Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena nikmat yang
diberikan berupa kesehatan jasmani dan rohani sehingga penulisdapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “PENGELOLAAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN PREKURSOR
FARMASI”.
Penulis berusaha menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti sehingga
dapat dengan mudah di cerna sesuai kebutuhannya. Makalah ini juga diharapkan bisa
memberikan informasi tentang salah satu mata kuliah MANAJEMEN PERAPOTEKAN.

Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahan sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah dengan baik. Kepada semua
teman-teman, penulis ucapkan terimakasih atas informasi dan kerjasama dalam pembuatan
makalah ini.

Kami menyadari walaupun sudah berusaha maksimal segala pikiran dan kemampuan
yang dimiliki, tetapi masih banyak kekurangan dan kelemahan baik dari segi bahasa dan
penyusunan. Penulis meminta maaf karena masih banyak kekurangan . Oleh karena itu, penulis
sangat mengaharapkan kritik yang sifatnya membangun demi tercapai suatu kesempurnaan
dalam sebuah makalah.

Palu, 12 April 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................

KATA PENGANTAR .......................................................................... 1

DAFTAR ISI......................................................................................... 2

BAB I PENDAHULAN ..........................................................................

I.1 Latar Belakang.......................................................................... 3

I.2 Rumusan Masalah .................................................................... 2

BAB 2. ISI ..............................................................................................

II.1 Definisi ................................................................................... 4

II.2 Pengadaan ............................................................................... 6

II.3 Penyimpanan ........................................................................... 6

II.4 Penyerahan .............................................................................. 8

II.5 Pemusnahan ............................................................................ 8

II.6 Pencatatan dan Pelaporan ..................................................... 10

BAB 3. Penutup

III.1 Kesimpulan .......................................................................... 11

III.2 Saran .................................................................................... 11

Daftar Pustaka ..................................................................................... 12

2
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan menurut Undang-Undang RI nomor 36
tahun 2009 tentang kesehatan pada pasal 88 dan 104 harus aman, bermanfaat, bermutu dan
terjangkau bagi seluruh masyarakat serta pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan
diselenggarakan untuk melindungi seluruh masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh
penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan
keamanan. Di rumah sakit pengelolaan obat dilaksanakan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Pengelolaan obat yang baik terlebih khusus yaitu pengelolaan jenis obat yang bersifat
sebagai psikoaktif seperti pada obat – obat golongan narkotika dan psikotropika. Narkotika
dan Psikotropika dapat merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian
dan pengawasan yang ketat, jika digunakan secara tidak rasional salah satu efek samping dari
pemakaian obat ini yaitu di mana seseorang dapat mengalami ketergantungan berat terhadap
obat dan dapat menyebabkan fungsi vital organ tubuh bekerja secara tidak normal seperti
jantung, peredaran darah, pernafasan, dan terutama pada kerja otak (susunan saraf pusat).
Oleh karena itu pengelolaan obat psikotropika sangat memerlukan penanganan dan perhatian
lebih.
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengelolaan obat narkotika, psikotropika dan precursor farmasi dari pengadaan
hingga pelaporan ?

3
BAB II
ISI
II.1 Definisi
a. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan
sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang tentang Narkotika.
b. Psikotropika
Psikotropika adalah zat/bahan baku atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
c. Prekursor Farmasi
Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan
sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan proses produksi industri farmasi atau
produk antara, produk ruahan, dan produk jadi yang mengandung ephedrine,
pseudoephedrine, norephedrine/phenylpropanolamine, ergotamin, ergometrine, atau
Potasium Permanganat.
d. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan
kemampuan masyarakat.
e. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan Sediaan Farmasi
harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
f. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah,
mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi
fisik yang diterima.
g. Penyimpanan

4
 Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus
dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah
baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama Obat, nomor batch dan tanggal
kadaluwarsa.
 Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga
terjamin keamanan dan stabilitasnya.
 Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas
terapi Obat serta disusun secara alfabetis.
 Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First
In First Out)
h. Pemusnahan
 Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk
sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika
atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan
oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin
praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara
pemusnahan menggunakan Formulir 1 sebagaimana terlampir.
 Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh
sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep
menggunakan Formulir 2 sebagaimana terlampir dan selanjutnya dilaporkan kepada
dinas kesehatan kabupaten/kota.
i. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan sesuai
kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan
dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan.
Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual

5
atau elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya memuat nama Obat, tanggal
kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
j. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan
(kartu stock), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan
dengan kebutuhan. Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal.
 Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan
manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya.
 Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan meliputi pelaporan
narkotika (menggunakan Formulir 3 sebagaimana terlampir), psikotropika
(menggunakan Formulir 4 sebagaimana terlampir) dan pelaporan lainnya.

II.2 Pengadaan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi


a. Penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi hanya dapat dilakukan
berdasarkan:
 surat pesanan; atau
 Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) untuk pesanan dari
Puskesmas.
b. Surat pesanan hanya dapat berlaku untuk masing-masing Narkotika, Psikotropika, atau
Prekursor Farmasi.
c. Surat pesanan Narkotika hanya dapat digunakan untuk 1 (satu) jenis Narkotika.
d. Surat pesanan Psikotropika atau Prekursor Farmasi hanya dapat digunakan untuk 1 (satu)
atau beberapa jenis Psikotropika atau Prekursor Farmasi.
e. Surat pesanan harus terpisah dari pesanan barang lain.

II.3 Penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi


Tempat penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi di fasilitas
produksi, fasilitas distribusi, dan fasilitas pelayanan kefarmasian harus mampu menjaga
keamanan, khasiat, dan mutu Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi. Tempat

6
penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dapat berupa gudang,
ruangan, atau lemari khusus. Tempat penyimpanan Narkotika dilarang digunakan untuk
menyimpan barang selain Narkotika. Tempat penyimpanan Psikotropika dilarang digunakan
untuk menyimpan barang selain Psikotropika. Dan tempat penyimpanan Prekursor Farmasi
dalam bentuk bahan baku dilarang digunakan untuk menyimpan barang selain Prekursor
Farmasi dalam bentuk bahan baku.
Gudang khusus harus memenuhi persyaratan sebagai berikut
a. dinding dibuat dari tembok dan hanya mempunyai pintu yang dilengkapi dengan pintu
jeruji besi dengan 2 (dua) buah kunci yang berbeda;
b. langit-langit dapat terbuat dari tembok beton atau jeruji besi;
c. jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan jeruji besi;
d. gudang tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa izin Apoteker penanggung jawab; dan
e. kunci gudang dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab dan pegawai lain yang
dikuasakan.
Ruang khusus yang telah disebutkan sebelumnya harus memenuhi syarat sebagai berikut
:
a. dinding dan langit-langit terbuat dari bahan yang kuat;
b. jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan jeruji besi;
c. mempunyai satu pintu dengan 2 (dua) buah kunci yang berbeda;
d. kunci ruang khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab/Apoteker yang ditunjuk
dan pegawai lain yang dikuasakan; dan
e. tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa izin Apoteker penanggung jawab/Apoteker
yang ditunjuk.
Lemari khusus yang telah disebutkan sebelumnya harus memenuhi syarat sebagai berikut
:
a. terbuat dari bahan yang kuat;
b. tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda;
c. harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut gudang, untuk Instalasi Farmasi
Pemerintah;
d. diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum, untuk Apotek, Instalasi
Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas, Instalasi Farmasi Klinik, dan Lembaga Ilmu
Pengetahuan ; dan
e. kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab/Apoteker yang ditunjuk
dan pegawai lain yang dikuasakan.

7
II.4 Penyerahan Obat
A. Narkotik dan Psikotropik
Penyerahan Narkotika dan/atau Psikotropika hanya dapat dilakukan oleh: a. Apotek;
b. Puskesmas;
c. Instalasi Farmasi Rumah Sakit;
d. Instalasi Farmasi Klinik; dan
e. dokter.
Penyerahan Narkotika dan/atau Psikotropika hanya dapat dilakukan untuk memenuhi
kekurangan jumlah Narkotika dan/atau Psikotropika berdasarkan resep yang telah
diterima. Penyerahan obat narkotik dan psiktropik harus berdasarkan surat permintaan
tertulis yang ditandatangani oleh Apoteker penanggung jawab. Apotek, Puskesmas,
Instalasi Farmasi Rumah Sakit, dan Instalasi Farmasi Klinik hanya dapat menyerahkan
Narkotika dan/atau Psikotropika kepada pasien berdasarkan resep dokter.
B. Prekursor Farmasi
Penyerahan Prekursor Farmasi hanya dapat dilakukan oleh:
a. Apotek;
b. Puskesmas;
c. Instalasi Farmasi Rumah Sakit;
d. Instalasi Farmasi Klinik;
e. dokter; dan
f. Toko Obat.
Apotek hanya dapat menyerahkan Prekursor Farmasi golongan obat keras kepada:
a. Apotek lainnya;
b. Puskesmas;
c. Instalasi Farmasi Rumah Sakit;
d. Instalasi Farmasi Klinik;
e. dokter; dan
f. pasien.
Apotek, Puskesmas, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, dan Instalasi Farmasi Klinik
hanya dapat menyerahkan Prekursor Farmasi golongan obat keras kepada pasien
berdasarkan resep dokter. Penyerahan Prekursor Farmasi golongan obat bebas terbatas
oleh Apotek kepada Toko Obat, hanya dapat dilakukan berdasarkan surat permintaan
tertulis yang ditandatangani oleh Tenaga Teknis Kefarmasia. Penyerahan Prekursor
Farmasi golongan obat bebas terbatas kepada pasien harus memperhatikan kerasionalan
jumlah yang diserahkan sesuai kebutuhan terapi berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan

II.5 Pemusnahan
Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi hanya dilakukan dalam hal:
a. diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat
diolah kembali;
b. telah kadaluarsa;
c. tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau untuk
pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk sisa penggunaan;
d. dibatalkan izin edarnya; atau
e. berhubungan dengan tindak pidana.

8
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi yang memenuhi kriteria pemusnahan
pada poin a sampai dengan poin d yang berada di Puskesmas harus dikembalikan kepada
Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah setempat. Dimana Instalasi Farmasi Pemerintah yang
melaksanakan pemusnahan harus melakukan penghapusan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
Sedangkan untukPemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi yang
berhubungan dengan tindak pidana dilaksanakan oleh instansi pemerintah yang berwenang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi harus dilakukan dengan:
a. tidak mencemari lingkungan; dan
b. tidak membahayakan kesehatan masyarakat.
Adapun tahap Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi adalah sebagai
berikut:
a. penanggung jawab fasilitas produksi/fasilitas distribusi/fasilitas pelayanan
kefarmasian/pimpinan lembaga/dokter praktik perorangan menyampaikan surat
pemberitahuan dan permohonan saksi kepada:
1. Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan, bagi Instalasi
Farmasi Pemerintah Pusat;
2. Dinas Kesehatan Provinsi dan/atau Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan
setempat, bagi Importir, Industri Farmasi, PBF, Lembaga Ilmu Pengetahuan, atau
Instalasi Farmasi Pemerintah Provinsi; atau
3. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan
Makanan setempat, bagi Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi
Klinik, Instalasi Farmasi Pemerintah Kabupaten/Kota, Dokter, atau Toko Obat.
b. Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Dinas Kesehatan
Provinsi, Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat, dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota menetapkan petugas di lingkungannya menjadi saksi pemusnahan
sesuai dengan surat permohonan sebagai saksi.
c. Pemusnahan disaksikan oleh petugas yang telah ditetapkan
d. Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi dalam bentuk bahan baku, produk antara,
dan produk ruahan harus dilakukan sampling untuk kepentingan pengujian oleh petugas
yang berwenang sebelum dilakukan pemusnahan.
e. Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi harus dilakukan
pemastian kebenaran secara organoleptis oleh saksi sebelum dilakukan pemusnahan.
Penanggung jawab fasilitas produksi/fasilitas distribusi/fasilitas pelayanan
kefarmasian/pimpinan lembaga/dokter praktik perorangan yang melaksanakan pemusnahan
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi harus membuat Berita Acara Pemusnahan.
Adapun Berita Acara Pemusnahan yang dimaksud paling sedikit memuat:
a. hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan;
b. tempat pemusnahan;
c. nama penanggung jawab fasilitas produksi/fasilitas distribusi/fasilitas pelayanan
kefarmasian/pimpinan lembaga/dokter praktik perorangan;
d. nama petugas kesehatan yang menjadi saksi dan saksi lain badan/sarana tersebut;
e. nama dan jumlah Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi yang dimusnahkan;
f. cara pemusnahan; dan

9
g. tanda tangan penanggung jawab fasilitas produksi/fasilitas distribusi/fasilitas pelayanan
kefarmasian/pimpinan lembaga/ dokter praktik perorangan dan saksi.
Berita Acara Pemusnahan dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dan tembusannya disampaikan
kepada Direktur Jenderal dan Kepala Badan/Kepala Balai.

II.6 Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan obat paling sedikit terdiri atas:
a. nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi;
b. jumlah persediaan;
c. tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan
d. jumlah yang diterima;
e. tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyaluran/penyerahan;
f. jumlah yang disalurkan/diserahkan;
g. nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau penyaluran/penyerahan; dan
h. paraf atau identitas petugas yang ditunjuk.
Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik, Lembaga Ilmu
Pengetahuan, dan dokter praktik perorangan wajib membuat, menyimpan, dan
menyampaikan laporan pemasukan dan penyerahan/penggunaan Narkotika dan
Psikotropika, setiap bulan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
tembusan Kepala Balai setempat. Adapun pelaporan yang dimaksudpaling sedikit terdiri
atas:
a. nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika, dan/atau Prekursor
Farmasi;
b. jumlah persediaan awal dan akhir bulan;
c. jumlah yang diterima; dan
d. jumlah yang diserahkan.

10
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Obat Narkotika, psikotropika dan precursor farmasi perlu dilakukan pengelolaan yang
ketat, mulai dari pengadaan hingga penyerahan ke pasien. Karena Narkotika dan
Psikotropika dapat merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian
dan pengawasan yang ketat, jika digunakan secara tidak rasional salah satu efek samping
dari pemakaian obat ini yaitu di mana seseorang dapat mengalami ketergantungan berat
terhadap obat dan dapat menyebabkan fungsi vital organ tubuh bekerja secara tidak normal
seperti jantung, peredaran darah, pernafasan, dan terutama pada kerja otak (susunan saraf
pusat).

III. 2 Saran
Dalam melakukan pengelolaan obat mulai dari pengadaan hingga penyerahan dilakukan
sesuai peraturan yang telah diatur dalam permenkes.

11
DAFTAR PUSTAKA

PERMENKES. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun


2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Dengan Rahmat Tuhan Yang
Maha Esa. PERMENKES RI. JAKARTA

PERMENKES. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015
Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, Dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi. PERMENKES RI. JAKARTA

12

Anda mungkin juga menyukai