Anda di halaman 1dari 10

Laporan Observasi

Praktikum Farmasi Komunitas

Tahun Akademik 2018-2019

Apotek UMP

Disusun Oleh :

Rosalia Eka Agustien (1508010137)

Fakultas Farmasi

Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Januari 2019
BAB I

Profil Apotek UMP

Apotek UMP beralamat di Jl. Raya Dukuhwaluh Kembaran, Kabupaten Banyumas,


Provinsi Jawa Tengah 53182. Apotek UMP memiliki lokasi strategis dimana terletak di pinggir
Jalan Raya Dukuhwaluh-Kembaran yang mana berada di sebelah kanan kampus Universitas
Muhammadiyah Purwokerto dan juga terdapat klinik pratama UMP di belakang Apotek.
Apotek ini berdiri pada bulan Maret 2002 didirikan oleh Universitas Muhammadiyah
Purwokerto. Penanggung jawab yang pertama adalah Ibu Pri Iswati Utami, S.Si.,Apt sampai
tahun 2009. Penanggung jawab yang kedua adalah Ibu Diniatik Msi., Apt mulai tahun 2009-
2014. Penanggung jawab yang ketiga adalah Bapak Aziz Priadiatna, S.Farm., Apt dari tahun
2014 sampai sekarang. Mulai tahun 2013 Apotek UMP dibawah naungan PT. UMP Insan Mulia
sebagai salah satu unit usaha. Pelayanan di Apotek ini baik, cepat, sopan dan ramah. Visi apotek
UMP yaitu menjadi apotek yang professional dalam pelayanan kefarmasian kepada masyarakat
dan menjadi apotek berkompeten dalam bidang pendidikan. Sedangkan Misi apotek UMP
sebagai tempat praktek profesi apoteker, memberikan ruang sebagai tempat prakter dibidang
pendidikan dan melayani dengan hati dengan target pharmaceutical care.
BAB II

