menarik dan  Meningkatkan nafsu makan
verbalisasi suhu yang sesuai pasien
keinginan untuk 2. Berikan makanan tinggi kalori dan  Memenuhi kebutuhan nutrisi
meningkatkan protein pasien
asupan 3. Berikan suplemen makanan, jika  Meningkatkan asupan nutrisi
perlu
 Memberikan informasi
Edukasi
makanan yang baik untuk
1. Ajarkan diet yang diprogramkan
pasien sesuai kebutuhan
Kolaborasi
nutrisi
1.Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
 Mengetahui kebutuhan
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrisi pasien
nutrient yang dibutuhkan
3 3 Setelah diberikan asuhan Intervensi Utama 1. Mengetahui secara dini
keperawatan selama Pencegahan infeksi (I.14539) sehingga dapat dijadikan
3x24 jam diharapkan : Tindakan acuan tindak lanjut yang akan
Luaran Utama : Tingkat Observasi dilakukan.
infeksi (L.14137) 1. Monitor tanda dan gejala infeksi 2. Mencegah terjadinya
menurun local dan sistemik penularan infeksi dari yasa
Kriteria hasil : Terapeutik pengunjung pada pasien
- Kadar sel darah putih 2. Batasi jumlah pengunjung dengan imunitas menurun
membaik 3. Pertahankan tehnik aseptik pada 3. Mencegah terjadinya infeksi
pasien berisiko tinggi pada pasien
Edukasi 4. Pasien paham tanda dan
4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi gejala infeksi
5. Anjurkan meningkatkan asupan 5. Status nutrisi yang baik dapat
nutrisi meningkatkan daya tahan
tubuh pasien sehingga dapat
mencegah terjadinya infeksi
XVI. CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tgl/ No. Implementasi Respon Nama/TTD
Jam Diagnosa
Selasa,14 1 Mengkaji keluhan S: Pasien dikeluhkan
juni 2022 pasien demam sejak pagi
Pkl 10.00 ini
O: Pasien teraba yasa
demam, suhu
38,50celcius,
pasien menggigil
Pkl 10.25 1 Memberikan kompres S:-
air hangat pada badan O: kompres diberikan yasa
dan ketiak
Pkl 10.30 3 Menjelaskan tanda S:Pasien dan keluarga
dan gejala infeksi paham yasa
O:Pasien dan
keluarga tampak
kooperatif
Pkl 10.45 2 Mengidentifikasi S : Pasien dikeluhkan
status nutrisi nafsu makan
menurun yasa
O : pasien mampu
menghabiskan
Pkl 11.15 2 Mengajarkan teknik S:Pasien merasa
nonfarmakologis nyaman
untuk mengatasi mual O:Pasien dan yasa
(akupresure pada keluarga
titikm P6) kooperatif

