Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami hanturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya lah kami dapat menyusun portofolio yang berjudul
“Penggunaan Obat Narkotika dan Psikotropika” yang bertujuan untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Farmasi Simulasi yang mana portofolio ini ditujukan
sebagai pedoman praktikum Farmasi Simulasi khususnya Penggunaan obat-
obatan topical. Dalam penyusunan portofolio, kami memperoleh data dari
berbagai media cetak maupun media elektronik.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan portofolio ini masih banyak
kekurangan. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca agar kami dapat menyusun portofolio selanjutnya dengan lebih baik dan
kiranya portofolio ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca. Akhir kata kami
mengucapkan terima kasih dan meminta maaf apabila ada kesalahan dalam
penulisan portofolio ini.

Palembang, Desember 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dikalangan remaja saat ini marak terjadinya penggunaan obat-obatan
terlarang. Mereka menggunakan obat-obatan terlarang, sebagian besar untuk
mencari jatidiri. Padahal obat terlarang sangat berbahaya bagi tubuh para
penggunanya. Akan tetapi para remaja tidak tahu bahwa bahaya dari pemakaian
obat terlarang. Mereka melakukan hal seperti ini karena banyak faktor. Mulai dari
kurangnya pengetahuan akan efek samping atau bahaya narkoba yang
berkelanjutan baik bagi tubuh maupun kejiwaan si pengguna , serta kurangnya
orang pengawasan oleh orang dalam pergaulan remaja .
Obat terlarang dulunya digunakan para dokter untuk membius pasiennya,
namun semakin lama banyak remaja yang menggunakannya secara berlebihan
hanya untuk meringankan masalahnya. Padahal efek dari penggunaan obat
terlarang bagi orang sehat sangat berbahaya. Beberapa obat terlarang yang sering
digunakan remaja yaitu : narkotika, psikotropika, dan zat adiktif.
Narkotika dan psikotropika akhir-akhir ini telah menjadi kejahatan yang
tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi sudah berdimensi internasional
(international crime) dan pada pokok persoalannya, menjadi
sorotan/perhatian dunia internasional. Berbeda dengan golongan obat lain, obat-
obat yang termasuk ke dalam narkotika dan obat psikotropika, distribusi dan
penggunaannya diawasi dengan ketat oleh pihak pemerintah karena bisa
menimbulkan efek ketergantungan. Narkotika dan psikotropika hanya bisa
diperoleh di apotek atau rumah sakit berdasarkan resep dokter. Oleh sebab itu,
peredaran narkotika tidak dilarang di Indonesia, yang dilarang adalah
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika.
Dalam hal penyelenggaraan dan pelayanan kefarmasian sebagai reaksi yang
didorong oleh rasa keprihatinan atas meningkatnya produksi, permintaan,
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan psikotropika, serta kenyataan
bahwa anak-anak dan remaja (deliquent) digunakan sebagai pasar pemakai
narkotika dan psikotropika secara gelap, sebagai sasaran produksi, distribusi, dan
perdagangan gelap narkotika dan psikotropika. Maka sangat diperlukannya
penyelenggaraan dan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan narkotika dan
psikotropika yang sesuai dengan aturan perundang- undangannya sehingga dapat
membantu mengawasi peredaran narkotika dan psikotropika.
Untuk menekan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika maka peran
tenaga kefarmasiaan dalam memberikan informasi yang benar dan edukasi yang
tepat dalam pelayanan obat golongan ini serta mengetahui dalam segi administrasi
mulai dari perencanaan, pengadaan, penerimaan dan penyimpanan obat, sampai
cara pelaporan obat golongan narkotik dan psikotropik, sehingga penggunaan obat
golongan ini dapat sesuai dengan fungsinya dan tidak ada kejadiaan fatal akibat
penyalahgunaan obat golongan narkotika dan psikotropika.

B. Tujuan Praktikum
1. Untuk memberikan gambaran kepada mahasiswa bagaimana pelayanan
diapotek saat terdapat kasus pelayanan narkotika dan psikotropika.
2. Untuk menjadikan mahasiswa terampil dalam komunikasi, memberikan
informasi dan komunikasi kepada pasien di apotek saat terdapat kasus
pelayanan narkotika dan psikotropika.
3. Untuk menambah wawasan tentang pelayanan di apotek saat terdapat
kasuspelayanan narkotika dan psikotropika.

C. Manfaat Praktikum
1. Mahasiswa tergambar bagaimana pelayanan di apotek saat terdapat
kasuspelayanan narkotika dan psikotropika.
2. Mahasiswa trampil dalam komunikasi, memberikan informasi
dankomunikasi kepada pasien di apotek saat terdapat kasus
pelayanannarkotika dan psikotropika.
3. Mahasiswa berkembang wawasannya tentang pelayanan di apotek saatterdapat
kasus pelayanan narkotika dan psikotropika.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. NARKOTIKA
1. PENGERTIAN NARKOTIKA
Menurut UU RI No 35 Tahun 2009, Narkotika adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun
semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan
dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam tiga
golongan:
a. Narkotika Golongan I
Narkotika golongan satu hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi sangat tinggimengakibatkan ketergantungan.
Contoh: Heroin, Kokain, Opium, Ganja, Katinon, MDMDA/Ecstasy.
b. Narkotika Golongan II
Narkotika golongan dua, berkhasiat untuk pengobatan digunakan sebagai
pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh: Morfin, Petidin, Fentanil, Metadon.
c. Narkotika golongan III
Narkotika golongan tiga, berkhasiat untuk pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringanmengakibatkan
ketergantungan.
Contoh: Codein, Buprenorfin, Etilmorfin.
2. Penyimpanan
Narkotika yang berada dalam penguasaan importir, eksportir, pabrik obat,
pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah,
apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu
pengetahuan wajib disimpan secara khusus.
Apotek dan rumah sakit harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan
narkotika dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Harus terbuat dari kayu atau bahan lain yang kuat (tidak boleh terbuat dari
kaca)
b. Harus mempunyai kunci yang kuat dan double lock
c. Dibagi dua bagian, masing-masing dengan kunci yang berlainan.
Bagian pertama untuk menyimpan morfin, petidine serta persediaan
narkotika, sedangkan bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika
lainnya yang dipakai sehari-hari.

3. Pelaporan
Importir, eksportir, pabrik obat, pedagang besar farmasi, sarana
penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas,
balai pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan wajib membuat,
menyampaikan dan penyimpan laporan berkala, pemasukan dan / atau
pengeluaran narkotika.
Laporan dibuat secara rutin setiap bulan oleh pabrik, PBF, apotek dan
rumah sakit yang dikirimkan/ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan
Kotamadya/ Kabupaten / Dati II dengan tembusan kepada :
a. Kepala BPOM setempat
b. Kepala Dinas Kesehatan Tingkat Provinsi
c. Arsip ybs.

4. Peredaran
a. Peredaran narkotika meliputi setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan
penyaluran atau penyerahan narkotika baik dalam rangka perdagangan,
bukan perdagangan, maupun pemindahtanganan untuk kepentingan
pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan.
b. Narkotika dalam bentuk obat jadi hanya dapat diedarkan setelah terdaftar
pada Departemen Kesehatan (sekarang Badan POM).
c. Narkotika golongan II dan III yang berupa bahan baku baik alamiah
maupun sintetis dapat diedarkan oleh pihak yang berhak tanpa wajib daftar.

5. Penyaluran
Importir, eksportir, pabrik obat, pedagang besar farmasi, dan sarana
penyimpanan sediaan farmasi pemerintah dapat melakukan kegiatan
penyaluran narkotika sesuai ketentuan dalam UU. Importir, eksportir, pabrik
obat, pedagang besar farmasi, dan sarana penyimpanan sediaan farmasi
pemerintah harus memiliki izin khusus penyaluran narkotika.
a. Importir hanya dapat menyalurkan narkotika kepada pabrik obat tertentu
atau PBF tertentu.
b. Pabrik obat tertentu hanya dapat menyalurkan narkotika kepada eksportir,
PBF tertentu, apotek, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah
tertentu , rumah sakit dan lembaga ilmu pengetahuan tertentu.
c. Pedagang besar farmasi tertentu hanya dapat menyalurkan narkotika kepada
pedagang besar farmasi tertentu lainnya, apotek, sarana penyimpanan
sediaan farmasi pemerintah tertentu, rumah sakit, lembaga ilmu
pengetahuan tertentu dan eksportir.
d. Sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah tertentu hanya dapat
menyalurkan narkotika kepada rumah sakit pemerintah, puskesmas dan
balai pengobatan pemerintah tertentu.
e. Narkotika golongan I hanya dapat disalurkan kepada pabrik obat tertentu
dan atau pedagang besar farmasi tertentu kepada lembaga ilmu
pengetahuan tertentu untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan.

6. Pemesanan
Pemesanan sediaan narkotika menggunakan Surat Pesanan Narkotik
yang ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA). Pemesanan
dilakukan ke PT. Kimia Farma Trade and Distribution (satu satunya PBF
narkotika yang legal di indonesia) dengan membuat surat pesanan khusus
narkotika rangkap empat. Satu lembar Surat Pesanan Asli dan dua lembar
salinan Surat Pesanan diserahkan kepada Pedagang Besar Farmasi yang
bersangkutan sedangkan satu lembar salinan Surat Pesanan sebagai arsip di
apotek, satu surat pesanan hanya boleh memuat pemesanan satu jenis obat
(item) narkotik misal pemesanan pethidin satu surat pesanan dan pemesanan
kodein satu surat pesanan juga, begitu juga untuk item narkotika lainnya.

7. Penerimaan
Penerimaan Narkotika dari PBF harus diterima oleh APA atau dilakukan
dengan sepengetahuan APA. Apoteker akan menandatangani faktur tersebut
setelah sebelumnya dilakukan pencocokan dengan surat pesanan. Pada saat
diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah narkotika
yang dipesan.

8. Penyerahan
a. Penyerahan narkotika hanya dapat dilakukan oleh apotek, rumah sakit,
puskesmas, balai pengobatan dan dokter.
b. Apotek hanya dapat menyerahkan narkotika kepada rumah sakit,
puskesmas, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter dan pasien.
c. Rumah sakit, apotek, puskesmas, dan balai pengobatan hanya dapat
menyerahkan narkotika kepada pasien berdasarkan resep dokter.
d. Penyerahan narkotika oleh dokter hanya dapat dilaksanakan dalam hal :
a. Menjalankan praktek dokter dan diberikan melalui suntikan.
b. Menolong orang sakit dalam keadaan darurat melalui suntikan.
c. Menjalankan tugas didaerah terpencil yang tidak ada apotek.
d. Narkotika dalam bentuk suntikan dalam jumlah tertentu yang
diserahkan dokter hanya dapat diperoleh dari apotek.

9. Pelayanan
Apotek hanya boleh melayani resep narkotika dari resep asli atau salinan
resep yang dibuat oleh Apotek itu sendiri yang belum diambil sama sekali atau
baru diambil sebagian. Apotek tidak melayani pembelian obat narkotika tanpa
resep atau pengulangan resep yang ditulis oleh apotek lain. Resep narkotika
yang masuk dipisahkan dari resep lainnya dan diberi garis merah di bawah
obat narkotik.

10. Pemusnahan
Pemusnahan Narkotika dilakukan apabila :
a. Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan /
atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi.
b. Kadaluarsa.
c. Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan /
atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan atau ;
d. Berkaitan dengan tindak pidana.
Pemusnahan narkotika dilaksanakan oleh orang atau badan yang
bertanggung-jawab atas produksi dan peredaran narkotika yang disaksikan
oleh pejabat yang berwenang dan membuat Berita Acara Pemusnahan. Berikut
prosedur pemusnahan narkotika :
a. APA membuat dan menandatangani surat permohonan pemusnahan
narkotika yang berisi jenis dan jumlah narkotika yang rusak atau tidak
memenuhi syarat.
b. Surat permohonan yang telah ditandatangani oleh APA dikirimkan ke
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan. Balai Besar Pengawas Obat dan
Makanan akan menetapkan waktu dan tempat pemusnahan.
c. Kemudian dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri dari APA, Asisten
Apoteker, Petugas Balai POM, dan Kepala Suku Dinas Kesehatan
Kabutapten/Kota setempat.
d. Bila pemusnahan narkotika telah dilaksanakan, dibuat Berita Acara
Pemusnahan yang berisi :
1) Hari, tanggal, bulan dan tahun.
2) Nama pemegang izin khusus (APA/Dokter).
3) Nama saksi (1 orang dari pemerintah dan 1 orang dari badan/instansi
ybs).
4) Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan.
5) Cara pemusnahan.
6) Tanda tangan penanggung jawab apotik/pemegang izin khusus/dokter
pemilik narkotik dan saksi-saksi.
Berita acara tersebut dibuat dengan tembusan :
1) Kepala Suku Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2) Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan DKI Jakarta.
3) Arsip apotek.

B. PENGERTIAN PSIKOTROPIKA
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktifitas mental dan perilaku. Psikotropika terdiri dari 4 golongan :
a. Golongan I
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan
tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan.
Contoh : Ekstasi.
b. Golongan II
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalan terapi
dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh : Amphetamine
c. Golongan III
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh : Phenobarbital.
d. Golongan IV
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam
terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh : Diazepam, Nitrazepam ( BK, DUM ).
1. Pengaturan
a. Tujuan pengaturan di bidang psikotropika adalah :
1) Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan
kesehatan dan ilmu pengetahuan.
2) Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika.
3) Memberantas peredaran gelap psikotropika.
b. Psikotropika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan
kesehatan dan / atau ilmu pengetahuan.
c. Psikotropika Golongan I hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan.

2. Peredaran
Peredaran psikotropika terdiri dari penyaluran dan penyerahan.
Psikotropika yang berupa obat hanya dapat diedarkan setelah terdaftar di
Depkes RI (sekarang Badan POM).

3. Penyaluran
a. Penyaluran psikotropika hanya dapat dilakukan oleh pabrik obat, PBF
dan sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah (SPSFP).
b. PBF hanya dapat menyalurkan psikotropika kepada PBF lain, apotek,
SPSFP, rumah sakit, lembaga penelitian dan / atau lembaga pendidikan.
c. SPSFP hanya dapat menyalurkan psikotropika kepada rumah
sakit pemerintah, puskesmas, BP pemerintah.
d. Psikotropika Golongan I hanya dapat disalurkan oleh pabrik obat dan
PBF kepada lembaga penelitian dan / atau lembaga pendidikan guna
kepentingan ilmu pengetahuan.
e. Psikotropika yang dapat digunakan untuk ilmu pengetahuan hanya
dapat :
1) Disalurkan oleh pabrik obat dan PBF kepada lembaga penelitian dan
atau lembaga pendidikan.
2) Diimpor langsung oleh lembaga penelitian dan / atau lembaga
pendidikan.
4. Pemesanan
Pemesanan psikotropika dengan surat pemesanan rangkap 2,
diperbolehkan lebih dari 1 item obat dalam satu surat pesanan, boleh memesan
ke berbagai PBF.

5. Penerimaan
Penerimaan Psikotropika dari PBF harus diterima oleh APA atau
dilakukan dengan sepengetahuan APA. Apoteker akan menandatangani faktur
tersebut setelah sebelumnya dilakukan pencocokan dengan surat pesanan.
Pada saat diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah
Psikotropika yang dipesan.

6. Penyimpanan
Penyimpanan obat psikotropika diletakkan di lemari yang terbuat dari
kayu (atau bahan lain yang kokoh dan kuat). Lemari tersebut mempunyai
kunci (tidak harus terkunci) yang dipegang oleh Asisten Apoteker sebagai
penanggung jawab yang diberi kuasa oleh APA.

7. Pelaporan
Laporan penggunaan psikotropika dilakukan setiap bulannya melalui
SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika). Asisten apoteker
setiap bulannya menginput data penggunaan psikotropika melalui SIPNAP
lalu setelah data telah terinput data tersebut di import. Laporan meliputi
laporan pemakaian narkotika untuk bulan bersangkutan (meliputi nomor urut,
nama bahan/sediaan, satuan, persediaan awal bulan). pasword dan username
didapatkan setelah melakukan registrasi pada dinkes setempat.

8. Penyerahan
a. Penyerahan psikotropika hanya dapat dilakukan oleh apotek, rumah sakit,
puskesmas, Balai Pengobatan dan dokter.
b. Apotek hanya dapat menyerahkan psikotropika kepada apotek lainnya,
rumah sakit, puskesmas, dokter, pengguna / pasien.
c. Rumah sakit, BP & puskesmas hanya dapat menyerahkan kepada
pengguna / pasien.
d. Apotek, rumah sakit, BP & puskesmas menyerahkan psikotropika
berdasarkan resep dokter.
e. Dokter menyerahkan psikotropika dalam hal menjalankan praktek terapi
dan diberikan melalui suntikan, menolong orang sakit dalam keadaan
darurat, menjalankan tugas didaerah terpencil yang tidak ada apotek.
Psikotropika yang diserahkan dokter hanya dapat diperoleh dari apotek.

9. Pelayanan
Apotek yaitu Apotek hanya melayani resep psikotropika dari resep asli
atau salinan resep yang dibuat sendiri oleh Apotek yang obatnya belum
diambil sama sekali atau baru diambil sebagian. Apotek tidak melayani
pembelian obat psikotropika tanpa resep atau pengulangan resep yang ditulis
oleh apotek lain.

10. Pemusnahan
Pemusnahan dilaksanakan dalam hal :
a. Berhubungan dengan tindak pidana.
b. Diproduksi tanpa memenuhi standar.
c. Kadaluarsa.
d. Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan /
atau ilmu pengetahuan.
Pemusnahan narkotika dilaksanakan oleh orang atau badan yang
bertanggung-jawab atas produksi dan peredaran psikotropika yang disaksikan
oleh pejabat yang berwenang dan membuat Berita Acara Pemusnahan. Berikut
prosedur pemusnahan psikotropika :
a. APA membuat dan menandatangani surat permohonan pemusnahan
psikotropika yang berisi jenis dan jumlah psikotropika yang rusak atau
tidak memenuhi syarat.
b. Surat permohonan yang telah ditandatangani oleh APA dikirimkan ke
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan. Balai Besar Pengawas Obat dan
Makanan akan menetapkan waktu dan tempat pemusnahan.
c. Kemudian dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri dari APA, Asisten
Apoteker, Petugas Balai POM, dan Kepala Suku Dinas Kesehatan
Kabutapten/Kota setempat.
d. Bila pemusnahan psikotropika telah dilaksanakan, dibuat Berita Acara
Pemusnahan yang berisi :
1) Hari, tanggal, bulan dan tahun.
2) Nama pemegang izin khusus (APA/Dokter).
3) Nama saksi (1 orang dari pemerintah dan 1 orang dari badan/instansi
ybs).
4) Nama dan jumlah psikotropika yang dimusnahkan.
5) Cara pemusnahan.
6) Tanda tangan penanggung jawab apotik/pemegang izin khusus/dokter
pemilik psikotropika dan saksi-saksi.
Berita acara tersebut dibuat dengan tembusan :
4) Kepala Suku Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
5) Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan DKI Jakarta.
6) Arsip apotek.

C. JENIS - JENIS OBAT - OBATAN YANG BERPENGARUH PADA SISTEM


SARAF
Obat adalah suatu bahan yang berbentuk padat atau cair atau gas yang
menyebabkan pengaruh terjadinya perubahan fisik dan atau psykologik pada
tubuh. Hampir semua obat berpengaruh terhadap sistem saraf pusat. Obat tersebut
bereaksi terhadap otak dan dapat mempengaruhi pikiran seseorang yaitu perasaan
atau tingkah laku, hal ini disebut obat psykoaktif.
Obat dapat berasal dari berbagai sumber. Banyak diperoleh dari ekstraksi
tanaman, misalnya nikotin dalam tembakau, kofein dari kopi dan kokain dari
tanaman koka. Morfin dan kodein diperoleh dari tanaman opium, sedangkan
heroin dibuat dari morfin dan kodein. Marijuana berasal dari daun, tangkai atau
biji dari tanaman kanabis (canabis sativum) sedangkan hashis dan minyak hash
berasal dari resin tanaman tersebut, begitu juga ganja.
Alkohol adalah suatu produk yang berasal dari bahan alami juga yang diproses
melalui mekanisme fermentasi, itu terjadi bila buah, biji-bijian atau sayuran dibuat
kompos. Jamur seperti mushroom dan beberapa jenis tanaman kaktus dapat
diproses menjadi obat yang bersifat halusinogenik.
Obat yang berbahaya yang termasuk dalam kelompok obat yang berpengaruh
pada Sistem Saraf Pusat (SSP/CNS) adalah obat yang dapat menimbulkan
ketagihan/adiksi(drug addict). Menurut klasifikasi umum obat yang berpengaruh
pada SSP banyak jenisnya ada yang bersifat adiktif maupun yang non-adiktif
anatra lain :
1. Obat depresansia SSP
Obat yang termasuk golongan ini adalah obat yang berefek menghambat
aktifitas SSP secara spesifik maupun umum. Yang termasuk menghambat SSP
secara umum adalah obat dalam kelompok anastesi umum seperti :
a) Golongan obat sedative-hipnotik
Yang termasuk dalam golongan ini ialah obat yang yang menyebabkan
depresi ringan (sedative) sampai terjadi efek tidur (hipnotika). Pada efek
sedative penderita akan menjadi lebih tenang karena kepekaan kortek
serebri berkurang. Disamping itu kewaspadaan terhadap lingkungan,
aktivitas motorik dan reaksi spontan menurun. Kondisi tersebut secara
klinis gejalanya menunjukkan kelesuan dan rasa kantuk. Yang termasuk
golongan obat sedative-hipnotik adalah: Ethanol (alcohol), Barbiturate:
long akting: Fenobarbital, short acting: seconal, Benzodiazepam,
Methaqualon, dsb
b) Golongan analgesic
Yang termasuk golongan obat analgesic adalah obat yang berefek pada
penghilangan rasa nyeri (analgesic opioid) dan obat anti piretik serta obat
anti inflamasi non-steroid. Sedangkan yang dibahas dalam bab ini adalah
obat analgesic opioid karena kelompok obat tersebut dapat menimbulkan
adiksi (ketagihan), misalnya: Morphine, Codein, Pentazocine, Naloxone,
dsb.
2. Obat stimulansia SSP
Obat yang termasuk golongan ini pada umumnya ada dua mekanisme
yaitu: Memblokade system penghambatan dan meninggikan perangsangan
synopsis.Obat stimulansia ini bekerja pada system saraf dengan meningkatkan
transmisi yang menuju atau meninggalkan otak. Stimulan tersebut dapat
menyebabkan orang merasa tidak dapat tidur, selalu siaga dan penuh percaya
diri. Stimulan dapat meningkatkan denyut jantung, suhu tubuh dan tekanan
darah. Pengaruh fisik lainnya adalah menurunkan nafsu makan, pupil dilatasi,
banyak bicara, agitasi dan gangguan tidur. Bila pemberian stimulant
berlebihan dapat menyebabkan kegelisahan, panic, sakit kepala, kejang perut,
agresif dan paranoid. Bila pemberian berlanjut dan dalam waktu lama dapat
terjadi gejala tersebut diatas dalam waktu lama pula. Hal tersebut dapat
menghabat kerja obat depresan seperti alcohol, sehingga sangat menyulitkan
penggunaan obat tersebut.
Obat yang bersifat stimulansia sedang adalah:
 Cafein dalam kopi, teh dan minuman kokakola
 Ephedrin yang digunakan untuk pengobatan bronchitis dan asthma
 Nikotin dalam tembakau, selain bagi perokok berat yang digunakan
untuk relaks/istirahat
Obat yang bersifat stimulansia kuat:
 Amphetamine, termasuk amphetamine yang illegal seperti “Shabu”
 Kokaine
 Ekstasi
 Tablet diet seperti Duromine dsb.
Obat-obat tersebut yang termasuk dalam kelompok b adalah obat yang
termasuk golongan obat terlarang karena mengakibatkan pengguna menjadi
orang yang bersifat dan berkelakuan melawan hukum dan ketagihan.
3. Obat Halusinogenik
Obat halusinogenik berpengaruh terhadap persepsi bagi penggunanya.
Orang yang mengkonsumsi obat tersebut akan menjadi orang yang sering
berhalusinasi, misalnya mereka mendengar atau merasakan sesuatu yang
ternyata tidak ada. Pengaruh obat halusinogenik ini sangat bervariasi, sehingga
sulit diramalkan bagaimana atau kapan mereka mulai berhalusinasi.
Pengaruh lain dari obat halusinogenik ini ialah pupil dilatasi, aktifitas
meningkat, banyak bicara atau tertawa, emosionil, psykologik euphoria,
berkeringat, panic, paranoid, kehilangan kesadaran terhadap realitas, iraional,
kejang lambung dan rasa mual. Yang termasuk obat halusinogenik
ialah:Datura, Ketamine atau”K”, LSD (“Lysergik acid diethylamide”),
Muscakine (peyote cactus), PCP(Phencyclidine), Canabis dan ecstasy juga
termasuk golongan halusinogenik.

4. Golongan Marijuna, Hashis dan Canabis


Golongan obat ini ialah obat yang tyermasuk dalam obat terlarang
(narkoba), narkotik dan obat terlarang. Obat yang termasuk dalam golongan
ini menyebabkan efek ketagihan atau adiktif/addict. Karena efeknya yang
menyebabkan ketagihan, maka golongan obat terlarang tersebut banyak
diselundupkan ke Indonesia baik melalui bandara, pelabuhan ataupun melalui
angkutan darat. Dari tahun ke tahun pengguna obat terlarang tersebut terus
meningkat di Indonesia sehingga banyak kasus kejahatan yang dihubungkan
dengan obat terlarang tersebut meningkat baik dalam jumlah dan kualitasnya.

D. PENGGUNAAN OBAT NARKOTIKA PADA SISTEM SALURAN NAFAS


Antitusif yang mempunyai potensi untuk mendatangkan adiksi/
ketergantungan, dan mempunyai potensi untuk disalahgunakan.Opiat dan
derivatnya mempunyai beberapa macam efek farmakologik, sehingga digunakan
sebagai analgesik, antitusif, sedatif, menghilangkan sesak karena gagal jantung kiri
dan antidiare. Di antara alkaloid ini, morfin dan kodein sering digunakan. Efek
samping obat ini adalah penekanan pusat napas, konstipasi, kadang-kadang mual
dan muntah, serta efek adiksi. Opiat dapat menyebabkan terjadinya bronkospasme
karena penglepasan histamin, tetapi efek ini jarang terlihat pada dosis terapeutik
untuk antitusif. Di samping itu narkotik juga dapat mengurangi efek pembersihan
mukosilier dengan menghambat sekresi kelenjar mukosa bronkus dan aktivitas
silia. Terapi kodein kurang mempunyai efek tersebut.

E. FAKTOR PENYEBAB PENYALAHGUNAAN NARKOBA


 Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu seperti
kepribadian, kecemasan, dan depresi serta kurangya religiusitas.
Kebanyakan penyalahgunaan narkotika dimulai atau terdapat pada masa
remaja, sebab remaja yang sedang mengalami perubahan biologik,
psikologik maupun sosial yang pesat merupakan individu yang rentan
untuk menyalahgunakan obat-obat terlarang ini. Anak atau remaja dengan
ciri-ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi
penyalahguna narkoba.
 Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu atau
lingkungan seperti keberadaan zat, kondisi keluarga, lemahnya hukum
serta pengaruh lingkungan.

F. AKIBAT PENYALAHGUNAAN NARKOBA


Penggunaan narkoba dapat menyebabkan efek negatif yang akan
menyebabkan gangguan mental dan perilaku, sehingga mengakibatkan
terganggunya sistem neuro-transmitter pada susunan saraf pusat di otak.
Gangguan pada sistem neuro-transmitter akan mengakibatkan tergangunya
fungsi kognitif (alam pikiran), afektif (alam perasaan, mood, atau emosi),
psikomotor (perilaku), dan aspek sosial.
Berbagai upaya untuk mengatasi berkembangnya pecandu narkoba
telah dilakukan, namun terbentur pada lemahnya hukum. Beberapa bukti
lemahnya hukum terhadap narkoba adalah sangat ringan hukuman bagi
pengedar dan pecandu, bahkan minuman beralkohol di atas 40 persen (minol
40 persen) banyak diberi kemudahan oleh pemerintah. Sebagai perbandingan,
di Malaysia jika kedapatan pengedar atau pecandu membawa 5 gr ke atas
maka orang tersebut akan dihukum mati.
BAB III

TELAAH RESEP

A. Resep
Kasus 1 : Seorang pasien perempuan bernama Novi (18 th) menebus
resep. Yang bersangkutan ingin menambah jumlah salah
satu obat yang ada di resep yaitu clobazam menjadi 10
tablet.

dr. K. Wardana, SpPD


SIP No. 590/IPD/0078/KPPT/2013
Praktek: Rumah:
Jl. Angkatan 66 No. 8 Jl. Sersan Sani No. 117
Palembang Palembang
Telp. (0711)-824789 Telp.(0711)-826567

Palembang, 10 Desember 2018

R/ Mucogard Syr No. I


S 3 dd C1

R/ Sesden Tab No.X


S 2 dd tab 1

R/ Dexanta Syr No. I


S 3 dd C1

R/ Clobazam tab No. V


S 1 dd tab 1

Pro : Novi (18 tahun)

Kasus 2 : Seorang Ibu bernama Yolanda (32 th) datang ke apotek membeli
obat untuk pengobatan sendiri (swamedikasi). Pasien dalam
keadaan nyeri lambung dan ingin membeli Librax tablet.
Resep 2 : Swamedikasi/ Pembelian Bebas
Librax tablet
B. Salinan Resep

Apotek “Simulasi Farma”


Jurusan Farmasi Poltekkes Palembang
Jl. Ismail Marzuki No. 5341 Palembang
Tepl. (0711) 352071
Apoteker : Mona Rahmi, S.Farm, Apt, M.Farm
SIPA : 01/SIPA/SDK/2012
SIA : 14.05/PROMKES&SDK/DK/IV/2012

SALINAN RESEP

Resep dari Dokter : dr.K. Wardana, SpPD


Tertulis tanggal : 10 Desember 2018 Nomor :
Untuk : Novi (18 th)

R/ Mucogard Syr No. I


S 3 d d C1
det
R/ Sesden Tab No. X
S 2 d d tab I
det
R/ Dexanta Syr No. I
S 3 dd C1
det
R/ Clobazam Tab No. I
S 1 dd tab 1
det

Palembang, 13 Desember 2018


PCC

Mona Rahmi, S.Farm, Apt, M.Farm


No. SIPA : 01/SIPA/SDK/2012
C. Deskripsi Obat
Resep 1
1. Mucogard

Kandungan
Tiap 5 ml mengandung sukralfat 500 mg.

Indikasi
Tukak peptic, gastritis kronis dan pencegahan stress ulcer.

Kontra Indikasi
Hipersensitif.

Efek Samping
Gangguan saluran cerna, vertigo, pusing, ruam kulit, sakit pinggang.

