Anda di halaman 1dari 49

PENGELOLAAN RESEP DAN OBAT

KHUSUS

OLEH
Apt. Dra. Hj. Harmawati Kadir, M.kES
SETELAH MEMEPLAJARI BAB INI
MAMPU MEMAHAMI
1. PERENCANAAN
2. PEMBELIAN
3. PENERIMAAN
4. PENYIMPANAN
5. PENGELOLAAN NARKOTIKA
6. PENGELOLAAN PSIKOTRIPIKA
7. PENGELOLAAN PREKURSOR NARKOTIKA
8. PENGELOLAAN DAN PEMUSNAHAN OBAT RUSAK
DAN ED
9. PENCETATAN PENGELOLAAN RESEP
UU NARKOTIKA NO35 /2009
• Narkotka adalah zat atau obat yang
bewrasalv dari tanaman atau bukan tanaman ,
baik sintetik maupun Semisintetik yang yang
dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran hilangnya rasa
mengurangi sampai menghilankan rasa nyeri
dan dapat menimbulkan ketergantungan yang
dibedakan dalam 3 golongan
TUJUAN UU NO 35/2009
1. Menjamin ketersediaan narkotika untuk
kepentingan pelayanan kesehatan dan atau
pengembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi
2. Mencegah melindungi dan menyelamatkan
bangsa Indonesia dari penyalahgunaan narkotika
3. Memberantas peredaran gelap narkotika dan
prekursor narkotika
4. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis
dan sosial bagi penyalah guna dan pecandu
narkotika
PENGGOLONGAN NARKOTIKA
Narkotika berdasarkan pengunaan dan sifat
ketergantugaan dapat dibedakan menjadi tiga
golongan, yaitu:

Golongan 1 : Golongan narkotika yang hanya dapat


digunakan untuk tujuan pengembangan
ilmu pengetahuaan dan tidak digunakan
dalam tetapi, serta mempunyai potensi
sangat tinggi untuk mengakibatkan
ketergantungan.
Contoh : Tanaman papaver somniverum L. (Kecuali
bijinya), opiniom mentah, opinium masak,
tanaman koka, daun koka, kokain
mentah,heroin (diacetilmorfina)
Golongan 2 : golongan narkotika yang berkhasiat
pengobatan digunakan sebagai
pilihan terakhir dan dapat
digunakan dalam terapi dan atau
untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan mempunyai potensi
tinggi mengakibatkan
ketergantungan.
Contoh : methadone, opinium, morfina,
petidin, alfentanil, difenoksin.
Golongan 3 : golongan narkotika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi dan/atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan.
Contoh : doveri, kodein, dihidrokedein,
etilmorfin.
• Golongan I : item
• Golongan II : 86 item
• Golongan III : 14 item
PERMENKES NO 3/2015 TENTANG
PEREDARAN, PENYIMPANAN
PEMUSNAHAN DAN PELAPORAN
NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN
PREKURSOR FARMASI
PENGELOLAAN OBAT NARKOTIKA BERBEDA
DENGAN OBAT LAIN, PERBEDAANNYA YAITU DALAM
HAL CARA PEMESANAN, PENYIMPANAN,
PELAYANAN, DAN PELAPORAN. DALAM HAL
PEMESANAN, PENGELOLAAN OBAT NARKOTIKA
SEBAGAI BERIKUT:
1. PBF yang ditunjuk pemerintah untuk
mendistribusikan narkotika, yaitu kimia farma
tranding and distribution (KFTD).
2. Pemesanan obat narkotika menggunakan SP
Narkotika. SP Narkotika tersebut dapat kita buat
sendiri atau dapat membeli di KFTD
3. SP Narkotika terdiri atas 5 lembar/rangkap, yaitu 1
lembar untuk arsip dan 4 lembar
4. Satu lembar SP Narkotika hanya bisa pesan 1
item obat narkotika, meskipun item obat sama,
namun jika dosis yang di pesan berbeda (dosis
sediaan berbeda), maka SP Narkotika juga
harus
dipisah. Hal ini berbeda dengan SP biasa yang
satu lembarnya dapat di gunakan untuk
memesan beberapa item obat.
5. Khusus untuk obat Narkotika, pembayar harus
dengan sistem kontan atau cash on delivery
(COD).
DALAM HAL PENYIMPANAN DI APOTEK,
NARKOTIKA HARUS DISIMPAN DALAM TEMPAT
TERSENDIRI YAITU:

1. Dalam lemari yang terpisah atau satu lemari terbagi dua dan tiap
bagian mempunyai daun pintu dan kunci tersendiri. Bagian
pertama untuk menyimpan persediaan narkotika, bahan baku
serta sediaan morfin, petidin dan garamnya. Bagian lainnya
untuk penyimpanan narkotika keperluan sehari-hari, misalnya
kodein.
2. Ukuran: agar tidak mudah diangkut, lemari narkotika yang
ukurannya kurang dari (40 x 80 x 100) cm harus dibaut atau
ditanam pada lantai atau dinding, kecuali tempat tersebut
merupakan bagian dari lemari atau meja resep yang besar.
3. Bahan yang digunakan sebagai tempat
penyimpanan narkotika harus kuat sehingga
tidak mudah dibobol.
4. Lemari harus diletakkan di tempat yang aman
dan tidak terlihat dari umum.
5. Kunci harus di bawah oleh Apoteker Pengelola
Apotek atau pegawai lain yang di kuasakan.
Pelayanan Resep narkotika :

a. Resep tersebut tidak boleh di ulang atau di-


iter (ne iteratur). Salinan resep dari resep
narkotika dengan tuliosan iter tidak boleh
dilayani sama sekali.
b. Pasien boleh meminta copy resep, untuk
salinan resep yang sudah tertulis det (sudah
diambil semua), copy resep sudah tidak bisa
dilayani.
DALAM KONDISI TERTENTU SEPERTI
Didaerah terpencil atau dalam kondisi darurat
untuk menyelamatkan nyawa , dokter dapat
menyerahkan obat narkotika langsung kepada
pasien , dengan catatan obat narkotika
tersebut di peroleh dari apotek.
Dalam hal ini pelaporan, pelaporan obat
narkotika juga berbeda dengan obat lainnya,
pelaporan obat narkotika harus mengikuti
aturan:
a. Pemasukan dan pengeluaran narkotika harus
dicatat di buku register narkotika (aplikasi)
1.) Ketika obat narkotika yang kita pesan dari
PBF datang, harus dicatat di buku register
narkotika sehingga stok narkotika akan
bertambah.
2.)Ketika ada pelayanan resep narkotika,
harus dicatat juga di buku register narkotika
sehingga stok berkurang.
3.)Untuk penyimpan resep obat narkotika
harus dipisah dari resep lain.
b. Pelaporan narkotika dilakukan setiap bulan
sebelum tanggal 10 dan dilaporkan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota . Pelaporan
melalui SIPNAP (Sistem Informasi Pelaporan
Narkotika dan Psikotropik).
c. Obat narkotika yang rusak atau telah
kedaluwarsa harus dimusnahkan dan di
buatkan berita caranya. Berita acara tersebut
harus dilaporkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Pemusnahan di lakukan jika :
a.) diproduksi tanpa memenuhi standar dan
persyaratan yang berlaku,
b.) kedaluwarsa ( expired date)
c.) tidak memenuhi syarat untuk digunakan
pada pelayanan kesehatan dan atau untuk
pengembangan ilmu pengetahuan, dan
d.) berkaitan dengan tindak pidana
PENGELOLAAN PSIKOTROPIKA
Peraturan yang mengatur mengenai
psikotropika adalah Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika.Berdasarkan UU tersebut,
Psikotropika didefinisikan sebagai zat atau
obat, baik alamiah maupun sintesis bukan
narkotika,yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan penurunan khas pada
aktivitas mental dan perilaku.
PSIKOTROPIKA BERDASARKAN SIFAT
KETERGANTUGANNYA DIBEDAKAN MENJADI :
Golongan I : Merupakan psikotropika yang hanya
dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan
dalam terapi, serta mempunyai
potensi sangat kuat mengakibatkan
sidroma ketergantungan.
Contoh : DMA, MDMA, maskalin
Golongan II : Merupakan Psikotropika yang
berkhasiat pengobatan dan dapat
di gunakan dalam terapi dan /atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sondroma
ketergantungan.
Contoh : amfetamin, metakualon,
amobarbital.
Golongan III : Merupakan Psikotropika yang
berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan secara mempunyai
potensi sedang mengakibatkan
sindroma ketergantungan.
Contoh : Pentobarbital, siklobarbital,
amobarbital.
Golongan IV : merupakan psikotropika yang
berkhasiat pengobatan dan dangat
luas di gunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan
sindroma ketergantungan.
Contoh : Alprazolam,diazepam, clobazam,
lorazepan
Pelayanan obat psikotropika haruslah
sebagai berikut:

1. Penyerahan oleh hanya dapat dilakukan


kepada; RS,Puskesmas, balai
pengobatan,dokter dan kepada pasien.
2. Penyerahan kepada pasien hanya dengan
resep dokter
3. Salinan resep yang dilayani setengah dapat
dilayani di apotek lain.
PENGELOLAAN PREKURSOR DAN OBAT
YANG SERING DISALAHGUNAKAN
Prekursor Farmasi ad/ zat atau bahan
pemula/bahan kimia yg dapat digunakan
sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan
proses produksi industri farmasi/produk
antara/produk rumahan yang mengandung
efedrin, pseudoefedrin, norefedrin,
phenylpropenilamine, ertamin, ergometrin,
potasium permanganat
PENGELOLAAN DAN PEMUSNAHAN
OBAT RUSAK DAN KADALUARSA
1. Pencatatan
pencatatan dilakukan setiap proses pengelolaan
sediaan farmasi meliputi; pengadaan (SP, faktur)
penyimpanan (kartu stok catat no bact), Penyerahan
(nota atau struk penjualan) dan pencatatan lain
sesuai kebutuhan.
2. Pelaporan
pelaporan terbagi dua ; internal (untuk keperluan
manajemen apotek; lap. Keuangan, jumlah
persediaan, stok opname) dan eksternal (lap.
Narkotika dan psikotripika = Aplikasi)
PENGELOLAAN OBAT UNTUK
MENGHINDARI OBAT RUSAK DAN ED
1. Setiap penerimaan obat wajib mengecek
jumlah, ED
2. Untuk obat yang ED pendek buat daftarnya
mudah dimonitoring
3. Tempat penyimpanan harus memenuhi syarat
4. Sistem penyimpanan FEFO(fist expired fist out)
5. Obat rusak/kadaluarsa merupakan kerugian
apotek
PENGELOLAAN RESEP
1. Resep yang dilayani harus disimpan selama 5
tahun
2. Resep yang baru dilayani sebagian harus
dibuatkan salinan resep, untuk salinan resep
narkotika wajib menyampaikan ke pasien
bahwa hanya bisa ditebus di apotek yang
menyimpan resep asli
3. Resep narkotika dan psikotropika dipisahkan
4. Resep dibundel setiap bulan dan di urut
sesuai no resep dan tgl resep
5. Resep memuat informasi rahasia pasien.
Hanya boleh diperlihatkan kepada dokter
penulis resep atau dokter yang merawat
pasien.
6. Resep yang telah disimpan lebih 5 tahun
dapat dimusnahkan . Pemusnahan resep
dilakukan oleh apoteker disaksikan oleh
petugas lain di apotek dengan cara membakar.
Surat pemesanan (SP) untuk pembelian obat
dibedakan menjadi 4 yaitu:
1. SP Untuk Obat Narkotika.
2. SP Untuk Psikotropika.
3. SP Untuk Obat Keras ,Obat Bebas.
4. SP untuk prekursor narkotika
PENYIMPANAN
Apotek berkewajiban menyediakan, menyimpan,
dan menyerahkan pembekalan farmasi yang
bermutu dan keabsahannya terjamin. Untuk itu,
apotek harus memiliki perlengkapan dan alat
penyimpan pembekalan farmasi seperti botol
dengan ukuran tertentu, jenis dan jumlah sesuai
dengan kebutuhan, lemari dan rak penyimpanan
obat, dan lemari pendingin untuk menjamin
mutu pembekalan farmasi tersebut.
BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
DALAM MENYIMPAN DI APOTEK, YAITU:
1. Bahan mudah terbakar sebaiknya di simpan terpisah dari bahan
yang lainnya.
2. Untuk bentuk sediaan supositoria, injeksi insulin, vaksin, atau
serum disimpan dalam lemari pendingin.sedangkan untuk
bahan yang mudah terbakar di simpan secara terpisah
(Hartono,2003).
3. Narkotika di simpan dalam lemari khusus yang terbuat dari
kayu atau bahan lain yang kuat berukuran (40 x 80 x 100) cm.
jika ukurannya kurang dari ketentuan diatas, maka lemari
tersebut harus ditempel pada dinding atau alasnya ditanam
dilantai. Lemari tersebut harus memiliki dua ruangan dan
masing-masing mempunyai kunci sendiri. Bagian pertama
untuk menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya, serta
persediaan narkotika lainnya untuk pemakaian sehari-hari
(Permenkes Nomor 28 Tahun 1978 tentang penyimpanan
Narkotika).
PENGELOLAAN PREKURSOR DAN OBAT
YANG SERING DISALAHGUNAKAN
Prekursor Farmasi ad/ zat atau bahan
pemula/bahan kimia yg dapat digunakan
sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan
proses produksi industri farmasi/produk
antara/produk rumahan yang mengandung
efedrin, pseudoefedrin, norefedrin,
phenylpropenilamine, ertamin, ergometrin,
potasium permanganat
PENGELOLAAN DAN PEMUSNAHAN
OBAT RUSAK DAN KADALUARSA
1. Pencatatan
pencatatan dilakukan setiap proses pengelolaan
sediaan farmasi meliputi; pengadaan (SP, faktur)
penyimpanan (kartu stok catat no bact), Penyerahan
(nota atau struk penjualan) dan pencatatan lain
sesuai kebutuhan.
2. Pelaporan
pelaporan terbagi dua ; internal (untuk keperluan
manajemen apotek; lap. Keuangan, jumlah
persediaan, stok opname) dan eksternal (lap.
Narkotika dan psikotripika = Aplikasi)
PERATURAN BPOM NO 7/2019
TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN
OBAT-OBAT TERTENTU
OBAT-OBAT TERTENTU TERDIRI DARI 6
JENIS
1. TRAMADOL
2. TRIHEXILFENIDIL
3. AMITRIPTILIN
4. KLORPROMAZIN
5. HALPPERIDOL
6. DEKSTROMETHORPHAN

Anda mungkin juga menyukai