Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Dalam Mata Kuliah Cara Distribusi Obat yang Baik
Tentang Penanganan obat Psikotropika dan Prekursor.

Disusun Oleh:

1. Ansila Seran Banu


2. Mutiara Indira Ramadhani
3. Vivin Atanara
4. Yuliana C.E Selan

Dlll FARMASI
POLTEKKES KEMENKES KUPANG
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata
kuliah CDOB tentang Penanganan obat Psikotropika dan Prekursor.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu


Maria Y. Lenggu, S.Farm., Apt., M.Sc. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni kami.
Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat meberikan manfaat kepada semua
pihak, bagi kami khususnya dan bagi teman-teman mahasiswa Poltekkes
Kemenkes Kupang pada umumnya. Kami sadar bahwa makalah ini belum
sempurna dan masih memiliki banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang
membaca

Kupang, 12 November 2021

Kelompok 4
Daftar Isi

Judul

Kata pengantar

Daftar Isi

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
1.2Rumusan masalah

BAB 2 ISI
2.1 Definisi
2.2 Pengadaan
2.3 Penyimpanan
2.4 Penyerahan
2.5 Pemusnahan
2.6 Pencatatan dan pelaporan

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan menurut Undang-Undang RI


nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan pada pasal 88 dan 104 harus aman,
bermanfaat, bermutu dan terjangkau bagi seluruh masyarakat serta pengamanan
sediaan farmasi dan alat kesehatan diselenggarakan untuk melindungi seluruh
masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan sediaan farmasi dan
alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan keamanan. Di rumah
sakit pengelolaan obat dilaksanakan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit.

Pengelolaan obat yang baik terlebih khusus yaitu pengelolaan jenis obat yang
bersifat sebagai psikoaktif seperti pada obat-obat golongan narkotika dan
psikotropika. Narkotika dan Psikotropika dapat merugikan apabila
disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat,
jika digunakan secara tidak rasional salah satu efek samping dari pemakaian
obat ini yaitu di mana seseorang dapat mengalami ketergantungan berat
terhadap obat dan dapat menyebabkan fungsi vital organ tubuh bekerja secara
tidak normal seperti jantung, peredaran darah, pernafasan, dan terutama pada
kerja otak (susunan saraf pusat). Oleh karena itu pengelolaan obat psikotropika
sangat memerlukan penanganan dan perhatian lebih.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengelolaan obat narkotika, psikotropika dan precursor farmasi


dari pengadaan hingga pelaporan ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi

a. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam
golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang tentang
Narkotika.

b. Psikotropika
Psikotropika adalah zat/bahan baku atau obat, baik alamiah maupun sintetis
bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental
dan perilaku.

c. Prekursor Farmasi
Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat
digunakan sebagai bahan baku penolong untuk keperluan proses produksi
industri farmasi atau produk antara, produk ruahan, dan produk jadi yang
mengandung ephedrine, pseudoephedrine, norephedrine/phenylpropanolamine,
ergotamin, ergometrine, atau Potasium Permanganat.

d. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi,
budaya dan kemampuan masyarakat.

e. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan Sediaan
Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
f. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan
dengan kondisi fisik yang diterima.

g. Penyimpanan

Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus
dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada
wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama Obat, nomor batch dan
tanggal kadaluwarsa.

Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga
terjamin keamanan dan stabilitasnya. Sistem penyimpanan dilakukan dengan
memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi Obat serta disusun secara
alfabetis. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan
FIFO (First In First Out)

h. Pemusnahan

Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk
sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika
atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan
oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat
izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara
pemusnahan menggunakan Formulir 1 sebagaimana terlampir.

Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh
sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep
menggunakan Formulir 2 sebagaimana terlampir dan selanjutnya dilaporkan
kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
i. Pengendalian

Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan


sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau
pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari
terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa,
kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan
menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok
sekurang-kurangnya memuat nama Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah
pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.

j. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat


Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan,
faktur), penyimpanan (kartu stock), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan
pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan terdiri dari
pelaporan internal dan eksternal, diantaranya sebagai berikut :
 Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk
kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan
lainnya.

 Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi


kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
meliputi pelaporan narkotika (menggunakan Formulir 3 sebagaimana
terlampir), psikotropika (menggunakan Formulir 4 sebagaimana
terlampir) dan pelaporan lainnya.

2. 2 Pengadaan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi

a. Penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi hanya dapat


dilakukan berdasarkan :
 Surat pesanan.

 Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) untuk


pesanan dari Puskesmas.
b. Surat pesanan hanya dapat berlaku untuk masing-masing Narkotika,
Psikotropika, atau Prekursor Farmasi.
c. Surat pesanan Narkotika hanya dapat digunakan untuk 1 (satu) jenis
Narkotika.
d. Surat pesanan Psikotropika atau Prekursor Farmasi hanya dapat digunakan
untuk 1 (satu) atau beberapa jenis Psikotropika atau Prekursor Farmasi.
e. Surat pesanan harus terpisah dari pesanan barang lain.

2.3 Penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi

Tempat penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi di


fasilitas produksi, fasilitas distribusi, dan fasilitas pelayanan kefarmasian harus
mampu menjaga keamanan, khasiat, dan mutu Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi.
 Tempat penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
dapat berupa gudang, ruangan, atau lemari khusus.
 Tempat penyimpanan Narkotika dilarang digunakan untuk menyimpan
barang selain Narkotika.
 Tempat penyimpanan Psikotropika dilarang digunakan untuk menyimpan
barang selain Psikotropika.
 Tempat penyimpanan Prekursor Farmasi dalam bentuk bahan baku
dilarang digunakan untuk menyimpan barang selain Prekursor Farmasi
dalam bentuk bahan baku.

Gudang khusus harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :


a. dinding dibuat dari tembok dan hanya mempunyai pintu yang dilengkapi
dengan pintu jeruji besi dengan 2 (dua) buah kunci yang berbeda.
b. langit-langit dapat terbuat dari tembok beton atau jeruji besi.
c. jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan jeruji besi.
d. gudang tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa izin Apoteker penanggung
jawab.
e. kunci gudang dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab dan pegawai lain
yang dikuasakan.

Ruang khusus yang telah disebutkan sebelumnya harus memenuhi syarat


sebagai berikut :
a. dinding dan langit-langit terbuat dari bahan yang kuat.
b. jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan jeruji besi.
c. mempunyai satu pintu dengan 2 (dua) buah kunci yang berbeda.
d. kunci ruang khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab/Apoteker
yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.
e. tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa izin Apoteker penanggung jawab
Apoteker yang ditunjuk.

Lemari khusus yang telah disebutkan sebelumnya harus memenuhi syarat


sebagai berikut :
a. terbuat dari bahan yang kuat.
b. tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda.
c. harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut gudang, untuk Instalasi
Farmasi Pemerintah.
d. diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum, untuk Apotek,
Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas, Instalasi Farmasi Klinik, dan
Lembaga Ilmu Pengetahuan.
e. kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab/Apoteker
yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.

2.4 Penyerahan Obat

A. Narkotik dan Psikotropik.


Penyerahan Narkotika dan/atau Psikotropika hanya dapat dilakukan oleh :
a. Apotek.
b. Puskesmas.
c. Instalasi Farmasi Rumah Sakit
d. Instalasi Farmasi Klinik
e. Dokter.

Penyerahan Narkotika dan/atau Psikotropika hanya dapat dilakukan untuk


memenuhi kekurangan jumlah Narkotika dan/atau Psikotropika berdasarkan
resep yang telah diterima. Penyerahan obat narkotik dan psiktropik harus
berdasarkan surat permintaan tertulis yang ditandatangani oleh Apoteker
penanggung jawab Apotek, Puskesmas, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, dan
Instalasi Farmasi Klinik hanya dapat menyerahkan Narkotika dan/atau
Psikotropika kepada pasien berdasarkan resep dokter.
B. Prekursor Farmasi
Penyerahan Prekursor Farmasi hanya dapat dilakukan oleh :
a. Apotek.
b. Puskesmas.
c. Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
d. Instalasi Farmasi Klinik.
e. Dokter.
f. Toko Obat.

Apotek hanya dapat menyerahkan Prekursor Farmasi golongan obat keras


kepada :
a. Apotek lainnya.
b. Puskesmas.
c. Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
d. Instalasi Farmasi Klinik.
e. Dokter.
f. Pasien.

Apotek, Puskesmas, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, dan Instalasi Farmasi


Klinik hanya dapat menyerahkan Prekursor Farmasi golongan obat keras
kepada pasien berdasarkan resep dokter.
Penyerahan Prekursor Farmasi golongan obat bebas terbatas oleh Apotek
kepada Toko Obat, hanya dapat dilakukan berdasarkan surat permintaan tertulis
yang ditandatangani oleh Tenaga Teknis Kefarmasian.
Penyerahan Prekursor Farmasi golongan obat bebas terbatas kepada pasien
harus memperhatikan kerasionalan jumlah yang diserahkan sesuai kebutuhan
terapi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.5 Pemusnahan

Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi hanya dilakukan


dalam hal :
a. Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau
tidak dapat diolah kembali.
b. Telah kadaluarsa.
c. Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau
untuk pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk sisa penggunaan.
d. Dibatalkan izin edarnya.
e. Berhubungan dengan tindak pidana.

Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi yang memenuhi kriteria


pemusnahan pada poin a sampai dengan poin d yang berada di Puskesmas harus
dikembalikan kepada Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah setempat. Dimana
Instalasi Farmasi Pemerintah yang melaksanakan pemusnahan harus melakukan
penghapusan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.

Sedangkan untuk Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi


yang berhubungan dengan tindak pidana dilaksanakan oleh instansi pemerintah
yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi harus dilakukan
dengan :
a. Tidak mencemari lingkungan.
b. Tidak membahayakan kesehatan masyarakat.

Adapun tahap Pemusnahan Narkotika, Psikotropika Prekursor Farmasi adalah


sebagai berikut :
 Penanggung jawab fasilitas produksi/fasilitas distribusi/fasilitas
pelayanan kefarmasian pimpinan lembaga/dokter praktik perorangan
menyampaikan surat pemberitahuan dan permohonan saksi kepada :

1. Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan, bagi


Instalasi Farmasi Pemerintah Pusat.
2. Dinas Kesehatan Provinsi dan/atau Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan
Makanan setempat, bagi Importir, Industri Farmasi, PBF, Lembaga Ilmu
Pengetahuan, atau Instalasi Farmasi Pemerintah Provinsi, atau
3. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Balai Besar/Balai Pengawas
Obat dan Makanan setempat, bagi Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit,
Instalasi Farmasi Klinik, Instalasi Farmasi Pemerintah Kabupaten/Kota,
Dokter, atau Toko Obat.

 Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Dinas


Kesehatan Provinsi, Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan
setempat, dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menetapkan petugas di
lingkungannya menjadi saksi pemusnahan sesuai dengan surat
permohonan sebagai saksi.

 Pemusnahan disaksikan oleh petugas yang telah ditetapkan.

 Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi dalam bentuk bahan baku,


produk antara, dan produk ruahan harus dilakukan sampling untuk
kepentingan pengujian oleh petugas yang berwenang sebelum dilakukan
pemusnahan.

 Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi


harus dilakukan pemastian kebenaran secara organoleptis oleh saksi
sebelum dilakukan pemusnahan.

Penanggung jawab fasilitas produksi/fasilitas distribusi/fasilitas pelayanan


kefarmasian/pimpinan lembaga/dokter praktik perorangan yang melaksanakan
pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi harus membuat
Berita Acara Pemusnahan. Adapun Berita Acara Pemusnahan yang dimaksud
paling sedikit memuat :

a. Hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan.


b. Tempat pemusnahan.
c. Nama penanggung jawab fasilitas produksi/fasilitas distribusi/fasilitas
pelayanan kefarmasian/pimpinan lembaga/dokter praktik perorangan.
d. Nama petugas kesehatan yang menjadi saksi dan saksi lain badan/sarana
tersebut.
e. Nama dan jumlah Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi yang
dimusnahkan.
f. Cara pemusnahan.
g. Tanda tangan penanggung jawab fasilitas produksi/fasilitas distribusi/fasilitas
pelayanan kefarmasian/pimpinan lembaga/ dokter praktik perorangan dan saksi.
Berita Acara Pemusnahan dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dan tembusannya
disampaikan kepada Direktur Jenderal dan Kepala Badan Kepala Balai.

2.6 Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan obat paling sedikit terdiri atas :


a. Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi.
b. Jumlah persediaan.
c. Tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan.
d. Jumlah yang diterima.
e. Tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyaluran/penyerahan.
f. Jumlah yang disalurkan diserahkan.
g. Nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau penyaluran penyerahan.
h. Paraf atau identitas petugas yang ditunjuk.

Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik, Lembaga Ilmu
Pengetahuan, dan dokter praktik perorangan wajib membuat, menyimpan, dan
menyampaikan laporan pemasukan dan penyerahan/penggunaan Narkotika dan
Psikotropika, setiap bulan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dengan tembusan Kepala Balai setempat.
Adapun pelaporan yang dimaksud paling sedikit terdiri atas :
a. Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika, dan/atau
Prekursor Farmasi.
b. Jumlah persediaan awal dan akhir bulan.
c. Jumlah yang diterima.
d. Jumlah yang diserahkan.
BAB III
PENUTUP

3. 1 Kesimpulan

Obat Narkotika, psikotropika dan precursor farmasi perlu dilakukan


pengelolaan yang ketat, mulai dari pengadaan hingga penyerahan ke pasien.
Karena Narkotika dan Psikotropika dapat merugikan apabila disalahgunakan
atau digunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat, jika digunakan
secara tidak rasional salah satu efek samping dari pemakaian obat ini yaitu di
mana seseorang dapat mengalami ketergantungan berat terhadap obat dan dapat
menyebabkan fungsi vital organ tubuh bekerja secara tidak normal seperti
jantung, peredaran darah, pernafasan, dan terutama pada kerja otak (susunan
saraf pusat).

3. 2 Saran

Dalam melakukan pengelolaan obat mulai dari pengadaan hingga penyerahan


dilakukan sesuai peraturan yang telah diatur dalam permenkes.
DAFTAR PUSTAKA

PERMENKES. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


35 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Dengan
Rahmat Tuhan Yang Maha Esa. PERMENKES RI. JAKARTA

PERMENKES. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


3 Tahun 2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, Dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi. PERMENKES RI. JAKARTA

Anda mungkin juga menyukai