Dosis
Dewasa : 3 x sehari satu sendok makan (15 ml) 2 jam sesudah atau
sebelum makan.

Perhatian
 Pemberian sukralfat pada pasien diabetes bisa menyebabkan
hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah).
 Gunakan dengan hati-hati pada pasien gagal ginjal kronis dan pasien
yang sedang menjalani cuci darah.
 Gunakan sukralfat tablet dengan hati-hati pada pasien yang mengalami
gangguan dalam menelan.
 Jangan mengonsumsi obat antasida 30 menit sebelum atau sesudah
mengonsumsi sukralfat.
APOTIK SIMULASI FARMA
Jurusan Farmasi Poltekkes Palembang
Jl. Ismail Marzuki No.5341/171 Telp (0711) 352071 Palembang
Apoteker : Mona Rahmi Rulianti, M.Farm, Apt
SIPA : 01/SIPA/SDK/2012

No. R/ Nama : Novi (18 th) Tanggal : 13 Desember 2018

Tiga kali sehari satu Tab / Capsul / Bungkus Pagi


Sendok makan (15 ml ) Siang
Sendok teh ( 5 ml ) Sore
Malam

Sebelum Makan Sesudah Makan


Bersama Makanan Suapan Pertama

Nama / Jumlah Obat : Mucogard / 1 btl


Tanggal Kadaluarsa :

2. Sesden Tab

Kandungan
Tiap kapsul mengandung 30 mg Timepidium Bromide.

Indikasi
Nyeri karena spasme otot polos yang disebabkan oleh gastritis, tukak
duodenal, tukak lambung, penyakit pada kandung dan saluran empedu.

Kontra Indikasi
Hipersensitif, penyakit jantung dan glaucoma.

Efek Samping
Photopobia, palpitasi, dan konstipasi.

Dosis
Dewasa : 2-3 x sehari satu kapsul
Perhatian
Aritmia, jantung kronis, prostatomegali, hipertiroidisme, kolitis ulserative
idiopatik.
APOTIK SIMULASI FARMA
Jurusan Farmasi Poltekkes Palembang
Jl. Ismail Marzuki No.5341/171 Telp (0711) 352071 Palembang
Apoteker : Mona Rahmi Rulianti, M.Farm, Apt
SIPA : 01/SIPA/SDK/2012

No. R/ Nama : Novi (18 th) Tanggal : 13 Desember 2018

Dua kali sehari satu Tab / Capsul / Bungkus Pagi


Sendok makan (15 ml ) Siang
Sendok teh ( 5 ml ) Sore
Malam

Sebelum Makan Sesudah Makan


Bersama Makanan Suapan Pertama

Nama / Jumlah Obat : Sesden / 10 tab


Tanggal Kadaluarsa :

3. Dexanta Syr

Kandungan
Tiap 5 ml mengandung Aluminium Hidroksida 200 mg, Magnesium
Hidroksida 200 mg, dan Simetichone 20 mg.

Indikasi
Kembung, tukak lambung, dispepsia, dan heartburn.

Kontra Indikasi
Hipersensitif.
Efek Samping
Konstipasi, diare, obstruksi intestinal (pada dosis besar).

Dosis
Dewasa : 3-4 x sehari 1-2 sendok takar.

Perhatian
Diet rendah posfat dan disfungsi ginjal.

APOTIK SIMULASI FARMA


Jurusan Farmasi Poltekkes Palembang
Jl. Ismail Marzuki No.5341/171 Telp (0711) 352071 Palembang
Apoteker : Mona Rahmi Rulianti, M.Farm, Apt
SIPA : 01/SIPA/SDK/2012

No. R/ Nama : Novi (18 th) Tanggal : 13 Desember 2018

Tiga kali sehari satu Tab / Capsul / Bungkus Pagi


Sendok makan (15 ml ) Siang
Sendok teh ( 5 ml ) Sore
Malam

Sebelum Makan Sesudah Makan


Bersama Makanan Suapan Pertama

Nama / Jumlah Obat : Dexanta / 1 btl


Tanggal Kadaluarsa :

4. Clobazam

Kandungan
Tiap tablet mengandung clobazam 10 mg.

Indikasi
Untuk penderita gangguan kecemasan akut dan kronis, gangguan tidur,
meredakan kejang, dan menenangkan.
Kontra Indikasi
Riwayat ketergantungan obat atau alcohol, penyakit otot kronis, gangguan
fungsi hati yang berat, ibu hamil dan menyusui.

Efek Samping
Sedasi, mengantuk, mulut kering, konstipasi, kehilangan nafsu makan,
mual, pusing, gangguan kesadaran dan pernapasan.

Dosis
Anak-anak > 15 tahun : 5-15 mg/hari

Perhatian
Depresi pernapasan akut, gangguan ginjal atau hati, ibu hamil dan
menyusui.

APOTIK SIMULASI FARMA


Jurusan Farmasi Poltekkes Palembang
Jl. Ismail Marzuki No.5341/171 Telp (0711) 352071 Palembang
Apoteker : Mona Rahmi Rulianti, M.Farm, Apt
SIPA : 01/SIPA/SDK/2012

No. R/ Nama : Novi (18 th) Tanggal : 13 Desember 2018

Tiga kali sehari satu Tab / Capsul / Bungkus Pagi


Sendok makan (15 ml ) Siang
Sendok teh ( 5 ml ) Sore
Malam

Sebelum Makan Sesudah Makan


Bersama Makanan Suapan Pertama

Nama / Jumlah Obat : Dexanta / 1 btl


Tanggal Kadaluarsa :

D. Deskripsi Obat Swamedikasi


Kasus : Seorang Ibu bernama Yolanda (32 th) datang ke apotek
membeli obat untuk pengobatan sendiri (swamedikasi).
Pasien dalam keadaan nyeri lambung dan ingin membeli
Librax tablet.
Penyelesaian Kasus : TTK tidak memberikan obat Librax karena obat
tersebut merupakan obat golongan psikotropika
yang tidak boleh dibeli tanpa resep dokter, jadi TTK
menyarankan obat Antasida DOEN tablet kunyah
untuk pengobatan sementara.

1. Antasida Doen Tablet Kunyah

Kandungan
Tiap tablet mengandung Aluminium Hidroksida 200 mg, Magnesium
Hidroksida 200 mg.

Indikasi
Mengurangi kelebihan asam lambung, gastritis, tukak lambung usus, nyeri
lambung dan ulu hati.

Kontra Indikasi
Hipersensitif.

Efek Samping
Sembelit, mual, muntah, diare.

Dosis
Anak-anak 6-12 tahun : ½-1 tablet 3-4 kali sehari.
Dewasa : 1-2 tablet 3-4 kali sehari.

Perhatian
Tidak dianjurkan digunakan secara terus menerus lebih dari 2 minggu.
Jangan diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal yang berat.
E. Perhitungan Harga

Nama Obat Jumlah Harga Obat +


No Total Harga
Resep 1 Item PPN 10%
Rp. 36.500, -
Mucogard
1 1 botol Rp. 36.500,- Rp. 500, - +
Tuslah per R/
Rp. 37.000, -

Rp. 30.000, -
Sesden
2 10 kapsul Rp.30.000,- Rp. 500, - +
Tuslah per R/
Rp. 30.500,-

Rp. 7.000,-
Dexanta
3 1 botol Rp. 7.000 Rp. 500,- +
Tuslah per R/
Rp. 7.500,-
Rp. 128.000,-
4 Clobazam 5 tablet Rp. 128.000 Rp. 500,- +
Rp. 128.500,-

Total Rp. 203.500,-

Nama Obat Jumlah Harga Obat +


No Total Harga
Swamedikasi Item PPN 10%
Rp. 21.000,-
Antasida DOEN
1 1 strip Rp. 21.000,- Rp. 500 ,- +
Tuslah per R/
Rp. 21.500,-

Total Rp. 21.500,-

b. Cara Pengerjaan Resep


A. Penerimaan Resep
1. Pasien datang, menyerahkan resep kepada TTK di counter.
2. Pembacaan resep, memastikan stok obat, harga.
3. Konfirmasi harga obat kepada pasien.
4. Menempelkan nomor resep pada resep, berikan pasien nomor antrian
untuk menunggu.
5. Penyediaan sediaan, menulis etiket : nama pasien, umur, exp.date,
tanggal penyerahan, penyimpanan.
6. Buat copy resep.
B. Penyerahan Resep
1. Serahkan obat dengan panggilan nomor antrian.
2. Cocokkan dengan nomor antrian pasien.
3. Ambil nomor antrian, lalu letakkan pada resep asli.
4. Menyerahkan copy resep
5. Berikan informasi yang penting dengan jelas dan singkat.
6. Mencatat nomor telpon dan alamat
C. Pencatatan
1. Memotong stok obat keluar.
2. Catat obat yang sudah keluar dalam buku penjualan.
BAB IV
SKENARIO

Ane Oktarida : Sebagai TTK 1


Ari Anggara : Sebagai TTK2
Cica Meliza : Sebagai TTK 3
Dewi Oktarini : Sebagai TTK4
Ayu Nabilah M. : Sebagai TTK 5

KASUS 1

Di suatu hari yang cerah, di Apotek Simulasi terlihat semua TTK


disibukkan dengan aktivitasnya masing-masing. Beberapa saat kemudian
datang seorang remaja untuk menebus obat.
TTK 1 : Selamat siang. Ada yang bisa saya bantu mbak ?
Pasien 1 : Selamat siang. Ini saya mau nebus resep mbak.
TTK 1 : Baiklah, resep ini atas nama Novi 18 tahun sudah berobat
kedokter K. Wardana, SpPD benar ya mbak?
Pasien 1 : Iya Mbak benar, itu resep untuk saya sendiri.
TTK 1 : Oh iya, mohon tunggu sebentar ya mbak kami akan cek
ketersediaan dan harga obat nya. Silahkan duduk terlebih dahulu.
Setelah itu TTK 1 menyerahkan resep ke TTK 3 untuk mengecek
ketersediaan obat sekaligus meminta untuk menghitung harga obat.
TTK 1 : Cica ini ada resep, tolong cek ketersediaan obat dan harganya ya ?
TTK 3 : Oke tunggu sebentar yaa
Setelah menerima resep, TTK 3 meminta tolong kepada TTK 4 untuk
mengecek ketersediaan obat.
TTK 3 : Dewi tolong cek obat ini ya ..
TTK 4 : Iya sebentar saya cek dulu.
TTK 4 : Cica ini resepnya dan obatnya ada semua.
TTK 3 : Baiklah
Setelah disetujui, TTK 3 langsung menghitung harga tiap obat lalu
menginformasikan kepada TTK 1.
TTK 3 : Ane obatnya ada semua dan total harganya 203.500 Coba kamu
konfirmasi ke pasien dulu ya.
TTK 1 : Oke terimakasih.
TTK 1 : Pasien atas nama Novi ?
Pasien 1 : Iya, Mbak ?
TTK 1 : Mbak obatnya ada semua dan total harganya 203.500. Apa mbak
mau?
Pasien 1 : Hm mahal banget ya mbak obatnya, tapi yaudahlah saya tebus
semuanya.
TTK 1 : Baik mbak, Ini nomor antriannya. Mbak tunggu sebentar ya.
Silahkan duduk dulu
TTK 1 menyerahkan resep ke TTK 3 untuk menyiapkan resep
TTK 1 : Cica, tolong disiapkan ya obatnya
TTK 3 : Baik ne.
TTK 3 menyerahkan lembar kerja ke TTK 4 sementara TTK 3 membuat
salinan resep. kemudian TTK 3 menyerahkan obat dan copy resepnya
kepada TTK 1
TTK 3 : Dewi, tolong disiapkan obat dan etiketnya ya
TTK 4 : Baiklah
TTK 4 : Cica, ini obatnya udah siap
TTK 3 : Iya terima kasih
TTK 3 : Ane ini obat dan copy resepnya udah siap
TTK 1 : Oke terimakasih.
TTK 1 : Pasien atas nama Novi dengan nomor antrian .....
Pasien 1 : Iya, mbak?
TTK 1 : Ini obatnya udah siap. Boleh minta nomor antiranya mbak.
Oh iya mbak sewaktu berkonsultasi dengan dokter apa saja
keluhan yang adik mbak rasakan ?
Pasien 1 : Jadi dari seminggu yang lalu saya tu ngerasa perih di ulu hati,
suka sendawa, mual dan kepala saya pusing. Apalagi kalo malem
hari perut saya tu perih sekali mbak dan nggak bisa tidur.
Makanya saya bawa ke dokter mbak, saya takut nanti ada apa-apa
dan dokter bilang ini gejala tukak lambung mbak.
TTK 1 : Oh gitu ya mbak, sebelumnya udah dijelasin blm sama dokter cara
pakai masing-masing obatnya?
Pasien : Belum mbak. Itu obat-obat apa aja mbak
TTk 1 : Iya mbak. Ini ada mucogard gunanya untuk mengobati gejala
tukak lambung, sebelum diminum dikocok terlebih dahulu ya
mbak, diminum 3 kali sehari 1 sendok makan 2 jam sebelum
makan. Nah yang ini Sesden tablet gunanya untuk mengurangi
kejang perut akibat nyeri lambung yang mbak rasakan, ini
diminum 2 kali sehari 1 tablet setelah makan. Kalo ini Dexanta
syrup digunakan untuk mengurangi asam lambung yang
menyebabkan mbak sering sendawa. Ini diminum 3 kali sehari 1
sendok makan stelah makan.
Pasien 1 : Oh iya mbak. Kalo yang satu ini mbak? (nunjuk obat clobazam)
TTK 1 : Ini obat clobazam, diminum satu kali sehari setelah makan malam.
Obat ini digunakan sebagai penenang mbak. Tanggal kadaluarsa
semua obat ini masih lama ya mbak.
Pasien 1 : Oh untuk penenang ya mbak? kalo gitu saya mau beli 10 aja mbak
obat ini
TTK 1 : Maaf mbak obat ini tidak boleh diperjualbelikan secara bebas,
karena obat ini merupakan obat golongan psikotropika yang jika
diminum tidak sesuai aturan petunjuk dokter bisa menyebabkan
efek halusinasi, hilang kesadaran dan perubahan mental. Jadi
mbak bisa konsultasi lagi ke dokter.
Pasien 1 : Oh gitu ya mbak
TTK 1 : Iya mbak, untuk penyimpanannya sendiri semua obat disimpan
pada tempat yang kering, terlindung dari cahaya matahari, dan
jauhkan dari jangkauan anak-anak ya mbak. Nah saya sarankan
mbak untuk tidak berkendara sendiri dan melakukan pekerjaan
yang berat, karena setelah minum obat ini biasanya mbak merasa
ngantuk.
Pasien 1 : Iya mbak.
TTK 1 : Usahakan mbak jangan sampai telat makan, hindari makanan yang
pedas, perbanyak minum air putih, dan istirahat yang cukup
jangan sampai stress ya mbak, karena stress bisa meningkatkan
asam lambung.
Pasien 1 : Oh iya mbak, ini uangnya.
TTK 1 : Ini obatnya mbak. Oh iya mbak boleh minta alamat dan nomor
telponnya untuk kepentingan adm apotek kami?
Pasien 1 : Boleh mbak
TTK 1 : Terima kasih ya mbak, semoga lekas sembuh.
Pasien 1 : Iya samasama mbak.

Tidak lama kemuadian datanglah seorang ibu bernama Yolanda (32


th) datang ke apotek membeli obat untuk pengobatan sendiri (swamedikasi).
Pasien dalam keadaan nyeri lambung dan ingin membeli Librax Tablet.
TTK 2 : Selamat siang Bu, ada yang bisa saya bantu ?
Ibu : Iya siang mas. ini saya mau beli obat Librax tablet. Ada gak mas?
TTK 2 : Maaf bu, obatnya untuk siapa ya?
Ibu : Untuk saya sendiri mas..
TTK 2 : Oh iya bu, keluhannya apa ya bu?
Ibu : Gini mas perut saya ini terasa kembung dan nyeri sekali terus juga
ngerasa mual dan pengen muntah mas, apalagi kalo makan perut
saya itu kayak gak mau nerima gitu loh mas. Terus saya juga
sering banget sendawa, gak enak banget rasanya mas,
TTK 2 : Ohh begitu ya bu. Ibu sebelumnya udah konsultasi ke dokter
belum?
Ibu : Ohh belum mas, saya gak sempet karena banyak sekali kerjaan
nah kemarin temen saya sakit seperti ini juga terus dikasih resep
oleh dokter obat librax tablet itu.
TTK 2 : Oh gitu ya bu, jadi begini bu Librax tablet itu golongan obat
psikotropika jadi gak bisa dibeli secara bebas, karena jika tidak
sesuai dengan aturan petunjuk dokter bisa menyebabkan efek
halusianasi, hilang kesadaran dan perubahan mental, jadi harus
dengan resep dokter. Sebaiknya ibu konsultasikan ke dokter dulu
bu.
Ibu : hm emang gak ada obat lain ya mas yang bisa dibeli tanpa resep
dokter, soalnya saya gak tahan mas perut saya itu kayak diremuk
gitu, mana lagi saya mau rapat hari ini jadi gak sempet palingan
besok saya bisa ke dokter.
TTK 2 : Ohh kalau untuk pengobatan sementara kita ada obat Antasida
Doen tablet bu, ini bisa mengatasi rasa nyeri yang ibu rasakan.
Ibu : hm yaudah mas gpp mas, emang berapa harganya?
TTK 2 : Ini 1 stripnya Rp. 21.500 bu
Ibu : Oh yaudah saya beli 1 strip mas
TTK 2 : Baiklah bu, saya siapkan dulu obatnya. Nah, ini obatnya bu
Antasdia Doen, ini diminum 3 kali sehari 1 tablet 1 jam setelah
makan ini dikunyah ya bu jangan langsung di telan. Nah untuk
Exp Okteber 2020 ya bu.
Ibu : Ohh iyaiya mas, yaudah ini uangnya mas.
TTK 2 : Ibu obatnya simpan di tempat yang sejuk dan kering, terhindar
dari sinar matahari langsung Ohiya bu, untuk saat ini ibu hindari
dulu makan-makanan pedas, asam dan hindari juga makanan yang
berlemak. Perbanyak konsomsi air putih ya bu.
Ibu : Baiklah mas, makasih ya mas..
TTK 2 : Iya bu, semoga ibu cepat sembuh yaa bu
Ibu : Iya mas, terimakasih.
Daftar Pustaka

ISO. 2017. ISO Indonesia Informasi Spesialite Obat. Volume 51, PT. ISFI
Penerbitan, Jakarta
IAI. 2012. Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO). Vol 47. Jakarta: Ikatan
Apoteker Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan


Kefarmasian di Apotek.

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika.

Undang-Undang Nomor 05 Tahun 1997 Tentang Psikotropika.

Anda mungkin juga menyukai