Anda di halaman 1dari 8

OBAT

A. Definisi Obat
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia (Permenkes, 2016).

B. Penggolongan Obat
Berdasarkan Kemenkes (2017), dalam dunia farmasi obat dikelompokkan menjadi
beberapa golongan, yaitu:

1. Penggolongan Obat Berdasarkan Jenis


Penggolongan Obat Berdasarkan Jenis tertuang dalam Permenkes RI Nomor
917/Menkes/X/1993 yang kini telah diperbaharui oleh Permenkes RI Nomor 949/
Menkes/Per/VI/2000. Penggolongan obat bertujuan untuk meningkatkan keamanan
dan ketepatan penggunaan serta keamanan distribusi. Penggolongan obat ini terdiri
atas:
a. Obat Bebas
Obat bebas yaitu obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli
tanpa resep dokter. Obat ini tergolong obat yang paling aman, dapat dibeli
tanpa resep di Apotek dan bahkan juga dijual di warung-warung. Obat
bebas biasanya digunakan untuk mengobati dan meringankan gejala
penyakit. Contoh obat bebas : rivanol, tablet paracetamol, bedak salicyl,
multivitamin, dan lain-lain. Tanda khusus untuk obat bebas adalah berupa
lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam.

Gambar 1. Tanda Khusus Obat Bebas


b. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas yaitu golongan obat yang dalam jumlah tertentu
aman dikonsumsi namun jika terlalu banyak akan menimbulkan efek yang
berbahaya dan tidak diperlukan resep dokter untuk membeli obat bebas
terbatas. Tanda khusus untuk obat bebas terbatas adalah berupa lingkaran
berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam.

Gambar 2. Tanda Khusus Obat Bebas Terbatas

Khusus untuk obat bebas terbatas, biasanya memiliki peringatan pada


kemasannya sebagai berikut:

Contoh : Sediaan Obat Pereda Flu / Pilek (Neozep, Ultraflu, Procold) dan
Sediaan Obat Batuk (OBH, Woods, Komix, Actifed)

Contoh : Sediaan obat kumur mengandung Povidone Iodine (Betadine)


dan Sediaan obat kumur yang mengandung Hexetidine (Hexadol)
Contoh : Betadine, Kalpanax, Albothyl, sediaan salep/krim untuk penyakit
kulit yang tidak mengandung antibiotic, dan sediaan tetes mata yang tidak
mengandung antibiotik (Insto, Braito)

Contoh : Sediaan untuk obat asma (berbentuk rokok) namun saat ini sudah
tidak ada

Contoh : Sediaan obat Sulfanilamid puyer 5 g steril (antibiotic) untuk


infeksi topikal/kulit termasuk untuk infeksi vagina, dan sediaan ovula

Contoh : Sediaan suppositoria untuk wasir/ambeien

c. Obat Keras
Obat keras, adalah obat yang berbahaya sehingga pemakaiannya harus
di bawah pengawasan dokter dan obat hanya dapat diperoleh dari apotek,
puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lain seperti balai pengobatan
dan klinik dengan menggunakan resep dokter. Obat ini memiliki efek yang
keras sehingga jika digunakan sembarangan dapat memperparah penyakit
hingga menyebabkan kematian. Contoh: antibiotik seperti amoxicylin, obat
jantung, obat hipertensi dan lain-lain. Obat keras ditandai dengan lingkaran
merah tepi hitam yang ditengahnya terdapat huruf “K” berwarna hitam.
Gambar 3. Tanda Khusus Obat Keras

Namun demikian ada beberapa macam obat keras yang dapat diperoleh
tanpa resep dokter yaitu obat-obat yang masuk dalam Obat Wajib Apotek
(OWA). Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh
apoteker pengelola apotek tanpa resep dokter. Obat wajib apotek dibuat
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong
dirinya sehingga tercipta budaya pengobatan sendiri yang tepat, aman, dan
rasional. Contoh beberapa obat yang masuk Obat Wajib Apotek (OWA) :

 Sediaan Obat Kontrasepsi (Lyndiol tablet, Mycrogynon tablet,


Endometril tablet, dll)
 Sediaan Obat saluran Cerna (Decamag tab, Gastran tab, Dulcolax
tab salut, Metoclopramide, Papaverin HCl tab, dll)
 Sediaan Obat Mulut dan Tenggorokan (Hexadol solution, Bactidol
solutio, dll)
 Sediaan Obat Saluran Nafas (Salbutamol tablet/sirup, Terbutaline
tablet/inhaler, Bromheksin tablet dll)

d. Psikotropika

Psikotropika merupakan zat atau obat yang secara alamiah ataupun


buatan yang berkhasiat untuk memberikan pengaruh secara selektif pada
sistem syaraf pusat dan menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan
perilaku. Obat golongan psikotropika masih digolongkan obat keras
sehingga disimbolkan dengan lingkaran merah bertuliskan huruf “K”
ditengahnya. Psikotropika digolongkan menjadi 4 (empat) golongan
berdasarkan potensi efek ketergantungan :

 Psikotropika Golongan I
Hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan untuk terapi kesehatan/pengobatan karena dapat
menyebabkan potensi sindrom ketergantungan yang sangat kuat.
Contoh : DMA, MDMA, Meskalin dll

 Psikotropika Golongan II

Digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan serta berkhasiat


untuk pengobatan/terapi dan dapat menyebabkan potensi
ketergantungan yang kuat. Contoh : Amfetamin, Metakualon,
Sekobarbital dll

 Psikotropika Golongan III

Digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan serta berkhasiat


untuk pengobatan/terapi dan mempunyai
potensi sedang mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh :
Amobarbital, Flunitrazepam, Pentobarbital dll.

 Psikotropika Golongan IV

Digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan serta berkhasiat


untuk pengobatan/terapi dan mempunyai
potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan.
Psikotropika golongan IV inilah yang banyak digunakan untuk
terapi/pengobatan dikarenakan efek ketergantungan yang dihasilkan
ringan. Contoh : Diazepam, Lorazepam, Nitrazepam, Alprazolam,
Klordiazepoksid, Triazolam dll.

e. Narkotika

Narkotika merupakan obat yang berasal dari tanaman atau bukan


tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan
perubahan kesadaran dari mulai penurunan sampai hilangnya kesadaran,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan. Narkotika disimbolkan dengan lingkaran merah yang
ditengahnya terdapat simbol palang (+).
Gambar 4. Tanda Khusus Narkotika

Berdasarkan potensi yang dapat mengakibatkan ketergantungan, Narkotika


digolongkan menjadi 3 (tiga) yaitu :

 Narkotika Golongan I

Hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak


digunakan untuk terapi kesehatan/pengobatan karena dapat
menyebabkan potensi sindrom ketergantungan yang sangat tinggi.
Contoh : Tanaman Papaver Somniferum L, Opium mentah, Opium
masak, tanaman koka (Erythroxylum coca), daun koka, kokain
mentah, kokain, tanaman ganja, Heroin, THC dll.

 Narkotika Golongan II

Berkhasiat untuk pengobatan tetapi digunakan sebagai pilihan


terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Morfin,
Opium, Petidin, Ekgonin, Hidromorfinol dll.

 Narkotika Golongan III

Berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam


terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
Contoh : Kodein, Dihidrokodein, Etilmorfin, Doveri dll. Kodein dan
Doveri biasa digunakan untuk obat batuk yang parah.

2. Penggolongan Obat Berdasarkan Mekanisme Kerja Obat


a. Obat yang bekerja pada penyebab penyakit, misalnya penyakit akibat bakteri
atau mikroba. Contoh: antibiotik.
b. Obat yang bekerja untuk mencegah kondisi patologis dari penyakit. Contoh:
vaksin, dan serum.
c. Obat yang menghilangkan simtomatik/gejala, seperti meredakan nyeri.
Contoh: analgesik.
d. Obat yang bekerja menambah atau mengganti fungsi-fungsi zat yang kurang.
Contoh: vitamin dan hormon.
e. Pemberian placebo adalah pemberian obat yang tidak mengandung zat aktif,
khususnya pada pasien normal yang menganggap dirinya dalam keadaan sakit.
Contoh: aqua pro injeksi dan tablet placebo.

3. Penggolongan Obat Berdasarkan Lokasi Pemakaian


a. Obat dalam yaitu obat-obatan yang dikonsumsi peroral (melalui mulut).
Contoh: tablet antibiotik, parasetamol.
b. Obat luar yaitu obat-obatan yang dipakai secara topikal/tubuh bagian luar.
Contoh: sulfur salep, caladine, dan lain-lain.

4. Penggolongan Obat Berdasarkan Efek yang Ditimbulkan


a. Sistemik: obat atau zat aktif yang masuk ke dalam peredaran darah.
b. Lokal: obat atau zat aktif yang hanya berefek/menyebar/mempengaruhi bagian
tertentu tempat obat tersebut berada, seperti pada hidung, mata, kulit, dan
lainlain.

5. Penggolongan Obat Berdasarkan Asal Obat


a. Alamiah: obat obat yang berasal dari alam (tumbuhan, hewan dan mineral)
seperti, jamur (antibiotik), kina (kinin), digitalis (glikosida jantung). Dari
hewan: plasenta, otak menghasilkan serum rabies, kolagen
b. Sintetik: merupakan cara pembuatan obat dengan melakukan reaksi-reaksi
kimia, contohnya minyak gandapura dihasilkan dengan mereaksikan metanol
dan asam salisilat
DAFTAR PUSTAKA

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit

Nuryati. 2017. Farmakologi. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan

Pionas.pom.go.id. 2014. [Online] Available at: http://pionas.pom.go.id/ioni/pedoman-


umum : diakses pada 30 Oktober 2021

Dkk.sukoharjokab.go.id.2014 . [Online] Available at:


https://dkk.sukoharjokab.go.id/index.php/read/penggolongan-obat-dan-cara-
mendapatkannya : diakses pada 30 Oktober 2021

Anda mungkin juga menyukai