KELOMPOK 1
UU tentang
Narkotika bertujuan
1. Menjamin ketersediaan Narkotika untuk
kepentingan pelayanan kesehatan dan atau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan
bangsa Indonesia dari penyalahgunaan Narkotika.
3. Memberantas peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika.
4. Menjamin pengaturan upaya rehabilitas medis dan
sosial bagi Penyalah Guna dan pecandu Narkotika.
DASAR HUKUM
RUANG LINGKUP
a. Narkotika
b. Prekursor Narkotika
DEFINISI
NARKOTIKA PREKURSOR
Narkotika adalah zat atau obat yang Prekursor Narkotika adalah zat
berasal dari tanaman, baik sintetis atau bahan pemula atau bahan kimia
maupun semisintetis, yang dapat yang dapat digunakan dalam
menyebabkan penurunan atau perubahan pembuatan narkotika yang dibedakan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi dalam tabel sebagaimana telampir
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dalam UU ini.
dapat menimbulkan ketergantungan,
yang dibedakan ke dalam golongan –
golongan sebagaimana terlampir dalam
UU ini
PENGGOLONGAN NARKOTIKA
GOLONGAN I GOLONGAN II GOLONGAN III
Hanya dapat digunakan untuk Berkhasiat pengobatan dan digunakan Berkhasiat pengobatan dan
kepentingan pengembangan ilmu sebagai pilihan terakhir dan dapat banyak digunakan dalam terapi
pengetahuan & tidak digunakan dalam digunakan dalam terapi dan atau untuk dan atau tujuan pengembangan
terapi, mempunyai potensi sangat tujuan pengembangan ilmu ilmu pengetahuan, potensi
tinggi mengakibatkan ketergantungan pengetahuan, dengan potensi tinggi ringan akan mengakibatkan
mengakibatkan ketergantungan ketergantungan
Pasal 35 Peredaran
1. Industri Farmasi
- Rumah Sakit
- Balai Pengobatan
- Dokter
PREKURSOR NARKOTIKA
Pasal 48
Tentang :Tujuan Pengaturan
Pasal 52
dan
Pemberantasan
BNN merupakan lembaga pemerintah non-
kementrian yang berkedudukan dibawah dan
bertanggung jawab kepada Presiden, yang
mempunyai tugas dan fungsi koordinasi dan
operasional dalam pengelolaan Narkotika dan
Prekursor Narkotika, pencegahan dan
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran
gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika
Pemusnahan Narkotika dan Psikotropika
Pemusnahan dilakukan :
- Tidak memenuhi standar dan persyaratan
- Kadaluwarsa
PERBUATAN PIDANA
PELAKU KOMODITI
MACAM
ORANG KORPORASI PENGGOLONGAN PERBUATAN
UNDANG – UNDANG NO. 5
TAHUN 1997
PSIKOTROPIKA
Menurut UU No. 5 Tahun 1997
Pasal 3
Tujuan pengaturan di bidang psikotropika adalah :
a. Menjamin ketersediaan psikotropika guna
kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu
pengetahuan
b. Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika
c. Memberantas peredaran gelap psikotropika
PENGGOLONGAN PSIKOTROPIKA
GOLONGAN I GOLONGAN II GOLONGAN III GOLONGAN IV
Golongan ini belum / mempunyai khasiat Mempunyai khasiat Mempunyai khasiat
tidak mempunyai pengobatan yang jelas, pengobatan yang jelas, pengobatan yang jelasm
khasiat yang jelas, jika disalahgunakan akan disalahgunakan akan disalahgunakan akan
disalah gunakan akan merugikan kesehatan merugikan kesehatan, merugikan, diawasi,
merugikan kesehatan, diawasi, untuk potensi ringan untuk
diawasi dengan ketat pengobatan dan iptek, adiksi
penggunaannya, hanya potensi sedang untuk
untuk iptek bukan adiksi
untuk terapi, dan
berpotensi adiksi
Misal : Misal : Misal : Misal :
MDMA, MDEA, MDA, Ampetamin, met- Amobarbital, butalbital, Alpazolam, barbital,
LSD, Psilosibin ampetamin (shabu- flumitrazepam, bromazepam,
shabu), deksampetamin, glutemide, fenobarbital, etinamat,
fenetilin pentobarbital, flurazepam,
siklobarbital, katina klordiazepoksida,
lorazepam,
meprobamat,
nitrazepam
Pasal 5 & 6 PRODUKSI
Pasal 8 – 11 : Penyaluran & penyerahan
Pasal 14 – 15 : Penyerahan
Psl 38
Rehabilitasi bagi pengguna psikotropika yang menderita sindroma
ketergantungan dimaksudkan untuk memulihkan dan/atau
mengembangkan kemampuan fisik, mental, dan sosialnya.
Pasal 53 PEMUSNAHAN
Pasal 55 - 58 PENYIDIKAN
Pasal 59 - 72 KETENTUAN PIDANA
Keempat : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan
ditinjau kembali apabila terdapat kekeliruan
(1) Daftar Obat yang dapat diserahkan tanpa resep ditetapkan oleh
Menteri
(1) Pada etiket dan bungkus luar obat jadi yang tergolong
obat keras harus dicantumkan secara jelas tanda khusus
untuk obat keras.
(1) Tanda khusus untuk obat keras adalah lingkaran bulat berwarna merah dengan
garis tepi berwarna hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi.
(2) Tanda khusus untuk obat keras dimaksud dalam ayat (1) harus diletakkan
sedemikian rupa sehingga jelas terlihat dan mudah dikenali.
(3) Ukuran lingkaran tanda khusus dimaksud dalam ayat (1) disesuaikan dengan
ukuran dan desain etiket dan bungkus luar yang bersangkutan dengan ukuran
diameter lingkaran terluar, tebal garis tebal dan tebal huruf K yang proporsional,
berturut-turut minimal satu cm,satu mm dan satu mm.
(4) Penyimpangan dari ketentuan dimaksud dalam ayat (4) harus mendapatkan
persetujuan khusus dari Menteri Kesehatan cq .Direktur Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan.
Pasal 4
Pasal 6