Anda di halaman 1dari 8

PERTEMUAN VI

PENGGOLONGAN OBAT MENURUT UU FARMASI

Pengertian Obat

Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral maupun zat kimia
tertentu yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit, memperlambat proses penyakit dan
atau menyembuhkan penyakit. Obat harus sesuai dosis agar efek terapi atau khasiatnya bisa kita
dapatkan.

Penggolongan Obat

Golongan obat adalah penggolongan yang dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan
ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi yang terdiri dari obat bebas, obat bebas
terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika yang diatur dalam Peraturan
Mentri Kesehatan RI Nomor 949/Menkes/Per/VI/2000. Berdasarkan Peraturan tersebut, obat
digolongkan dalam (5) golongan yaitu :

a. Obat Bebas,
b. Obat Bebas Terbatas,
c. Obat Wajib Apotek,
d. Obat Keras,
e. Obat Psikotropika dan Narkotika.

Obat Bebas dan Bebas Terbatas dipasarkan tanpa resep dokter atau dikenal dengan nama OTC
(Over The Counter) dimaksudkan untuk menangani penyakit-penyakit simptomatis ringan yang
banyak diderita masyarakat luas yang penanganannya dapat dilakukan sendiri oleh penderita.
Praktik seperti ini dikenal dengan namaself medication(penanganan sendiri).

Obat Bebas

Obat bebas dapat dijual bebas di warung kelontong, toko obat berizin, supermarket serta
apotek. Dalam pemakaiannya, penderita dapat membeli dalam jumlah sangat sedikit saat obat
diperlukan, jenis zat aktif pada obat golongan ini relatif aman sehingga pemakainnya tidak
memerlukan pengawasan tenaga medis selama diminum sesuai petunjuk yang tertera pada
kemasan obat.Oleh karena itu, sebaiknya golongan obat ini tetap dibeli bersama kemasannya.

Di Indonesia, obat golongan ini ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi
berwarna hitam. Yang termasuk golongan obat ini yaitu obat analgetik/pain killer(parasetamol),
vitamin dan mineral.Contoh lainnya, yaitu promag, bodrex, biogesic, panadol, puyer bintang
toedjoe, diatabs, entrostop, dan sebagainya.Ada juga obat-obat herbal tidak masuk dalam
golongan ini, namun dikelompokkan sendiri dalam obat tradisional (TR).

Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat
dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan.Tanda khusus
pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna
hitam.

Dahulu golongan obat ini dikenal dengan obat daftar W : Waarsschuwing (Peringatan)

Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa empat persegi
panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 (lima) sentimeter, lebar 2 (dua) sentimeter dan
memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut:

Seharusnya obat jenis ini hanya dapat dijual bebas di toko obat berizin (dipegang seorang asisten
apoteker) serta apotek (yang hanya boleh beroperasi jika ada apoteker,no pharmacist no service),
karena diharapkan pasien memperoleh informasi obat yang memadai saat membeli obat bebas
terbatas.

Contoh obat golongan ini adalah :pain relief, obat batuk, obat pilek dan krim antiseptik, neo
rheumacyl neuro, visine, rohto, antimo, dan lainnya

Obat Wajib Apotek (OWA)

OWA merupakan obat keras yang dapat diberikan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA)
kepada pasien.Walaupun APA boleh memberikan obat keras, namun ada persayaratan yang
harus dilakukan dalam penyerahan OWA.
a. Apoteker wajib melakukan pencatatan yang benar mengenai data pasien (nama, alamat,
umur) serta penyakit yang diderita.
b. Apoteker wajib memenuhi ketentuan jenis dan jumlah yang boleh diberikan kepada pasien.
Contohnya hanya jenis oksitetrasiklin salep saja yang termasuk OWA, dan hanya boleh
diberikan 1 tube.
c. Apoteker wajib memberikan informasi obat secara benar mencakup: indikasi, kontra-
indikasi, cara pemakain, cara penyimpanan dan efek samping obat yang mungkin timbul
serta tindakan yang disarankan bila efek tidak dikehendaki tersebut timbul. Tujuan OWA
adalah memperluas keterjangkauan obat untuk masayrakat, maka obat-obat yang
digolongkan dalam OWA adalah obat ang diperlukan bagi kebanyakan penyakit yang
diderita pasien. Antara lain: obat antiinflamasi (asam mefenamat), obat alergi kulit (salep
hidrokotison), infeksi kulit dan mata (salep oksitetrasiklin), antialergi sistemik (CTM), obat
KB hormonal.

Sesuai Permenkes No.919/MENKES /PER/X/1993, kriteria obat yang dapat diserahkan:

- Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2
tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
- Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan
penyakit.
- Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan.
- Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia.
- Obat dimaksud memiliki khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk
pengobatan sendiri.

Obat Keras

Obat keras (dulu disebut obat daftar G = gevaarlijk = berbahaya) yaitu obat berkhasiat keras
yang untuk memperolehnya harus dengan resep dokter, berdasarkan keputusan Mentri Kesehatan
RI Nomor 02396/A/SKA/III/1986 penandaan obat keras dengan lingkaran bulat berwarna merah
dan garis tepi berwarna hitam serta huruf K yang menyentuh garis tepi. Obat-obatan yang
termasuk dalam golongan ini adalah antibiotik (tetrasiklin, penisilin, dan sebagainya), serta obat-
obatan yang mengandung hormon (obat kencing manis, obat penenang, dan lain-lain). Obat-obat
ini berkhasiat keras dan bila dipakai sembarangan bisa berbahaya bahkan meracuni tubuh,
memperparah penyakit atau menyebabkan kematian. Obat-obat ini sama dengan narkoba yang
kita kenal dapat menimbulkan ketagihan. Karena itu, obat-obat ini mulai dari pembuatannya
sampai pemakaiannya diawasi dengan ketat oleh Pemerintah dan hanya boleh diserahkan oleh
apotek atas resep dokter.Tiap bulan apotek wajib melaporkan pembelian dan pemakaiannya pada
pemerintah.

Obat psikotropika dan Obat Narkotika


Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.Zat/obat yang dapat menurunkan aktivitas
otak atau merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan
timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan dan
dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi para
pemakainya. Jenis –jenis yang termasuk psikotropika adalah Ecstasy dan Sabu-sabu.
Contoh : Diazepam, Phenobarbital

Obat Psikotropika dibedakan menjadi 4 golongan, yaitu:

Psikotropika Gol I, yang tidak digunakan untuk tujuan pengobatan dengan potensi
ketergantungan yang sangat kuat, contoh: LSD, MDMA (ekstasi), dan mascalin.
 Broloamfetamine atau DOB
 Cathinone
 Methcathinone

Psikotropika Gol II, yang berkhasiat terapi tetapi dapat menimbulkan ketergantungan seperti
amfetamin.
 Amphetamine
 Dexamphetamine
 Zipeprol

Psikotropika Gol III,yaitu psikotropika dengan efek ketergantungannya sedang dari kelompok
hipnotik sedatif, seperti barbiturat.
 Amobarbital (5-ethyl-5-isopentylbarbituric acid)
 Buprenorphine
 Butalbital
 Pentobarbital

Psikotropika Gol IV, yang efek ketergantungannya ringan, seperti diazepam, nitrazepam.
 Allobarbital
 Aminorex (2-amino-5-phenyl-2-oxazoline)
 Diazepam
 Ketazolam

Obat narkotika Dulu dikenal obat daftar O (Golongan Opiat/Opium) adalah obat yang berasal
dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri dan menimbulkan ketergantungan.dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi
mereka yang menggunakan dengan memasukkannya ke dalam tubuh manusia. Pengaruh tersebut
berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat, halusinasi/timbulnya khayalan-
khayalan yang menyebabkan efek ketergantungan bagi pemakainya. Macam-macam narkotika,
yaitu Opiod (Opiat) seperti {Morfin, Heroin (putaw), Codein, Demerol (pethidina), Methadone}
Kokain, Cannabis (ganja) dan lainnya.

Obat ini berbahaya bila terjadi penyalahgunaan dan dalam penggunaannya diperlukan
pertimbangan khusus, dan dapat menyebabkan ketergantungan psikis dan fisik oleh karena itu
hanya boleh digunakan dengan dasar resep dokter.

PHARMACOLOGY CATEGORIES DRUGS IN PHARMACOLOGY

Sering disebut dengan Bentuk Sediaan Obat (BSO) dalam Farmakologi


I.Bentuk Sediaan obat
A. Bentuk Sediaan Obat (BSO) Padat: Pulvis dan Peres; Tablet (Tablet Pipih; tablet lapis gula
atau film; tablet salut dalam;); tablet telan atau tablet hisap= Lozenges: Tablet sub lingual;
Tablet kunyah; effervescent tablet; kapsul ablet (Kaplet): kapsul keras/ lunak; supositoria.
B. Bentuk Sediaan Obat (BSO) Cair: Solutio Suspensi, Emulsi, Guttae, Sirup, Saturatio,
Galenica, inhalasi (Nebula/ Spray), injeksi.
C. Bentuk Sediaan Obat (BSO) Unguentum: Salep unguetum (epidermis; endodermis; mukosa;
mata); pasta, krim, jelly (gel), sapo, emplastra/ Colemplastra.

II Cara Pemberian

A. Pemberian Oral

1.Sediaan Oral

Keuntungan:
a. Nyaman-mudah dipakai
b. Mudah dibawa dan disimpan
c. Mudah diterapi bila terjadi toksik “aman”
d. Pasien dapat menggunakan sendiri
e. Padat yang berlapis: proteksi terhadap kerusakan obat
f. Absorpsi terkontrol, lama kerja diperpanjang
Kelemahan:
a. Memerlukan pengertian pasien
b. Tak nyaman pada obat yang iritan
c. Absorpsi tidak sempurna
d. Bioavailabilitas rendah
e. Mula kerja lambat
f. Tidak cocok untuk bayi dan anak

2.Sediaan Rektal
Keuntungan:
a. Enak atau baik untuk pasien yang nonkooperatif
b. Cocok untuk anak dan pasien yang tidak sadar
c. Kecil terjadi first pass effect (FPE)
Kerugian
a. Iritasi lokal
b. Mulakerja obat lebih lama

3.Sediaan Sublingual
Contoh: PETN; Nitroglyserin (vasodilator) dengan sub lingual; oleh karena:
a. Larut lemak, dari mulut tanpa lewat hepar, non FPE
b. Dengan jumlah kecil masih efektif\
Keuntungan:
a. Absorpsi lebih baik dan cepat
b. Bioavailabilitas 100% tanpa FPE
Kerugian:
a. Iritasi lokal
b. Tidak mudah pada pasien yang nonkooperatif
c. Tidak cocok untuk jumlah besar
B. Pemberian Suntik

1.Intra Vaskuler

Intravenous (IV) dipakai hanya larut air dan tidak mengkristal: gentamycine.

Keuntungan:
a. Mulakerja cepat, sangat cocok untuk keadaan darurat kegawatan
b. Dosis dapat dihitung dengan tepat
c. Sangat diinginkan untuk obat yang iritan
d. Dalam jumlah besar dapat disuntikan
e. Dipakai pada pasien yang tidak sadar
f. Tidak ada FPE

Kerugian:
a. Nyeri
b. Tidak cocok untuk obat yang mengendap dan larut minyak
c. Sukar dilakukan sendiri (oleh pasien)
d. Sukar diterpai bila terjadi toksik
e. Perlu media septik
f. Perlu seorang yang profesi dalam menyuntik
g. Perlu RS untuk perawatan
h. Mahal

Intra-arterial:

Keuntungan: obat dapat dikirim dengan tepat sesuai keinginan


Kerugian: perlu tenaga ahli untuk memberikan dan meningkatkan rasa takut.

2.Intramuskuler
Keuntungan:
a. Dipakai untuk obat yang tidak dapat per oral
b. Dalam jumlah besar dapat diberikan (tidak sebesar IV)
c. Mudah dipakai untuk obat yang larut minyak
d. Lebih mudah daripada IV
e. Non FPE
f. Lebih cepat dari per oral

Kerugian:
a. Nyeri
b. Tidak dipakai pada obat yang iritan
c. Mahal
d. Perlu aliran darah cukup untuk segera diserap

3.Subcutan: Insulin:

Kecepatan absoropsi tergantung pada: tempat penyuntikan, kelarutan, kecepatan aliran darah
(kita dapat melambatkan absorpsi dengan pemberian vasokonstriktor)
Keuntungan:
a. Lebih mudah daripada IV
b. Tidak FPE
c. Lebih cepat daripada per oral
Kerugian:
a. Sakit
b. Tidak pakai pada obat yang iritan
c. Mahal
d. Kecepatan aliran darah berpengaruh dapat absorpsi

C.Lain-lain

1. Inhalasi: untuk penyakit yang terlokalisir (Asma dengan obat salutamol)

Keuntungan:
a. Sangat cepat kerjanya, oleh karena permukaan kontak (serap) luas dan aliran darah
b. Segera mencapai tempat kerja

Kerugian:
a. Tidak cocok untuk obat-obat iritan
b. Kerja obat yang irreversibel* tidak dapat diobati
c. Tidak cocok untuk pasien yang tidak sadar
d. Tidak dapat diregulasi dosisnya.

2. Intradermal: untuk vaksinasi dan tes hipersensitif


3. Intranasal

4. Topikal: mukosa (rektal, vagina dan mata)


Keuntungan: iritasi lokal, efek sistematik tergantung aliran darah.

5. Intrathecal: kedalam sumsum tulang belakang di ruang sub arachnoid untuk mengobati
penyakit di SSP seperti meningitis (radang selaput otak)
Keuntungan:
a. Perlu orang ahli (suntik)
b. Meningkatkan hazard

6. Intraventrikuler

7. Intraperitoneal
Keuntungan: meningkatkan absorpsi
Kerugian: perlu masuk rumah sakit dan bila obat tak diserap, perlu diambil keluar

Anda mungkin juga menyukai