Anda di halaman 1dari 29

“ PEMENKES NO.

2 & 3 TAHUN 2017 “


TENTANG PERUBAHAN PENGGOLONGAN OBAT NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA
 

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 3:


1. ARI DAS WINANDA (1948201020)
2. AYU RAHMAWATI (1948201021)
3. CHINDY RAHAYU(1948201022)
4. DIANI APRILITA (1948201033)
5. DINA ANISA (1948201034)
6. WAN SRI WAHYUNI(1948201134)

DOSEN PENGAMPU :
APT. WAHYU MARGI. M.,FARM
DEFINISI
Narkotika :
Zat atau bahan obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis
maupun semisintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan
sebagaimana terlampir dalam undang-undang.

(Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika)

Psikotropika:
Zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

(Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika)


PENGGOLONGAN NARKOTIKA

Menurut Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika membagi narkotika


menjadi tiga golongan, sesuai dengan pasal 6 ayat 1 :
•Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh: opium, candu, jicing, jicingko, koka (daun tanaman), kokain, ganja.
•Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai
pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh: morfina.
•Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan/ atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan
Contoh: Asetil dihidrokodeina, kodeina.
JENIS-JENIS NARKOTIKA

Jenis narkotika berdasarkan bahan


2. Narkotika Sintetis
pembuatannya dapat dibedakan
Narkotika jenis ini memerlukan
menjadi 2 (dua), yakni :
proses yang bersifat sintetis untuk
1. Narkotika Alami
keperluan medis dan penelitian
Zat dan obat yang langsung bisa
sebagai penghilang rasa sakit/
dipakai sebagai narkotik tanpa perlu
analgesik.
adanya proses fermentasi, isolasi dan
Contohnya yaitu seperti amfetamin,
proses lainnya terlebih dahulu karena
metadon, dekstropropakasifen,
bisa langsung dipakai dengan sedikit
deksamfetamin, dan sebagainya.
proses sederhana. Bahan alami
tersebut umumnya tidak boleh
3. Narkotika Semi Sintetis
digunakan untuk terapi pengobatan
Yaitu zat / obat yang diproduksi
secara langsung karena terlalu
dengan cara isolasi, ekstraksi, dan lain
beresiko.
sebagainya seperti heroin, morfin,
Contoh narkotika alami yaitu
kodein, dan lain-lain.
seperti ganja dan daun koka.
Perubahan Penggolongan Narkotika Terbaru
Berdasarkan Permenkes No.2 Tahun 2017
 Sehubungan dengan terdapatnya peningkatan penyalahgunaan beberapa zat
baru yang memiliki potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan yang
belum termasuk dalam Golongan Narkotika yang telah diatur sebelumnya dalam
Lampiran I Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan
Penggolongan Narkotika.

Menteri Kesehatan RI, Nila F Moeloek telah menetapkan Peraturan Menteri


Kesehatan (Permenkes/PMK) tentang Perubahan Penggolongan Narkotika No. 2
Tahun 2017 pada 5 Januari 2017, dan diberlakukan 4 hari kemudian oleh
Kementrian Hukum dan HAM.

Total sebanyak 114 jenis Narkotika Golongan I, 91 jenis untuk Narkotika


Golongan II, dan 15 jenis Narkotika Golongan III dirilis dalam PMK tersebut.
Isi dari Permenkes No.2 Tahun 2017

Pasal 1
Daftar Narkotika golongan I, golongan II dan golongan III tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 2
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Penggolongan Narkotika (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 415), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 3
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Daftar perubahan penggolongan narkotika
Lanjutan…
Lanjutan…
Jenis-jenis Psikotropika

1. Obat Stimulan
Obat stimulan yang bisa memberikan
rangsangan kepada syaraf sehingga bisa
menimbulkan efek lebih percaya diri.
Contohnya : kafein, kokain, ganja, dan 3. Obat Halusinogen
amfetamin. Zat amfetamin biasanya Jenis psikotropika yang satu ini
terdapat merupakan Obat halusinogen yang
pada pil ekstasi. bisa menimbulkan halusinasi, yakni
2. Obat Depresan mendengar atau melihat sesuatu
obat depresan yang bisa memberikan yang tidak nyata.
efek, yakni kerja sistem saraf berkurang,
Contoh : yaitu Licercik Acid
menurunkan kesadaran, dan mengantuk.
contohnya : alkohol, sedatin atau pil Dhietilamide (LSD), psylocibine,
BK, Magadon, Valium, dan Mandrak, micraline dan
Cannabis dan Barbiturat. mariyuana.
PENGGOLONGAN PSIKOTROPIKA
Psikotropika dibedakan dalam golongan-golongan sesuai dengan pasal 2 undang-undang no 5
tahun 1997 tentang psikotropika :

•Psikotropika Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan
dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan
contoh : ekstasi,shabu,LDS
•Psikotropika Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi,
dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan
contoh : anfetamin, metilfenidat atau ritalin
•Psikotropika Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak yang digunakan dalam
terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma
ketergantungan
contoh : pentobarbital, flunitrazepam
•Psikotropika Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom
ketergantungan
contoh : diazepam, bromazepam, fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam seperti pil koplo,
rohip, dum, MG).
Perubahan Penggolongan Psikotropika Menurut
Permenkes No.3 Tahun 2017
Saat ini banyak terdapat obat keras yang mempunyai potensi mengakibatkan
sindroma ketergantungan yang belum termasuk dalam Golongan Psikotropika
yang telah diatur dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997
tentang Psikotropika dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Penggolongan Psikotropika.

Oleh karenanya, Menteri Kesehatan RI, Nila F Moeloek telah menetapkan


Peraturan Menteri Kesehatan tentang Perubahan Penggolongan Psikotropika
pada 5 Januari 2017 yang kemudian disahkan 4 hari kemudian oleh
Kementerian Hukum dan HAM.

Dalam PMK/Permenkes No.3 Tahun 2017 tentang  “Perubahan


Penggolongan Psikotropika” ini disebutkan 3 jenis psikotropika golongan II dan
62 jenis psikotropika golongan IV.
Isi dari Permenkes No.3 Tahun 2017

Pasal 1
Daftar psikotropika golongan II dan golongan IV tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 2
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
9 Tahun 2015 tentang Perubahan Penggolongan Psikotropika (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 324), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 3
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
DAFTAR PERUBAHAN GOLONGAN
PSIKOTROPIKA
PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DAN PSIKOTROPIKA

• Metode pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkoba yang


paling efektif dan mendasar adalah metode promotif (program pembinaan)
dan preventif (program pencegahan)

• Upaya yang paling praktis dan nyata adalah represif (program menindak
para produsen) dan kuratif (program pengobatan) serta rehabilitatif (upaya
pemulihan)

Anda mungkin juga menyukai