Obat golongan narkotika merupakan obat yang memerlukan pengelolaan khusus di apotek.
Narkotika merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan atau pelayanan
kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, namun dapat menimbulkan ketergantungan
yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat
dan seksama. Oleh karena itu, peredaran dan penggunaan obat golongan narkotika tersebut di
awasi oleh pemerintah agar tidak disalahgunakan juga pengaturan narkotika harus benar-benar
terkontrol, baik dalam hal mengimpor, mengekspor, memproduksi, menanam, menyimpan,
mengedar, dan menggunakan narkotika harus dikendalikan dan diawasi Sdengan ketat.
A.Definisi Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sinteti
maupun simisintetis yang dapat menyebabkan penurunan tingkat atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
B.Penggolongan Narkotika
Berdasarkan UU No.22 tahun 1997 tentang narkotika, narkotka di bedakan dalam 3 golongan:
1.Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan utuk terapi serta mempunyai potensi
sangat tinggi menimbulkan ketergantungan. Contoh: kokain, opium, heroin, desomorfina.
2.Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan digunakan sebagai
pilihan terakhir dalam terapi/untuk pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
tinggi menimbulkan ketergantungan. Contoh: alfasetilmetaldo, betamedol, diampromida.
3.Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
menimbulkan ketergantungan. Contoh: kodein, asetildihidrokodeina, polkadina, propiram.
C.Pengelolaan Obat Golangan Narkotika
Secara garis besar pengelolaan narkotika antara lain meliputi:
1.Pemesanan Narkotika
Apotek memesan narkotika ke PBF Kimia Farma dengan menggunakan surat pesanan (SP) yang
ditanda tangani oleh apoteker pengelolaan apotek dengan dilengkapi nama jelas, nomor SIK,
SIA, dan stempel apotek di mana untuk 1 lembar SP hanya untuk 1 macam narkotika saja.
2.Penyimpanan Narkotika
PerMenKes No.28/MenKes/per/1987 tentang cara penyimpanan narkotika pasal 5 dan 6
menyebutkan bahwa apotek harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan narkotika yang
memenuhui persyaratan yaitu:
a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.
b. Harus mempunyai kunci ganda yang berlainan
c. Dibagi 2 masing-masing dengan kunci berlainan. Bagian 1 digunakan untuk menyimpan
morfin, petidin, dan garam-garamnya serta persediaan narkotika. Bagian 2 digunakan
untuk menyimpan narkotika yang digunakan sehari-hari.
d. Lemari khusus tersebut berupa lemari dengan ukuran lebih kurang 40x80x100 cm3,
lemari tersebut harus dibuat pada tembok atau lantai.
e. Lemari khusus tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan lain seslain narkotika,
kecuali ditentukan oleh MenKes.
f. Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang diberi kuasa.
g. Lemari khusus harus diletakan di tempat yang aman dan tidak diketahui oleh umum.
Selain itu berdasarkan surat edaran Direktorat Jendral Pengawasn Obat dan Makanan (sekarang
Badan POM) No. 336/E/SE/1997 disebutkan:
a. sesuai dengan bunyi pasal 7 ayat 2 UU No.9 tahun 1976 tentang narko tika,
apotek dilarang melayani salinan resep dari apotek lain yang mengandung narkotika,
walaupun resep tersebut baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali.
b. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali, apotek boleh
membuat salinan resep tetapi Salinan resep tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang
menyimpan resep asli.
c. Salinan resep dari narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Oleh karena
itu dokter tidak boleh menambahkan tulisan “iter” pada resep yang mengandung narkotika.
4.Pelaporan Narkotika
Undang-undang No.22 tahun 1997 pasal 11 ayat (2) menyatakan bahwa importir, eksportir,
pabrik obat, pabrik farmasi, PBF, apotek rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter,
lembaga ilmu pengetahuan wajib membuat, menyampaikan, menyimpan laporan berkala setiap
bulannya, dan paling lambat dilaporkan tanggal 10 bulan berikutnya. Laporan ini dilaporkan
kepada Sudin Yankes dengan tembusan ke Balai POM Provinsi setempat dan sebagai arsip.
5.Pemusnahan Narkotika
Pada pasal 9 PerMenKes RI No.28/MenKes/per/1978 disebutkan pada apoteker pengelola apotek
dapat memusnahkan narkotika yang rusak, kadaluarsa atau tidak memenuhi syarat lagi untuk
digunakan bagi pelayanan kesehatan dan atau untuk pengembangan. APA atau dokter yang
memusnahkan narkotika harus membuat Berita Acara Memusnahkan Narkotika yang memuat: