PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
dan peredaran Narkotika dan Psikotropika telah dilakukan antara lain dengan
pengawasan yang ketat sejak pengadaan bahan baku sampai dengan penggunaannya.
Namun demikian peredaran gelap yang berkembang saat ini tidak hanya narkotika
dan psikotropika, tetapi sudah merambah kepada bahan yang digunakan untuk
membuat Narkotika dan Psikotropika yang lazimnya disebut prekursor. Sebagian dari kita
mungkin banyak yang belum mengetahui dan mengenal apa yang dimaksud dengan
Secara umum yang dimaksud dengan prekursor adalah zat atau bahan pemula atau
bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan narkotika dan psikotropika. Pada
dasarnya prekursor digunakan secara resmi di industri farmasi sebagai bahan baku
obat, bahan untuk pembuatan bahan baku obat, industri makanan, industri kimia dan
industri lainnya. Tetapi ada sebagian oknum yang diduga sering menyalahgunakan
dan menyimpang ke jalur yang tidak resmi untuk dijadikan pembuatan Narkotika dan
tahun 1988, tentang Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika dan Psikotropika jenis
prekursor yang diawasi secara internasional ada 23 jenis. Contoh prekursor yang sering
1
nasional sesuai Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI
biasa digunakan untuk pembuatan bahan-bahan yang diawasi dan merupakan elemen
2. RUMUSAN MASALAH
3. TUJUAN PENULISAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Prekursor
Prekursor adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan
dalam pembuatan Narkotik dan Psikotropik (PP No.44 tahun 2010). Penggunaan istilah
prekursor bukan hanya bahan-bahan yang mengandung narkoba, tetapi bisa juga yang
terbentuknya zat lain, atau dapat bekerja sebagai zat asam dalam pembentukan garam
narkoba.
Prekursor adalah zat atau bahan pemula yang dapat digunakan untuk pembuatan
penyimpangan . Prekursor tersebut hanya boleh di ekspor oleh Chemical tertentu dan
diimpor oleh importir tertentu setelah diberikan rekomendasi oleh POLRI dan BNN.
antara lain: POLRI , BNN , Bea cukai, Badan pengawas obat dan makanan, Departemen
kalau dilakukan penyimpangan maka dapat digunakan untuk membuat narkotika dan
psikotropika. Pada saat sekarang ini telah terjadi penyalahgunaan prekursor tersebut
3
Tujuan dari pengawasan prekursor adalah terpenuhinya prekursor untuk industri
prekursor serta perlindungan kepada masyarakat dari bahaya peredaran gelap dan
(ATS), yang disalahgunakan untuk produksi ekstasi. Ini berakibat, United Nation
Office on Drugs and Crime (UNODC), memasukkan Indonesia sebagai negara yang
berkembang menjadi sentra pembuatan bahan sistetis ekstasi (emerging for the
Produk Antara adalah tiap bahan atau campuran bahan yang masih memerlukan
satu atau lebih tahap pengelolaan lanjutan untuk menjadi produk ruahan.
Produk Ruahan adalah bahan yang telah selesai diolah dan tinggal memerlukan
berusaha menjaga kebutuhan industri legal atas prekursor itu sendiri. Dalam rangka
pengawasan, preskursor NP telah diatur dalam Undang-undang No. 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika dan PP No. 44 Tahun 2010 tentang Prekursor. Tujuan pengaturan prekursor
sebagaimana dinyatakan dalam Undang-undang No. 35 Tahun 2009 dan PP No. 44 Tahun
2010 adalah:
4
b. mencegah dan memberantas peredaran gelap Prekursor Narkotika;
d. menjamin ketersediaan Prekursor untuk industri farmasi, industri non farmasi, dan
pada:
dengan Prekursor; dan melakukan pengamanan terhadap Prekursor yang tidak memenuhi
Farmasi
FARMASI yaitu :
5
Pengadaan Prekursor Farmasi dapat dilakukan melalui impor langsung atau melalui
Importir Terdaftar Prekursor Farmasi (IT Prekursor Farmasi). Melalui impor langsung
dapat dilakukan bila industri farmasi telah memiliki izin sebagai Importir Produsen
Prekursor Farmasi dan/atau Obat Mengandung Prekursor Farmasi melalui impor harus
dilengkapi dengan AHP dan SPI sesuai dengan ketentuan dalam peraturan menteri
Kesehatan No 10 Tahun 2013 tentang Ekspor dan Impor Narkotika Psikotropika dan
Prekursor Farmasi dan ketentuan dalam Peraturan Kepala Badan POM No 32 Tahun 2013
tentang Persyaratan dan Tata Cara Permohonan Analisa Hasil Pengawasan dalam Rangka
Pengadaan Prekursor Farmasi kepada industri farmasi dalam negeri yang memproduksi
prekursor farmasi dan melalui IT harus dilengkapi dengan surat pesanan. Surat Pesanan
a. Asli dan dibuat tindasannya sebagai arsip (Anak Lampiran 1a contoh form
Farmasi);
mencantumkan nama lengkap, nomor Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) dan
stempel perusahaan;
c. Mencantumkan nama dan alamat kantor, lokasi pabrik, dan lokasi gudang
Farmasi;
6
d. Mencantumkan nama Prekursor Farmasi dan/atau obat Mengandung
Prekursor Farmasi, jumlah (ditulis dalam bentuk angka dan huruf), bentuk
e. Diberi nomor urut tercetak dan tanggal dengan penulisan yang jelas atau cara
Prekursor Farmasi yang dimiliki oleh Industri Farmasi tidak boleh dipindahtangankan
kepada pihak lain walaupun dalam satu grup. Pada saat penerimaan Prekursor Farmasi
antara fisik dan data dalam faktur, Surat Pengiriman Barang (SPB) dan/atau Certificate of
Analysis, terhadap:
Apabila pada pemeriksaan dan terdapat kemasan termasuk segel dan penandaan yang
rusak, terlepas, terbuka dan tidak sesuai dengan Surat Pesanan, maka:
segera:
perundang-undangan, atau
7
c. Apabila Prekursor Farmasi diperoleh dari IT harus segera diretur ke IT yang
Farmasi).
produksi harus menandatangani faktur dan/atau SPB dan mencantumkan nama lengkap,
nomor Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA), serta stempel industri farmasi penerima.
Prekursor Farmasi yang diterima harus segera ditimbang kembali setelah dilakukan
pemeriksaan, di saksikan oleh penanggung jawab produksi atau penanggung jawab gudang
untuk memastikan kesesuaian berat (bruto). Hasil penimbangan kembali harus dicatat dan
didokumentasikan.
untuk keperluan pengawasan mutu dan sampel pertinggal. Jumlah sampel yang diambil
harus sesuai dengan Standar Prosedur Operasional pengambilan sampel. Jumlah sampel
yang diambil, sisa hasil pengujian, dan sampel pertinggal harus didokumentasikan dalam
kartu stok bahan obat dan buku log pengambilan sampel. Penimbangan tersebut harus
Pengadaan baku pembanding impor, apabila pengadaan melalui Pusat Pengujian Obat
Napza sesuai dengan Anak Lampiran 3 Persyaratan Pengadaan Baku Pembanding Melalui
PPOMN.
8
4. Penyimpanan Prekursor
Prekursor Farmasi baik yang masih dalam status karantina maupun yang sudah
diluluskan, wajib disimpan di gudang yang aman, terpisah dari penyimpanan bahan obat
lain, diberi penandaan yang jelas, terkunci serta mempunyai penanggung jawab yang
ditunjuk. Khusus untuk obat mengandung Prekursor Farmasi disimpan di gudang yang
aman berdasarkan analisis risiko masing-masing Industri Farmasi. Produk antara dan
Memisahkan dan menyimpan dengan aman serta terkunci selama proses investigasi
tersebut diberi identitas yang jelas dan disimpan dalam gudang obat kembalian
Melakukan stock opname bahan obat secara berkala sekurangkurangnya 1 (satu) bulan
sekali sedangkan produk antara, produk ruahan serta obat mengandung Prekursor Farmasi
Melakukan pencatatan dan investigasi apabila terdapat selisih stok saat stock opname
untuk mendapat akar permasalahan dan dilakukan tindakan perbaikan & pencegahan serta
9
5. Penyaluran Prekursor
Obat Mengandung Prekursor farmasi yang akan diedarkan di dalam negeri wajib
memiliki nomor izin edar dari Kepala Badan. Industri Farmasi hanya diperbolehkan
melayani pesanan dari fasilitas resmi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-
undangan.
sesuai kebutuhan.
nomor dan tanggal SP, dan kejelasan identitas pemesan (antara lain nama dan
d. Tujuan penggunaan untuk pengadaan rutin atau tender, jika untuk keperluan
(SPK);
pemesan;
f. Masa berlaku export licence dari exportir (untuk keperluan ekspor), jika ada.
yang berwenang), faksimili, email , maka surat pesanan asli harus diberikan pada saat
serah terima barang, kecuali untuk daerah-daerah tertentu dengan kondisi geografis yang
10
sulit transportasi dimana pengiriman menggunakan jasa ekspedisi, maka surat pesanan asli
dikirimkan tersendiri.
Khusus untuk obat mengandung efedrin tunggal serta pseudoefedrin tablet tunggal
dan/ atau campuran dengan dosis 30 mg, 60 mg dan 120 mg penyaluran dilakukan setelah
surat pesanan asli diterima. Hal-hal yang harus diwaspadai dalam melayani pesanan
pembeli:
kemungkinan diversi. Pesanan yang ditolak atau yang sebagian tidak dapat dilayani harus
segera diberitahukan kepada pemesan dengan menerbitkan surat penolakan pesanan paling
lama 7 (tujuh) hari kerja (Anak Lampiran 5). Pada surat pesanan asli pesanan yang ditolak
harus diberi tanda pembatalan. Pesanan yang dapat dilayani, disahkan oleh Apoteker
Penanggung Jawab Produksi Industri Farmasi dengan membubuhkan tanda tangan atau
sistem lain yang dapat dipertanggungjawabkan misalnya sistem elektronik dan harus
tervalidasi.
11
Pengeluaran dari gudang.
First Out (FEFO) sesuai dengan faktur penjualan/surat perintah pengambilan barang
(pick slip). Sebelum dilakukan pengeluaran dari gudang, petugas yang ditunjuk
a. Kebenaran nama, jumlah, bentuk dan kekuatan sediaan, isi dan jenis kemasan;
Pengiriman
faktur penjualan (Anak Lampiran 6) dan/atau Surat Pengiriman Barang (SPB) (Anak
Lampiran 7) yang ditandatangani oleh kepala gudang dan Apoteker Penanggung Jawab
a. Harus dibuat kontrak tertulis antara pihak pengirim dengan jasa pihak
ketiga/ekspedisi
12
b. Kontrak tertulis mengacu kepada Pedoman Teknis CDOB
ekspedisi serta tanda tangan dan nama lengkap petugas ekspedisi yang
Prekursor Farmasi sampai diterima di pemesan termasuk jika menggunakan jasa pihak
sarana pemesan).
Pengiriman Obat Mengandung Prekursor Farmasi harus sesuai dengan alamat yang
tercantum pada surat pesanan, faktur penjualan dan/ atau Surat Pengiriman Barang
(SPB).
alamat yang tercantum pada surat pesanan, faktur penjualan dan/ atau SPB
dilengkapi dengan laporan kehilangan dari kepolisian. Selanjutnya hal tersebut wajib
13
terjadinya kehilangan dan hasil investigasi dilaporkan selambatlambatnya 1 (satu)
Ekspor
Eksportasi Prekursor Farmasi hanya dapat dilakukan oleh Industri Farmasi yang
Farmasi).
Prekursor Farmasi yang disusun berdasarkan realisasi ekspor selama satu tahun
dilengkapi dengan AHP dan SPE sesuai dengan ketentuan dalam peraturan menteri
Kesehatan No 10 Tahun 2013 tentang Ekspor dan Impor Narkotika Psikotropika dan
Prekursor Farmasi dan ketentuan dalam Peraturan Kepala Badan POM No 32 Tahun
2013 tentang Persyaratan dan Tata Cara Permohonan Analisa Hasil Pengawasan
dalam Rangka Impor dan Ekspor Narkotika Psikotropika dan Prekursor Farmasi.
AHP dan SPE berlaku untuk 1 (satu) kali kegiatan eksportasi Prekursor
hanya untuk keperluan ekspor harus memiliki Surat Persetujuan Khusus Ekspor dari
Kepala Badan.
14
6. Penanganan Obat Kembalian
Pemastian Mutu. Penerimaan obat kembalian harus disertai surat pengembalian barang
dari fasilitas yang mengembalikan dengan dilengkapi fotokopi faktur penjualan dan/atau
SPB.
Penanggung jawab yang ditunjuk harus melakukan verifikasi kesesuaian terhadap surat
pengembalian barang dan fotokopi faktur penjualan dan/atau SPB. Verifikasi meliputi
nama produsen, nama produk, bentuk dan kekuatan sediaan, jumlah obat, nomor bets, dan
tanggal daluwarsa obat yang dikembalikan. Obat kembalian harus dikarantina dan
disimpan.
f. Sisa sampel hasil pengujian pengawasan selama proses (in process control)
15
Harus tersedia daftar inventaris Prekursor Farmasi yang akan dimusnahkan mencakup
nama produsen, bentuk dan kekuatan sediaan, isi dan jenis kemasan, jumlah, nomor bets,
dan tanggal daluwarsa. Kebenaran Prekursor Farmasi yang akan dimusnahkan harus
dibuktikan dengan dokumen pendukung yang disetujui oleh Kepala Bagian Pemastian
Mutu bahwa Prekursor Farmasi sudah tidak memenuhi syarat untuk digunakan dan/atau
diedarkan.
Jawab Produksi dan disaksikan oleh petugas Balai Besar/Balai POM setempat. Kegiatan
ini didokumentasikan dalam Berita Acara Pemusnahan yang ditandatangani oleh pelaku
Khusus untuk obat yang ditarik dari peredaran harus dilakukan pemusnahan mengacu
2011 tentang Kriteria dan Tata Cara Penarikan Obat yang Tidak Memenuhi Standar
dan/atau Persyaratan.
Industri Farmasi pengelola Prekursor Farmasi wajib membuat dan menyimpan catatan
penarikan kembali obat (recall), pemusnahan, dan inspeksi diri secara tertib dan akurat
serta disahkan oleh Apoteker Penanggung Jawab Produksi dan Apoteker Penanggung
16
b. Bentuk dan kekuatan Prekursor Farmasi;
d. Tujuan penggunaan;
e. Tujuan penyaluran.
Pengadaan;
Penyimpanan;
Pembuatan;
Penyaluran;
Pemusnahan;
Inspeksi diri (mengacu pada Surat Edaran Deputi Bidang Pengawasan Produk
Dokumen pengadaan dan penyaluran diarsipkan menjadi satu dengan surat pesanan
pengadaan dan penyaluran berdasarkan nomor urut atau tanggal pengeluaran. Setiap
Industri Farmasi pengelola Prekursor Farmasi wajib menyimpan dokumen dan informasi
seluruh kegiatan terkait pengelolaan Prekursor Farmasi dengan tertib, akurat dan
tertelusur.
Dokumentasi selain berbentuk manual dapat juga dilakukan secara sistem elektronik
yang tervalidasi harus mudah ditampilkan dan ditelusuri pada saat diperlukan. Apabila
17
memiliki dokumentasi dalam bentuk manual dan elektronik, data manual harus sesuai
dengan data elektronik. Dokumentasi secara sistem elektronik, harus tersedia backup data
dan Standar Prosedur Operasional terkait penanganan sistem tersebut jika tidak berfungsi.
Dokumen wajib disimpan di tempat yang aman dalam jangka waktu sekurang-kurangnya
1 (satu) tahun setelah kedaluwarsa dan mudah diperlihatkan pada saat pelaksanaan audit
Lampiran 15)
Lampiran 4);
peredaran.
h. Laporan hasil investigasi ketidaksesuaian stok bahan obat (Anak Lampiran 12).
Laporan realisasi impor dan ekspor wajib disampaikan setiap kali kegiatan importasi
dan/atau Obat mengandung Prekursor Farmasi oleh importir kepada Direktur Jenderal
tembusan kepada Kepala Badan c.q. Direktorat Pengawasan Napza dan Kepala Balai.
18
Laporan sebagaimana dimaksud pada huruf (c) dan (d) wajib disampaikan setiap bulan
kepada Kepala Badan. Jumlah yang dilaporkan dalam laporan pada huruf (c) dan (d) harus
akurat dan sesuai dengan stok fisik. Apabila terdapat selisih stok pada saat stock opname
dan cycle count, selisih stok harus dicantumkan dalam laporan disertai dengan justifikasi
yang jelas.
Laporan sebagaimana dimaksud pada butir huruf (e), (f), dan (g) wajib disampaikan
setiap kali kejadian/kegiatan kepada Kepala Badan c.q. Direktorat Pengawasan Napza
dengan tembusan Direktur Jenderal, dan Kepala Balai Besar/Balai POM setempat.
Laporan sebagaimana dimaksud pada butir (h) wajib disampaikan kepada Kepala
Saat ini konsumen apotek tidak lagi bisa bebas membeli cairan aceton (penghilang cat
kuku), kristal Kalium Permanganat (larutannya bersifat desinfektan/ untuk kompres luka),
dan tablet ephedrin generik (obat asma). Tentu banyak yang bertanya-tanya ,
mengapa obat yang tadinya gampang diperoleh tiba-tiba berubah langka? Apakah obat
dilakukan oleh pemilik pabrik narkoba dan ekstasi gelap – bukan oleh remaja teler seperti
lazimnya. Akibat sering disalahgunakan sebagai bahan pemula pembuat narkotika dan
ekstasi maka peredaran zat tersebut dan beberapa bahan pemula lainnya kini diawasi
tersebut disebut prekursor. Prekursor didefinisikan sebagai zat atau bahan pemula atau
bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan narkotika dan psikotropika.
19
Pengawasan dan pemantauan Prekusor tersebut selama ini dilakukan oleh Badan POM
2002.
dan psikotropika telah menjadi ancaman yang sangat serius yang dapat menimbulkan
internasional, pada 5 April 2010 Presiden DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono telah
prekursor untuk industri farmasi, industri non farmasi, dan pengembangan ilmu dan
penyusunan rencana kebutuhan tahunan secara nasional, pengadaan, impor dan ekspor,
peredaran, pencatatan dan pelaporan, pengawasan serta ketentuan sanksi. Menurut PP 44,
Prekursor hanya dapat digunakan untuk tujuan industri farmasi, industri non farmasi, dan
dikelompokkan kedalam 2 tabel (tabel I dan Tabel II). Zat-zat yang terdapat dalam tabel I
akan diawasi lebih ketat dibandingkan zat yang terdapat dalam tabel II.
20
Golongan Dan Jenis Prekursor
TABEL I TABEL II
propanone
Norephedrine Toluene
1-phenyl-2-propanone
Piperonal
Potasium Permanganat
Pseudoephedrine
Safrole
Nah, prekursor harus diawasi karena prekursor dapat digunakan oleh pabrik gelap
untuk memproduksi narkotika dan psikotropika ilegal. Produksi ilegal tersebut tumbuh
subur karena mudahnya untuk mendapatkan prekursor. Prekursor dapat menjadi prekursor
21
10. Pembatasan Impor dan Ekspor Prekursor NP
penggunaan prekursor sudah tidak bisa ditawar lagi. Dalam rangka importasi dan
Farmasi telah mengatur bahwa ekspor prekursor farmasi hanya dapat dilakukan oleh
insdustri farmasi atau pedagang besar farmasi (PBF) yang sudah ditetapkan sebagai
Eksportir Terdaftar (ET) atau Eksportir Terdaftar (EP) oleh Kementerian Kesehatan dan
dilengkapi Surat Persetujuan Ekspor (SPE) saat ekspornya. Sedangkan impor prekursor
farmasi hanya dapat dilakukan oleh insdustri farmasi atau PBF dan lembaga pengetahuan,
dan pada saat impornya harus dilengkapi dengan SPI. Ketentuan ekspor prekursor non
Ketentuan Impor Prekursor. Dalam keputusan tersebut diatur bahwa impor prekursor non
farmasi hanya dapat dilakukan oleh Importir Produsen (IP) atau Importir Terdaftar (IT)
Prekursor dan saat impornya harus dilengkapi dengan Laporan Surveyor (LS) dan Surat
Persetujuan Impor (SPI) khusus untuk IPPrekursor. Ekspor prekursor non farmasi diatur
Ketentuan Ekspor Prekursor Non Farmasi yang mengatur bahwa ekspor prekursor non
farmasi hanya bisa dilakukan oleh Eksportir Terdaftar Non Farmasi yang harus dilengkapi
dengan Surat Persetujuan Ekspor (SPE) dan LS saat ekspornya. Pada PP No. 44/2010 diatur
juga bahwa setiap Prekursor wajib diberi label pada setiap wadah atau kemasan, yang dapat
berbentuk tulisan, gambar, kombinasi tulisan dan gambar, atau bentuk lain yang disertakan
pada kemasan atau dimasukkan dalam kemasan, ditempelkan, atau merupakan bagian dari
wadah dan/atau kemasannya. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang memiliki peran
22
barang-barang yang membahayakan masyarakat dan lingkungan. Salah satunya DJBC
berkomitmen untuk melakukan pengawasan prekursor NP, baik impor maupun ekspor.
Terkait jenis-jenis prekursor NP dan ciri-cirinya lebih detail akan dibahas pada tulisan
berikutnya
23
Lampiran
24
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Prekursor adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan
dalam pembuatan Narkotik dan Psikotropik (PP No.44 tahun 2010). Penggunaan istilah
prekursor bukan hanya bahan-bahan yang mengandung narkoba, tetapi bisa juga yang
terbentuknya zat lain, atau dapat bekerja sebagai zat asam dalam pembentukan garam
narkoba.
psikotropika telah menjadi ancaman yang sangat serius yang dapat menimbulkan
dan menjamin ketersediaan prekursor untuk industri farmasi, industri non farmasi, dan
penggunaannya perlu diawasi antara lain : Aerius D tablet, Clarinase tablet, Telfast Plus,
Methergin tablet, Methergin injeksi, Tremenza tablet, Aldisa SR tablet, Trifed tablet,
25
2. Saran
Sebagai pelajar kita harus menjauhi narkotika, sebagaimana kita ketahui narkotika
tidak saja dapat merusak kesehatan tetapi juga dapat mengakibatkan kematian.
26
DAFTAR PUSTAKA
https://klc.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2017/09/Prekursor-Hanik.pdf
http://bloggercerdaskita.blogspot.co.id/2016/08/tugas-makalah-dasarkefarmasian-nama.html
https://www.scribd.com/document/339083673/MAKALAH-PREKURSOR
https://www.scribd.com/document/359978546/MAKALAH-PREKURSOR
PerKBPOM_No_40_Tahun_2013_Tentang_Pedoman_Pengelolaan_Prekursor%20(3).pdf
27
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat-Nya, sehingga kami penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Tidak
lupa shalawat serta salam selalu kita curahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad
penyusunan makalah ini. Adapun judul makalah ini adalah “prekursor”, pada makalah ini kami
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kaum khalayak. Penyusun juga
meminta maaf apabila banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Tiada Gading yang
tak Retak.
Penyusun
28
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
1. Kesimpulan .......................................................................................... 25
2. Saran .................................................................................................... 26
29