Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tujuan pemberian obat untuk membantu proses penyembuhan tubuh. Obat
yang kini beredar berasal daari berbagai sumber, seperti tumbuh – tumbuhan,
Hewan, mineral, bakteri, dan substansi sintesis. Obat – obatan dikemas dalam
wadah yang bermacam – macam dengan bahan p;astik, kaca, metal dan lain –
lain.

Perawat mempunyai peran dan fungsi yang penting dalam dunia kesehatan
karena ia merupakan perantara dokter yang berhubungan langsung dengan
pasien dan membantu atau melayani berbagai kebutuhan pasien, salah
satunya adalah dalam terapi medis dan cara pemberian obat kepada pasien.
Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada
pasien. Dia yang lebih mengetahui tentang keadaan pasien sampai pada
keluhan-keluhan pasien.

1.2.Rumusan Masalah
a. Apa saja macam – macam penggolongan obat ?
b. Apa saja bentuk – bentuk kemasan obat ?
c. Seperti apa peran perawat dalam pemberian obat itu ?
d. Bagaimana menghitung dosis obat ?
e. Apa saja macam – macan pemberian oabt ?

1.3.Tujuan
a. Mahasiswa mampu menggolongkan macam –macam obat
b. Mahasiswa mampu membedakan bentuk – benetuk kemasan obat
c. Mengetahui peran perawat dalam pemberian obat
d. Mengetahui cara menghitung dosis obat
e. Mengetahui macam macam pemberian obat

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Penggolongan Obat dan Bentuk Kemasan Obat


A. Penggolongan Obat

Obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa sakit,
serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan. (Ansel
: 1985)

Macam – macam penggolongan obat :

1. Berdasarkan Jenis Obat


a) Obat Bebas

obat bebas adalah obat yang bebas dan dapat diperoleh tanpa resp dokter
baik beli langsung melalui apotek, toko obat berizin, toko modern maupun
warung kelontong.

Ciri khas : logo lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna
hitam pada kemasan.

Contoh : Paracetamol, Minyak kayu putih, Vitamin-vitamin, Ferrosulfat,


Antasi (Promag, mylanta).

b) Obat Bebas Terbatas

obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat diperoleh tanpa resep
dokter namun tersedia dalam jumlah terbatas.

Ciri khas: Logo lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam
pada kemasan.

Pada kemasan golongan obat ini terdapat peringatan-peringatan berrkaitan


dengan pemakaian yang ditulis dalam kotak. Ada 6 macam tanda
peringatan antara lain :

1) P.No.1 Awas! Obat Keras, Bacalah Aturan Pemakaiannya

2
Contoh : obat pereda Flu/pilek(Neozep, Ultraflu, Procold), Obat Batuk
(OBH, Komix, Actifed).

2) P.No.2 Awas! Obat Keras, Hanya untuk kumur, jangan ditelan.


Contoh: Obat kumur mengandung povidone iodine (Betadine), Obat
kumur yang mengandung Hexetidine (Hexadol).

3) P.No.3 Awas! Obat Keras, Hanya untuk bagian luar dari badan.
Contoh: Betadine, Kalpanax, Albothyl, Salep, Obat tetes mata(Insto,
Braito).
4) P.No.4 Awas! Obat Keras, Hanya untuk dibakar.
Contoh: Obat asma berbentuk rokok

5) P.No.5 Awas! Obat Keras, Tidak boleh ditelan.


Contoh: Obat Sulfanilamid puyer 5 g steril, Antibiotik untuk infeksi
topukal, Ovula

6) P.No.6 Awas! Obat Keras, Obat Wasir, jangan ditelan.


Contoh: Sediaan suppositoris untuk wasir/ambeien.

c) Obat Keras

Ciri khas: Logo lingkaran berwarna merah dengan garis tepi berwarna
hitam dan terdapat huruf K(warna hitam) berada ditengah
lingkaarn dan menyenetuh garis tepi pada kemasannya

Contoh : Antibiotika, Analgesik, Antihipertensi, Antidiabet,


Kortikosteroid, obat Asam Urat,Penurun Kolestrol.

d) Obat Golongan Narkotika

Narkotika adalh zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintesis maupun semisintesis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi rasa

3
nyeri dan dapat menimbuljan ketergantungan, yang dibedakan kedalam
golongan-golongan.(UU RI No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika)

Cara mendapatkan obat narkotika harus dengan resep dokter dan obat
dapat diserahkan melalui Apotek, Rumah Sakit, Puskesmas, maupun
Klinik.

Ciri khas: Tanda medali mearh dakam lingkaran warna putih dengan garis
tepi warna merah.

Narkotika digolongan menjadi 3 yaitu ;

1) Narkotika Golongan I : hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu


pengetahuan dan dilarang digunakan untuk kepentingan lainnya.
Contoh : Tanaman Papaver Somniferum L,Tanaman Koka, Daun
koka,Tanaman ganja, Heroina, Morfina, Oium mentah, Opium masak,
Kokain mentah, Kokain, THC dan lain-lain.

2) Obat narkotika golongan II : Berkhasiat untuk pengobatan tetapi


digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi.
Contoh: Morfin, Opium, Petidin, Ekgonin, Hidromorfinol.

3) Obat narkotika golongan III : : Berkhasiat untuk pengobatan banyakd


digunakan dalam terapi Contoh : Kodein, Dihidrokodein, Etilmorfin,
Doveri.

e) Obat Psikotropika

Pengertian psikotropika menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997


tentang psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis
bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas
mental dan perilaku.

4
Ciri Khas : lingkaran bulat berwarna merah, dengan huruf K berwarna
hitam yang menyentuh garis tepi yang berwarna hitam.

Psikotropika dibagi menjadi 4 golongan :

1) Golongan I : hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan


tidak digunakan untuk dilarang diproduksi, dan digunakan untuk
pengobatan. Contohnya : DMA, MDMA, Meskalin.
2) Golongan II : digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, serta untuk
pengobatan dan dapat menyebabkan potensi ketergantungan yan kuat.
Contohnya : Amfetamin, Metakualon, Sekobarbital.
3) Golongan III : digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, serta untuk
pengobatan dan dapat menyebabkan potensi sedang sindrom
ketergantungan. Contoh : Amobarbital, Flunitrazepan, Pentobarbital.
4) Golongan IV : digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, serta untuk
pengobatan dan dapat menyebabkan potensi ringan sindrom
ketergantungan. Contoh : Diazepam, Lorazepam, Nitrazepam,
Alprazolam, Klordiazepoksid.

2. Berdasarkan Mekanisme Kerja Obat

a. Obat yang bekerja pada penyebab penyakit.


Contoh : Antibiotik penyakit akibat bakteri atau mikroba.
b. Obat yang bekerja untuk mencegah kondisi patologis dari penyakit.
Contoh : vaksin, dan serum.
c. Obat yang menghilangkan simtomatik/gejala, meredakan nyeri.
Contoh : Analgesik
d. Obat yang bekerja menambah atau mengganti fungsi fungsi zat yang
kurang.
Contoh : vitamin dan hormon.
e. Obat yang tidak mengandung zat aktif, khususnya pada pasien normal
yang menganggap dirinya dalam keadaan sakit.
Contoh : tablet placebo

5
3. Berdasarkan Lokasi Atau Tempat Pemakaian
a. Obat dalam
yaitu obat obatan yang dikonsumsi peroral, seperti tablet antibiotik,
parasetamol tablet.
b. Obat luar
yaitu obat obatan yang dipakai secara topikal/tubuh bagian luar, seperti
sulfur, dan lain-lain.

4. Berdasarkan Cara Pemakaian


a. Oral
obat yang dikonsumsi melalui mulut kedalam saluran cerna, contoh
tablet, kapsul, serbuk, dan lain-lain.
b. Perektal
obat yang dipakai melalui rektum, biasanya digunakan pada pasien
yang tidak bisa menelan, pingsan, atau menghendaki efek cepat dan
terhindar dari pengaruh pH lambung, FFE di hati, maupun enzim-enzim
di dalam tubuh.
c. Sublingual
pemakaian obat dengan meletakkannya dibawah lidah, masuk ke
pembuluh darah, efeknya lebih cepat, contoh obat hipertensi : tablet
hisap, hormon-hormon.
d. Parenteral
obat yang disuntikkan melalui kulit ke aliran darah. baik secara
intravena, subkutan, intramuskular, intrakardial.

5. Berdasarkan Efek Yang Ditimbulkan


a. sistemik : obat/zat aktif yang masuk kedalam peredaran darah.

b. lokal : obat/zat aktif yang hanya berefek/menyebar/mempengaruhi


bagian tertentu tempat obat tersebut berada, seperti pada hidung, mata,
kulit, dan lain-lain.

6
6. Berdasarkan Daya Kerja
a. farmakodinamik : obat obat yang bekerja mempengaruhi fisilogis
tubuh, contoh hormon dan vitamin.
b. kemoterapi : obat obatan yang bekerja secara kimia untuk membasmi
parasit/bibit penyakit, mempunyai daya kerja kombinasi.

7. Berdasarkan Asal Obat


a. Alamiah : obat obat yang berasal dari alam (tumbuhan, hewan dan
mineral)
 tumbuhan : jamur (antibiotik), kina (kinin), digitalis (glikosida
jantung) dll
 hewan : plasenta, otak menghasilkan serum rabies, kolagen.
 mineral : vaselin, parafin, talkum/silikat.
b. Sintetik : merupakan cara pembuatan obat dengan melakukan reaksi-
reaksi kimia, Contohnya: minyak gandapura dihasilkan dengan
mereaksikan metanol dan asam salisila.

B. Bentuk Kemasan Obat


Kemasan adalah wadah, tutup, dan seluung sebelah luar. Kemasan dapat
mempengaruhi stabilitas dan mutu produk akhir. Untuk menjamin stabiltas
dari produk ada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bahan kemas
primer karena kontak langsung dengan produk baik cair, padat, semi padat.
(Kurniawan, 2012)
Bahan pengemas yang biasa digunakan sebagai sediaaan steril :
1. Gelas
Gelas merupakan salah satu bahan pengemas yang pada dasarnya bersifat
inert secara kimiawi, tidak permeabel, kuat, keras, dan disetujui FDA.
Kemasan gelas memiliki sifat tembus pandang, kuat, mudah dibentuk,
tahan pemanasan, pelindung terbaik terhadap kontaminasi dan flavor, tidak
tembus gas, cairan dan padat, dapat diberi warna, dapat dipakai kembali,
relatif murah. (Stefanus, 2006)
Macam-macam bentuk kemasan gelas :

7
 Botol (leher tinggi, mulut sempit)
 Jar (leher pendek, mulut lebar)
 Tumbler (tanpa leher dan finish)
 Jugs (leher pendek ada pegangan)
 Vial dan ampul (ukuran kecil, untuk obat/bumbu/zat kimia)

2. Plastik
Plastik merupakan padatan, terdiri dari molekul tinggi yang dimonan, zat
organik, bahan yang dapat berubah bentuk secara praktis pada kondisi
tertentu.
Plastik yang digunakan sebagai wadah produk sediaan farmasi umumnya
terbuat dari polimer-polimer. Contohnya:
 Polietilen, diggynakan unatuk bahan sediaan oral kering yang tidak akan
direkonstitusi menjadi bentuk larutan.
 Polietilen tereftalat (PET), adalah pollimer kondensasi berbentuk kristal
yang dibuat dari reaksi asam tereftalat dengan etilenglikol, digunakan
sebagai kemasan minuman berkarbonatasi dan untuk pengemasan
sediaan oral.
 Polipropilen (PP), digunakan untuk pengemasan padat kering atau
sediaan cairan oral.
 Polivinil Khlorida (PVC), digunakan terrutama untuk bentuk kemasan
kaku dan produksi film (sebagian besar sebagai kantong untuk cairan
intravena).

3. Elastik
Elastik adalah bahan berbentuk dari zat organik, padat, didominasi oleh
polimer tinggi, yang menunjukan sifat seperti karet elastis contohnya tutup
botol infus (Goeswin, 2009).
Jenis – jenis elastik antar lain :
a. Karet alam

8
Karet alam merupakan polisopren dangan rumuas (C5H8)n dengan
konfigurasi cis – 1,4 yang jumlahnya nyaris 100%. Tumbuhan penghasil
karet juga termasuk famili Apocyaceae, Moraceae, dan Compasitae.
b. Produk perrubahan dari karet alam
Produk ini mempunyai daya tahan mekanis yang baik, permeabilitas uap
air dan gas yang cukup,serta stabilitas yang baik terhadap minyak lemak
dan parafin.

1) Poliklorbutadiena (karet kloropren)


Produk ini memiliki kekeran yang besar, stabil terhadp pengqruh
oksidatif, minyak mineral, min yak lemak, asam dan baca encer.
2) Polisopren (karet isopren, karet metal)
Sifat dan penggunaannya identik dengan karet alam. Polisofren
terbentuk melalui polimerisasi dari isopren.
3) Polisobutelin (karet butil)
Karet butil diperoleh melalui polimerisasi campuran dari isobuten
dengan sedikit isopren atau butadiena daalm metilen klorida pada
suhu -1000c.
4) Karet polisulfida
Meraka memiliki stabilotas terhadap penuaan dan oksidasi, dan
kekompakan mekanisnya relatif rendah.
5) Karet silicon
Karet silicon stabil terhadap minyak dan lemak serta tidak peka suhu.
Permeabilitas gas nya sangat tinggi. Digunakan antara lain untuk
material selang medicine, farmasi dan material tutup serta bagian
sintesis untuk implantasi.
6) Poliuretan
Mirip karet yang diperoleh melaliu penggantian diisosianat dengan
poliester rantai panjang, mengandung gugus hidroksil dan diakhiri
dengan perajutan. Sifatnya tidak stabil terhadap asam, basa dan air
mendidih, tetapi kompak terhadap minyak dan gesekan yang tinggi.
(Anonim, 1995)

9
4. Metal
Metal digunakan sebagai material kemasan yang memiliki bentuk dan sifat
yang sukar diganti dengan kemasan lain walaupun metal ini mudah
teroksidasi. Metal yang biasa digunakan yaitu timah, aluminium, dan baja.
Metal dibentuk menjadi sistem penghantar obat yang lebih kompleks,
seperti inhaler sustained release, inhaler serbuk kering, alat untuk
pemberian aerosol, bahkan jarum yang siap untuk digunakan.

2.2. Peran Perawat dalam Pemberian Obat

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu system. Peran
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat
stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada
situasi sosial tertentu.

Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat
dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang
diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan
tanggung keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik
professional. Dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi
untuk kejelasan.

Peran perawat terdiri dari :

a. Sebagai pemberi asuhan keperawat


Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan
kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan
keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang
sederhana sampai dengan kompleks.

b. Sebagai advokat klien

10
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan khususnya
dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan.

c. Sebagai edukator

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat


pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan
sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan
pendidikan kesehatan.

d. Sebagai koordinator

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta


mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberi
pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.

e. Sebagai kolaborator

Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang
terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dengan berupaya mengidentifikasi
pelayanan keperawatan yang diperlukan.

f. Sebagai Conselor

Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi


tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan
interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang.

1. Peran perawat dalam pemberian obat

Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar
memberikan pil untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh
darah (parenteral), namun juga mengobservasi respon klien terhadap
pemberian obat tersebut. Pengetahuan tentang manfaat dan efek samping
obat sangat penting dimiliki oleh perawat. Perawat memiliki peran yang
utama dalam meningkatkan dan mempertahankan kesehatan klien dengan

11
mendorong klien untuk lebih proaktif jika membutuhkan pengobatan.
Perawat dalam memberikan obat juga harus memperhatikan resep obat
yang diberikan harus tepat, hitungan yang tepat pada dosis yang diberikan
sesuai resep dan selalu menggunakan prinsip 7 benar, yaitu:

a. Benar Klien
a. Selalu dipastikan dengan memeriksa identitas pasien dengan
memeriksa gelang identifikasi dan meminta menyebutkan
namanya sendiri
b. Klien berhak untuk mengetahui alasan obat
c. Klien berhak untuk menolak penggunaan sebuah obat
d. Membedakan klien dengan dua nama yang sama
b. Benar Obat
b. Klien dapat menerima obat yang telah diresepkan
c. Perawat bertanggung jawab untuk mengikuti perintah yang tepat
d. Perawat harus menghindari kesalahan, yaitu dengan membaca label
obat minimal tiga kali
c. Benar Dosis Obat
a. Dosis yang diberikan klien sesuai dengan kondisi klien.
b. Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk
obat yang bersangkutan.
c. Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis
yang akan diberikan.
d. Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.
d. Benar Waktu Pemberian
a. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
b. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari.
Misalnya seperti dua kali sehari, tiga kali sehat, empat kali sehari
dan 6 kali sehari sehingga kadar obat dalam plasma tubuh dapat
dipertimbangkan.
c. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t ½ ). Obat
yang mempunyai waktu paruh panjang diberikan sekali sehari, dan

12
untuk obat yang memiliki waktu paruh pendek diberikan beberapa
kali sehari pada selang waktu tertentu.
d. Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum atau
sesudah makan atau bersama makanan.
e. Memberikan obat obat-obat seperti kalium dan aspirin yang dapat
mengiritasi mukosa lambung bersama-sama dengan makanan.
f. Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien
telah dijadwalkan untuk memeriksa diagnostik, seperti tes darah
puasa yang merupakan kontraindikasi pemeriksaan obat.
e. Benar Cara Pemberian (rute)
a. Memperhatikan proses absorbsi obat dalam tubuh harus tepat dan
memadai.
b. Memperhatikan kemampuan klien dalam menelan sebelum
memberikan obat-obat peroral.
c. Menggunakan teknik aseptik sewaktu memberikan obat melalui
rute parenteral
d. Memberikan obat pada tempat yang sesuai dan tetap bersama
dengan klien sampai obat oral telah ditelan.
e. rute yang lebih sering dari absorpsi adalah :
1). Oral ( melalui mulut ): cairan, suspensi, pil, atau kapsul .
2). Sublingual ( di bawah lidah untuk absorpsi vena )
3). Bukal (diantara gusi dan pipi)
4). Topikal ( dipakai pada kulit )
5). Inhalasi ( semprot aerosol )
6). Instilasi ( pada mata, hidung, telinga, rektum atau vagina )
7). Parenteral : intradermal, subkutan, intramuskular, dan intravena.
f. Benar Dokumentasikan
Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di rumah
sakit. Dan selalu mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang
telah diberikan serta respon klien terhadap pengobatan.
g. Benar pendidikan kesehatan perihal medikasi klien

13
Perawat mempunyai tanggung jawab dalam melakukan pendidikan
kesehatan pada pasien, keluarga dan masyarakat luas terutama yang
berkaitan dengan obat seperti manfaat obat secara umum, penggunaan
obat yang baik dan benar, alasan terapi obat dan kesehatan yang
menyeluruh, hasil yang diharapkan setelah pembeian obat, efek
samping dan reaksi yang merugikan dari obat, interaksi obat dengan
obat dan obat dengan makanan, perubahan-perubahan yang diperlukan
dalam menjalankan aktivitas sehari-hari selama sakit, dsb.

Hak – Hak Klien dalam Pemberian Obat

 Hak Klien Mengetahui Alasan Pemberian Obat


Hak ini adalah prinsip dari memberikan persetujuan setelah
mendapatkan informasi ( Informed concent ), yang berdasarkan
pengetahuan individu yang diperlukan untuk membuat suatu
keputusan .
 Hak Klien untuk Menolak Pengobatan
Klien dapat menolak untuk pemberian suatu pengobatan adalah
tanggung jawab perawat untuk menentukan. Jika memungkinkan,
alasan penolakan dan mengambil langkah – langkah yang perlu untuk
mengusahakan agar klien mau menerima pengobatan . Jika suatu
pengobatan ditolak, penolakan ini harus segera didokumentasikan.
Perawat yang bertanggung jawab, perawat primer, atau dokter harus
diberitahu jika pembatalan pemberian obat ini dapat membahayakan
klien, seperti dalam pemberian insulin. Tindak lanjut juga diperlukan
jika terjadi perubahan pada hasil pemeriksaan laboratorium, misalnya
pada pemberian insulin.

2. Peran Dalam Mendukung Keefektifitasan Obat


Dengan memiliki pengetahuan yang memadai tentang daya kerja dan efek
terapeutik obat, perawat harus mampu melakukan observasi untuk
mengevaluasi efek obat dan harus melakukan upaya untuk meningkatkan
keefektifitasan obat. Pemberian obat tidak boleh dipandang sebagai

14
pengganti perawatan, karena upaya kesehatan tidak dapat terlaksana
dengan pemberian obat saja. Pemberian obat harus dikaitkan dengan
tindakan perawatan. Ada berbagai pendekatan yang dapat dipakai dalam
mengevaluasi keefektifitasan obat yang diberikan kepada pasien. Namun,
laporan langsung yang disampaikan oleh pasien dapat digunakan pada
berbagai keadaan. Sehingga, perawat penting untuk bertanya langsung
kepada pasien tentang keefektifitasan obat yang diberikan.

3. Peran dalam mengobservasi efek samping dan alergi obat


Perawat mempunyai peran yang penting dalam mengobservasi pasien
terhadap kemungkinan terjadinya efek samping obat.untuk melakukan hal
ini, perawat harus mengetahui obat yang diberikan pada pasien serta
kemungkinan efek samping yang dapat terjadi. Beberapa efek samping
obat khususnya yang menimbulkan keracunan memerlukan tindakan
segera misalnya dengan memberikan obat-obatan emergensi,
menghentikan obat yang diberikan dan secepatnya memberitahu dokter.
Perawat harus memberitahu pasien yang memakai/ minum obat di rumah
mengenai tanda-tanda atau gejala efek samping obat yang harus dilaporkan
pada dokter atau perawat. Setiap pasien mempunyai ketahanan yang
berbeda terhadap obat. Beberapa pasien dapat mengalami alergi terhadap
obat-obat tertentu. Perawat mempunyai peran penting untuk mencegah
terjadinya alergi pada pasien akibat pemberian obat. Data tentang alergi
harus diperoleh sewaktu perawat melakukan pengumpulan data riwayat
kesehatan.

4. Peran Perawat dalam Menyimpan, Menyiapkan, dan Pencatatan


Dalam menyimpan obat harus diperhatikan tiga faktor utama, yaitu :
 Suhu, adalah faktor terpenting, karena pada umumnya obat itu bersifat
termolabil (rusak atau berubah karena panas), untuk itu perhatikan cara
penyimpanan masing-masing obat yang berbeda-beda. Misalnya
insulin, supositoria disimpan di tempat sejuk < 15°C (tapi tidak boleh
beku), vaksin tifoid antara 2 - 10°C, vaksin cacar air harus < 5°C.

15
 Posisi, adalah pada tempat yang terang, letak setinggi mata, bukan
tempat umum dan terkunci.
 Kedaluwarsa, dapat dihindari dengan cara rotasi stok, dimana obat baru
diletakkan dibelakang, yang lama diambil duluan. Perhatikan perubahan
warna (dari bening menjadi keruh) pada tablet menjadi basah atau
bentuknya rusak.

5. Peran perawat dalam melakukan pendidikan kesehatan tentang obat


Perawat mempunyai tanggung jawab dalam melakukan pendidikan
kesehatan pada pasien, keluarga, dan masyarakat luas. Hal ini termasuk
pendidikan yang berkaitan dengan obat. Perawat dapat memberikan
penyuluhan tentang manfaat obat secara umum, sedangkan informasi yang
lebih terperinci bukan merupakan tanggung jawab perawat tetapi tanggung
jawab dokter.

2.3. Pemberian Obat, Menghitung Dosis Obat


A. Pengertian Dosis Obat

dosis obat adalah jumlah obat yang diberikan kepada penderita dalam
satuan berat (gram, milligram,microgram) atau satuan isi (liter,
milliliter)atau unit-unit lainnya (unit Internasional), Kecuali bila
dinyatakan lain maka yang dimaksud dengan dosis obat yaitu sejumlah
obat yang memberikan efek terapeutik pada penderita dewasa, juga
disebut dosis lazim atau dosis medicinalis atau dosis terapeutik. Jika dosis
obat yang diberikan melebihi dosis terapeutik terutama obat yang
tergolong racun ada kemungkinan terjadi keracunan, dinyatakan sebagai
dosis toxic. dosis toxic ini dapat sampai mengakibatkan kematian, disebut
sebagai dosis letal.

Obat - obat tertentu memerlukan dosis permulaan (initial dose) atau dosis
awal ( loading dose ) yang lebih tinggi dari dosis pemeliharaan
(maintenance dose). Dengan memberikan dosis permulaan yang lebih
tinggi dari dosis pemeliharaan (misalnya dua kali), kadar obat yang

16
dikehendaki dalam darah dapat dicapai lebih awal. hal ini dilakukan antara
lain pada pemberian oral preparal Sulfa (Sulfisoxanole,Trisulfa
pyrimidines), diberikan dosis permulaan 2 gram dan diikuti dengan dosis
pemeliharaan 1 gram tiap 6 jam.

B. Macam – macam Dosis Obat


1. Dosis Terapi
Dosis Terapi adalah takaran obat yang diberikan dalam keadaan biasa
dan dapat menyembuhkan penderita.
2. Dosis Minimal
Dosis minimum adalah takaran obat terkecil yang diberikan dan masih
dapat menyembuhkan serta tidak menimbulkan resistensi pada pasien.
3. Dosis Maksimal
Dosis maksimum adalah takaran obat terbesar yang diberikan kepada
penderita dan masih dapat meyembuhkan serta tidak menimbulkan
keracunan.
4. Dosis Letal
Dosis letal adalah takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat
menyebabkan kematian pada pasien.

 LD50 : dosis yang dapat menyebabkan keracunan pada 50% hewan


percobaan.
 LD10 : dosis yang dapat menyebabkan eracunan pada 10% hewan
percobaan.
5. Dosis Inisiasi (dosis awal)

Dosis yang diberikan pada awal suatu terapi sampai tercapai kadar kerja
yang diinginkan secara terapeutik.
6. Dosis Pemeliharaan
Dosis (takaran) yang diberikan selanjutnya setelah tercapai kejenuhan
untuk memelihara kerja serta konsentrasi jaringan.
7. Dosis Toksik

17
Dosis toksis adalah takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat
menyebabkan keracunan pada pasien.
C. Cara Menghitung Dosis Obat
Rumus dasar yang mudah diingat dan lebih sering digunakan dalam perhitungan dosis
obat adalah :

𝐷
𝑥𝑉=A
𝐻

D = Dosis diinginkan (dosis diperintahkan dokter)


H = dosis ditangan (dosis pada label tempat obat)
V = bentuk obat yang tersedia (tablet, kapsul, cair)
A = jumlah hasil hitungan yang diberikan kepada pasien

Contoh :

Perintah : ampisilin (polycililin) 0,5 g, PO, bid. Tersedia (label Obat) :


Polycillin 250mg/kapsul

Maka : Konversi gram ke miligram (0,5 g = 500 mg)

500
x 1 Kapsul = 2 Kapsul
250

1. Berdasarkan Usia

Rumus young semula banyak digunakan untuk menghitung dosis anak


dengan usia antara 1-12 tahun.

𝑛
xD
𝑛+12

Namun, kini rumus ini jarang digunakan lagi karena memberikan dosis
yang terlalu rendah bagi bayi dan anak di atas usia 12 tahun

2. Berdasarkan Berat Badan (BB)


Metode berat Badan dalam penghitungan memberikan hasil yang
individual dalam dosis obat dan tediri dari 3 langkah :

18
a. Konversi jika perlu ( 1 kg : 2,2 lb)

b. Tentukan dosis obat per BB dengan mengalikan


Dosis obat x BB = dosis klien perhari

c. Ikuti rumus dasar atau metode rasio dan proporsi


untuk menghitung dosis obat
Contoh soal:

Perintah Flourroasil 12 mg/kg/hari intra vena, tidak melebihi 800


mg/hari. Berat pasien 132 lb.

a. Konversi pound menjadi kg ( 1 kg=2,2 pound)


132 : 2,2 = 60 kg
b. mg X kg = dosis klien
12 X 60 =720 mg

Jawab :
Flourroasil 12 mg/kg /hari = 720 mg

3. Berdasarkan luas permukaan tubuh


Metode Luas Pemukaan Tubuh dianggap yang paling tepat dalam
menghitung dosis obat untuk bayi, anak-anak, orang lanjut usia dan
klien yang menggunakan agen antineoplasma atau mereka yang berat
badannya rendah. Luas permukaan tubuh dalam m2, ditentukan oleh
titik temu (perpotongan ) pada skala nomogram antara tinggi badan dan
berat badan seseorang. Untuk menghitung dosis obat dengan metode
ini.
Nomogram :

19
Contoh soal:

Perintah pemberian mefenitoin 200 mg/m2. Peroral dalam dosis terbagi


tiga. Tinggi anak 100 cm dan beratnya 20 kg.

Jawab:

• 100 cm dan 20 kg perpotongan skala normogram pada 0,5 m2.

• 200 mg X 0,5 = 100 mg/hr atau 33mg , 3 kali sehari.

4. Menghitung dosis oral


Penghitungan tablet, Kapsul dan Cair. Ketika menghitung dosis oral,
pilihlah salah satu metode penghitungan dengan rumus
D Diketahui Diinginkan
X V = A atau
H H : V = D : X

20
Contoh :
Perintah pasien mendapat terapi ampisilin 0.5 g. Tersedia 250 mg per 5
mL
Jawab
Langkah 1 : Konversi g menjadi mg 0,5 g = 500 mg
Langkah 2 :
• 500/ 250 X 5 mL = 2500/250 = 10 mL
• Jadi pasien mendapat 10 mL
5. Persentasi larutan
Jika pasien tidak dapat makan makanan atau minum melalui mulut,
maka mereka mungkin menerima makanan melalui Naso gastrc Tube
(NGT). Makanan yang diberikan melalui NGT biasanya berbentuk
cairan dan biasanya diencerkan dengan cairan untuk mencegah diare.
Jika diminta untuk memberikan larutan dengan prosentase tertentu,
maka perawat menghitung jumlah larutan dan air yang diberikan.
Contoh :
Seorang pasien mendapat Ensure, 250 mL dari larutan 30% 4 kali
sehari. Hitung berapa banyak Ensure dan air diperlukan untuk membuat
250 mL dari larutan 30% (Catatan : Larutan 30% berarti 30 dalam 100
bagian).
Jawab :
D
X V = A
H

 30/100 X 250 = 7500 / 100 = 75 mL Ensure

Berapa banyak air yang ditambahkan ?

 Jml Total - Jml makanan melalui NGT = Jumlah Air


250 mL – 75 mL = 175 mL
 75 mL Ensure dan 175 mL Air
6. Perhitungan dosis inject subcutan

21
D
X V = A
H
Contoh:
Perintah Heparin 250 U SC, Tersedia Heparin 1.000 U/mL dalam vial
• 250 U/ 1000 X 1 mL = 0,25 mL
• Jadi pasien mendapat 0,25 mL
7. Penghitungan Dosis Injeksi Intra Muskuler (IM)
Otot mempunyai lebih banyak pembuluh darah daripada jaringan
lemak, sehingga obat-obatan yang diberikan secara intra muskuler lebih
cepat diabsorbsi dari pada injeksi subkutan.

Contoh :
Seorang pasien mendapat terapi oksasillin. Instruksi pada label
obat terbaca: “tambahkan 5,7 mL air steril.” Bubuk obat setara dengan
0,3 mL. Setiap 1,5 mL = 250 mg (larutan obat setara dengan 6 mL).
Selesaikan soal dengan menggunakan 250 mg = 1,5 mL atau 1000 mg
(1 g) = 6 mL jawab :
D
X V = A
H 500/250 X 1,5 mL = 750/250 = 3 Ml

D. Pemberian Obat
1. Macam - macam pemberian obat
dapun Cara pemberian obat didasarkan pada bentuk obat, efek yang
diinginkan baik fisik maupun mental.
Diantaranya :
a. Oral
Pemberian obat melalui mulut merupakan cara paling mudah dan
paling sering digunakan. Obat yang digunakan biasanya memiliki
onset yang lama dan efek yang lama.
b. Parenteral

22
Pemberian obat melalui perenteral merupakan pemberian obat melalui
jaringan tubuh.pemberian obat parenteral, merupakan pilihan jika
pemberian obat dari mulut merupakan ktrak indikasi.
c. Topical
Obat diberikan pada kulit atau mukosa. Obat-obat yang diberikan
biasanya memiliki efek lokal, obat dapat di oleskan pada areah yang
diobati atau medicated baths. Efek sistematik dapat timbul jika kulit
klien tipis.
d. Inhalasi
Jalan nafas memberikan tempat yang luas untuk absorrsi obat, obat
diinhalasi melalui mulut atau pun hidung.

2. Tujan Pemberian Obat

 Untuk menghilangkan rasa nyeri yang dialami klien.


 Obat topikal pada kulit memiliki efek yang local
 Efek samping yang terjadi minimal
 Menyembuhkan penyakit yang diderita oleh klien

23
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar
memberikan pil untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh
darah (parenteral), namun juga mengobservasi respon klien terhadap
pemberian obat tersebut. Pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat
sangat penting dimiliki oleh perawat. Perawat memiliki peran yang utama
dalam meningkatkan dan mempertahankan kesehatan klien dengan
mendorong klien untuk lebih proaktif jika membutuhkan pengobatan.
Dalam memberikan dosis obat harus sesuai dengan kondisi dan usia pasien.
Dengan menggunakan rumus yang telah ditetapkan untuk menentukan dosis
yang tepat. Agar pasien merasa puas atas tindakan keperawatan kepada pasien
yang kita berikan. Dalam memberikan dosis obat yang tepat dan juga akurat.
Dibutuhkan kemampuan untuk mengetahui dan menerapkan rumus
perhitungan dosis

24
DAFTAR PUSTAKA

Ramdan P Yusup ; Pengetahuan Dasar Obat Untuk Perawatan,Bandung ;LCN


Press Entrepreneur.

http://tsffunsoed2009.wordpress.com/2012/05/22/material-kemasan-produk-
sediaan-farmasi/

L,Kee Joyce & R, Hayea evelyn ; Farmakologi Pendekata proses Keperawatan,


1996; EGC; Jakarta.

http://muhamadrezapahlevi.blogspot.com/2012/05/konsep-dasar-pemberian-
obat.htm

25

Anda mungkin juga menyukai