PSIKOTROPIKA &
NARKOTIKA
KELOMPOK 7 - MANFAR A
ANGGOTA KELOMPOK 7
Pengertian Jenis-jenis
01 Narkotika dan 02 Psikotropika dan
Psikotropika Narkotika
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang mengakibatkan mempunyai potensi ringan mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh: Mogadon, sindroma ketergantungan. Contoh
Brupronorfina, Amorbarbital : Lexotan, Diazepam, Nitrazepam
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2021 TENTANG PENETAPAN DAN PERUBAHAN PENGGOLONGAN PSIKOTROPIKA
Psikotropika Golongan II
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2021 TENTANG PENETAPAN DAN PERUBAHAN PENGGOLONGAN PSIKOTROPIKA
Psikotropika Golongan III
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2021 TENTANG PENETAPAN DAN PERUBAHAN PENGGOLONGAN PSIKOTROPIKA
Psikotropika Golongan IV
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2021 TENTANG PENETAPAN DAN PERUBAHAN PENGGOLONGAN PSIKOTROPIKA
03
Pemesanan, Penyimpanan,
Pemusnahan, Pencatatan, Pelaporan
Narkotika dan Psikotropika
PEMESANAN
Edenia Saumi - 1806136031
PENDAHULUAN
Berdasarkan permenkes RI Nomor 3 tahun 2015 Tentang Peredaran,
Penyimpanan, Pemusnahan, Dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi Pasal 3:
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi.
Pengedaran
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 3 tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan,
dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi Pasal 5-7 :
1. Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi hanya dapat
diedarkan setelah mendapatkan izin edar dari Menteri.
2. Untuk mendapatkan izin edar Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam bentuk
obat jadi, harus melalui pendaftaran pada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
3. Industri Farmasi yang memproduksi Narkotika dan PBF atau Instalasi Farmasi Pemerintah
yang menyalurkan Narkotika wajib memiliki izin khusus dari Menteri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, berupa : a. izin khusus produksi narkotika, b. izin
khusus impor narkotika, c. izin khusus penyaluran narkotika
4. Peredaran Narkotika dalam bentuk obat jadi yang digunakan dalam program terapi dan
rehabilitasi medis dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi Pasal 5-7.
PENYALURAN
• Penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi wajib memenuhi CDOB
(Cara Distribusi Obat yang Baik) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi hanya dapat dilakukan
berdasarkan:
a. Surat pesanan; atau
b. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) untuk pesanan
dari Puskesmas.
SURAT PESANAN
• Surat pesanan hanya dapat berlaku untuk masing-masing Narkotika, Psikotropika,
atau Prekursor Farmasi.
• Surat pesanan Narkotika hanya dapat digunakan untuk 1 (satu) jenis Narkotika.
• Surat pesanan Psikotropika atau Prekursor Farmasi hanya dapat digunakan untuk
1 (satu) atau beberapa jenis Psikotropika atau Prekursor Farmasi.
• Surat pesanan sebagaimana dimaksud harus terpisah dari pesanan barang lain.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi Pasal 8-9.
Surat Pesanan Manual
• Asli dan dibuat sekurang-kurangnya rangkap 3 (tiga) serta tidak dibenarkan dalam bentuk
faksimili dan fotokopi. Dua rangkap surat pesanan diserahkan kepada pemasok dan 1
(satu) rangkap sebagai arsip; Dua rangkap yang diserahkan kepada pemasok digunakan
untuk arsip di pemasok dan untuk kelengkapan dokumen pengiriman.
• Ditandatangani oleh Apoteker Penanggung Jawab, dilengkapi dengan nama jelas, dan
nomor Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) sesuai ketentuan perundang-undangan;
• Mencantumkan nama sarana sesuai izin (disertai nomor izin) dan alamat lengkap (termasuk
nomor telepon/faksimili bila ada) dan stempel sarana;
• Mencantumkan nama fasilitas pemasok beserta alamat lengkap;
• Mencantumkan nama, bentuk dan kekuatan sediaan, jumlah (dalam bentuk angka dan
huruf) dan isi kemasan (kemasan penyaluran terkecil atau tidak dalam bentuk eceran) dari
narkotika, psikotropika dan/atau prekursor farmasi yang dipesan;
• Diberikan nomor urut, nama kota dan tanggal dengan penulisan yang jelas;
• Sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
Apabila Surat Pesanan tidak dapat digunakan karena suatu hal, maka Surat Pesanan tersebut harus
diberi tanda pembatalan yang jelas dan diarsipkan.
Apabila Surat Pesanan tidak bisa dilayani baik sebagian atau seluruhnya, harus meminta surat
penolakan pesanan dari pemasok.
Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 9 Tahun 2019 Tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat Yang Baik, Hal. 47. Diakses melalui
https://sertifikasicdob.pom.go.id/sertifikasicdobv2/docs/1PedomanCDOB.pdf
Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi Di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian. Hal. 29.
Surat Pesanan
NARKOTIKA
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi.
Surat Pesanan
PSIKOTROPIKA
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi.
Surat Pesanan
BAHAN BAKU
PREKURSOR
FARMASI
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi.
Surat Pesanan
OBAT JADI
PREKURSOR
FARMASI
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi.
Surat Pesanan Elektronik
• Sistem elektronik harus bisa menjamin otoritas penggunaan sistem hanya oleh
Apoteker Penanggung Jawab.
• Mencantumkan nama sarana sesuai izin (disertai nomor izin) dan alamat lengkap
(termasuk nomor telepon/faksimili bila ada) dan stempel sarana;
• Mencantumkan nama fasilitas pemasok beserta alamat lengkap;
• Mencantumkan nama, bentuk dan kekuatan sediaan, jumlah (dalam bentuk angka dan
huruf) dan isi kemasan (kemasan penyaluran terkecil atau tidak dalam bentuk eceran)
dari narkotika, psikotropika dan/atau prekursor farmasi yang dipesan;
• Mencantumkan nomor urut surat pesanan, nama kota dan tanggal dengan penulisan
yang jelas;
• Sistem elektronik yang digunakan harus bisa menjamin ketertelusuran produk,
sekurang-kurangnya dalam batas waktu 3 (tiga) tahun terakhir.
• Surat Pesanan elektronik harus dapat ditunjukan dan dipertanggungjawabkan
kebenarannya pada saat pemeriksaan, baik oleh pihak yang menerbitkan surat
pesanan maupun pihak yang menerima surat pesanan.
Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 9 Tahun 2019 Tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat Yang Baik, Hal. 46-47. Diakses melalui
https://sertifikasicdob.pom.go.id/sertifikasicdobv2/docs/1PedomanCDOB.pdf
Surat Pesanan Elektronik
Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 9 Tahun 2019 Tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat Yang Baik, Hal. 46-47. Diakses melalui
https://sertifikasicdob.pom.go.id/sertifikasicdobv2/docs/1PedomanCDOB.pdf
PENYALURAN
Penyaluran Narkotika Golongan 1 :
• Hanya dapat dilakukan oleh perusahaan PBF milik Negara yang memiliki Izin Khusus Impor Narkotika
kepada Lembaga Ilmu Pengetahuan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
termasuk untuk kebutuhan laboratorium.
• Hanya dapat dilakukan berdasarkan surat pesanan dari Apoteker penanggung jawab dan/atau Kepala
Lembaga Ilmu Pengetahuan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi Pasal 10-12.
PENYALURAN
Penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam bentuk Obat Jadi :
• Hanya dapat dilakukan oleh :
a. Industri Farmasi kepada PBF dan Instalasi Farmasi Pemerintah;
b. PBF kepada PBF lainnya, Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik, Instalasi Farmasi
Pemerintah dan Lembaga Ilmu Pengetahuan;
c. PBF milik Negara yang memiliki Izin Khusus Impor Narkotika kepada Industri Farmasi, untuk penyaluran
Narkotika;
d. Instalasi Farmasi Pemerintah Pusat kepada Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah, Instalasi Farmasi Rumah
Sakit milik Pemerintah, dan Instalasi Farmasi Tentara Nasional Indonesia atau Kepolisian; dan
e. Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah kepada Instalasi Farmasi Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah, Instalasi
Farmasi Klinik milik Pemerintah Daerah, dan Puskesmas.
• PBF dapat menyalurkan Prekursor Farmasi golongan obat bebas terbatas kepada Toko Obat
dan hanya dapat dilakukan berdasarkan surat pesanan dari Tenaga Teknis Kefarmasian
• Hanya dapat dilakukan berdasarkan surat pesanan dari Apoteker penanggung jawab atau
Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan untuk kebutuhan penelitian dan pengembangan
• Dikecualikan untuk penyaluran kepada Instalasi Farmasi Pemerintah, surat pesanan dapat
ditandatangani oleh Apoteker yang ditunjuk
• Penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi oleh Industri
Farmasi kepada PBF hanya dapat dilakukan oleh Industri Farmasi pemilik izin edar.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi Pasal 14-16.
PENYIMPANAN
Bunga Atqiya Qutrunnada - 1806136012
PENDAHULUAN
Berdasarkan BPOM No. 9 Tahun 2019 tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi
Obat yang Baik, penyimpanan narkotika dan psikotropika dilakukan sebagai
berikut:
1. Wajib untuk memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan
2. Memisahkan dan memberi status yang jelas, seperti:
● Hasil penarikan kembali (recall)
● Kadaluwarsa
● Rusak
● Kembalian
PENYIMPANAN: BAGIAN UMUM
Berdasarkan Permenkes RI No. 3 Tahun 2020, Pasal 24:
Tempat penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi di fasilitas
produksi, fasilitas distribusi, dan fasilitas pelayanan kefarmasian harus mampu
menjaga keamanan, khasiat, dan mutu Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi.
Berdasarkan Permenkes RI No. 3 Tahun 2015, Pasal 25:
(1) Tempat penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dapat
berupa gudang, ruangan, atau lemari khusus
(2) Tempat penyimpanan Narkotika dilarang digunakan untuk menyimpan barang
selain Narkotika
(3) Tempat penyimpanan Psikotropika dilarang digunakan untuk menyimpan
barang selain Psikotropika
(4) Tempat penyimpanan Prekursor Farmasi dalam bentuk bahan baku dilarang
digunakan untuk menyimpan barang selain Prekursor Farmasi dalam bentuk
bahan baku
PENYIMPANAN: GUDANG KHUSUS
Berdasarkan Permenkes RI No. 3 Tahun 2015, Pasal 26:
(1) Gudang khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. dinding dibuat dari tembok dan hanya mempunyai pintu yang dilengkapi
dengan pintu jeruji besi dengan 2 (dua) buah kunci yang berbeda;
b. langit-langit dapat terbuat dari tembok beton atau jeruji besi;
c. jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan jeruji besi;
d. gudang tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa izin Apoteker
penanggung jawab; dan
e. kunci gudang dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab dan pegawai lain
yang dikuasakan.
PENYIMPANAN: RUANG KHUSUS
Berdasarkan Permenkes RI No. 3 Tahun 2015, Pasal 26:
(2) Ruang khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) harus memenuhi
syarat sebagai berikut:
a. dinding dan langit-langit terbuat dari bahan yang kuat;
b. jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan jeruji besi;
c. mempunyai satu pintu dengan 2 (dua) buah kunci yang berbeda;
d. kunci ruang khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab/Apoteker
yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan; dan
e. tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa izin Apoteker penanggung
jawab/Apoteker yang ditunjuk.
PENYIMPANAN: LEMARI KHUSUS
Berdasarkan Permenkes RI No. 3 Tahun 2015, Pasal 26:
(3) Lemari khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) harus memenuhi
syarat sebagai berikut:
a. terbuat dari bahan yang kuat;
b. tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda;
c. harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut gudang, untuk Instalasi Farmasi
Pemerintah;
d. diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum, untuk Apotek,
Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas, Instalasi Farmasi Klinik, dan Lembaga
Ilmu Pengetahuan ; dan
e. kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab/Apoteker yang
ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.
PENYIMPANAN OLEH IF & PBF
Berdasarkan Permenkes RI No. 3 Tahun 2015, Pasal 28-29:
● IF yang memproduksi Narkotika atau Psikotropika harus memiliki tempat
penyimpanan berupa gudang khusus, yang terdiri atas:
a. gudang khusus Narkotika atau Psikotropika dalam bentuk bahan baku; dan
b. gudang khusus Narkotika atau Psikotropika dalam bentuk obat jadi.
● Gudang khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada dalam penguasaan
Apoteker penanggung jawab.
Berdasarkan Permenkes RI No. 3 Tahun 2015, Pasal 30-31:
● PBF yang menyalurkan Narkotika atau Psikotropika dalam bentuk bahan baku
dan obat jadi, harus memiliki gudang khusus yang berada dalam penguasaan
Apoteker penanggung jawab
a. Gudang khusus Narkotika atau Psikotropika dalam bentuk bahan baku
b. Gudang khusus Narkotika atau Psikotropika dalam bentuk obat jadi
CONT’D
Berdasarkan Permenkes RI No. 3 Tahun 2015, Pasal 32-34:
Pasal 32:
Instalasi Farmasi Pemerintah yang menyimpan Narkotika atau Psikotropika harus memiliki
tempat penyimpanan Narkotika atau Psikotropika berupa ruang khusus atau lemari khusus
yang berada dalam penguasaan Apoteker penanggung jawab atau Apoteker yang ditunjuk.
Pasal 33:
Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas, Instalasi Farmasi Klinik, dan Lembaga
Ilmu Pengetahuan harus memiliki tempat penyimpanan Narkotika atau Psikotropika berupa
lemari khusus yang berada dalam penguasaan Apoteker penanggung jawab.
Pasal 34:
Dokter praktik perorangan yang menggunakan Narkotika atau Psikotropika untuk tujuan
pengobatan harus menyimpan Narkotika atau Psikotropika di tempat yang aman dan
memiliki kunci yang berada di bawah penguasaan dokter.
PEMUSNAHAN
Puji Fitria Noviani- 1706078535
Berdasarkan Permenkes RI No 3. Tahun 2015, Pasal 37:
b. Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Dinas Kesehatan Provinsi,
Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat, dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota menetapkan petugas di lingkungannya menjadi saksi pemusnahan sesuai
dengan surat permohonan sebagai saksi.
c. Pemusnahan disaksikan oleh petugas yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud pada
huruf b.
d. Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi dalam bentuk bahan baku, produk antara,
dan produk ruahan harus dilakukan sampling untuk kepentingan pengujian oleh petugas
yang berwenang sebelum dilakukan pemusnahan.
e. Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi harus dilakukan
pemastian kebenaran secara organoleptis oleh saksi sebelum dilakukan pemusnahan.
Berdasarkan Permenkes RI No3. Tahun 2015, Pasal 41:
Dalam hal Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dilakukan oleh pihak
ketiga, wajib disaksikan oleh pemilik Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dan
saksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf b.
Berdasarkan Permenkes RI No3. Tahun 2015, Pasal 42:
(2) Toko Obat yang melakukan penyerahan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat
jadi wajib membuat pencatatan mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran
Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi.
Permenkes RI No. Tahun 2015 Pasal 43
(3) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) paling sedikit terdiri
atas:
a. nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi;
b. jumlah persediaan;
c. tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan
d. jumlah yang diterima;
e. tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyaluran/penyerahan;
f. jumlah yang disalurkan/diserahkan;
g. nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau penyaluran/penyerahan; dan
h. paraf atau identitas petugas yang ditunjuk.
(4) Pencatatan yang dilakukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus
dibuat sesuai dengan dokumen penerimaan dan dokumen penyaluran termasuk
dokumen impor, dokumen ekspor dan/atau dokumen penyerahan.
Permenkes RI No. Tahun 2015 Pasal 44
(1) Setiap orang atau badan yang mengelola Prekursor wajib membuat pencatatan
dan pelaporan.
7. Dokumentasi selain berbentuk manual dapat juga dilakukan secara sistem elektronik
yang tervalidasi harus mudah ditampilkan dan ditelusuri pada saat diperlukan. Apabila
memiliki dokumentasi dalam bentuk manual dan elektronik, data manual harus sesuai
dengan data elektronik.
8. Dokumentasi secara sistem elektronik, harus tersedia backup data dan Standar
Prosedur Operasional terkait penanganan sistem tersebut jika tidak berfungsi.
Industri Farmasi yang memproduksi Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi wajib
membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan produksi dan penyaluran produk jadi
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi setiap bulan kepada Direktur Jenderal
dengan tembusan Kepala Badan.
PBF yang melakukan penyaluran Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi dalam
bentuk obat jadi wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan pemasukan dan
penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi setiap bulan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan tembusan Kepala Badan/Kepala Balai.
menurut ayat 9 industri farmasi dan PBF dapat menggunakan sistem elektronik dalam
membuat laporanya
menurut ayat 10 pelaporan paling lambat disampaikan pada tanggal 10 setiap bulanya.
Permenkes RI No. Tahun 2015 Pasal 45
Menurut Permenkes no 3 tahun 2015 pasal 45 ayat 5 pelaporan setidak mencatup hal-hal
berikut:
• nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika, dan/atau Prekursor Farmasi
• jumlah persediaan awal dan akhir bulan
• tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan
• jumlah yang diterima
• tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyaluran
• jumlah yang disalurkan
• nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau penyaluran dan persediaan awal dan
akhir
Permenkes RI No. Tahun 2015 Pasal 45
Thanks!