Pkl 11.30 2 Memberikan makanan S:Pasien masih


dalam jumlah kecil mengeluh mual
dan menarik O:Makan habis 2/3 yasa
porsi
Pkl 15.00 2 Menganjurkan S: orang tua pasien
meningkatkan asupan mengatakan akan
nutrisi mencoba
memberikan Perawat
makan dalam porsi ruangan
kecil tapi sering
O: orang tua tampak
kooperatif
Pk.16.00 1 Kolaborasi pemberian S: -
antipiretik dan O: Obat sudah masuk, Perawat
antibiotik tanda reaksi alergi ruangan
tidak ada
Pkl 16.15 2 Memonitor tanda dan S:-
gejala infeksi local O:Tidak ada tanda
dan sistemik dan gejala infeksi
Suhu : 37,8 0
C, Perawat
Nadi : 94 ruangan
kali/menit,
Respirasi : 20
kali/menit
Pkl 17.00 2 Memberikan makanan S:Pasien masih
dalam jumlah kecil mengeluh mual Perawat
dan menarik O:Makan habis 2/3 ruangan
porsi
Pkl 21.00 3 Membatasi jumlah S: Keluarga paham
Perawat
pengunjung O:Keluarga tampak
ruangan
kooperatif
Pkl 21.10 3 Memonitor tanda dan S:-
gejala infeksi local O : Suhu : 37,50C,
dan sistemik Nadi : 94 Perawat
kali/menit, ruangan
Respirasi : 20
kali/menit
Pk. 24.00 1 Kolaborasi pemberian S: -
antibiotic dan O: Obat sudah masuk, Perawat
antipiretik tanda reaksi alergi ruangan
tidak ada
Rabu,15 2 Memberikan makanan S:Pasien masih
juni 2022 dalam jumlah kecil mengeluh mual
Pkl 07.00 dan menarik O:Makan habis 2/3 yasa
porsi
Pk. 08.00 1 Kolaborasi pemberian S: -
antipiretik O: Obat sudah masuk,
tanda reaksi alergi yasa
tidak ada
Pkl 08.15 3 Mempertahankan S:-
teknik aseptik pada O:Tidak ada tanda yasa
pasien beresiko infeksi
Pkl 09.00 2 Memonitor asupan S:Pasien masih
nutrisi mengeluh mual yasa
O:Makan habis 2/3
porsi
Pkl 10.00 3 Memonitor tanda dan S:-
gejala infeksi local O: Suhu : 37.5 0C,
dan sistemik Nadi : 92
kali/menit, yasa
Respirasi : 20
kali/menit
Pkl 11.00 1 Mengevaluasi kembali S:Pasien dan keluarga
teknik mengatakan sudah
nonfarmakologis mencobanya
untuk mengatasi mual O:Pasien dan yasa
(akupresure pada keluarga
titikm P6) yang telah kooperatif
diajarkan
Pkl 11.30 2 Memberikan makanan S:Pasien masih
dalam jumlah kecil mengeluh mual
dan menarik O:Makan habis 2/3 yasa
porsi
Pk.16.00 1 Kolaborasi pemberian S: -
antipiretik O: Obat sudah masuk, Perawat
tanda reaksi alergi ruangan
tidak ada
Pkl 16.15 1 Menganjurkan sering S:Pasien mengatakan
membersihkan mulut, akan sering
kecuali jika membersihkan Perawat
merangsang mual mulut ruangan
O:Pasien tampak
kooperatif
Pkl 16.30 3 Memonitor tanda dan S:-
gejala infeksi local O:Tidak ada tanda
dan sistemik dan gejala infeksi
Suhu : 37,4 0
C, Perawat
Nadi : 96 ruangan
kali/menit,
Respirasi : 20
kali/menit
Pkl 17.00 2 Memberikan makanan S:Pasien masih
dalam jumlah kecil mengeluh mual Perawat
dan menarik O:Makan habis 2/3 ruangan
porsi
Pkl 21.00 3 Memonitor tanda dan S:- Perawat
gejala infeksi local O:Tidak ada tanda ruangan
dan sistemik dan gejala infeksi
Suhu : 36.5 0
C,
Nadi : 92
kali/menit,
Respirasi : 20
kali/menit
Pk. 24.00 1 Kolaborasi pemberian S: -
antipiretik dan O: Obat sudah masuk, Perawat
antibiotik tanda reaksi alergi ruangan
tidak ada
Kamis,16 1 Memberikan makanan S:Pasien mengatakan
juni 2022 dalam jumlah kecil mual sudah
Pkl 07.00 dan menarik berkurang
O:Makan habis 1 yasa
porsi
Pk. 08.00 1 Kolaborasi pemberian S: -
antibiotik O: Obat sudah masuk,
tanda reaksi alergi yasa
tidak ada
Pkl 08.15 3 Mempertahankan S:-
teknik aseptik pada O:Tidak ada tanda
pasien beresiko infeksi yasa
Pkl 10.00 2 Memonitor asupan S:Pasien mual
nutrisi berkurang
O:Makan habis 1/2
porsi yasa
Pkl 10.30 3 Memonitor tanda dan S:-
gejala infeksi local O:Tidak ada tanda
dan sistemik dan gejala infeksi
Suhu : 36.7 0
C, yasa
Nadi : 92
kali/menit,
Respirasi : 20
kali/menit
Pkl 11.30 2 Memberikan makanan S:Pasien mengatakan
dalam jumlah kecil mual berkurang
dan menarik O:Makan habis 1/2
porsi yasa
Pk.16.00 1 Kolaborasi pemberian S: -
antibiotik O: Obat sudah masuk, Perawat
tanda reaksi alergi ruangan
tidak ada
Pkl 16.30 1, 3 Memonitor tanda dan S:-
gejala infeksi local O:Tidak ada tanda
dan sistemik dan gejala infeksi
Suhu : 36.5 0
C, Perawat
Nadi : 94 ruangan
kali/menit,
Respirasi : 18
kali/menit
Pkl 17.00 2 Memberikan makanan S:Pasien mengatakan
dalam jumlah kecil mual berkurang Perawat
dan menarik O:Makan habis 1/2 ruangan
porsi
Pkl 21.00 2 Memonitor tanda dan S:-
gejala infeksi local O:Tidak ada tanda
dan sistemik dan gejala infeksi
Suhu : 36.6 0
C, Perawat
Nadi : 92 ruangan
kali/menit,
Respirasi : 18
kali/menit
Kamis,16 2 Memberikan makanan S:Pasien mengatakan
Juni 2022 dalam jumlah kecil mual sudah
Pkl 07.00 dan menarik berkurang
O:Makan habis 1 yasa
porsi
Pk. 08.00 1 Kolaborasi pemberian S: -
antibiotik O: Obat sudah masuk,
tanda reaksi alergi
tidak ada yasa
Pkl 08.15 3 Mempertahankan S:-
teknik aseptik pada O:Tidak ada tanda
pasien beresiko infeksi yasa
Pkl 09.30 2 Memonitor asupan S:Pasien nafsu makan
nutrisi dan status sudah meningkat
nutrisi O:Makan habis 1
porsi, BB 20 kg yasa
Pkl 10.00 2 Memonitor tanda dan S:-
gejala infeksi local O:Tidak ada tanda
dan sistemik dan gejala infeksi
lokal dan sistemik. yasa
Suhu : 36.2C,
Nadi : 94
kali/menit,
Respirasi : 20
kali/menit, WBC
3,40 103/µL,
Neutrofil (Ne#)
0.35 103/µL
XVII. EVALUASI
No Hari/Tanggal Diagnosa Evaluasi Nama/
/Jam TTD
1 Kamis, 16 1 S : Pasien dikeluhkan sudah tidak
Juni 2022 demam sejak kemarin
pk.10.00 O : Suhu : 36.2C, Nadi : 94 kali/menit,
yasa
Respirasi : 20 kali/menit,pasien
tidak ada demam, tidak ada
menggigil
A : Masalah keperawatan teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien
2 Kamis, 16 2 S : pasien dikeluhkan nafsu makan
juni 2022 mulai meningkat
O : pasien mampu menghabiskan
yasa
makanan ½ porsi, BB 20 kg
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan rencana perawatan
manajemen nutrisi
3 Kamis, 16 3 S : Keluhan demam tidak ada
Juni 2022 O : Tanda dan gejala infeksi lokal dan
pk.10.00 sistemik tidak ada, Suhu : 36.2C,
yasa
Nadi : 94 kali/menit, Respirasi : 20
kali/menit, WBC 3,40 103/µL,
Neutrofil (Ne#) 0.35 103/µL
A : Masalah keperawatan belum teratasi
P :Lanjutkan intervensi pencegahan
infeksi
Denpasar, 16 Juni 2022
Mahasiswa,

(I Wayan Sukartika Yasa)

Lampiran
Tes Perkembangan Anak sesuai usia

Anda mungkin juga menyukai