OLEH :
NI KETUT VENNY KRISNA DEWI (P07124019014)
Khusus untuk obat bebas terbatas, selain terdapat tanda khusus lingkaran biru,
diberi pula tanda peringatan untuk aturan pakai obat, karena hanya dengan takaran
dan kemasan tertentu, obat ini aman dipergunakan untuk pengobatan sendiri.
Tanda peringatan berupa empat persegi panjang dengan huruf putih pada dasar
hitam yang terdiri dari 6 macam, yaitu:
3. obat keras
Obat Keras adalah obat yang hanya dapat diperoleh dengan resep dokter.
Ciri-cirinya adalah bertanda lingkaran bulat merah dengan garis tepi
berwarna hitam, dengan huruf K ditengah yang menyentuh garis tepi. Obat
ini hanya boleh dijual di apotik dan harus dengan resep dokter pada saat
membelinya
5. Obat jamu
Golongan jamu ditandai dengan logo bertuliskan jamu yang terdapat pada
kemasan. Golongan obat 1 sampai 4 sudah melalui sejumlah penelitian
ilmiah yang Panjang dengan khasiat yang dapat diprediksi dan terukur.
Berbeda dengan jamu yang cara penggunaan dan khasiatnya didasarkan
pada pengalaman turun-temurun.
Klaim khasiatnya dibuktikan secara turun-temurun (empiris) namun tidak
boleh mengklaim memberikan kesembuhan penyakit. Diproduksi secara
sederhana dengan peralatan yang sederhana dan bahan bakunya belum
terstandar.
Contohnya jamu beras kencur, dan jamu gendong lainnya.
6. Fitofarmaka
Jamu yang telah diuji secara ilmiah dan dinyatakan berkhasiat, maka jamu
tersebut diberikan prediket fitofarmaka. Indonesia sampai saat ini baru
memiliki beberapa obat yang tergolong fitofarmaka, antara lain stimuno
(obat perangsang pembentukan sistem kekebalan tubuh) dan tensicap (obat
anti hipertensi).
Klaim khasiatnya dibuktikan secara ilmiah yaitu melalui uji pre-klinik dan
uji klinik (diuji coba ke manusia/sukarelawan), meggunakan bahan baku
yang sudah terstandar dan dibuat dengan menggunakan fasilitas produksi
yang memenuhi standar Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik
(CPOTB).
Oleh karena ketatnya persyaratan Fitofarmaka, maka Obat Bahan Alam
kategori ini setara dengan obat sintetis modern lainnya, serta bisa
diresepkan oleh dokter. Namun sayangnya, jumlah produk Fitofarmaka di
Indonesia masih sangat sedikit.
7. Obat Psikotropika
Golongan obat psikotropika ditandai dengan logo yang sama
dengan golongan obat keras. Perbedaannya adalah obat psikotropika dapat
menimbulkan efek adiksi atau ketergantungan dan dapat mempengaruhi
perilaku penggunanya. Dengan kata lain efek samping yang
ditimbulkannya lebih berat dan lebih berbahaya dibandingkan obat keras,
maka perlu dibawah pengawasan tenaga medis. Obat-obat ini sering
disalahgunakan oleh orang-orang yang ingin mendapatkan kesenangan
sesaat. Contoh obat-obatnya yaitu : diazepam untuk obat penenang atau
epilepsi, fenobarbital untuk obat tidur atau penenang, obat -obat epilepsi,
obat anti depresi, dan lain sebagainya.
B. Klasifikasi Obat
1) Antibiotika
a. Penisilin
Penisilin digunakan untuk banyak kondisi akibat adanya infeksi bakteri,
beberapa di antaranya adalah infeksi Streptococcus, meningitis, gonore,
faringitis, dan juga untuk pencegahan endocarditis. Terutama pada
penderita atau memiliki riwayat gangguan ginjal, akan lebih baik
penggunaan penisilin melalui anjuran dan pengawasan dokter.
Penisilin tersedia dalam berbagai bentuk, seperti kaplet, sirop kering, dan
suntikan. Masing-masing bentuk obat dapat digunakan untuk kondisi yang
berbeda. Baca keterangan yang ada di kemasan dan konsultasikan
penggunaan obat dengan dokter.
Berikut adalah jenis-jenis antibiotik penisilin:
Amoxicillin
Ampicillin
Oxacillin
Penicillin G
b. Sefalosporin
Sefalosforin tersedia dalam bentuk suntik, tablet, dan sirop kering.
Konsultasikan dengan dokter terkait cara penggunaan obat, karena beda
bentuk obat dapat berbeda pula kondisi yang ditangani.
Beberapa kondisi yang diobati menggunakan sefalosporin, di antaranya
adalah infeksi tulang, otitis media, infeksi kulit, dan infeksi saluran kemih.
Obat ini berpotensi menimbulkan efek samping berupa sakit kepala, nyeri
pada dada, bahkan syok. Penggunaan sefalosporin harus dengan anjuran
dan pengawasan dokter.
Jenis-jenis sefalosporin meliputi:
Cefadroxil
Cefuroxime
Cefixime
Cefotaxim
Cefotiam
Cefepime
Ceftarolin
c. Aminoglikosida
Aminoglikosida adalah obat yang biasa digunakan untuk mengatasi
banyak penyakit infeksi bakteri, seperti otitis eksterna, infeksi kulit,
dan peritonitis. Penggunaan aminoglikosida harus dengan anjuran serta
pengawasan dokter, karena obat ini berpotensi menimbulkan efek
samping berupa gangguan kesadaran.
Aminoglikosida tersedia dalam banyak bentuk, di antaranya adalah salep,
tetes mata, dan suntik. Masing-masing bentuk obat dapat diresepkan
untuk kondisi yang berbeda. Sebelum menggunakan obat, pasien
disarankan untuk membaca keterangan cara penggunaan yang ada di
kemasan obat.
Jenis-jenis aminoglikosida meliputi:
Paromomycin
Tobramycin
Gentamicin
Amikacin
Kanamycin
Neomycin
d. Tetrasiklin
Tetrasiklin tersedia dalam berbagai macam bentuk obat, yakni salep,
salep mata, kapsul, dan suntik.
Tetrasiklin digunakan untuk mengobati berbagai macam kondisi yang
muncul akibat adanya infeksi bakteri. Beberapa di antaranya adalah
sifilis, anthrax, tifus, brucellosis, dan jerawat. Tetrasiklin tertentu tidak
dapat digunakan pada anak usia di bawah 12 tahun. Jangan
menggunakan tetrasiklin tanpa anjuran dokter.
Jenis-jenis tetrasiklin meliputi:
Doxycycline
Minocycline
Tetracycline
Oxytetracycline
Tigecycline
e. Makrolid
Beberapa kondisi yang diobati menggunakan antibiotik makrolid adalah
bronkitis, servisitis, penyakit Lyme, pemfigus, dan sinusitis. Makrolid
sendiri tersedia dalam banyak bentuk, yakni tablet, kaplet, sirop kering,
dan suntik.
Beberapa jenis makrolid tidak dapat digunakan bersamaan dengan obat
seperti cisapride. Dianjurkan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan
dokter sebelum menggunakan makrolid atau mengombinasikannya
dengan obat lain.
Jenis-jenis makrolid meliputi:
Erythromycin
Azithromycin
Clarithromycin
f. Quinolone
Quinolone memiliki bentuk yang berbeda, dan dengan indikasi yang
berbeda. Bentuk obat ini, di antaranya adalah tablet, suntik, dan kaplet.
Quinolone digunakan untuk mengatasi banyak kondisi yang disebabkan
oleh infeksi bakteri. Beberapa di antaranya adalah infeksi tulang, cystitis,
servisitis, dan infeksi kulit. Penggunaan quinolone dapat menimbulkan
efek samping berupa gangguan pada sistem saraf pusat. Maka dari itu,
jangan gunakan obat ini tanpa anjuran dokter.
Jenis-jenis quinolone meliputi:
Ciprofloxacin
Levofloxacin
Moxifloxacin
Norfloxacin
2. Analgesik
Analgesik adalah obat untuk menghilangkan rasa sakit akibat radang sendi,
operasi, cedera, sakit gigi, sakit kepala, kram menstruasi, dan nyeri otot.
Ada berbagai jenis obat analgesik. Misalnya golongan opioid (opium) seperti
Oxycontin (oxycodone), Dolophine atau Methadose (methadone), Dilaudid
(hydromorphone), Demerol (meperidine), Duragesic atau Actiq (fentanyl), dan Kadian
atau Ms Contin (morfin). Obat-obatan analgesik kuat ini hanya bisa digunakan dengan
menebus resep dokter. Penakaran dosisnya pun diatur sangat ketat.
3. Antipiretik
Obat analgetik bermanfaat untuk meredakan nyeri atau rasa sakit yang biasanya muncul
bersamaan dengan demam. Jadi, penggunaan obat analgetik antipiretik adalah untuk
meredakan nyeri dan menurunkan demam.
bat-obatan antipiretik dapat menurunkan demam dengan cara menghambat sintesa dan
pelepasan prostaglandin E2. Hambatan sintesa dan pelepasan ini distimulasi oleh
pirogen endogen pada hipotalamus.
4. Antihistamin
Antihistamin adalah obat untuk meredakan gejala alergi. Namun, tidak semua
gejala alergi bisa diobati dengannya. Obat ini hanya bisa meredakan gejala ringan yang
berupa gatal-gatal, bersin, ruam biduran pada kulit, hidung berair, sesak napas, dan
mata merah berair. Obat ini tidak bisa digunakan untuk mencegah kekambuhan alergi
atau mengobati reaksi alergi yang parah seperti anafilaktik.