Kegiatan Dan Pembahasan

A. Penyimpanan
Penyimpanan obat adalah suatu kegiatan pengamanan dengan cara menempatkan obat
– obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman, dimana kegiatan penyimpanan
disini mencakup tiga faktor yaitu pengaturan tata ruang dan penyusunan stok obat,
pengamanan mutu obat, serta pencatatan stok obat (Depkes RI, 2008).
Penyimpanan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tujuan dari penyimpanan
tercapai. Menurut Warman (1997) tujuan dari penyimpanan antara lain :
1) Mempertahankan mutu obat dari kerusakan akibat penyimpanan yang tidak baik
2) Mempermudah pencarian di gudang atau kamar penyimpanan
3) Mencegah kehilangan
4) Mempermudah stock opname dan pengawasan
5) Mencegah bahaya penyimpanan yang salah
Sistem penyimpanan obat yang baik di apotek diatur dalam Permenkes RI Nomor 35
tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Dalam peraturan ini
disebutkan bahwa sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis, pengeluaran obat memakai
sistem First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO).
Pada saat praktikum di apotek UMP, kami melakukan penyimpanan obat secara In FEFO
(First Expired First Out), In FIFO (First In First Out) , secara Alfabetis, untuk obat merk dan
generik disimpan secara terpisah, obat dengan penyimpanan khusus (dalam lemari es),
penyimpanan obat – obat tetes dan salep (tetes atau salep mata, telinga, hidung), dan
penyimpanan untuk injeksi, penyimpanan psikotropika.
Pada bagian gudang dan etalase penyimpanan obat diatur menurut sistem in FEFO (First
Expired First Out) yang dilihat dari waktu kadaluarsa obat. Waktu kadaluarsa obat terdekat
disimpan di bagian paling depan, sementara untuk waktu kadaluarsa obat yang masih lama
disimpan dibagian belakang dan dan sistem in FIFO (First In First Out) yaitu obat yang pertama
masuk itulah yang pertama keluar. Penyimpanan obat secara alfabetis yaitu urutan
penyimpanan obat berdasarkan nama obat mengikuti abjad dari A-Z. Pada penyimpanan obat
merk dan generik disimpan pada etalase yang berbeda dan mengikuti abjad. Selanjutnya pada
penyimpanan obat - obat khusus (dalam lemari es) untuk obat – obatan yang tidak tahan
terhadap suhu kamar. Untuk penyimpanan obat - obat tetes, sediaan salep, sediaan injeksi, dan
obat psikotropika masing – masing disimpan dalam etalase terpisah di bagian belakang apotek.
B. Penggolongan Obat
Obat adalah zat kimia yan bersifat racun, namun dalam jumlah tertentu dapat
memberikan efek mengobati penyakit. Obat yang beredar di pasaran dikelompokka
menjadi 5 (lima) golongan. Masing – masing golongan mempunyai kriteria dan
mempunyai tanda khusus. Obat dapat dibagi menjadi 5 (lima) golongan yaitu :
1. Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter.
Pada kemasan dan etiket obat bebas, tanda khusus berupa lingkaran hijau (TC 396)
dengan garis tepi berwarna hitam.
2. Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat
dijual dan dibeli bebas tanpa resep dokter, namun penggunaannya harus memperhatikan
informasi yang menyertai obat dalam kemasan. Pada kemasan dan etiket obat bebas
terbatas terdapat tanda khusus berupa lingkaran biru (TC 308) dengan garis tepi
berwarna hitam.
3. Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Obat
keras mempunyai tanda khusus berupa lingkaran bulat merah (TC 165) dengan garis
tepi berwarna hitam dan huruf K ditengah yang menyentuh garis tepi.
4. Obat psikotropika merupakan obat bukan golongan narkotik yang berkhasiat
mempengaruhi susunan syaraf pusat. Obat ini dapat menyebabkan perubahan khas pada
aktifitas mental dan perilaku. Obat golongan ini hanya boleh dijual dengan resep dokter
dan diberi tanda hurus K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : Diazepam, Phenobarbital.
5. Obat narkotika merupakan obat yang berasal dari turunan tanaman atau bahan kimia
yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Obat
ini hanya dapat diperoleh dengan resep dari dokter. Contoh : morfin, codein.
(Direktorat, 2008)
Pada praktikum yang telah kami lakukan kami mengetahui berbagai golongan
obat yang terdapat di apotek UMP. Golongan obat yang terdapat di apotek UMP meliputi
obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat wajib apotek, obat psikotropik dan obat
narkotik. Pada etalase depan atau OTC (over the counter) untuk obat – obatan dengan
golongan obat bebas, obas bebas terbatas dan obat wajib apotek.
C. Penerimaan Barang
Berdasarkan peraturan BPOM tahun 2018 tentang pengawasan pengelolaan obat,
bahan obat, narkotika, psikotropika, dan prekusor farmasi di fasilitas pelayanan
kefarmasian, penerimaan obat dan bahan obat harus berdasarkan faktur pembelian dan atau
surat atau surat pengiriman barang yang sah, harus dilakukan oleh apoteker atau tenaga
kefarmasian yang bertanggung jawab.
Penerimaan obat di apotek UMP telah memenuhi standar peraturan menurut BPOM,
penerimaan dilakukan oleh apoteker. Pengadaan obat keras harus berdasarkan pemesanan
yang di tanda-tangani oleh apoteker. Untuk obat bebas dan obat bebas terbatas boleh dari
penawaran oleh PBF.
D. Pengenalan Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, dokter hewan yang
diberi izin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada Apoteker
Pengelola Apotek (APA) untuk menyiapkan dan atau membuat, meracik, serta
menyerahkan obat kepada pasien (Syamsuni, 2006).
Pada praktikum yang telah kami lakukan di apotek, kami melakukan skrining resep.
Skrining resep dilakukan untuk mengetahui apakah resep yang dibuat sudah memenuhi
syarat atau belum. Skrining resep yang kami lakukan yaitu skrining administratif yang
mana mengecek kelengkapan resep meliputi inscriptio, invocation, praescriptio, signature,
subscriptio. Kami mengkonfirmasikan kembali ke pasien berupa nama pasien, umur, berat
badan, dan alamat pasien. Setelah di skrining, kami membantu apoteker menyiapkan obat
yang tertulis pada resep. Kami juga membantu membungkus sediaan pulveres dan menulis
etiket.
E. Swamedikasi
Menurut Pratiwi, et al (2014) swamedikasi merupakan salah satu upaya yang sering
dilakukan oleh seseorang dalam mengobati gejala sakit atau penyakit yang sedang
dideritanya tanpa terlebih dahulu melakukan konsultasi kepada dokter. Pada praktikum
yang telah kami lakukan kami melakukan 4 kesempatan untuk swamedikasi dalam bentuk
Patient Medication Record (PMR). Patient Medication Record (PMR) adalah sebuah
catatan pengobatan pasien, sebagai alat dokumentasi pengobatan. Praktikum dilaksanakan
pada tanggal 10 Januari sampai 15 Januari 2019.
1. Swamedikasi 1
Swamedikasi ini dilakukan pada tanggal 10 januari 2019, dengan nomor PMR 001.
Pasien bernama Marto supono yang berusia 60 tahun beralamat di Desa Gandatapa,
memiliki tinggi badan 180 cm dan berat badan 75 kg datang ke apotek UMP dengan
keluhan batuk berdahak yang sudah berlangsung selama 2 hari. Pasien tidak memiliki
riwayat alergi obat maupun makanan dan mengharapkan sembuh dari batuk berdahak
dan agar dahak mudah dikeluarkan. Riwayat lain pasien yaitu sering mengkonsumi kopi
dan merokok. Tanda – tanda vital pada pasien yaitu memiliki tekanan darah (TD) 130/80
mmHg dengan suhu tubuh normal. Riwayat penggunaan obat sebelumnya yaitu Sanadril
DMP dengan respon kurang lebih 4 hari menunjukkan keringanan gejala. Pasien
meminta obat lain selain obat sebelumnya. Saya didampingi oleh apoteker
merekomendasikan obat Siladex Mucolityc dan Expectorant, obat ini mengandung
Bromhexine HCl 10 mg dan Guafenesin 50 mg. Pemberian obat ini sebagai mukolitik
dan ekspektoran untuk meredakan batuk berdahak dan mempermudah pengeluaran
dahak. Aturan pakai siladex yaitu untuk dewasa 3 kali sehari 1 sendok takar (5 ml). obat
ini disimpan pada suhu dibawah 30oC. kami juga menyarankan pasien untuk
mengurangi rokok dan konsumsi kopi yang mengandung kafein.
2. Swamedikasi 2
Swamedikasi ini dilakukan pada tanggal 10 januari 2019, dengan nomor PMR 002.
Pasien bernama Indra yang berusia 35 tahun beralamat di desa Dukuhwaluh. Pasien
memiliki tinggi badan 153 cm dan berat badan 56 kg. Pasien tidak memiliki riwayat
alergi obat maupun makanan dan mengharapkan sembuh dari panas dan pusing. Pasien
datang ke apotek dengan keluhan demam, badan panas dan pusing. Dari keluhan pasien
saya didampingi oleh apoteker merekomendasikan Sanmol paracetamol tablet. Obat ini
mengandung paracetamol 500 mg dan berkhasiat sebagai analgetik dan antipiretik.
Aturan pakai obat ini untuk dewasa yaitu 3-4 kali sehari 1 tablet. Penyimpanan obat ini
dibawah suhu 30oC. kami juga menyarankan untuk mengurangi konsumsi kopi yang
mengandung kafein pada pasien.
3. Swamedikasi 3
Swamedikasi ini dilakukan pada tanggal 13 januari 2019, dengan nomor PMR 003.
Pasien bernama Azalea yang berusia 3 tahun beralamat di ledug Rt. 03/01 kecamatan
kembaran dengan berat badan 11 kg datang ke apotek dengan keluhan batuk kering yang
sudah berlangsung selama 2 hari. Tidak ada riwayat alergi obat pada pasien, dan
berharap sembuh dari batuk kering. Berdasarkan keluhan yang dialami pasien kami
merekomendasikan obat sirup Vick formula 44 anak – anak. Obat ini mengandung
dextromethorphan hydrobromide 3,5 mg dan guafenesin 50 mg. obat ini berguna untuk
meringankan batuk kering. Aturan pakai obat ini untuk anak-anak 2-6 tahun yaitu 1
sendok takar (5ml) setiap 4 jam. Penyimpanan obat dibawah suhu 30oC.
4. Swamedikasi 4
Swamedikasi ini dilakukan pada tanggal 14 januari 2019, dengan nomor PMR 004.
Pasien bernama puspa berusia 21 tahun beralamat di cilacap dengan tinggi badan 158
cm dan berat badan 55 kg datang ke apotek dengan keluhan mata merah dan perih yang
disebabkan karena debu. Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat maupun makanan.
Riwayat pengobatan pasien adalah carsida untuk penyakit magh yang di derita pasien.
Berdasarkan keluhan yang dialami pasien kami merekomendasikan insto regular untuk
mengatasi kemerahan dan rasa perih di mata yang disebabkan oleh iritasi ringan karena
debu, asap, angin dan setelah berenang. Aturan pakai obat ini yaitu 2-3 teter pada setiap
mata sebanyak 3-4 kali sehari. Penyimpanan pada suhu dibawah 30oC.
BAB III

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan :

1. Mahasiswa telah melakukan swamedikasi di apotek UMP yang didokumentasikan dalam


bentuk Patient Medication Record (PMR)
2. Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat baik obat modern maupun obat
tradisional oleh seseorang untuk melindungi diri dari penyakit dan gejalanya.
3. Swamedikasi dilakukan sebanyak 4 kali, pasien yang di diswamedikasi mengalami
penyakit ringan seperti batuk, pilek, demam, pusing, sakit kepala, dan diare.
4. Mahasiswa telah merekomendasikan obat untuk pasien dengan didampingi apoteker dan
melakukan pemberian informasi obat.

Saran :

1.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Pedoman Pelayanan Kefarmasian di


Puskesmas. Jakarta : Depkes RI.

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2008. Modul I : Materi Pelatihan
Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Memilih Obat Bagi Tenaga Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Menkes RI. 2014. Permenkes RI Nomor 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek. Jakarta.

Pratiwi Puji Ningrum, Liza Pristianty, Gusti Noorrizka Anila Impian. 2014. Pengaruh
Pengetahuan Terhadap Perilaku Swamedikasi Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid Oral pada Etnis
Thionghoa di Surabaya. Jurnal Farmasi Komunitas Vol. 1, No. 2, (2014) 36-40

Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.

Warman, Jhon. 1997. Manajemen Pergudangan. Jakarta : LPPM


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai