Disusun oleh:
Kelompok 10
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
ABSTRAK
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Maraknya psikotropika dan obat-obatan terlarang telah banyak
mempengaruhi mental dan sekaligus pendidikan bagi para pelajar aupun
masyarakat saat ini. Masa depan bangsa yang besar ini bergantung
sepenuhnya pada upaya pembebasan kaum muda dari bahaya psikotropika.
Psikotropika telah menyentuh lingkaran yang semakin dekat dengan kita
semua. Teman dan saudara kita mulai terjerat oleh psikotropika yang sering
kali dapat mematikan. Sebagai makhluk Tuhan yang kian dewasa,
seharusnya kita senantiasa berfikir jernih untuk menghadapi globalisasi
teknologi dan globalisasi yang berdampak langsung pada keluarga dan
remaja penerus bangsa khususnya. Kita harus memerangi kesia-siaan yang di
akibatkan olehpsikotropika.
Psikotropika diperlukan oleh manusia untuk pengobatan sehingga untuk
memenuhi kebutuhan dalam bidang pengobatan dan studi ilmiah diperlukan
suatu produksi psikotropika yang terus menerus untuk para penderita
tersebut. Dalam dasar menimbang Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika disebutkan bahwa narkotika di satu sisi merupakan obat
atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan
dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di sisi lain dapat pula
menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila
disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang
ketat dan saksama. Psikotropika apabila dipergunakan secara tidak teratur
menurut takaran/dosis akan dapat menimbulkan bahaya fisik dan mental bagi
yang menggunakannya serta dapat menimbulkan ketergantungan pada
pengguna itu sendiri. Artinya keinginan sangat kuat yang bersifat psikologis
untuk mempergunakan obat tersebut secara terus menerus karena sebab-
sebab emosional.
Masalah penyalahgunaan psikotropika ini bukan saja merupakan masalah
yang perlu mendapat perhatian bagi negara Indonesia, melainkan juga bagi
dunia Internasional. Penting untuk mengingat bahwa obat-obat psikotropika
adalah suatu zat yang dapat merusak fisik dan mental yang bersangkutan,
apabila penggunanya tanpa resep dokter. Masalah penyalahgunaan
psikotropika di Indonesia, sekarang ini sudah sangat memprihatinkan. Hal
ini disebabkan beberapa hal antara lain karena Indonesia yang terletak pada
posisi di antara tiga benua dan mengingat perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, pengaruh globalisasi, arus transportasi yang sangat maju dan
penggeseran nilai matrialistis dengan dinamika sasaran opini peredaran
gelap. Masyarakat Indonesia bahkan masyarakat dunia pada umumnya saat
ini sedang dihadapkan pada keadaan yang sangat mengkhawatirkan akibat
maraknya pemakaian secara illegal bermacam–macam jenis psikotropika.
Kekhawatiran ini semakin di pertajam akibat maraknya peredaran gelap
psikotropika yang telah merebak di segala lapisan masyarakat,termasuk di
kalangan generasi muda.Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap
kehidupan bangsa dan negara pada masa mendatang. Psikotropika
berpengaruh terhadap fisik dan mental apabila digunakan dengan dosis yang
tepat dan dibawah pengawasan dokter anastesia atau dokter psikiater,
sehingga dapat digunakan untuk kepentingan pengobatan atau penelitian
sehingga berguna bagi kesehatan fisik dan kejiwaan manusia. Adapun yang
termasuk golongan psikotropikaadalah ...................
Ulasan epidemiologi psikotropika. Penelitian tersebut juga menunjukan
semakin dininya usia penyalahgunaan psikotropika, dengan usia termuda
adalah 7 tahun. Obat yang sering digunakan untuk candu : ..................
Penyalahgunaan psikotropika banyak dari kalangan remaja dan anak
muda, khususnya para pelajar. Dikalangan para pelajar ini, terutama bagi
mereka yang secara formal berada dibangku SMP maupun SMA. Umumnya
penggunaan pertama psikotrpika diawali pada anak usia sekolah dasar atau
SMP/MTs. Hal ini terjadi biasanya karena penawaran, bujukan, atau tekanan
seseorang atau sekelompok orang kepadanya, misalnya oleh kawan
sebayanya, atau bisa saja stress yang berkepanjangan karena kurangnya
perhatian orang tua, keretakan rumah tangga/broken home. Dan sekaligus
didorong rasa ingin tahu, ingin mencoba, atau ingin memakai, mengikuti
trend, sehingga seseorang mau menerima tawaran itu. Selanjutnya, tidak sulit
baginya untuk menerima tawaran berikutnya sehingga akan menimbulkan
ketergantungan terhadap obat-obat terlarang yang dipakainya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana alur penyaluran pendistribusian psikotropika?
2. Bagaimana dan apa saja psikotropika yang rawan digunakan?
3. Bagaimana kasus-kasus di masyarakat tentang penyalahgunaan
psikotropika?
4. Bagaimana peran apoteker terhadap penyalahgunaan psikotropika
tersebut?
1.3 Tujuan Penulisan
1.
1.4 Manfaat Penulisan
1.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Psikotropika
Pasal 14
(1) Psikotropika yang berupa obat hanya dapat diedarkan setelah
terdaftar pada departemen yang bertanggung jawab di bidang
kesehatan. Penyaluran psikotropika hanya dapat dilakukan oleh :
a. Industri Farmasi kepada PBF dan Instalasi Farmasi Pemerintah.
b. PBF kepada PBF lainnya, Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit,
Instalasi Farmasi Klinik, Instalasi Farmasi Pemerintah dan Lembaga
Ilmu Pengetahuan.
c. PBF milik Negara yang memiliki Izin Khusus Impor Narkotika
kepada Industri Farmasi, untuk penyaluran Narkotika.
d. Instalasi Farmasi Pemerintah Pusat kepada Instalasi Farmasi
Pemerintah Daerah, Instalasi Farmasi Rumah Sakit milik Pemerintah,
dan Instalasi Farmasi Tentara Nasional Indonesia atau Kepolisian.
e. Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah kepada Instalasi Farmasi
Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah, Instalasi Farmasi Klinik milik
Pemerintah Daerah, dan Puskesmas.
Pasal 15
Penyaluran Psikotropika dalam bentuk obat jadi oleh Industri Farmasi
kepada PBF hanya dapat dilakukan oleh Industri Farmasi pemilik izin edar.
Pasal 16
(1) Penyaluran Psikotropika dalam bentuk obat jadi hanya dapat
dilakukan berdasarkan surat pesanan dari Apoteker penanggung jawab
atau Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan untuk kebutuhan penelitian
dan pengembangan.
(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
untuk penyaluran kepada Instalasi Farmasi Pemerintah, surat pesanan
dapat ditandatangani oleh Apoteker yang ditunjuk.
Pasal 17
(1) Pengiriman Psikotropika yang dilakukan oleh Industri Farmasi,
PBF, atau Instalasi Farmasi Pemerintah harus dilengkapi dengan:
a. surat pesanan;
b. faktur dan/atau surat pengantar barang, paling sedikit memuat:
1. nama Psikotropika
2. bentuk sediaan.
3. kekuatan.
4. kemasan.
5. jumlah.
6. tanggal kadaluarsa dan
7. nomor batch.
(2) Pengiriman Psikotropika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
dilakukan melalui jasa pengangkutan hanya dapat membawa
Psikotropik sesuai dengan jumlah yang tecantum dalam surat pesanan,
faktur, dan/atau surat pengantar barang yang dibawa pada saat
pengiriman.
Penyerahan
Pasal 18
(1) Penyerahan Psikotropika hanya dapat dilakukan dalam bentuk obat
jadi.
(2) Dalam hal Penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan kepada pasien, harus dilaksanakan oleh Apoteker di fasilitas
pelayanan kefarmasian.
(3) Penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan secara
langsung sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian.
Pasal 19
(1) Penyerahan Psikotropika hanya dapat dilakukan oleh:
a. Apotek.
b. Puskesmas.
c. Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
d. Instalasi Farmasi Klinik.
e. dokter.
(2) Apotek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a hanya dapat
menyerahkan Psikotropika kepada:
a. Apotek lainnya.
b. Puskesmas.
c. Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
d. Instalasi Farmasi Klinik.
e. dokter.
f. pasien.
Pasal 21
(1) Penyerahan Psikotropika oleh dokter kepada pasien hanya dapat
dilakukan dalam hal:
a. dokter menjalankan praktik perorangan dengan memberikan
Narkotika dan Psikotropika melalui suntikan.
b. dokter menolong orang sakit dalam keadaan darurat dengan
memberikan Narkotika melalui suntikan.
c. dokter menolong orang sakit dalam keadaan darurat dengan
memberikan Psikotropika; atau
d. dokter menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada Apotek
berdasarkan surat penugasan dari pejabat yang berwenang.
(2) Surat penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
termasuk sebagai izin penyimpanan Psikotropika untuk keperluan
pengobatan.
1. Obat antipsikotik
Obat antipsikotik bekerja memblokir reseptor dopamin di otak
yang dianggap terlalu aktif pada pasien psikosis yang menunjukkan
gejala delusi dan halusinasi. Obat antipsikotik dapat menyebabkan
tremor, kejang otot, dan kegelisahan. Efek samping lainnya
adalah tardive dyskinesia, gerakan tak terkendali pada lidah, bibir, mulut,
lengan, dan kaki secara permanen. Antipsikotik juga dapat
mempengaruhi metabolisme seseorang. Obat ini seringkali menyebabkan
kenaikan berat badan yang signifikan dan dapat meningkatkan risiko
diabetes.
Contoh : Chlorpromazin (CPZ), Haloperidol.
2. Obat antidepresan
Obat Antidepresan dikonsumsi untuk mengobati gejala gangguan
depresi mayor. Diperkirakan, sekitar 7-8 persen populasi manusia
mengidap depresi. Mayoritas antidepresan yang dapat ditemukan di
pasaran termasuk golong SSRI yang secara spesifik menarget kadar
seronin di otak.
Akan tetapi, antidepresan bukan tanpa efek samping. Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat memberikan
peringatan paling keras bagi obat antidepresan golongan SSRI karena
dapat meningkatkan risiko keinginan bunuh diri pada anak, remaja, dan
dewasa awal. Efek samping lainnya dari antidepresan meliputi gangguan
tidur, agitasi, perubahan nafsu makan, dan disfungsi seksual.
Contoh : amitriptyline.
3. Obat ADHD
ADHD (Attension Deficit Hyperactivity Disorder) merupakan
salah satu gangguan yang paling lazim ditemui pada anak. Gejala dari
gangguan ini termasuk peningkatan aktivitas motorik yang cenderung
berlebihan, emosi yang meluap, hingga kesulitan mengendalikan
perilaku. Untuk pengobatan ADHD, obat yang paling sering digunakan
berjenis stimulan yang meningkatkan dopamin, zat terkait dengan
kesenangan, gerakan, dan perhatian.
Efek samping dari penggunaan stimulan terkait dengan gangguan
tidur dan penurunan nafsu makan. Obat jika dikonsumsi dalam dosis
tinggi, bisa menimbiulkan efek eksitasi atau perangsangan, di mana
tubuh terasa bertenaga. Lama-kelamaan bisa mengakibatkan delusi atau
gangguan mental di mana orang tidak dapat membedakan kenyataan dan
imajinasi, serta halusinasi yakni sensasi yang diproses otak dan
mempengaruhi kinerja indera.
Selain itu, orang juga dapat mengalami manik, atau fase di mana
ia merasa aktif, bertenaga dan tidak bisa diam. Fase ini seperti fase orang
yang menderita bipolar.
Contoh : Metilfenidat.
4. Obat anti-ansietas
Obat Anti-ansietas digunakan pada pasien yang memiliki
kecemasan abnormal. Lima tipe gangguan kecemasan antara lain:
gangguan obsesif-kompulsif (OCD), serangan panik yang berulang dan
tak terduga (panic disorder), fobia sosial, dan gangguan stres pasca
trauma. Selain antidepresan, obat penghilang kecemasan seperti
Benzodiazepin sering digunakan kepada pasien pengidap gangguan
kecemasan. Akan tetapi, antidepresan dan benzo harus diberikan dalam
jangka waktu yang singkat karena memiliki risiko keteragantungan.
Efek samping lain dari Benzo adalah rasa kantuk, penglihatan
kabur, dan gangguan tidur seperti mimpi buruk. Golongan ini merupakan
golongan yang paling sering disalahgunakan. Benzodiazepin dikenal
dengan nama generik seperti alprazolam, lorazepam, clonazepam,
clobazam, diazepam dan termasuk nitrazepam.
Upaya penanggulangan/Solusi
5. Represif
Program penindakan terhadap produsen, bandar, pengedar, dan
pemakai berdasarkan hukum. Program ini merupakan program instasi
pemerintah yang berkewajiban mengawasi dan mengendalikan produksi
maupun distribusi semua zat yang tergolongnarkoba.
2.7 Sanksi-sanksi terhadap Penyalahgunaan Psikotropika
2.8 Peran Apoteker terhadap Penyalahgunaan Psikotropika
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA